IFRS 3 ini diterapkan untuk transaksi atau peristiwa lain yang memenuhi definisi kombinasi bisnis.
Pernyataan ini tidak diterapkan untuk:
(a) Pembentukan ventura bersama.
(b) Akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan suatu bisnis. Dalam hal ini, pihak
pengakuisisi mengidentifikasi dan mengakui setiap aset teridentifikasi yang diperoleh
(termasuk aset yang memenuhi definisi dari, dan kriteria pengakuan untuk, aset tidak
berwujud.Biaya perolehan dari kelompok aset tersebut dialokasikan kepada masing-masing
aset teridentifikasi dan liabilitas berdasarkan nilai wajar relatifnya pada tanggal pembelian.
Transaksi atau peristiwa tersebut tidak menimbulkan goodwill.
(c) Kombinasi entitas atau bisnis sepengendali.
Suatu bisnis terdiri dari input dan proses yang diterapkan pada input tersebut dan mampu
menghasilkan output. Walaupun bisnis biasanya menghasilkan output, akan tetapi output tidak
disyaratkan untuk suatu rangkaian terpadu agar dapat disebut sebagai suatu bisnis. Tiga unsur bisnis
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a) Input. Setiap sumber daya ekonomi yang menghasilkan (atau memiliki kemampuan untuk
menghasilkan) output jika satu atau lebih proses diterapkan pada sumber daya ekonomi
tersebut. Misalnya termasuk aset tidak lancar (termasuk aset tidak berwujud atau hak untuk
menggunakan aset tidak lancar), kekayaan intelektual, kemampuan untuk mendapatkan
akses atas bahan baku atau hak yang diperlukan dan karyawan.
b) Proses. Setiap sistem, standar, protokol, konvensi atau peraturan yang jika diterapkan
terhadap input, menghasilkan atau memiliki kemampuan untuk menghasilkan output.
Misalnya termasuk proses manajemen strategis, proses operasional dan proses manajemen
sumber daya. Proses tersebut umumnya didokumentasikan, tetapi tenaga kerja terorganisir
yang memiliki keahlian dan pengalaman yang diperlukan beserta peraturan dan konvensi
mungkin menyediakan proses yang diperlukan yang mampu diterapkan pada input untuk
menghasilkan output. (Sistem akuntansi, penagihan, penggajian, dan administrasi lainnya
umumnya bukanlah proses yang digunakan untuk menghasilkan output.)
c) Output. Hasil dari input dan proses yang diterapkan pada input tersebut yang memberikan
atau memiliki kemampuan untuk memberikan hasil dalam bentuk dividen, biaya yang lebih
rendah, atau manfaat ekonomi secara langsung kepada investor atau pemilik, anggota atau
peserta lainnya.
METODE AKUISISI
Metode yang digunakan dalam FASB ASC 805 tahun 2007 adalah Metode Akuisisi.
Dengan metode ini, Aset dan liabiliti yang dicatat dengan nilai wajar, dikurangi persentase
kepemilikan dari pembelian perusahaan oleh pengakuisisi (dengan catatan pembelian kepentingan
cukup besar untuk memiliki pengendalian atas perusahaan yang diakuisisi) .
IFRS 3 menyatakan empat tahap yang harus ditempuh dalam menerapkan metode akuisisi:
1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi (acquirer);
2. Menentukan tanggal akuisisi;
3. Mengidentifikasi, mengakui, dan mengukur asset yang diakuisisi dan liabilitas yang
ditanggung, serta mengakui dan mengukur kepentingan non-pengenali, jika ada;
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian murah.
a) Melaporkan hasil usaha perusahaan yang diakuisisi dalam laporan laba rugi komprehensif
sejak tanggal akuisisi
b) Melaporkan asset dan liabilitas perusahaan diakuisisi berdasarkan nilai wajarnya masingmasing pada tanggal akuisisi
Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi, yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi. Tanggal pengakuisisi secara hukum mengalihkan imbalan,
memperoleh
aset,
dan
mengambil-alih
liabilitas
pihak
yang
diakuisisi,
yaitu
tanggal
Untuk asset selain asset tak berwujud, besar kemungkinan bahwa segala
manfaat terkait masa depan akan mengalir ke perusahaan pengakuisisi dan nilai
wajarnya dapat diukur secara andal.
b)
c)
Untuk asset tak berwujud atau liabilitas kontinjensi, tersedia suatu ukuran
yang andal sehubungan dengan biaya perolehan atau nilai wajarnya.
