Anda di halaman 1dari 40

MODUL PEMBINAAN

DUTA REMAJA

DOKTER INTERNSIP ANGKATAN V GELOMBANG I


UPT PUSKESMAS PUNUNG
PACITAN, JAWA TIMUR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul
pembinaan Duta Remaja ini. Modul ini disusun dalam rangka pembinaan duta remaja.

Punung, 14 Februari 2016


Penulis,

Dokter intrinship
PKM Punung Kab. Pacitan

DAFTAR ISI

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL MELALUI 8 FUNGSI


KELUARGA

A. PENDAHULUAN
Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan yang matang dari setiap
pasangan. Menyiapkan pribadi yang matang sangat diperlukan dalam membangun keluarga yang
harmonis. Menyiapkan pribadi yang matang dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai moral
dengan melaksanakan 8 fungsi keluarga yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih dan
sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dalam
setiap fungsi keluarga terdapat nilai-nilai oral yang harus diterapkan dalam keluarga.
B. 8 FUNGSI KELUARGA
Pengamalan nilai-nilai moral
menurut

fungsi

keluarga

dapat diuraikan sebagai berikut:


1.Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar
bagi setiap manusia yang ada
sejak

dalam

kandungan.

Keluarga adalahtempat pertama


seorang anak mengenal agama.
Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama,
sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Dalam fungsi agama,
terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai
dasar tersebut diantaranya:
a. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan
YME, mengamalkan segala ajaranNya.

b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang
diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.
d. Tenggang rasa ditandai denganadanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat
dan karakternya.
e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan
berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan
sesuatu yang benar secara konsisten.
g. Ketaatan, maksudnya dengan segeradan senang hati melaksanakan apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya.
h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa
mengharapkan imbalan.
i. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.
j. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma
dan nilai-nilai agama.
k. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam
menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan.
l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan
kecintaan terhadap seseorang.
2. Fungsi Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia
membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan
memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu
mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat. Dalam fungsi sosial budaya,
terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai
dasar tersebut diantaranya:
a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh sukarela
dan kekeluargaan.
b. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial budaya
setempat.

c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan harmonis.


d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.
e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan sekepentingan.
f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.
g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia yang harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat bangsa.
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Dengan
kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai
orang lain. Dalam fungsi cinta dan kasih sayang terdapat8 (delapan) nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah:
a. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain
b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan perasaan
c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak
d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam
e. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan
f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka membantu orang lain
g. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu orang lain
h. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya.
4. Fungsi Perlindungan

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini
dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya. Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Aman, dimaksudkan suatu perasaanyang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran
b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan memberi

kesempatan untuk memperbaikinya


c. Tanggap,

maksudnya

mengetahui

dan

menyadari

sesuatu

yang

akan

membahayakan/mengkhawatirkan
d. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan
e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari kerusakan

5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai pengembangan dari
tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan
suami istri yang sah.
Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Tanggung jawab dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya
b. Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi serta
rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksi dicirikan dengan
kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya
c. Teguh dimaksudkan adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu menjaga
kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya saling
membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
fungsi sosialisasi dan pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan
dalam keluarga.
Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta
memutuskan sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
b. Luwes yaitu mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya dengan
mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan siapa saja.
c. Bangga yaitu perasaan senang

yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan

tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan.


d. Rajin yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan
berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Orang rajin dicirikan dengan selalu
menyediakan waktu tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita.
e. Kreatif yaitu mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang kreatif dapat
dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak pernah
berhenti.
f. Tanggungjawab yaitu mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya.
g. Kerjasama yaitu melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama.

7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Dalam fungsi ekonomi terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
8. Fungsi Lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar
dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera. Dalam
fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga. Kedua nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan
polusi.
b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.

NAPZA
A.

PENGERTIAN NAPZA

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/ obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
B. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN
1. NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh :
morfin, petidin).
Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain.
Ganja atau kanabis, marijuana,
Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:

PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk


kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu,
LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. ( Contoh amfetamin, metilfenidat
atau ritalin)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil
Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu


Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan

lain-lain
Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

3. ZAT ADIKTIF LAIN Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a.

Minuman beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu.
Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat
pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)


Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny

Walker, Kamput.)
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner,
c.

penghapus cat kuku, bensin.


Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.

