Sindroma Glomerolunefriris
Sindroma Glomerolunefriris
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang
sekunder
terjadinya
peritonitis
atau
disertai penurunan fungsi ginjal. Pada berbagai Unit Kerja Koordinasi Nefrologi 2
penelitian jangka panjang ternyata respons terhadap pengobatan steroid lebih
sering digunakan untuk menentukan prognosis dibandingkan dengan gambaran
patologi anatomi. Oleh karena itu pada saat ini klasifikasi SN lebih didasarkan
pada respons klinik yaitu: 6
Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
1.2
Tujuan
Tujuan penulisan tutorial klinik ini adalah agar dokter muda mampu
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama
: An. M
Usia
: 2 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Jl. Miki
Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
MRS
: Ny. F
Usia
: 21 tahun
Alamat
: Jl.
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Nama Ayah
: Tn. I
Usia
: 24 tahun
Alamat
: Jl.
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
2.3. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 12.00 WITA, di
bangsal Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda. Aloanamnesa oleh ibu kandung
pasien
Keluhan Utama
Perut Besar
Riwayat Penyakit Sekarang
Bengkak pada seluruh tubuh sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Bengkak diawali pada daerah kelopak mata dan kaki sejak 2 minggu yang lalu,
terutama pada pagi hari saat bangun tidur, dan bengkak berkurang saat siang dan
sore hari yang kemudian menjalar ke daerah perut sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, bengkak makin bertambah, menyebar ke daerah
seluruh badan, muka, tangan, kemaluan, dan kedua tungkai. Selama bengkak, ibu
penderita mengeluh BAK berwarna kuning keruh dan nyeri saat kencing. Ibu
penderita mengaku frekuensi BAK 4 kali dalam sehari. Keluhan Riwayat sering
terbangun pada malam hari untuk BAK disangkal. Keluhan bengkak ini tidak
disertai sesak napas saat tidur dan anak masih bisa tidur. Anak tidak pernah
muntah-muntah, demam, dan kejang. Selama bengkak anak tidak pernah tampak
pucat, lemah, lesu atau kehilangan nafsu makan. Keluhan ini tidak disertai dengan
sesak napas, sakit perut hebat, atau kemerahan pada kulit yang terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat trauma (+).
Pasien jatuh dari ketinggian + 3 m 20 hari yang lalu. Setelah jatuh pasien tidak
mengeluhkan apa-apa dan sadar penuh.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga tidak ada keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat kebiasaan
Suka makan mie instan dan telur.
Riwayat Saudara-Saudaranya
Persalinan
Anak
Aterm / Prematur /
Spontan /
Usia Tanggal
Sehat /
ke -
SC / Vac. /
Lahir
Tidak
aterm
aterm
Lain-lain
Spontan
Spontan
2 tahun
4 bulan
Tidak
Sehat
1
2
Riwayat Prenatal
a.
Pemeliharaan Prenatal
: tidak rutin
b.
Pemeriksa
c.
: 19 tahun
d.
Penyakit kehamilan
: tidak ada
e.
Riwayat Kelahiran
a.
Tempat
: praktek bidan
b.
Penolong
: bidan
c.
Usia kehamilan
: 9 bulan
d.
Jenis partus
e.
Penyulit
: Tidak ada
3.500 gram
50 cm
12,5 kg
5 bulan
2 bulan
2 bulan
2 bulan
6 bulan
Merangkak
Berdiri
Berjalan
Berbicara dua suku kata
Masuk TK
Masuk SD
Sekarang kelas
10 bulan
10 bulan
14 bulan
Belum
Belum
Belum
b.
c.
Bubur susu
d.
Tim saring
: tidak pernah
e.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi
Tanggal Imunisasi
II
III
IV
BCG
Polio
Campak
DPT
Hepatitis B
lupa
lupa
Usia 9 bulan
lupa
lupa
/////////
lupa
/////////
lupa
lupa
/////////
lupa
/////////
lupa
-
/////////
/////////
/////////
/////////
Status Gizi
Antropometri
a.
b.
c.
d.
e.