IFRS 3 mensyaratkan bahwa perusahaan pengakuisisi mengakui asset tak berwujud dari
perusahaan yang diakuisisi secara terpisah dari goodwill. Lebih lanjut mengatur bahwa suatu
asset tak berwujud harus diakui secara terpisah jika (a) asset tersebut memenuhi definisi
asset tak berwujud, (b) nilai wajarnya dapat diukur secara handal.
Pada tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui, secara terpisah dari goodwill, aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-alih, dan kepentingan nonpengendali
pihak yang diakuisisi. Oleh karena itu, perusahaan pengakuisisi diwajibkan mengakui asset
takberwujud dari perusahaanyang diakuisisi, termasuk semua asset takberwujud yang belum
diakui, jika memenuhi kriteriaaset tak berwujud dan nilai wajarnya dapat diukur secara
andal.
2. Pengukuran Aset dan Liabilitas yang Diakuisisi
Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambilalih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
IFRS 3 mengatur bahwa asset dan liabilitas dari perusahaan yang diakuisisi harus diukur
berdasarkan nilai wajarnya masing-masingpada tanggal akuisisi, kecuali :
Hak yang diperoleh kembali.
Penghargaan pembayaran berbasis saham
Aset yang dimiliki untuk dijual
IFRS 3 mensyaratkan bahwa kepemilikan minoritas juga di ukur berdasarkan nilai wajar
asset neto yang dapat diidentifikasi dari perusahaan yang di akuisisi.
PENGECUALIAN UNTUK PERSYARATAN PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Pernyataan ini memberikan pengecualian terbatas untuk prinsip-prinsip pengakuan dan
pengukurannya. Penjelasan dibawah akan menentukan baik item terteentu yang pengecualian
siapkan dan sifat dari pengecualian tersebut. Pengakuisisi harus memperhitungkan barang-barang
dengan menerapkan persyaratan sesuai dengan penjelasan dibawah, yang akan menghasilkan
beberapa item menjadi:
-
Diakui baik dengan menerapkan kondisi pegakuan selain yang dijelaskan pada prinsip
pengukuran diatas atau dengan menerapkan persyaratan IFRS lain, dengan hasil yang berbeda
Kewajiban kontijensi
IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets mendefinisikan kewajiban
kontijensi sebagai:
(a) Kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan
dikonfirmasikan hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa
depan yang tidak sepenuhnya dalam kendali entitas; atau
(b) Kewajiban saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu tidak diakui karena:
i.
Tidak mungkin bahwa arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi akan
ii.
adalah kewajiban saa ini yang timbul dari peristiwa masa lalu dan nilai wajarnya dapat
diakui dengan andal. Oleh karena itu, bertentangan dengan IAS 37, pengakuisisi mengakui
kewajiban kontijensi diasumasikan dalam kombinasi bisnis pada tanggal akuisisi bahkan
jika hal ini tidak mungkin bahwa arus keluar sumberdaya yang dimiliki yang memiliki
manfaat ekonomi akan diminta untuk menyelesaikan kewajiban.
Pengecualian pada prinsip pengakuan dan pengukuran
-
Pajak Penghasilan
Pengakuisisi mengakui dan mengukur aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul dari
aset yang diperoleh dan kewajiban yang diasumsikan sebagai kombinasi bisnis sesuai dengan
IAS 12 Income Taxes.