C. Penyalahgunaan NAPZA
adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus
menerus. Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik secara fisik/jasmani,
mental dan emosional. Menimbulkan gangguan fisik, mental, emosional dan fungsi sosial.
NAPZA berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan dokter. Umumnya penyalahgunaan
Napza digunakan berbarengan dengan zat-zat lain yang mempunyai efek yang berbeda.
1. Tahap pengguna
Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang/hura-hura, seringkali pada
awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin bisa
jadi kecanduan/ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba, derajat pemakaian
tanpa disadari akan meningkat dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada
obat tersebut.
Dalam hal pemakaian biasanya pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:
a. Pemakai coba-coba (experimental use)
yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.

b. Pemakai sosial/rekreasi (social/recreational use)


yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai.
Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap
yang lebih berat
c. Pemakai Situasional (situasional use)
yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan,
kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse)
yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang)
yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan,
berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh.
Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh :
tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku agresif dan tak wajar,
hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau
kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif
e. Ketergantungan (dependence use)
yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau
dikurangi dosisnya.
2. Gejala Ketergantungan penggunaan NAPZA
a.
b.

Keinginan kuat untuk memakai napza berulang kali.


Kesulitan mengendalikan penggunaan napza, baik dalam usaha menghentikan maupun

c.

mengurangi tingkat pemakaiannya.


Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakaiannya

d.

dikurangi.
Toleransi artinya jumlah napza yang diperlukan semakin besar, agar diperoleh pengaruh

e.

yang sama terhadap tubuh.


Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk

f.
g.

memperoleh napza.
Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan.
Menyangkal artinya tidak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba, alat
pemakaian dan gejala menggunakan napza.

3. Faktor penyebab
Faktor penyebab remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal dapat dipengaruhi oleh kepribadian dan kondisi kejiwaan yang labil pada
seseorang.
Faktor internal penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
1. Lemahnya kepribadian
Kesulitan remaja mengembangkan kepribadian dapat menghambat proses sosialisasi.
Manifestasi lemahnya kepribadian ini menyebabkan timbulnya tingkat emosional yang labil,
sehingga sifat toleransi stres pun rendah.
2. Kurang percaya diri, gangguan emosi, mudah menyerah dan kurang memiliki daya juang
dalam mengatasi masalah.
3. Perkembangan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi tekanan atau masalah dapat
menyebabkan remaja berperilaku menyimpang.
4. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang permisif (daya adaptasi
rendah).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan disekitarnya. Faktor
eksternal penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
a.

Situasi permisif yang memungkinkan seseorang untuk menggunakan NAPZA di waktu luang

b.
c.
d.
e.

(seperti tempat rekreasi, diskotik, pesta ulang tahun, dll).


Lingkungan pergaulan yang bebas.
Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
Keinginan untuk diterima oleh kelompok dan solidaritas kelompok.
Pengaruh media (cetak dan elektronik).

4. Zat dalam Napza


Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, secara fisik dan psikologis orang
tersebut tidak dapat lagi hidup normal, karena tingkat ketergantungan orang tersebut terhadap zat
dalam NAPZA sangat tinggi.

Secara fisik, ia akan merasa kesakitan dan tidak nyaman secara terusmenerus, bila tidak
menggunakan NAPZA. Kesakitan dan penderitaannya hanya akan hilang ketika ia menggunakan
NAPZA.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nyaman yang biasa dirasakan ketika zat-zat
tersebut bereaksi dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan "kenyamanan" bagi pengguna,
mendorong

terjadinya

pemakaian

berulang-ulang

dan

berkepanjangan

yang

akhirnya

menyebabkan ketergantungan.
5. Dampak penyalahgunaan NAPZA
a. Fisik
Dampak penyalahgunaan NAPZA bagi tubuh manusia tergantung pada jenis, dosis,
frekuensi dan cara penggunaan Napza. Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi
pada seluruh organ tubuh atau bahkan kematian, yaitu :
1.

Gangguan pada sistim syaraf seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran,

2.

kerusakan syaraf tepi.


Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti infeksi akut otot jantung, ganguan

3.
4.

peredaran darah.
Gangguan pada kulit, seperti pernanahan, bekas suntikan, alergi.
Gangguan pada paru-paru, seperti penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,

5.
6.

pengerasan jaringan paruparu, pengumpulan benda asing yang terhirup.


Gangguan pada darah, seperti pembentukan sel darah terganggu.
Gangguan pencernaan, seperti mencret, radang lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis,

7.

perlemakan hati, pengerasan dan pengecilan hati.


Gangguan sistim reproduksi, seperti gangguan fungsi seksual (mandul, impotensi),

8.

menstruasi yang tidak teratur dan cacat pada janin.


Gangguan pada otot dan tulang, seperti peradangan otot akut dan penurunan fungsi otot

9.