Berat Badan
: 12,5 kg
Panjang Badan : 87 cm
Lingkar Kepala : 50 cm
Lingkar Lengan Atas
: 12 cm
Status Gizi
: Gizi baik
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
19/7/2015
22/7/2015
Tanggal
24/7/2015
15.700
14.400
17.500
21.700
36.600
Hb
13.4
13,9
12,3
12,9
13,2
Hct
39,2%
39,8%
36,2%
38,7%
38,8%
434.000
697.000
526.000
632.000
746.000
Analysis Item
Leukosit
Trombosit
27/7/2015 30/07/2015
19/7/2015
Tanggal
22/7/2015 24/7/2015 28/7/2015 30/7/2015
Na
130
4.6
Cl
112
GDS
120
Ureum
38,6
57
30,5
Kreatin
0,7
0,6
0,6
Albumin
1,2
2,2
3,2
Kolesterol
733
19 Juli
20 Juli
21 Juli
23 Juli
2 Agus
3 Agus
4 Agus
Pemeriksaan
Berat jenis
Hemoglobin/
2015
1.020
+2
2015
1.020
+1
2015
1.015
-
2015
1.005
-
2015
1.020
-
2015
1.032
-
2015
1.021
-
Kuning
Keruh
Kuning
Keruh
Kuning
Agak
Kuning
Agak
Kuning
Jernih
Kuning
Jernih
Kuning
Jernih
6.0
+3
+2
1-2
4-10
-
keruh
6.0
+3
+
2-3
0-1
-
keruh
6.5
+3
+
0-1
0-2
+
13 gr%
5.0
+
2-3
0-1
-
5.0
+
0-1
0-1
-
5.0
+
0-1
0-1
-
darah
Warna
Kejernihan
pH
Protein
Sel epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Bakteri
Esbach
6.0
+3
+
1-2
2-4
+
Klebsiella pnemoniae
Pewarnaan gram : Batang gram negatif, Jumlah kuman 600.000/ml/24jam
Lasix 2 x 15 mg po
Spironolakton 1 x 15 mg po
Captopril 3 x 4 mg po
Valsartan 1 x 15 mg po
Prednison 2-2-2 po
Co-Amoxcilav syr 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x cth
Tremenza syr 3 x cth
2.8. Prognosis
Dubia ad Bonam
10
11
Tanggal
03
Agustus
2015
Bengkak
Perut besar (+)
Batuk (+)
BAB (+)
O
BB: 12 kg
TD : 110/80 mmHg
N : 110 x/min
RR : 28x
T : 36.0 oC
Sindroma
Nefrotik + HT
1. Lasix 2 x 15 mg po
2. Spironolakton 1 x
15 mg po
3. Captopril 3 x 4 mg
po
4. Valsartan 1 x 15
mg po
5. Prednison 2-2-2 po
6. Cefixime 2 x 1 cth
7. Ambroxol 3 x
cth
8. Tremenza syr 3 x
cth
Anemis (-/-),
ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Vesikuler (+/+), rho
(-/-), whe (-/-)
retraksi (-), S1S2
tunggal regular
- Cek UL/hari
- USG Abdomen
besok
- Kultur Urin
Cembung, Soefl
(+), Distended (+),
BU+ (N), Asites
(+), organomegali
(-)
Akral hangat (+)
Edem (-/-)
CRT < 2 detik
04
Agustus
2015
Bengkak
Perut besar (+)
Batuk (+)
Pilek (+)
BAB keras
BB: 12,5 kg
TD : 110/60
N : 108 x/min
RR : 32 x/min
T : 36.2oC
Anemis (-/-),
ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Vesikuler (+/+), rho
(-/-), whe (-/-)
retraksi (-), S1S2
tunggal regular
Cembung, Soefl
(+), Distended (+),
BU+ (N),
organomegali (-)
Sindroma
Nefrotik + HT
Stg. II + ISK
1. Lasix 2 x 15 mg po
2. Spironolakton 1 x
15 mg po
3. Captopril 3 x 4 mg
po
4. Valsartan 1 x 15
mg po
5. Prednison 2-2-2 po
6. Cefixime 2 x 1 cth
(stop)
7. Ambroxol 3 x
cth
8. Diet tinggi serat
9. Co-Amoxsiclav syr
3 x 1 cth
- Cek UL/hari
- USG Abdomen
hari ini
12
Bengkak
Asites (+)
Batuk (+)
Pilek (+)
BAB (+)
BB: 12,5 kg
TD : 100/60 mmHg
N : 103 x/min
RR : 30 x/min
T : 36.1oC
Sindroma
Nefrotik + HT
+ ISK
Anemis (-/-),
ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Vesikuler (+/+), rho
(-/-), whe (-/-)
retraksi (-), S1S2
