DUTA REMAJA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul
pembinaan Duta Remaja ini. Modul ini disusun dalam rangka pembinaan duta remaja.
Dokter intrinship
PKM Punung Kab. Pacitan
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan yang matang dari setiap
pasangan. Menyiapkan pribadi yang matang sangat diperlukan dalam membangun keluarga yang
harmonis. Menyiapkan pribadi yang matang dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai moral
dengan melaksanakan 8 fungsi keluarga yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih dan
sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dalam
setiap fungsi keluarga terdapat nilai-nilai oral yang harus diterapkan dalam keluarga.
B. 8 FUNGSI KELUARGA
Pengamalan nilai-nilai moral
menurut
fungsi
keluarga
dalam
kandungan.
b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang
diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.
d. Tenggang rasa ditandai denganadanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat
dan karakternya.
e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan
berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan
sesuatu yang benar secara konsisten.
g. Ketaatan, maksudnya dengan segeradan senang hati melaksanakan apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya.
h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa
mengharapkan imbalan.
i. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.
j. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma
dan nilai-nilai agama.
k. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam
menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan.
l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan
kecintaan terhadap seseorang.
2. Fungsi Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia
membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan
memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu
mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat. Dalam fungsi sosial budaya,
terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai
dasar tersebut diantaranya:
a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh sukarela
dan kekeluargaan.
b. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial budaya
setempat.
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini
dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya. Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Aman, dimaksudkan suatu perasaanyang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran
b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan memberi
maksudnya
mengetahui
dan
menyadari
sesuatu
yang
akan
membahayakan/mengkhawatirkan
d. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan
e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari kerusakan
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai pengembangan dari
tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan
suami istri yang sah.
Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Tanggung jawab dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya
b. Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi serta
rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksi dicirikan dengan
kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya
c. Teguh dimaksudkan adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu menjaga
kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya saling
membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
fungsi sosialisasi dan pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan
dalam keluarga.
Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta
memutuskan sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
b. Luwes yaitu mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya dengan
mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan siapa saja.
c. Bangga yaitu perasaan senang
7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Dalam fungsi ekonomi terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
8. Fungsi Lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar
dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera. Dalam
fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga. Kedua nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan
polusi.
b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.
NAPZA
A.
PENGERTIAN NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/ obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
B. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN
1. NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh :
morfin, petidin).
Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain.
Ganja atau kanabis, marijuana,
Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
lain-lain
Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. ZAT ADIKTIF LAIN Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a.
Minuman beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu.
Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat
pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
Walker, Kamput.)
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner,
c.
C. Penyalahgunaan NAPZA
adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus
menerus. Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik secara fisik/jasmani,
mental dan emosional. Menimbulkan gangguan fisik, mental, emosional dan fungsi sosial.
NAPZA berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan dokter. Umumnya penyalahgunaan
Napza digunakan berbarengan dengan zat-zat lain yang mempunyai efek yang berbeda.
1. Tahap pengguna
Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang/hura-hura, seringkali pada
awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin bisa
jadi kecanduan/ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba, derajat pemakaian
tanpa disadari akan meningkat dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada
obat tersebut.
Dalam hal pemakaian biasanya pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:
a. Pemakai coba-coba (experimental use)
yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.
c.
d.
dikurangi.
Toleransi artinya jumlah napza yang diperlukan semakin besar, agar diperoleh pengaruh
e.
f.
g.
memperoleh napza.
Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan.
Menyangkal artinya tidak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba, alat
pemakaian dan gejala menggunakan napza.
3. Faktor penyebab
Faktor penyebab remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal dapat dipengaruhi oleh kepribadian dan kondisi kejiwaan yang labil pada
seseorang.
Faktor internal penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
1. Lemahnya kepribadian
Kesulitan remaja mengembangkan kepribadian dapat menghambat proses sosialisasi.
Manifestasi lemahnya kepribadian ini menyebabkan timbulnya tingkat emosional yang labil,
sehingga sifat toleransi stres pun rendah.