(akibat alkohol).
Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian jarum suntik berganti-gantian.

b. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami oleh pengguna NAPZA
antara lain: paranoid, gelisah, hiperaktif, curiga, agresif, emosional, introvert, anoreksia dan
insomnia.

c. Sosial Ekonomi
Dampak secara sosial ekonomi bagi pengguna NAPZA antara lain :
1) Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah dan malu karena barang berharga
sering hilang, anak menjadi sering berbohong, mencuri, menipu bersikap kasar dan acuh tak acuh
terhadap urusan keluarga.
2) Sekolah
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal
tersebut ditunjukkan dengan penurunan prestasi belajar, lebih banyak membolos dan menciptakan
iklim acuh tak acuh di lingkungannya.
3) Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan terhadap penyalahgunaan napza
dan tidak memiliki daya tahan, akibatnya akan mengganggu ketertiban dan keamanan
dilingkungannya.

TRIAD KRR : HIV dan AIDS


A. Konsep HIV dan AIDS
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh,
karena terinfeksi virus HIV.
B. Perjalanan Infeksi HIV
1. Fase 1 (2 6 bulan)
Masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibodi
terhadap HIV atau disebut HIV positif. Pada fase ini belum menunjukkan gejala, namun sudah
bisa menularkan HIV kepada orang lain.
2. Fase 2 (3-10 tahun)
Pada fase ini, pengidap HIV belum menunjukkan gejala (tampak sehat) dan dapat
beraktifitas seperti biasa.
3. Fase 3 (AIDS)
Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh, artinya HIV sudah berubah
menjadi AIDS. Timbul infeksi oportunistik yaitu infeksi yang tidak berbahaya bagi orang yang

memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun berakibat fatal bagi orang yang mengidap
HIV. Misalnya: Sarkoma Kaposi dan Pneumonia Pneumocystis Carinii.
Tanda-tanda AIDS antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
Batuk yang tidak sembuh-sembuh.
Kulit gatal di seluruh tubuh.
Infeksi jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan.
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan.

C. Penularan HIV dan AIDS


1. Media Penularan
a. Darah
b. Cairan sperma
c. Cairan vagina
2. Cara Penularan
a. Melalui transfusi darah atau produk darah
b. Transplantasi organ atau jaringan tubuh
c. Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian, misalnya jarum
suntik di antara pengguna narkotika
d. Pemakaian jarum suntik/alat tajam yang memungkinkan terjadinya luka, secara
bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat.
e. Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan
cairan vagina (pada seks vaginal); atau cairan sperma dengan darah (pada seks anal) tanpa
penghalang (dalam hal ini kondom)
f. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta.
Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina.
Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
3. Perilaku yang berisiko menularkan HIV dan AIDS
a.
b.
c.
d.
e.

Menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV


Mempunyai salah satu penyakit/infeksi menular seksual
Berhubungan seks melalui anus
Pekerja Seks Komersial (PSK)
Hubungan seksual yang sering berganti-ganti pasangan

D. Pencegahan HIV dan AIDS


Untuk mencegah penularan HIV dan AIDS sebenarnya mudah, ingat saja
ABCDE yang merupakan kepanjangan dari:
A = Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan.
B = Be faithfull, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah menikah.
C = Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual(melindungi diri)
D = Don't use drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali.
E = Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka dan digunakan
secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur.
E. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Agar Tidak Tertular HIV dan AIDS
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV, apabila perilaku sehariharinya berisiko
tinggi terpapar HIV, oleh karena itu yang perlu dilakukan :
1. Bagi Remaja :
a. Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan HIV/AIDS.
b. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
c. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas remaja kepada orangtua, guru,
teman atau orang yang memiliki pengetahuan terhadap isu.
d. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tattoo dan tindik.
e. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang terpapar HIV .
f. Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.
2. Bagi Pengguna Napza :
a.
b.
c.
d.

Mulai berhenti menggunakan Napza, sebelum terinfeksi HIV


Atau paling tidak, tidak memakai jarum suntik
Atau paling tidak, sehabis dipakai, jarum suntik langsung dibuang dan dihancurkan
Atau paling tidak kalau menggunakan jarum yang sama, sterilkan dulu, yaitu dengan
merendam ke dalam desinfektan (dengan kadar campuran yang benar) atau direbus
dengan ketinggian suhu yang benar.

F. Pemeriksaan/Tes HIV dan AIDS


1. Tes darah HIV dan AIDS

Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah
positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam
sampel darahnya.
Ada 2 macam tes HIV :
a. ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk menganalisis adanya interaksi
antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim.
b. Western Blot
Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan.
Sampel yang positif pada tes ELISA dapat dikonfirmasi dengan tes Western Blot.
2. Syarat Tes HIV dan AIDS
Syarat tes darah untuk keperluan HIV adalah :
a. Bersifat rahasia
b. Harus dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes
c. Tidak ada unsur paksaan
3. Prosedur Tes HIV dan AIDS
a. Konseling Pre Test
Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil.
Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui risiko dari perilakunya selama
ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre test juga
bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan tes atau tidak, serta
mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif.
Tes darah ELISA
1) Hasil tes ELISA (-) kembali ke konseling, penataan perilaku seks yang aman (ingat
periode jendela). Pemeriksaan diulang kembali dalam waktu 3-6 bulan berikutnya.
2) Hasil tes ELISA (+) konfirmasikan dengan Western Blot.
Tes Western Blot

1) Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam keadaan tanpa nama).
Lakukan post konseling dan pendampingan (menghindari emosi putus asa keinginan
untuk bunuh diri).
2) Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes ELISA (-)
b. Konseling post test
Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif
maupun negatif. Konseling post test sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya
HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk
bisa mengatasinya dan menjalin hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV
negatif, konseling post test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah
infeksi HIV di masa datang.
G. Prinsip Pengobatan HIV dan AIDS
Belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu atau vaksin
yang dapat mencegah AIDS. Ada 2 macam pengobatan pada HIV dan AIDS :
1. Obat Anti Retroviral (ARV)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses perkembangbiakan HIV dalam sel
CD4 sehingga kondisi tubuh tetap terjaga dan memperbaiki kualitas hidup.
2. Obat infeksi oportunistik
Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi oportunistik. Contohnya: Kotrimoksazol
dosis tinggi untuk mengatasi Pneumonia Pneumocystis Carinii dan radioterapi pada
Sarkoma Kaposi. Di samping itu, gejala klinis juga dapat dijadikan kriteria untuk
memulai pengobatan berdasarkan riwayat infeksi oportunistik dan penyakit yang
berhubungan dengan HIV. Misalnya infeksi jamur kandida di dalam mulut, kehilangan
lebih dari 10 persen berat badan atau demam lebih dari satu bulan.

H. Stigma dan Diskriminasi Masyarakat


Terdapat banyak pendapat untuk memasukkan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) ke
penampungan khusus penderita HIV dan AIDS. Namun ini berarti merupakan satu bentuk
diskriminasi terhadap ODHA. Padahal, tanpa melakukan kontak seksual maupun kontak darah
dengan ODHA, HIV dan AIDS yang ada pada tubuh ODHA tidak akan menular ke individu

lain, termasuk kepada Orang Hidup Dengan HIV dan AIDS (OHIDHA). Selain itu individu
yang masih ada dalam fase HIV masih produktif. Sehingga individu yang bersangkutan masih
dapat bekerja dan menghasilkan. Dengan adanya shelter berarti terjadi diskriminasi dalam
perlakuan.
Sebagian masyarakat melakukan diskriminasi karena :
1) Kurang memperoleh informasi yang benar bagaimana cara penularan HIV dan AIDS,
hal-hal apa saja yang dapat menularkan dan apa yang tidak menularkan.
2) Ketakutan terhadap HIV dan AIDS sebagai penyakit yang mematikan. Sehingga
mereka belum percaya sepenuhnya informasi yang diberikan.
I. Hal-hal yang dapat dilakukan
1. Oleh ODHA
a.
b.
c.
d.
e.

Mendekatkan diri pada Tuhan


Menjaga kesehatan fisik
Menghindari penyalahgunaan NAPZA
Menghindari seks bebas dan tidak aman
Berusaha mendapatkan terapi HIV dan AIDS

2. Oleh Masyarakat
a. Masyarakat peduli dengan penanggulangan epidemi AIDS
b. Masyarakat mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi
c. Masyarakat peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan penolakan dari orang lain.

Beberapa Permasalahan Aktual Yang Terjadi di Indonesia dan Dunia


A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki


peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama
selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi
masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan
umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup (20022003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997)
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun
(Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita,
telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat 10
provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40% yaitu di
provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk
miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah
perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat. Angka kesakitan yang
tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi
pada wanita dibanding pria. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit gigi
dan mulut, gangguan refraksi dan penglihatan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), gangguan
pembentukan darah (anemia) dan imunitas, hipertensi, penyakit saluran cerna, penyakit mata
lainnya, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging diseases seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, Chikungunya, SARS,
Avian Influenza serta penyakit-penyakit re-emerging diseases seperti malaria dan TBC.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi

oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan
Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di
semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi
kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait
dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit
yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220 obat. Penggunaan obat generik
dan obat tradisional cenderung mengalami kenaikan, dan 95 persen kebutuhan obat nasional telah
dipenuhi dalam negeri. Demikian juga dengan vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun
demikian ketersediaan, mutu, keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal
serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Selain itu Obat Asli Indonesia
(OAI) belum sepenuhnya dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat
besar. Pengawasan terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan lebih luas
meliputi produk pangan, suplemen makanan, obat tradisional, kosmetika, produk terapetik/obat,
dan NAPZA disertai dengan penyidikan kasus tindak pidana. Dalam hal tenaga kesehatan,
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan.
Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target
Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan
dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai. Pada tahun 2003, rasio tenaga
dokter 17.47, dokter spesialis 5.2, Perawat 108.53, dan Bidan 28.40 per 100,000 penduduk.
Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya desentralisasi
kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan

Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan, peningkatan sistem
informasi, terbatasnya pemahaman terhadap peraturan perundangan serta struktur organisasi
kesehatan yang tidak konsisten.
B. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu
hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah,
serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan
baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi
kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku.
Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah
kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan
proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus
ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian
yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial
ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit
infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
4.
5.
6.
7.
8.

sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan
juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan

kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
C. Strategi Paradigma Kesehatan
Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap informasiinformasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era
reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis
pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan
cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif)
terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma
atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan

meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar
masyarakat yang belum jatuh sakit (preventif) agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan.
D. Konsep Baru Tentang Makna Sehat
Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang nilai, peran
penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan Yunani
bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang berorientasi pada
kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat bila tidak
ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan
agama. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. Seseorang
disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab
penyakit. Tahun lima puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang
tertera dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup produktif sosial
dan ekonomi.
Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada yang mengutamakan
konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
1. Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki makna
tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda
dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi
intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk
meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama
(1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke
orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula disebabkan oleh
penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.

b. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.


c. Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.
Balonde (1974) dan diperkuat oleh Hendrik L. Blum (1974) dalam tulisannya secara jelas
mengatakan bahwa status kesehatan penduduk bukanlah hasil pelayanan medis semata-mata.
Akan tetapi faktor-faktor lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika justru lebih menentukan
terhadap status kesehatan penduduk, dimana perubahan pemahaman dan pengetahuan tentang
determinan kesehatan tersebut, tidak diikuti dengan perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan
kesehatan di Indonesia, seperti membuat peraturan perundang-undangan yang penting dalam
Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 terutama yang berkaitan dengan upaya promotif
dan preventif sebagaimana tujuan program kesehatan dalam GBHN.
2. Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka
panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk
menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih
efektif yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health
Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu
menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya kesehatan
dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun
mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif
dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara
penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi
masyarakat dari pencemaran.

g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan


masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara
sehat.
j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan
masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Upaya kesehatan seperti tersebut diatas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan.
3. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotifpreventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik
kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang
menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit.
Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu didahului dengan
perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama. Upaya kesehatan di
masa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif
sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status
kesehatan yang cukup.
4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang cukup
luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit, maka untuk
mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya promotif-preventif
proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat, maka semua
wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan penyesuaian atau bahkan reformasi
termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat penyuluhan kesehatan.

5. Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator positif,
bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan
agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang


Mengukur kemampuan fisik
Penilaian atas kesehatan sendiri
Indeks massa tubuh

6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan
penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan
bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan
terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat,
mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan
yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana
mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas
kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
8. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya
anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial
ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor
konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,

sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sektor ini
tidak akan meningkat.

E. Kesehatan Lingkungan
2.1 Definisi Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula.
Menurut WHO,kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan,adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk
mendukung tercapainya realitas hidup yang sehat,sejahtera dan bahagia.
2.2 Syarat-syarat Lingkungan yang Sehat
a) Keadaan Air
b) Keadaan Udara
c) Keadaan Tanah
2.3 Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1)
2)
3)
4)

Tidak mencemari air dengan membuang sampah di sungai


Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
Mengolah tanah sebagaimana mestinya
Menanam tumbuhan,atau sesuatu yang bermanfaat pada lahan-lahan yang kosong

2.4 Faktor-faktor Kesehatan Lingkungan


Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan
a. Lingkungan sehat
Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk menciptakan masyarakat yang
terbebas dari segala macam penyakit.
Faktor yang mempengaruhinya:

Faktor fisik
Faktor sosial

Faktor ekonomi

b. Lingkungan Tidak Sehat


Faktor yang mempengaruhinya :

Faktor fisik
Faktor sosial
Faktor ekonomi

2.5 Dampak Lingkungan yang Tidak Sehat


a) Munculnya berbagai penyakit
b) Menurunya kualitas kesehatan lingkungan masyarakat
c) Merusak estetika kota
d) Dalam jangka panjang dapat mempengaruhi arus investor ke daerah
e) Polusi adalah sampah menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit

infeksi seperti,saluran

pencernaan,kolera,tifus,disentri,dll.
2.6 Tujuan Kesehatan Lingkungan
a. Tujuan Umum
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat
b. Tujuan Khusus
1) Mengurangi Pemanasan Global.Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada
lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2
(okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon)
yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara
langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk
bernafas.
2) Terlindunginya Negara dari kegiatan Negara lain yang berkaitan merusak lingkungan
sehat
3) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia lingkungan hidup sebagai tujuan
pembangunan
4) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk kepentingan generasi
5) Menjaga Kebersihan Lingkungan.Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga
kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala
penyakit dan sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang paling utama.
Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;

membersihkan sampah organik,merupakan sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat


organik didalam tanah,dapat dibersihkan dengan cara mengubur sampah itu dalam-dalam.
Contoh; daun-daun tumbuhan,ranting-ranting tumbuhan,atau akar-akar tumbuhan.

