Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIPOSPADIA
Pembimbing :
dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 1
G1A011001
G1A011002
G1A011003
G1A011004
G1A011005
G1A011006
G1A011007
G1A011066
G1A011009
G1A011010
G1A009008
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS REFERAT BLOK NU
HIPOSPADIA
Oleh
Kelompok 1 :
G1A011001
G1A011002
G1A011003
G1A011004
G1A011005
G1A011006
G1A011007
G1A011066
G1A011009
G1A011010
G1A009008
September 2013
Dosen Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang atas
rahmat dan karuniaNya lah kami bisa menyelesaikan tugas referat kami ini yang
berjudul Hipospadia. Pembuatan referat ini merupakan salah satu dari tugas di
blok Genito Urinary dalam rangka menambah pengetahuan dan keilmuan kami
tentang penyakit Hipospadia. Dengan pembuatan referat ini kami berharap dapat
menambah pengetahun mengenai penyakit Hipospadia kepada para pembaca.
Dalam proses pembuatan laporan ini, terimakasih kami ucapkan kepada beliau
dibawah ini atas bimbingannya selama proses pembuatan referat:
1.
dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si selaku pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan referat
ini.
2.
kekurangan. Namun, kami telah berusaha menyusun referat ini sebaik mungkin
dengan komprehensif berdasarkan berbagai referensi baik dari jurnal maupun text
book. Oleh karena itu, kami mengharap masukan untuk menyempurnakan
penyusunan referat ini.
Purwokerto, September 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
Halaman Pengesahan........................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
1
2
3
4
I. Pendahuluan...................................................................................................... 5
II. Tinjauan Pustaka............................................................................................... 6
A. Tanda dan Gejala Klinis Hipospadia................................................... 6
B. Patofisiologi Hipospadia...................................................................... 8
C. Pemeriksaan Penunjang Hipospadia.................................................... 9
D. Penegakan Diagnosis........................................................................... 11
E. Penatalaksanaan................................................................................... 11
F. Prognosis............................................................................................. 13
G. Komplikasi........................................................................................... 13
III.
Pembahasan............................................................................................... 15
A. Teori Baru Penatalaksanaan Hipospadia............................................. 15
B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Baru dibandingkan Teori
Sebelumnya......................................................................................... 16
C. Harapan Penatalaksanaan yang Lebih Baik......................................... 17
IV.Kesimpulan....................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 19
I.
PENDAHULUAN
Hipospadia adalah kelainan letak lubang uretra pada bayi laki-laki yang
baru lahir, yang bersifat kongenital dari yang seharusnya diujung penis menjadi
lebih ke arah ventral. Kelainan ini bisa bersifat ringan maupun ekstrem. Sebagian
bayi memperlihatkan letak meatus (lubang) uretra di daerah skrotum atau perianus
(Corwin, 2009).
Kelainan ini terdapat pada kira-kira 1 diantara 500 bayi baru lahir
(Behrman, 2000). Jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia, risiko
kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%. Jika bapak dan anak lakilakinya terkena, maka resiko untuk anak laki-laki berikutnya adalah 25%
(Heffner, 2005). Gambaran klinis pada kelainan ini antara lain letak anatomis
uretra yang lebih ke arah ventral serta ketidakmampuan berkemih secara adekuat
dengan
posisi
berdiri.
Kemudian
bisa
juga
disertai
dengan
chordee
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik untuk menegakkan hipospadia lebih
menekankan pada inspeksi pemeriksa yang teliti. Pada inspeksi didapatkan
meatus uretra terletak kepermukaan inferior penis (Bickley, 2008). Tidak
didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan chordee (penis
angulasi ke ventral) (Purnomo, 2012).
Pada penis normal, meatus urethra externa dapat ditemukan pada
ujung distal penis. Preputium muncul di bagian dorsal dan ventral.
Sedangkan pada hipospadia, meatus uretrhra externa dapat dijumpai di
bagian ventral penis, misalnya di dekat glans penis, penoskrotal, skrotal,
dan perineal. Selain itu, preputium pada hipospadia hanya dijumpai di
dorsal penis (Mansjoer, 2000).