2. Kurang percaya diri, gangguan emosi, mudah menyerah dan kurang memiliki daya juang
dalam mengatasi masalah.
3. Perkembangan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi tekanan atau masalah dapat
menyebabkan remaja berperilaku menyimpang.
4. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang permisif (daya adaptasi
rendah).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan disekitarnya. Faktor
eksternal penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
a.
Situasi permisif yang memungkinkan seseorang untuk menggunakan NAPZA di waktu luang
b.
c.
d.
e.
Secara fisik, ia akan merasa kesakitan dan tidak nyaman secara terusmenerus, bila tidak
menggunakan NAPZA. Kesakitan dan penderitaannya hanya akan hilang ketika ia menggunakan
NAPZA.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nyaman yang biasa dirasakan ketika zat-zat
tersebut bereaksi dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan "kenyamanan" bagi pengguna,
mendorong
terjadinya
pemakaian
berulang-ulang
dan
berkepanjangan
yang
akhirnya
menyebabkan ketergantungan.
5. Dampak penyalahgunaan NAPZA
a. Fisik
Dampak penyalahgunaan NAPZA bagi tubuh manusia tergantung pada jenis, dosis,
frekuensi dan cara penggunaan Napza. Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi
pada seluruh organ tubuh atau bahkan kematian, yaitu :
1.
2.
3.
4.
peredaran darah.
Gangguan pada kulit, seperti pernanahan, bekas suntikan, alergi.
Gangguan pada paru-paru, seperti penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,
5.
6.
7.
8.
9.
(akibat alkohol).
Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian jarum suntik berganti-gantian.
b. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami oleh pengguna NAPZA
antara lain: paranoid, gelisah, hiperaktif, curiga, agresif, emosional, introvert, anoreksia dan
insomnia.
c. Sosial Ekonomi
Dampak secara sosial ekonomi bagi pengguna NAPZA antara lain :
1) Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah dan malu karena barang berharga
sering hilang, anak menjadi sering berbohong, mencuri, menipu bersikap kasar dan acuh tak acuh
terhadap urusan keluarga.
2) Sekolah
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal
tersebut ditunjukkan dengan penurunan prestasi belajar, lebih banyak membolos dan menciptakan
iklim acuh tak acuh di lingkungannya.
3) Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan terhadap penyalahgunaan napza
dan tidak memiliki daya tahan, akibatnya akan mengganggu ketertiban dan keamanan
dilingkungannya.
memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun berakibat fatal bagi orang yang mengidap
HIV. Misalnya: Sarkoma Kaposi dan Pneumonia Pneumocystis Carinii.
Tanda-tanda AIDS antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
Batuk yang tidak sembuh-sembuh.
Kulit gatal di seluruh tubuh.
Infeksi jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan.
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan.
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah
positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam
sampel darahnya.
Ada 2 macam tes HIV :
a. ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk menganalisis adanya interaksi
antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim.
b. Western Blot
Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan.
Sampel yang positif pada tes ELISA dapat dikonfirmasi dengan tes Western Blot.
2. Syarat Tes HIV dan AIDS
Syarat tes darah untuk keperluan HIV adalah :
a. Bersifat rahasia
b. Harus dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes
c. Tidak ada unsur paksaan
3. Prosedur Tes HIV dan AIDS
a. Konseling Pre Test
Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil.
Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui risiko dari perilakunya selama
ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre test juga
bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta
mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif.
Tes darah ELISA
1) Hasil tes ELISA (-) kembali ke konseling, penataan perilaku seks yang aman (ingat
periode jendela). Pemeriksaan diulang kembali dalam waktu 3-6 bulan berikutnya.
2) Hasil tes ELISA (+) konfirmasikan dengan Western Blot.
Tes Western Blot
1) Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam keadaan tanpa nama).
Lakukan post konseling dan pendampingan (menghindari emosi putus asa keinginan
untuk bunuh diri).
2) Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes ELISA (-)
b. Konseling post test
Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif
maupun negatif. Konseling post test sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya
HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk
bisa mengatasinya dan menjalin hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV
negatif, konseling post test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah
infeksi HIV di masa datang.