membersihkan sampah non organik,adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan
oleh zat organik) dengan sendirinya,dapat dibersihkan dengan cara membakar sampahnya
terlebih dahulu kemudian membakarnya.

2.7 Upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan


1) Upaya pengelolaan lingkungan hidup
Yang meliputi ekosistem daratan, kawasan pesisir dan ekosistem laut.
2) Upaya pengelolaan lingkungan buatan
Yang meliputi pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan perlindungan air, tanah,
udara dan pengelolaan limbah.
3) Upaya pengelolaan lingkungan sosial
Meliputi pembangunan kualitas hidup penduduk, pembangunan kualitas lingkungan
sosial.
4) Upaya pengembangan modal social
Meliputi kearifan lingkungan, etika lingkungan dan pembangunan jiwa sosial yang tinggi.
2.8 Kasus Mengenai Masalah Kesehatan Lingkungan
1. Pencemaran Udara
2. Kurangnya Penyediaan Air Bersih
3. Terjadinya Penumpukan Sampah di Sembarang Tepat
F. Beberapa Isu Nasional mengenai kesehatan baik di Indonesia atau Dunia
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan rapat di markas besarnya di Jenewa, Swiss,
Selasa-Jumat (21-24/10). Rapat tersebut mengundang 18 pakar kesehatan masyarakat dari
berbagai negara di dunia.
Indonesia diwakili oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), Tjandra Yoga Aditama.
Enam masalah prioritas tersebut, yakni menyelesaikan agenda kesehatan MDGs yang belum
selesai. Agenda tersebut antara lain :
1. kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.
2. menangani penyakit tidak menular (PTM) dan faktor risikonya. Yaitu penyakit kanker,
jantung, diabetes, dan penyakit paru kronik. Sedangkan faktor risiko yakni merokok, diet,
kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol.

3. Ketiga, penerapan International Health Regulation (IHR) 2005. "Supaya dunia siap
menghadapi kemungkinan pandemi dan melakukan prevensi, deteksi dan respons (PDR)
untuk penyakit wabah dunia. Seperti Ebola, MERS CoV, flu burung, dan lain-lain,
imbuhnya.
4. menjamin terselenggaranya Universal Health Coverage (UHC). Seperti Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Hal itu bertujuan agar masyarakat yang sakit mendapat
pelayanan baik dan terjangkau tanpa memberi beban finansial bagi diri dan keluarga
mereka. Kalau sekarang pada era presiden Jokowi lebih dikenal dengan KIS (kartu
indonesia sehat) dan perubahan nama ASKES menjadi BPJS yang mencakup baik bagi
seluruh anggota Askes dahulunya atau yang mandiri.
5. jaminan ketersediaan obat dan alat kesehatan yang baik dan bermutu pada seluruh
masyarakat di mana pun berada.
6. menangani determinan sosial, ekonomi dan lingkungan yang jelas akan mempengaruhi
status kesehatan masyarakat," paparnya.
Hasil kesehatan telah membaik secara signifikan di Indonesia sejak 1960-an. Tingkat
kematian anak turun dari 220 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1960 menjadi 45 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2007. Hasil awal Survei Kesehatan Demografi Indonesia
(IDHS) 2007 menunjukkan penurunan signifikan dalam Rasio Kematian Ibu (MMR).
Sama halnya, status nutrisi pun menunjukkan kemajuan pesat dari 38 persen di tahun
1990 menjadi 25 persen di tahun 2000. Faktor-faktor ini memberi kontribusi terhadap
peningkatan harapan hidup dari 43 di tahun 70-an menjadi 70,5 di tahun 2008. Walaupun
ada kemajuan di atas, peningkatan dalam Tingkat Kematian Anak (IMR), telah melambat,
bahkan stagnan dalam lima tahun terakhir. Nilai rata-rata nasional menutupi seriusnya
perbedaan geografis yang sedang terjadi termasuk variasi substansial dalam IMR antar
provinsi dan tingkat malnutrisi. Perbedaan ini juga ditunjukkan dalam cakupan program
kesehatan, misalnya kunjungan pada masa kehamilan, perawatan kelahiran yang terampil,
serta tingkat imunisasi bayi yang lengkap.
Pada saat yang sama, Indonesia menghadapi tantangan demografi, beragam epidemi, dan
berada pada persimpangan jalan nutrisi. Penyakit menular tetap merupakan tantangan
signifikan terhadap sistem kesehatan seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya tren