tunggal regular
1. Lasix 2 x 15 mg po
2. Spironolakton 1 x
15 mg po
3. Captopril 3 x 4 mg
po
4. Valsartan 1 x 15
mg po
5. Prednison 2-2-2 po
6. Ambroxol 3 x
cth
7. Co-Amoxsiclav syr
3 x 1 cth
- Acc KRS
Cembung, Soefl
(+), Distended (+),
BU+ (N),
organomegali (-)
Akral hangat (+)
Edem (-/-)
CRT < 2 detik
Balance Cairan
Tanggal
3 Agustus
2015
BB = 12 kg
Total
Input
Makan : Minum : Obat syr : -
Output
IWL : 275 cc
Urin : 110 cc
385 cc
Keterangan
Defisit 385 cc
13
4 Agustus
2015
BB = 12,5 kg
Total
5 Agustus
2015
BB = 12,5 kg
Total
Makan : 675 cc
Minum : 540 cc
Obat syr : 17,5 cc
IWL : 281, 25 cc
Urin : 800 cc
1232,5 cc
Makan : 450 cc
Minum : 375
Obat syr : 7,5 cc
1.081,25 cc
IWL : 281,25 cc
Urin : 850 cc
832,5
1.131,25
Excess : 151,25 cc
Defisit : 298,75
Pesentil Hipertensi
PB = 87 cm, Usia 2 tahun, Laki-Laki = Percentile of Height 10
P
50
90
95
99
Sistol
85
99
102
110
Diastol
40
55
59
67
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sindrom Nefrotik
3.1.1 Definisi
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala-gejala yang terdiri dari :
(IDAI, 2012)
Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
3.1.2 Etiologi
Berbagai Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1.
14
klasifikasi
histopatologik
sindrom
nefrotik
pada
anak
3.
4.
15
3.
streptokokus, AIDS.
Toksin dan alergen: logam berat (Hg), Trimethadion, paramethadion,
probenecid, penisillamin, vaksin polio, tepung sari, racun serangga, bisa
4.
5.
6.
ular.
Penyakit sistemik bermediasi imunologik: Lupus Eritematosus Sistemik,
purpura Henoch-Schonlein, sarkoidosis.
Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, Leukemia, tumor
gastrointestinal.
Penyakit perdarahan : Hemolytic Uremic Syndrome1,3,5
3.1.3 Patogenesis
Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah
proteinuria, yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler
glomerolus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi
dihubungkan dengan hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding
kapiler.6
Mekanisme timbulnya edema pada sindrom nefrotik disebabkan oleh
hipoalbumin akibat proteinuria. Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan
onkotik plasma sehingga terjadi transudasi cairan dari kompartemen intravaskuler
ke ruangan interstitial. Penurunan volum intravaskuler menyebabkan penurunan
perfusi renal sehingga mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron yang
selanjutnya menyebabkan reabsorpsi natrium di tubulus distal ginjal. Penurunan
volum intravaskuler juga menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH)
yang akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolektivus.7
Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2
faktor. Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk
16
Apapun tipe sindrom nefrotik, manifestasi klinik utama adalah edema, yang
tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali edema
timbul secara lambat sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk.