G. Prinsip Pengobatan HIV dan AIDS
Belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu atau vaksin
yang dapat mencegah AIDS. Ada 2 macam pengobatan pada HIV dan AIDS :
1. Obat Anti Retroviral (ARV)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses perkembangbiakan HIV dalam sel
CD4 sehingga kondisi tubuh tetap terjaga dan memperbaiki kualitas hidup.
2. Obat infeksi oportunistik
Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi oportunistik. Contohnya: Kotrimoksazol
dosis tinggi untuk mengatasi Pneumonia Pneumocystis Carinii dan radioterapi pada
Sarkoma Kaposi. Di samping itu, gejala klinis juga dapat dijadikan kriteria untuk
memulai pengobatan berdasarkan riwayat infeksi oportunistik dan penyakit yang
berhubungan dengan HIV. Misalnya infeksi jamur kandida di dalam mulut, kehilangan
lebih dari 10 persen berat badan atau demam lebih dari satu bulan.
lain, termasuk kepada Orang Hidup Dengan HIV dan AIDS (OHIDHA). Selain itu individu
yang masih ada dalam fase HIV masih produktif. Sehingga individu yang bersangkutan masih
dapat bekerja dan menghasilkan. Dengan adanya shelter berarti terjadi diskriminasi dalam
perlakuan.
Sebagian masyarakat melakukan diskriminasi karena :
1) Kurang memperoleh informasi yang benar bagaimana cara penularan HIV dan AIDS,
hal-hal apa saja yang dapat menularkan dan apa yang tidak menularkan.
2) Ketakutan terhadap HIV dan AIDS sebagai penyakit yang mematikan. Sehingga
mereka belum percaya sepenuhnya informasi yang diberikan.
I. Hal-hal yang dapat dilakukan
1. Oleh ODHA
a.
b.
c.
d.
e.
2. Oleh Masyarakat
a. Masyarakat peduli dengan penanggulangan epidemi AIDS
b. Masyarakat mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi
c. Masyarakat peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan penolakan dari orang lain.
oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan
Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di
semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi
kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait
dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit
yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220 obat. Penggunaan obat generik
dan obat tradisional cenderung mengalami kenaikan, dan 95 persen kebutuhan obat nasional telah
dipenuhi dalam negeri. Demikian juga dengan vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun
demikian ketersediaan, mutu, keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal
serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Selain itu Obat Asli Indonesia
(OAI) belum sepenuhnya dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat
besar. Pengawasan terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan lebih luas
meliputi produk pangan, suplemen makanan, obat tradisional, kosmetika, produk terapetik/obat,
dan NAPZA disertai dengan penyidikan kasus tindak pidana. Dalam hal tenaga kesehatan,
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan.
Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target
Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan
dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai. Pada tahun 2003, rasio tenaga
dokter 17.47, dokter spesialis 5.2, Perawat 108.53, dan Bidan 28.40 per 100,000 penduduk.
Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya desentralisasi
kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan
Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan, peningkatan sistem
informasi, terbatasnya pemahaman terhadap peraturan perundangan serta struktur organisasi
kesehatan yang tidak konsisten.
B. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu
hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah,
serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan
baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi
kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku.
Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah
kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan
proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus
ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian
yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial
ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit
infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
4.
5.
6.
7.
8.
sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan
juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan
kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
C. Strategi Paradigma Kesehatan
Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap informasiinformasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era
reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis
pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan
cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif)
terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma
atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan
meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar
masyarakat yang belum jatuh sakit (preventif) agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan.
D. Konsep Baru Tentang Makna Sehat
Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai, peran
penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan Yunani
bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang berorientasi pada
kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat bila tidak
ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan
agama. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. Seseorang
disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab
penyakit. Tahun lima puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang
tertera dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup produktif sosial
dan ekonomi.
Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada yang mengutamakan
konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
1. Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki makna
tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda
dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi
intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk
meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama
(1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke
orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula disebabkan oleh
penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
5. Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator positif,
bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan
agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan
penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan
bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan
terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat,
mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan
yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana
mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas
kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
8. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya
anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial
ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor
konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sektor ini
tidak akan meningkat.
E. Kesehatan Lingkungan
2.1 Definisi Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula.
Menurut WHO,kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan,adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk
mendukung tercapainya realitas hidup yang sehat,sejahtera dan bahagia.
2.2 Syarat-syarat Lingkungan yang Sehat
a) Keadaan Air
b) Keadaan Udara
c) Keadaan Tanah
2.3 Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1)
2)
3)
4)
Faktor fisik
Faktor sosial
Faktor ekonomi
Faktor fisik
Faktor sosial
Faktor ekonomi
infeksi seperti,saluran
pencernaan,kolera,tifus,disentri,dll.
2.6 Tujuan Kesehatan Lingkungan
a. Tujuan Umum
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat
b. Tujuan Khusus
1) Mengurangi Pemanasan Global.Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada
lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2
(okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon)
yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara
langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk
bernafas.
2) Terlindunginya Negara dari kegiatan Negara lain yang berkaitan merusak lingkungan
sehat
3) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia lingkungan hidup sebagai tujuan
pembangunan
4) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk kepentingan generasi
5) Menjaga Kebersihan Lingkungan.Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga
kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala
penyakit dan sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang paling utama.
Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;
membersihkan sampah non organik,adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan
oleh zat organik) dengan sendirinya,dapat dibersihkan dengan cara membakar sampahnya
terlebih dahulu kemudian membakarnya.
3. Ketiga, penerapan International Health Regulation (IHR) 2005. "Supaya dunia siap
menghadapi kemungkinan pandemi dan melakukan prevensi, deteksi dan respons (PDR)
untuk penyakit wabah dunia. Seperti Ebola, MERS CoV, flu burung, dan lain-lain,
imbuhnya.
4. menjamin terselenggaranya Universal Health Coverage (UHC). Seperti Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Hal itu bertujuan agar masyarakat yang sakit mendapat
pelayanan baik dan terjangkau tanpa memberi beban finansial bagi diri dan keluarga
mereka. Kalau sekarang pada era presiden Jokowi lebih dikenal dengan KIS (kartu
indonesia sehat) dan perubahan nama ASKES menjadi BPJS yang mencakup baik bagi
seluruh anggota Askes dahulunya atau yang mandiri.
5. jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan yang baik dan bermutu pada seluruh
masyarakat di mana pun berada.
6. menangani determinan sosial, ekonomi dan lingkungan yang jelas akan mempengaruhi
status kesehatan masyarakat," paparnya.
Hasil kesehatan telah membaik secara signifikan di Indonesia sejak 1960-an. Tingkat
kematian anak turun dari 220 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1960 menjadi 45 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2007. Hasil awal Survei Kesehatan Demografi Indonesia
(IDHS) 2007 menunjukkan penurunan signifikan dalam Rasio Kematian Ibu (MMR).
Sama halnya, status nutrisi pun menunjukkan kemajuan pesat dari 38 persen di tahun
1990 menjadi 25 persen di tahun 2000. Faktor-faktor ini memberi kontribusi terhadap
peningkatan harapan hidup dari 43 di tahun 70-an menjadi 70,5 di tahun 2008. Walaupun
ada kemajuan di atas, peningkatan dalam Tingkat Kematian Anak (IMR), telah melambat,
bahkan stagnan dalam lima tahun terakhir. Nilai rata-rata nasional menutupi seriusnya
perbedaan geografis yang sedang terjadi termasuk variasi substansial dalam IMR antar
provinsi dan tingkat malnutrisi. Perbedaan ini juga ditunjukkan dalam cakupan program
kesehatan, misalnya kunjungan pada masa kehamilan, perawatan kelahiran yang terampil,
serta tingkat imunisasi bayi yang lengkap.