berbagai penyakit menular yang terabaikan, misalnya filariasis. Deteksi kasus


tuberkulosis sangat bervariasi lintas wilayah. Pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di
kalangan

kelompok

berisiko

tinggi

sangat

mengkhawatirkan,

walaupun

tetap

terkonsentrasi, dengan tingkat prevalensi rendah di antara populasi umum. Penyakit tidak
menular termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit metabolisme, dan kanker, juga telah
terdeteksi meningkat dan menjadi penyebab utama kematian.
Strategi Departemen Kesehatan memiliki empat pilar: pemberdayaan masyarakat;
pembiayaan kesehatan; akses ke layanan kesehatan; dan pengawasan. Pilar ini
diterjemahkan menjadi program untuk mencapai tujuan berikut: pemberdayaan
masyarakat akan dicapai melalui program Desa Siaga, yang mengawasi pekerja kesehatan
(bidan dan/atau perawat) di setiap desa sampai 2009.
Masalah kesehatan memang selalu menjadi topik pembicaraan yang panjang. Dalam
beberapa dekade, penyakit selalu menjadi teror yang berada dekat dengan setiap
orang. Tahun ini, setidaknya terdapat enam penyakit yang meresahkan kesehatan
masyarakat secara umum.
1. Aktivitas fisik dan nutrisi
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat
membantu mencegah penyakit tertentu, seperti kanker, jantung, diabetes,
meringankan depresi dan juga meningkatkan mood. Pada umumnya aktivitas fisik
mulai menurun ketika kita telah mencapai usia lanjut, walaupun beberapa orang
usia lanjut masih melakukan berbagai aktivitas fisik.
Seperti halnya olahraga, perhatian kita terhadap makan juga akan semakin
menurun. Padahal makanan adalah jalur asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Seperti isu kesehatan yang diusung oleh WHO (World Health Organization)
di tahun ini adalah mengenai keamanan pangan. Selain menjadi jalur asupan
nutrisi, makanan juga bisa menjadi jalur masuk penyakit dalam tubuh kita.

Sehingga menjadi sesuatu yang penting untuk memperhatikan keamanan pangan


yang kita konsumsi sehari-hari.
2. Obesitas
Berat badan yang berlebih atu dalam dunia medis dikenal dengan obesitas ternyata
meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi,diabetes tipe 2, penyakit jantung
koroner, stroke,penyakit kandung empedu,osteoarthritis, sleep apnea, gangguan
pernapasan,penyakit payudara, prostat, kanker usus besar, dislipidemia dan
endometrium.
3. Tembakau
Tembakau yang saat ini lebih banyak dikonsumsi melalui rokok adalah penyebab
terbesar kematian dini, setidaknya ini sesuai dengan catata kesehatan di Amerika
Serikat. Mereka menyebutnya dengan
"Tobacco dependence disease" atau penyakit ketergantungan tembakau. Pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika (The Centers for Disease Control
and Prevention ) mengatakan bahwa perokok yang mencoba berhenti lebih
berhasil ketika mereka memiliki dukungan dari dokter.
4. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat yang dimaksud di sini adalah penyalahgunaan obat-obatan
terlarang dan alkohol. Sebuah masalah kesehatan yang masih mengakar pada
kalangan muda. Seperti yang kita tahu ketergantungan akan obat-obatan terlarang
dan alkohol dapat menyebabkan penyakit yang serius dan bahkan mampu
menyebabkan kematian.
5. HIV/AID

Seolah-olah masih belum bisa terlepas dari bayang-bayang HIV/AIDS, antara


tahun 1991 dan 1996, AIDS yang terjadi pada usia dewasa terjadi dua kali lebih
cepat dari usia muda. Alasan utamanya adalah, dalam usia dewasa (sekitar usia 50an) kebanyakan orang melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
Padahal dalam usia ini, sistem kekebalan tubuh telah menurun. Gejala yang
dimunculkan oleh penderita HIV pada usia ini seperti kelelahan, penurunan berat
badan, demensia, ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala
yang dimunculkan tersebut sangat mirip dengan gejala kesehatan usia lanjut.
6. Kesehatan mental
Kenal demensia? Demensia yang identik dengan kesehatan usia lanjut ini ternyata
bukan penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Demensia dapat disebabkan oleh
penyakit,reaksi terhadap obat-obatan,masalah penglihatan, masalah pendengaran,
infeksi, ketidakseimbangan gizi, diabetes, dan gagal ginjal.
Ada banyak penyakit demensia (salah satunya Alzheimer) dan beberapa penyakit
bisa bersifat sementara, jika melakukan penanganan medis yang tepat. Masalah
kesehatan mental yang akhir-akhir ini mulai populer adalah depresi. Jika tidak
diobati, depresi dapat menyebabkan si penderita melakukan tindakan-tindakan
yang berbahaya, termasuk bunuh diri.
PERTANYAAN SEPUTAR PENYAKIT VIRUS ZIKA
1. Apakah virus Zika itu?
Virus Zika merupakan salah satu virus dari jenis Flavivirus. Virus ini memiliki kesamaan
dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus.
2. Bagaimana cara penularan virus Zika?
Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit
Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes aegypti untuk daerah tropis, Aedes
africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain. Nyamuk Aedes
merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari, dan daoat hidup di dalam maupun luar