Pengakuisisi harus memperhitungkan pengaruh pajak yang berpotensi dalam perbedaan waktu
dan akumulasi dari diakuisisi yang ada pada tanggal akuisisi atau timbul sebagai akibat dari
dengan pengaturan imbalan kerja yang diakuisisi sesuai dengan IAS 19 Employee Benefits.
Aset ganti rugi
Penjual dalam kombinasi bisnis akan mendapatkan kontrak ganti rugi pengakuisisi untuk hasil
dari kontingensi atau ketidakpastian yang berhubungan dengan seluruh atau sebagian dari aset
atau kewajiban tertentu. Misalnya, penjual bisa membebaskan pengakuisisi terhadap kerugian
atas jumlah tertentu pada kewajiban yang timbul dari suatu kontigensi tertentu; dengan kata lain,
penjual akan menjamin bahwa kewajiban perusahaan pengakuisisi tidak akan melebihi jumlah
tertentu. Akibatnya, perusahaan pengakuisisi memperoleh aset ganti rugi. Pengakuisisi harus
mengakui aset ganti rugi pada saat yang sama pada saat a mengakui item yang dibebaskan atas
dasar yang sama sebagai item yang dibebaskan, tunduk pada kebutuhan untuk penyisihan
penghapusah jumlah. Oleh karena itu, jika ganti rugi yang berhubungan dengan aset atau
kewajiban yang diakui pada tanggal akuisi dan diukur pada ilia wajar tanggal akuisisi,
perusahaan pengakuisisi harus mengakui aset ganti rugi pada tanggal akuisisi yang diukur pada
nilai wajar pada tanggal akuisisi. Efek dari ketidakpastian mengenai arus kas masa depan karena
petimbangan kolektibilitas termasuk dalam ukuran nilai wajar dan penyisihan penilaian yang
terpisah yang tidak diperlukan.
PENGECUALIAN PADA PRINSIP PENGAKUAN ATAU PENGUKURAN
Pengecualian pada Prinsip Pengukuran
- Hak Membeli Kembali
Pengakuisisi harus mengukur nilai hak membeli kembali yang diakui sebagai aset
tidak berwujud atas dasar waktu kontrak yang tersisa dari kontrak yang
bersangkutan terlepas dari apakah pelaku pasar akan mempertimbangkan potensi
-
yang diakuisisi.
(b) Nilai bersih dari jumlah akuisisi- tanggal aset yang teridentifikasi yang diakui dan
kewajiban yang diasumsikan diukur sesuai dengan IFRS ini.
Dalam kombinasi bisnis dimana pihak pengakuisisi dan yang diakuisisi (atau mantan
pemiliknya) bertukar hanya kepentingan ekuitas, nilai wajar pada tanggal akuisisi dari
kepeningan ekuitas yang diakuisisi mungkin lebih terukur dengan andal dari nilai wajar pada
tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas perusahaan pengakuisisi. Jika demikian,
perusahaan pengakuisisi akan menenukan jumlah goodwill dengan menggunakan nilai wajar
pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas dialihkan. Untuk menentukan jumlah
goodwill dalam kombinasi bisnis dimana tidak ada pertimbangan transfer, perusahaan
pengakuisisi akan menggunakan nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan
perusahaan pengakuisis pada pihak yang diakuisisi ditentukan dengan menggunakan teknik
penilaian di nilai wajar pada tanggal akuisisi dari imbalan yang dialihkan.
BARGAIN PURCHASE
Terkadang, pengakuisisi akan melakukan bargain purchase, yang merupakan kombinasi
bisnis dimana jumlah pada bagian (b) diatas melebihi agregat dari jumlah yan ditentukan
pada bagian (a) diatas. Jika kelebihan tersebut tersisa setelah menerapkan persyaratan dalam
dibawah, perusahaan pengakuisisi harus mengakui keuntungan yang dihasilkan dalam
laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan harus dikaitkan dengan pengakuisisi.