Pada fase awal edema sering bersifat intermiten; biasanya awalnya tampak
pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah
(misalnya daerah periorbita, skrotum atau labia). Akhirnya edema menjadi
menyeluruh dan masif (anasarka).1,2,4,5
Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai edema
muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada
ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan
bekas bila ditekan (pitting edema). Pada penderita dengan edema hebat, kulit
menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Edema biasanya tampak lebih
hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasien-pasien GSFS atau GNMP. Hal
tersebut disebabkan karena proteinuria dan hipoproteinemia lebih hebat pada
pasien SNKM.2,5
17
Edema paling parah biasanya dijumpai pada sindrom nefrotik tipe kelainan
minimal (SNKM). Bila ringan, edema biasanya terbatas pada daerah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah, misal daerah periorbita, skrotum,
labia. Edema bersifat menyeluruh, dependen dan pitting. Asites umum
dijumpai, dan sering menjadi anasarka. Anak-anak dengan asites akan
mengalami restriksi pernafasan, dengan kompensasi berupa tachypnea. Akibat
resisten-steroid.2,4
Asites berat dapat menimbulkan hernia umbilikalis dan prolaps ani.5
Oleh karena adanya distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak,
maka pernapasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian infus albumin dan diuretik.5
Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit
berat dan kronik umumnya yang merupakan stres nonspesifik terhadap anak
yang sedang berkembang dan keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah
merupakan respons emosional, tidak saja pada orang tua pasien, namun juga
dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta perawatan yang terlalu
sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi
terganggu.5
Hipertensi dapat dijumpai pada semua tipe sindrom nefrotik. Penelitian
International Study of Kidney Disease in Children (SKDC) menunjukkan 30%
pasien SNKM mempunyai tekanan sistolik dan diastolik lebih dari 90th
persentil umur.2
hari. Pasien SNKM biasanya mengeluarkan protein yang lebih besar dari
lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria. 1,5
Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun
tidak dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe sindrom
nefrotik.1,5
Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal
penyakit. Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan kreatinin
serum biasanya terjadi pada sindrom nefrotik dari tipe histologik yang bukan
SNKM. 1,5
Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom nefrotik.
Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi pleura dan
hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan secara
tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering pula terlihat gambaran
asites. USG ginjal sering terlihat normal meskipun kadang-kadang dijumpai
pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan ekogenisitas yang normal. 1,5
3.1.5 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan :
a. Anamnesis
- Lebih sering mengnai laki-laki dibanding perempuan (2:1) dan
-
19
1. Pemeriksaan darah
2.
Pemeriksaan urin
-
3.1.6 Penatalaksanaan
TATA LAKSANA UMUM :
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi
pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi
orangtua.
Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
berikut:
1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik, seperti
lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schonlein.
4. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap
infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai.
5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH
selama 6 bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis diberikan
obat antituberkulosis (OAT).
Perawatan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal
ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik
disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh
sekolah.
Diitetik
Pemberian diit tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena akan
menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein
20
21
Imunisasi
Pasien SN yang sedang mendapat pengobatan kortikosteroid >2 mg/kgbb/ hari
atau total > 20 mg/hari, selama lebih dari 14 hari, merupakan pasien
imunokompromais.11 Pasien SN dalam keadaan ini dan dalam 6 minggu setelah
obat dihentikan hanya boleh diberikan vaksin virus mati, seperti IPV (inactivated
polio vaccine). Setelah penghentian prednison selama 6 minggu dapat diberikan
vaksin virus hidup, seperti polio oral, campak, MMR, varisela. Semua anak
dengan SN sangat dianjurkan untuk mendapat imunisasi terhadap infeksi
pneumokokus dan varisela.12
PENGOBATAN DENGAN KORTIKOSTEROID
Pada SN idiopatik, kortikosteroid merupakan pengobatan awal, kecuali bila ada
kontraindikasi. Jenis steroid yang diberikan adalah prednison atau prednisolon.
22
Terapi Inisial
Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi
steroid sesuai dengan anjuran ISKDC adalah diberikan prednison 60
mg/m2LPB/hari atau 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/hari) dalam dosis terbagi,
untuk menginduksi remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan
ideal (berat badan terhadap tinggi badan). Prednison dosis penuh (full dose) inisial
diberikan selama 4 minggu. Bila terjadi remisi dalam 4 minggu pertama,
dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis 40 mg/m2 LPB (2/3 dosis awal)
atau 1,5 mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari), 1 x sehari setelah makan
pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi,
pasien dinyatakan sebagai resisten steroid.