Pada saat yang sama, Indonesia menghadapi tantangan demografi, beragam epidemi, dan
berada pada persimpangan jalan nutrisi. Penyakit menular tetap merupakan tantangan
signifikan terhadap sistem kesehatan seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya tren
kelompok
berisiko
tinggi
sangat
mengkhawatirkan,
walaupun
tetap
terkonsentrasi, dengan tingkat prevalensi rendah di antara populasi umum. Penyakit tidak
menular termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit metabolisme, dan kanker, juga telah
terdeteksi meningkat dan menjadi penyebab utama kematian.
Strategi Departemen Kesehatan memiliki empat pilar: pemberdayaan masyarakat;
pembiayaan kesehatan; akses ke layanan kesehatan; dan pengawasan. Pilar ini
diterjemahkan menjadi program untuk mencapai tujuan berikut: pemberdayaan
masyarakat akan dicapai melalui program Desa Siaga, yang mengawasi pekerja kesehatan
(bidan dan/atau perawat) di setiap desa sampai 2009.
Masalah kesehatan memang selalu menjadi topik pembicaraan yang panjang. Dalam
beberapa dekade, penyakit selalu menjadi teror yang berada dekat dengan setiap
orang. Tahun ini, setidaknya terdapat enam penyakit yang meresahkan kesehatan
masyarakat secara umum.
1. Aktivitas fisik dan nutrisi
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat
membantu mencegah penyakit tertentu, seperti kanker, jantung, diabetes,
meringankan depresi dan juga meningkatkan mood. Pada umumnya aktivitas fisik
mulai menurun ketika kita telah mencapai usia lanjut, walaupun beberapa orang
usia lanjut masih melakukan berbagai aktivitas fisik.
Seperti halnya olahraga, perhatian kita terhadap makan juga akan semakin
menurun. Padahal makanan adalah jalur asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Seperti isu kesehatan yang diusung oleh WHO (World Health Organization)
di tahun ini adalah mengenai keamanan pangan. Selain menjadi jalur asupan
nutrisi, makanan juga bisa menjadi jalur masuk penyakit dalam tubuh kita.
ruangan. Virus zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa
kehamilan.
3. Siapa yang berisiko terinfeksi virus Zika?
Siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus Zika memiliki
risiko untuk terinfeksi termasuk ibu hamil.
4. Apa saja gejala infeksi virus Zika?
1 diantara 5 orang yang terinfeksi virus zika menunjukkan gejala. Adapun gejala infeksi
virus zika diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot,
sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva. Pada beberapa kasus zika
dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Gejala penyakit ini
menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama 2-7 hari. Penyakit ini
kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi
tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.
5. Apakah ada komplikasi yang ditimbulkan dari infeksi virus Zika?
Pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami sindrom Guillane Bare.
Namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.
6. Apa jenis pemeriksaan virus Zika untuk ibu hamil?
Pada minggu pertama demam, virus Zika dapat dideteksi dari serum dengan pemeriksaan
RT-PCR.
7. Apakah sudah ada vaksin atau obat untuk virus Zika?
Belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan berfokus
pada gejala yang ada.
8. Apa yang harus dilakukan jika terinfeksi virus Zika?
Jika terinfeksi virus Zika, maka lakukan hal-hal sebagai berikut:
o Istirahat cukup
o Konsumsi cukup air untuk mencegah dehidrasi
o Minum obat-obatan yang dapat mengurangi demam atau nyeri
o Jangan mengkonsumsi aspirin atau obat-obatan NSAID (non stereoid anti
inflmation) lainnya.
o Cari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat.
Hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi yang
dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat.
13. Apa yang harus dipertimbangkan ibu hamil yang akan bepergian ke area terjangkit
virus Zika?
Sebelum pergi ke area terjangkit virus Zika dianjurkan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter. Selain itu pada masa selama berada di area terjangkit diharapkan
melakukan perlidungan ekstra terhadap gigitan nyamuk.
14. Ibu hamil yang bagaimanakah yang harus dilakukan pemeriksaan virus Zika?
Ibu hamil yang harus diperiksa untuk virus zika adalah yang memiliki riwayat perjalanan
dari area terjangkit dan juga memiliki 2 atau lebih gejala dari infeksi virus Zika.