Pertimbangan transfer pengakuisisi dalam pertukaran dengan pihak yang diakuisisi termasuk
aset atau kewajiban yang dihasilkan dari suatu kesepakatan kontijensi. Pengakuisisi harus
mengakui nilai wajar pada tanggal akuisisi petimbangan kontijensi sebagai bagian dari
imbalan yang dialihkan dalam pertukaran untuk pihak yang diakuisisi.
Pengakuisisi akan mengklasifikasikan kewajiban untuk membayar imbalan kontijensi sebagai
kewajiban atau ekuitas atas dasar definisi instrument ekuitas dan kewajiban keuangan dalam
paragraph 11 dari IAS 32 Financial Instruments: Presentation, or other applicable IFRSs.
Pengakuisisi akan mengklasifikasikan sebagai hak aset untuk pengembalian pertimbangan transfer
sebelumnya jika kondisi terpenuhi.
Goodwill yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis merupakan pembayaran yang diberikan oleh
pengakuisisi untuk mengantisipasi manfaat ekonomi yang akan diperoleh dimasa mendatang dari
asset yang masing-masing tidak dapat diidentifikasi dan diakui secara terpisah.Goodwill adalah
selisih (baik positif maupun negative) antara biaya perolehan dan nilai wajar asset neto yang dapat
diidentifikasi dari perusahaan yang diakuisisi.
Goodwill Positif
IFRS 3 mengatur bahwa perusahaan pengakuisisi pada tanggal akuisisi harus mengakui
goodwill yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis sebagai asset. Mengenai pengukurannya,
IFRS 3 mengatur bahwa goodwill pertama kali harus diukur sebagai asset, karena merupakan
kelebihan beban akuisisi atas kepemilikan pengakuisisi dalam nilai wajar neto dari asset neto
yang dapat diidentifikasi dan liabilitas kontinjensi yang diakui. Setelah pengakuan pertama kali,
perusahaan pengakuisisi harus mengukur goodwill sebagai beban dikurangi rugi akumulasi
penurunan nilai. Setelah pengakuan pertama kali sebagai asset, IFRS 3 mensyaratkan bahwa
goodwill harus diuji penurunan nilai (bukan uji amortisasi)
Goodwill Negatif
Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian pengakuisisi atas nilai wajar asset dan liabilitas
yang dapat diidentifikasi yang diakui, IFRS 3 mensyaratkan pengakuisisi untuk :
1.
2.
IFRS 3 mensyaratkan entitas menghentikan goodwill negative yang dimiliki akibat investasi yang
dilakukan sebelumnya. Per 1 Januari 2011, entitas menyesuaikan sldo goodwill negative ke dalam
saldo laba awal.
Dalam Basis for Conclusions on IFRS 3 Business Combinations, ada disebutkan bahwa IFRS 3
(revisi 2009) mewajibkan pihak pengakuisisi untuk mengakui goodwill sebagai suatu aset dan untuk
mengukur goodwill sebagai suatu residu dan bahwa baik International Accounting Standards Board
maupun US Financial Accounting Standards Board, masing-masing berkesimpulan bahwa
pengukuran langsung atas goodwill adalah tidak mungkin.
Penentuan Goodwill:
Penyajian Goodwill
Penting dicatat bahwa goodwill hanya dapat muncul dalam:
1) laporan keuangan konsolidasian pihak pengakuisisi (dalam hal entitas induk mengakuisisi
suatu entitas anak yang baru); atau
2) laporan keuangan individu pihak pengakuisisi (dalam hal pihak pengakuisisi membeli bisnis
dan aset dari perusahaan lainnya).
Apabila goodwill disajikan secara suatu aset yang terpisah di laporan posisi keuangan (neraca),
maka tentunya relatif mudah bagi pihak wajib pajak untuk menjelaskan ke pihak fiskus selama
pemeriksaan pajak.