ruangan. Virus zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa
kehamilan.
3. Siapa yang berisiko terinfeksi virus Zika?
Siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus Zika memiliki
risiko untuk terinfeksi termasuk ibu hamil.
4. Apa saja gejala infeksi virus Zika?
1 diantara 5 orang yang terinfeksi virus zika menunjukkan gejala. Adapun gejala infeksi
virus zika diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot,
sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva. Pada beberapa kasus zika
dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Gejala penyakit ini
menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama 2-7 hari. Penyakit ini
kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi
tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.
5. Apakah ada komplikasi yang ditimbulkan dari infeksi virus Zika?
Pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami sindrom Guillane Bare.
Namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.
6. Apa jenis pemeriksaan virus Zika untuk ibu hamil?
Pada minggu pertama demam, virus Zika dapat dideteksi dari serum dengan pemeriksaan
RT-PCR.
7. Apakah sudah ada vaksin atau obat untuk virus Zika?
Belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan berfokus
pada gejala yang ada.
8. Apa yang harus dilakukan jika terinfeksi virus Zika?
Jika terinfeksi virus Zika, maka lakukan hal-hal sebagai berikut:
o Istirahat cukup
o Konsumsi cukup air untuk mencegah dehidrasi
o Minum obat-obatan yang dapat mengurangi demam atau nyeri
o Jangan mengkonsumsi aspirin atau obat-obatan NSAID (non stereoid anti
inflmation) lainnya.
o Cari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat.

9. Bagaimana cara pencegahan penularan virus Zika?


Pencegahan penularan virus ini dapat dilakukan dengan:
o menghindari kontak dengan nyamuk
o melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus (menguras dan
menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau melakukan daur ulang
barang bekas, ditambah dengan melakukan kegiatan pencegahan lain seperti
menabur bubuk larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat
nyamuk atau anti nyamuk, dll)
o melakukan pengawasan jentik dengan melibatkan peran aktif masyarakat melalui
Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
o meningkatkan daya tahan tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
seperti diet seimbang, melakukan aktifitas fisik secara rutin, dll.
o pada wanita hamil atau berencana hamil harus melakukan perlindungan ekstra
terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus Zika selama kehamilan,
misalnya dengan memakai baju yang menutup sebagian besar permukaan kulit,
berwarna cerah, menghindari pemakaian wewangian yang dapat menarik perhatian
nyamuk seperti parfum dan deodoran.
10. Negara manasajakah yang melaporkan keberadaan kasus penyakit virus Zika?
Beberapa negara yang pernah melaporkan keberadaan kasus penyait virus Zika adalah
Barbados, Bolivia, Brasil, Cap Verde, Colombia, Dominican Republic, Ecuador, El
Salvador, French Guiana, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique,
Mexico, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, Venezuela, dan Yap
11. Apakah efek yang bisa ditimbulkan pada ibu hamil yang terinfeksi virus Zika?
Selama ini belum ada bukti yang kuat bahwa ibu hamil lebih berisiko atau mengalami
penyakit yang lebih berat selama masa kehamilan. Selain itu juga belum diketahui bahwa
ibu hamil lebih berisiko terhadap sindrom guillan barre.
12. Apakah ada hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefalus
kongenital?

Hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi yang
dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat.
13. Apa yang harus dipertimbangkan ibu hamil yang akan bepergian ke area terjangkit
virus Zika?
Sebelum pergi ke area terjangkit virus Zika dianjurkan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter. Selain itu pada masa selama berada di area terjangkit diharapkan
melakukan perlidungan ekstra terhadap gigitan nyamuk.
14. Ibu hamil yang bagaimanakah yang harus dilakukan pemeriksaan virus Zika?
Ibu hamil yang harus diperiksa untuk virus zika adalah yang memiliki riwayat perjalanan
dari area terjangkit dan juga memiliki 2 atau lebih gejala dari infeksi virus Zika.

Anda mungkin juga menyukai