N1
N2
N1
N2
keadaan-keadaan mikro
abc
bc
ac
ab
N1
bc
ac
ab
N2
N1
abc
+3+3+1
=8
B. Partikel Fermi
Dalam azas larangan Pauli untuk atom yang memiliki lebih dari
satu ellektron,
misalnya
Natrium,
elekton-elektron
tidak
berkumpul
ditingkat energi rendah, karen amsing- masing status hanya boleh ditempati
tidak lebih dari satu elektron. Tingkat paling rendah ( n =1) hanya boleh
ditempati oleh dua elektron, yang satu spin nya keatas dan yang lainnya
spinnya kebawah. Sedangkan tingkat energi berikutnya, ( n = 2), akan
ditempati oleh 8 elektron,
2
memilih
fungsi gelombang
total yang
anti
simetrik. Partikel- partikel yang memiliki sifat seperti ini, misalnya elektron,
proton dinamakan partikel fermi atau Fermiun. Dalam pokok bahasan
ini akan dibahas tentang partikel- partikel fermi tersebut, melalui statistik
yang disebut statistik fermi-Dirac yang dikembang oleh Enrico Fermi
dari Italia dan P. Dirac dari Inggris.
C. Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Distribusi Fermi Dirac ini memiliki 2 ciri khas yaitu:
a. Partikel-partikel dalam sistem tidak dapat dibedakan antara yang
satu dengan yang lain.
b. Satu status atau keadaan enerrgi, hanya boleh diisi oleh satu
partikel artinya tidak boleh diisi lebih dari satu partikel.
Bila dilihat dengan contoh sebuah partikel bebas bemassa m, dalam
ruangan yang volume V, status energi partikel itu ditentukan oleh 3 bilangan
kuantum yaitu (nx, ny, dan nz
0,1,2,3....
dan seterusnya. Tingkat energi partikel itu, ditentukan jumalah kuadrat dari
nx, ny, dan nz menurut persaman :
2
, ,
( 2 + 2 + 2 )
=
2
Diperoleh dari :
3Energy
momentum
: =
P=
Sehingga
=
2
=[
2 ]
n , L=
=[
2
3
=[
2
) (
Jadi,
] n
3 ]n
2
3
+
2
+
2
)
2
Kalau
dalam
elekrton
dalam
logam
adalah
gelombang-
untuk
menunjukkan jumalah partikel- partikel atau bilangan populasi pada
tingkatan energi ke 1, 2, 3... dan seterusnya. Dengan cara ini maka
energi total dalam kumpulan N elektron adalah :
1
=1
=1
4!
3!
1 =
3! 4 3 !
2 =
= 4,
2! 3 2 !
=3
!
! !
=1
ln =
=1
!
!
!
ln ! [ln ! + ln( !]
=
1
ln =
[ ln ln ( )
ln( )]
=
1
[ ln +ln (
) ]
ln =
=1
ln =
= 1
ln
= = 0
= 1
Solusi dari persamaan (4-8), (4-9) dan (4-10), dapat diperoleh dengan
menggunakan metoda pengali Lagrange, seperti yang dilakukan ketika
menurunkan persamaan distribusi Maxwell-Bolzmann, yaitu :
ln
ln
+ +
=0
= +
Ln
=- +
=
+
-1 =
Ni =
+1
Ni =
+1
Bila kita cermati pers (4-10) dapat pula kita lihat, bahwa bila
suku pertama pada penyebut jauh lebih besar dari satu, maka ungkapan
untuk N i
mirip dengan distribusi Maxwell-Bolzmann, yakni :
Ns =
+1
Ni =
+
sehingga
sulit
untuk
mengungkapkannya
disini.
Tetapi satu
= o / kT
f () = e xp
1
o
+1
f
1
F 0
Fungsi ini memiliki sifat yang khas, seperti diperlihatkan pada gambar (4
-1). Untuk nilai yang lebih kecil dari o suku pertama dari penyebut dapat di
abaikan besarnya, sehingga f () bernilai 1. Untuk nilai yang jauh lebih
besar dari o, suku pertama dari penyebut menjadi begitu besar, sehingga nilai f
() bernilai 0. Sedangkan tepat ketika = o maka f() bernilai .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah utama yang dihadapi dalam mekanika statistic adalah
agar dapat dijadikan bahan untuk perkuliahan pada mata kuliah fisika
statistik. Kami sebagai pemakalah menyadari masih banyak terdapat
kekurangan pada makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http:// www.slideshare.net/putuher ma nwiantara/fisika -st atistik-16446578
Jamal.Julia,ddk.2003.Fisika Statistik.Padang:UNP Press