PERIODE PENGUKURAN
Periode pengukuran adalah periode setelah tanggal akuisisi selama pihak pengakuisisi dapat
menyesuaikan jumlah sementara yang diakui atas suatu kombinasi bisnis. Periode pengukuran
memberikan waktu yang cukup pada pihak pengakusisi untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan mengukur hal-hal sebagai berikut pada tanggal akuisisi
sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini:
a. Aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-alih, dan setiap kepentingan
nonpengendali pada pihak yang diakuisisi;
b. Imbalan yang dialihkan untuk pihak yang diakuisisi (atau jumlah lain yang digunakan
untuk mengukur goodwill);
c. Dalam kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pada pihak
yang diakuisisi yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi; dan
d. Goodwill yang dihasilkan atau keuntungan dari pembelian dengan diskon.
Selama periode pengukuran, pihak pengakuisisi mengakui penyesuaian atas jumlah sementara
seolah-olah akuntansi untuk kombinasi bisnis telah diselesaikan pada tanggal akuisisi. Oleh karena
itu, pihak pengakuisisi merevisi informasi komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan
dalam laporan keuangan sebagaimana yang dibutuhkan, termasuk membuat perubahan dalam
penyusutan, amortisasi atau dampak penghasilan lainnya yang diakui pada saat menyelesaikan
akuntansi awal.
Setelah periode pengukuran berakhir, pihak pengakuisisi merevisi akuntansi untuk kombinasi bisnis
hanya untuk memperbaiki kesalahan.
PENGUNGKAPAN
Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
dapat mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi:
1. Selama periode pelaporan berjalan; atau
2. Setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggalpenyelesaian laporan keuangan.
Perusahaan pengakuisisi mengungkapkan informasi-informasi berikut untuk setiap kombinasi bisnis
yang dilakukan selama periode berjalan :
a) Nama dan penjelasan tentang perusahaan yang bergabung;
b) Tanggal efektif kombinasi bisnis (akuisisi) untuk tujuan akuntansi;
c) Persentase saham berhak suara yang diperoleh;
d) Biaya perolehan dan penjelasan tentang komponen biaya tersebut;
e) Bila instrument ekuitas dikeluarkan atau dapat dikeluarkan sebagai bagian dari biaya
perolehan, hal-hal berikut juga harus diungkapkan:
Jumlah instrument ekuitas yang dikeluarkan atau dapat dikeluarkan
Nilai wajar dari instrument tersebut beserta dasar penentuan nilai wajarnya.
f) Operasi atau kegiatan usaha yang telah diputuskan untuk dijual atau diberhentikan akibat
kombinasi bisnis tersebut;
g) Jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi untuk setiap jenis asset dan liabilitas dari
perusahaan yang diakuisisi, dan jika ada, nilai tercatat masing-masingnya sebelum
penggabungan;
h) Jumlah goodwill negative yang telah diakui dalam laporan keuangan untuk periode berjalan,
dengan pengungkapan garis terpisah;
i)
Penjelasan tentang factor-factor yang berpengaruh terhadap suatu biaya yang mengakibatkan
pengakuan goodwill (yaitu penjelasan dan alasan untuk setiap asset tak berwujud yang tidak
diakui secara tersendiri dan karenanya diakui sebagai goodwill), atau penjelasan tentang
sifat segala goodwill negative yang diakui dalam laporan keuangan; dan
j)
Jumlah laba atau rugi perusahaan yang diakuisisi sejak tanggal akuisisi yang diakui dalam
laporan keuangan perusahaan pengakuisisi, dan jika pengungkapan itu tidak dapat
dilaksanakan, fakta dan alasannya.
1.500.000.000
Model Saham
1.000.000.000
500.000.000
HARGA AKUISISI
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait akuisisi adalah
biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis, yang meliputi biaya
makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya
administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai
beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas.
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika sebanyak 4 juta
lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi
tersebut antara lain.
Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp 200
juta
Pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2 juta lembar dengan nilai
nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4
juta lembar saham PT. andaika.biaya konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham = Rp 5,6 miliar,
yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Investasi dalam saham biasa
Rp 5.600.000.000
Beban
Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000)
Rp4.0000.0000
Rp 1.00.000.000
Kas
Rp 215.000.000
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada dasarnya
merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya langsung
yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal
disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100
juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Rp 100 juta
Kas
Rp 100 juta
Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat pencatatan saham
PT. andaika yang diakuisisi tersebut.
ALOKASI HARGA AKUISISI
Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu yang baik
yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali.
Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika.
Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar maka harga diakusisi sebesar
Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika harga
wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar
(Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar).
Perhitungan harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan.
Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan
nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil
dari Rp1,4 miliar.
GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN
Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang diakuisasi
menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan induk) dan kepentingan
nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas
yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas
yang diakuisisi:
Harga ekuitas yang diakuisisi
xxx
xxx
xxx
(xxx)
Goodwill
xxx
Dalam kasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar kepentingan nonpengendali
merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT Intiseka, sehingga total harga wajar adalah Rp 7
miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6 miliar), dan 20% harga wajar
berkepentingan nonpengendali (Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan goodwill adalah:
Rp.7.000.000.000
6.800.000.000
Total goodwill
Goodwill pihak pengakuisisi 80%
Rp. 200.000.000
160.000.000
Rp.
40.000.00
Misalkan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar, sehingga goodwill
dihitung sebagai berikut:
Harga ekuitas yang diakuisisi
Rp. 5.600.000.000
1. 360.000.000
Rp. 6.960.000.000
(6.800.000.000)
Rp. 160.000.000
160.000.000
Rp
Dalam kasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah milik pengakuisisi
kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar
kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi
induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44
miliar (80%x Rp 6,8 miliar)
Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis
di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepintingan
nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi
adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai
kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam
pengkajian kembali tersebut. IFRS 3 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali
prosedur yang digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal
berikut:
(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak
pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi mengakui
keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi. Keutungan tersebut
diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga akuisisi, adalah
Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali berdasarkan penilaian appraisal
company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah:
Harga ekuitas yang diakuisisi
Harga wajar kepentingan nonpengendali
Total harga wajar
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi
Keuntungan diskon
Rp5.420.000.000
1.360.000.000
Rp6.780.000.000
(6.800.000.000)
Rp 20.000.000
Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau timbul dari
kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan pemerintah). Kondisi ini
membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga kentungan bagi pihak
pengakisisi saja. PT Intiseka akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai
berikut:
5.420.000.000
2.650.000.000
20.000.000
Ekuitas-kepentingan nonpengenndali
1.360.000.000
Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk dan pihak yang
diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam Bab 3. Entitas
Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang diakuisisi dalam
banyak hal dilakukan. Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya
diperoleh dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor,
yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi invesestee (entitas yang diakuisisi)
setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi investee dicacat sebagai pendapat investasi,
dengan ayat jurnal berikut:
Investasi dalam ekuitas
xxx
Pendapat investasi
xxx
Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee mengurangi nilai
tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:
Piutang Dividen
xxx
xxx
Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:
Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee
jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan comprehensive
lainnya bagi investee,Investor akan mencatat:
Investasi dalam ekuitas
xxx
xxx
Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba sebesar Rp 200 juta
dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat pengumuman laba PT Andaika sebagai
berikut:
Investasi dalam saham (80%xRp200 juta)
Pendapatan investasi
Rp 160 juta
Rp 160 juta
Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba PT Andaika adalah
80% x Rp200 juta = Rp160 juta.
Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan pengurangan herta investor dalam
perusahaan investee sesuai dengan proporsi kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas
pengumumman dividen tersebut adalah:
Piutang dividen (80% x Rp 100.000.000)
Investasi dalam saham
Rp80.000.000
Rp80.000.000