Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami
trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran dan pembedahan. Gejala
yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah pada urin (hematuria), berkurangnya
proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan,
memar, dan jika berat dapat menurunkan tekanan darah (syok).2
Trauma uretra jarang terjadi dan sebagian besar sering terjadi pada laki-laki yang biasanya
berhubungan dengan fraktur pelvis atau straddle type falls. Trauma uretra jarang terjadi pada
wanita. Bagian-bagian uretra dapat mengalami laserasi, transeksi, atau kontusio. Penanganannya
berdasarkan berat ringannya trauma
TUJUAN
TRAUMA URETRA
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera
iatrigenik akibat instrumentasi pada uretra.
JENIS
Secara klinis terdapat dua jenis trauma uretra, yaitu anterior dan posterior. hal ini karna keduanya
menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan, serta prognosisnya.
1. Etiologi
Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan cedera
iatrogenik akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur
tulang pelvis menyebabkan ruptura uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul
pada selangkangan atau straddle injury dapat menyebabkan ruptura uretra pars bulbosa.
Pemasangan kateter atau businasi pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan
robekan uretra karena false route atau salah jalan; demikian pula tindakan operasi
transuretra dapat menimbulkan cedera uretra iatrogenik.
2. Usia
Berkaitan dengan usia, trauma urethra berkaitan dengan fraktur pelvis yang tersering
pada remaja muda usia dibawah 15 tahun. Sugesti disebabkan karena terdapat perbedaan
fraktur pelvis pada anak-anak dan dewasa. Pada anak muda, 56% kasus fraktur pelvis
beresiko tinggi untuk terjadinya trauma uretra. Pada dewasa, hanya 24% yang beresiko
tinggi menjadi trauma uretra.
3. Gambaran Klinis
Kecurigaan adanya trauma uretra adalah jika didapatkan perdarahan per-uretram, yaitu
terdapat darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah mengalami trauma.
Perdarahan per-uretram ini harus dibedakan dengan hematuria yaitu urine bercampur
darah. Pada trauma uretra yang berat, seringkali pasien mengalami retensi urine. Pada
keadaan ini tidak boleh dilakukan pemasangan kateter, Karena tindakan pemasangan
kateter dapat menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.
ETIOLOGI
1. Trauma uretra terjadii akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iartogenik akibat
intrumentasi pada uretra.
2. Trauma tumpil yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menyebabkan ruptur uretra pars
membranasea, sedangkan trauma tumpul pada selangkang atau staddle injury dapat
menyebabkan ruptur uretra pada bulbosa.
3. Pemasangan kateter pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra
karena salah jalan (false route).
4. Intervensi operasi trans-uretra dapat menimbulkan cedera uretra iotrogen.
GAMBARAN KLINIS
1. Terdapat pendarahan per-uretra yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum
setelah mengalami trauma (harus di bedakan dengan hematuria , yaitu urin bercampur
darah).
2. Padat rauma uretra yang berat, pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urin.
3. Diagnosa di tegakkan melalui uretra, sehingga dapat diketahui adanya ruptur uretra dan
lokasinya.
Catatan ; pada keadaan trauma uretra yang berat, pemasangan kateter tidak dapat
diperbolehkan karena dapat menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.
PASCA BEDAH:
Kandung kemih dibilas dengan larutan antiseptik (KMNO4 encer) setiap hari. Berikan
antibiotika dosis tinggi (PP 1,5 juta U/hari).
Setelah keadaan umum membaik, dapat dipikirkan operasi untuk menyambung kembali
uretra.
Setiap pendrita dengan trauma uretra harus diperiksa atau diawasi secara teratur selama
sekurang-kurangnya 3-4 tahun untuk diagnosa dini striktur uretra. Hal ini dapat dilakukan
ulangan pemeriksaan untuk tahun pertama tiap bulan ke 1,3,6,9 dan 12 sedangkan untuk
tahun berikutnya setiap 6 bulan.