Gambar 2: Hipospadia
B. Patofisiologi Hipospadia
Perkembangan genitalia eksterna pada pria berada di bawah pengaruh
berbagai androgen yang disekresikan oleh testis janin dan ditandai oleh
pemanjangan cepat tuberkulum genitale (phallus atau penis). Selama
pemanjangan ini, phallus menarik lipatan uretra ke arah depan sehingga
lipatan-lipatan tersebut membentuk dinding lateral dari alur uretra (urethral
groove). Alur ini berjalan di sepanjang aspek kaudal phallus yang telah
memanjang tetapi tidak mencapai bagian paling distal, glans. Lapisan epitel
alur yang berasal dari endoderm, membentuk lempeng uretra (Sadler, 2009).
Pada akhir bulan ketiga, kedua lipatan uretra menutupi lempeng
uretra, membentuk uretra penis. Saluran ini tidak memanjang hingga ke ujung
phallus. Bagian paling distal uretra terbentuk selama bulan keempat, saat selsel ektoderm dari ujung glans penis menembus ke arah dalam dan membentuk
suatu chordee epitel pendek. Chordee ini kemudian memperoleh lumen
sehingga terbentuklah Ostium uretrae eksternum (Sadler, 2009).
Hipospadia terjadi akibat penyatuan lipatan uretra yang tidak
sempurna sehingga terbentuk muara uretra abnormal. Muara uretra abnormal
ini terletak pada sisi ventral penis, di sepanjang permukaan inferior penis,
biasanya di dekat glans, di sepanjang batang penis, atau di dekat pangkal
penis (Price & Wilson, 2005; Sadler, 2009).
Ada berbagai tipe kelainan letak, seperti pada glandular (letak meatus
yang salah pada glans), korona (pada sulkus korona), penis (di sepanjang
8
batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum), dan
perineal (pada perineum). Preputium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal glans. Pita jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura
(lengkungan) ventral dari penis (Price & Wilson, 2005).
Hipospadia dapat menimbulkan gangguan psikologi pada penderita.
Selain itu chordee akan menghalangi hubungan seksual, dapat timbul stenosis
meatus yang menyebabkan kesulitan dalam mengatur aliran urin, serta
disfungsi ejakulasi pada pria dewasa (Corwin, 2009; Price & Wilson, 2005).
C. Pemeriksaan Penunjang pada Hipospadia
Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis
hipospadia. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG
mengingat hipospadia sering disertai kelainan pada ginjal. Karena pada
hipospadia ini kelainan cukup dapat dilihat saat pemeriksaan fisik, terkecuali
ada keluhan sulit saat miksi (Purnomo, 2000).
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi seperti BNO-IVP untuk
menilai gambaran saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih (Purnomo, 2000).
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
ureteroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal
terbentuk secara normal. Namun ureteroscopy dilakukan lebih fokus untuk
masalah batu pada saluran urinarius. Excretory urography dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter
(Purnomo, 2000).
1 BNO-IVP (Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography)
BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang
merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung
Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris,
BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO
adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui
kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.
Cystoscopy
Pemeriksaan bagian dalam kandung kemih dan uretra, tabung yang
membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada pria, uretra adalah
tabung yang berjalan melalui penis. Dokter melakukan pemeriksaan
menggunakan cystoscope-panjang, instrumen tipis dengan lensa mata di
ujung eksternal dan lensa kecil dan cahaya di ujung yang dimasukkan ke
dalam kandung kemih. Para dokter memasukan cystoscope ke uretra
pasien, dan lensa kecil memperbesar lapisan dalam uretra dan kandung
kemih, yang memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam kandung
kemih kosong. Banyak cystoscopes memiliki saluran ekstra dalam
sarungnya untuk memasukkan instrumen kecil lainnya yang dapat
digunakan untuk mengobati atau mendiagnosa masalah miksi (Michael,
2012).
10
3.
(uretroplasti)
Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik)
dengan merekonstruksi jaringan yang membentuk radius ventral penis
(glans, corpus spongiosum dan kulit)
11
12
2.
Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa
navicularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fossa
navicularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan
dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap
pertama.
dengan
hipospadia
baik
jika
mendapatkan
penanganan intensif dan cepat dan tidak dilakukan sirkumsisi, dan prognosis
memburuk dan penderita akan mengalami infertilitas apabila tidak dilakukan
penatalaksanaan secara cepat (Muscari, 2005).
G. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada hipospadia sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi,
ketelitian teknik operasi, serta perawatan paska hipospadia. Macam
1.
2.
3.
4.
5.
adalah
fistula,
13
diversi lebih lama dari dua minggu. Penyempitan uretra adalah suatu
masalah. Bila penyempitan ini padat, maka dilatasi dari uretra akan efektif.
Pada penyempitan yang hebat, operasi sekunder diperlukan. Urethrotomy
internal akan memadai untuk penyempitan yang pendek. Sedang untuk
penyempitan yang panjang uretra itu harus dibuka disepanjang daerah
penyempitan dan ketebalan penuh dari graft kulit yang dipakai untuk
menyusun kembali ukuran uretra Suatu kateter bisa dipergunakan untuk
mendukung skin graft (Corwin, 2009).
14
III.
PEMBAHASAN
15
menggunakan
jahitan
interuptur
16
Karena pada teknik yang baru setelah dilakukan operasi, dilakukan tegoderm
dressing untuk memperbaiki estetika penis. Sedangkan pada teknik lama
teknik tegoderm tidak dilakukan sehingga kurang memperbaiki estetika penis.
Sehingga selain memperbaiki dari segi anatomis juga bisa mengembalikan
estetika organ pasca operasi.
17
IV.
KESIMPULAN
1. Hipospadia adalah kelainan letak lubang uretra pada bayi laki-laki yang baru
lahir, yang bersifat kongenital dari yang seharusnya diujung penis menjadi
lebih ke arah ventral.
2. Kelainan ini terdapat pada kira-kira 1 diantara 500 bayi baru lahir.
3. Gambaran klinis pada kelainan ini adalah letak anatomis uretra yang lebih ke
arah ventral, ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri,
selain itu bisa juga disertai dengan chordee (melengkungnya penis).
4. Penanganan hipospadia adalah dengan cara pembedahan.
5. Prognosis pasien dengan hipospadia baik jika mendapatkan penanganan
intensif dan cepat dan tidak dilakukan sirkumsisi, dan prognosis memburuk
dan penderita akan infertile apabila tidak dilakukan penatalaksanaan secara
cepat.
6.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baskin, S. Laurence. 2006. Cambridge Pediatric Surgery & Urology 2nd ed.
Hypospadias. New York : Cambridge University Press.
Behrman, Kliegman., Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol 3.
Jakarta: EGC
Bhat, Amila. 2008. General considerations in hypospadias surgery. Indian Journal
of Urology 2008;24(2):188-194
Bickley, Lynn. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates
Edisi 5. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Duckett, J. W. 2002. Hypospadias Repair. In : Operative Pediatric Urology 2nd
Edition. London: Churchill Livingstone
Ehrlich, Richard., William, J. 2009. One Step or Two Steps for Complex
Hypospadias Forms. Brazil: Federal University of Saulo Paulo
Heffner L. J., Danny, J. S. 2005. At a Glance SISTEM REPRODUKSI Edisi
Kedua. Jakarta: EMS
Hohenfellner, R. 2006. Hypospadia Repair : The Past and The Present-also the
Future. In: Urethral Reconstructive Surgery. Berlin: Springer
Mansjoer, Arief; Suprohaita; dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Fakultas
Kedokteran UI Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Martini, F. H., Nath, J. L & Bartholomew, E. F., 2012. Fundamentals of Anatomy
and Physiology 9th ed. San Fransisco: Pearson Edication Inc
McAninch, W. Jack W. 2008. Disorders of the Penis & Male Urethra. In Smiths
General Urology 17th ed. California: The McGraw-Hill Companies
Michael, B. Chancellor, M.D. 2012. National Kidney and Urologic Diseases
Information Clearinghouse. National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Disease (NIDDK). University of Pittsburgh Medical Center
Muscari, Mary, F. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Price, Sylvia, A., Lorraine, M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
19
20