Kambuh
mengalami remisi.
Kambuh tidak sering
Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam
periode 12 bulan.
Kambuh sering
Resisten-steroid
3.1.7 Komplikasi
Syok : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (<1 gm/100 ml) yang
menyebabkan hipovolemi berat sehingga terjadi syok.
3.1.8 Prognosis
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
respons yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50%
24
di antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi
dengan pengobatan steroid.5
3.2 Infeksi Saluran Kencing
3.2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan dimana terjadi pertumbuhan
dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih yang biasanya steril, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna.10
ISK sering terjadi, terutama pada bayi muda perempuan. Berhubung kultur
bakteri biasanya tidak tersedia, diagnosis berdasarkan pada tanda klinis dan
mikroskopis urin.
3.2.2
Diagnosis
sangat bervariasi dan sering tidak khas
demam, berat badan sukar naik, atau anoreksia
disuria, poliuria, nyeri perut/ pinggang, mengompol, polakisuria,
urin yang berbau menyengat
nyeri ketok sudut kosto-vertebral, nyeri supra simfisis
kelainan pada genitalia eksterna (fimosis, sinekia vulva, hipospadia,
epispadia)
kelainan pada tulang belakang seperti spina bifida
3.2.3
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis: proteinuria, leukosituria, (leukosit > 5/LPB), hematuria
(eritrosit >5/LPB).
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada biakan
urin. Pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko.
3.2.4 Tatalaksana
Medikamentosa
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara
empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Berikan pengobatan
rawat jalan, kecuali:
25
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1
Anamnesis
Fakta
Teori
berusia 2 tahun.
bengkak
menyebab
2-6 tahun
Keluhan utama berupa bengkak yang tampak
di sekitar mata dan ekstremitas bawah dengan
jenis pitting edema. Seiring berjalannya
26
keseluruh tubuh.
1.2
Pemeriksaan Fisik
Fakta
Pasien
ini mengalami
Teori
hipertensi -
timbul hipertensi
Inspeksi : Terdapat edema pada periorbita
maupun ekstremita
Palpasi : pitting edema,
Perkusi : dapat timbul asites pada abdomen
(shifting dullness), efusi pleura
Thorax:
Vesikuler (+/+), rho (-/-), whe (-/-)
retraksi (-), S1S2 tunggal regular
Abdomen:
Cembung, Soefl (+), Distended (+),
BU+ (N), organomegali (-), Shifting
dullness
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
Edem (-/-)
CRT < 2 detik
1.3
Pemeriksaan Penunjang
Fakta
Pemeriksaan Darah:
Tgl 22/07/2015
Kolesterol : 733 mg/dl
Albumin : 1,2 g/dl
Pemeriksaan Urin:
Didapatkan proteinuria +3 pada
awal masuk
Hematuria mikroskopis
Teori
1. Pemeriksaan darah
-
meningkat
-
2. Pemeriksaan urin
-
27
a. 0-4 mm negatif
1. Tidak ada infeksi TB
2. Dalam masa inkubasi infeksi TB
3. Anergi TB milier
b. 5-9 mm positif meragukan
c. 10 mm positif
1. Infeksi TB alamiah
2. Imunisasi BCG
3. Infeksi mikobakterium atipik
Radiologis
- Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang
ditemukan adanya efusi pleura dan hal
perselubungan homogen
Penatalaksanaan
Fakta
Teori
Pengukuran BB dan TD
a.
b.
c.
negatif.
d.
steroid dimulai.
Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya
28
Lasix 2 x 15 mg po
Spironolakton 1 x 15 mg po
Captopril 3 x 4 mg po
Valsartan 1 x 15 mg po
Prednison 2-2-2 po
Co-Amoxiclav 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x cth
Tremenza syr 3 x cth
Pengobatan SN :
-
diberikan
prednison
60
ada
edema
berat.
Biasanya
mg/kgbb/hari,
dikombinasikan
dengan
bila
perlu
spironolakton
29
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Sindroma nefrotik merupakan suatu penyaki ginjal yang terbanyak pada
anak. Sindroma nefrotik ditandai dengan edema, proteinuria massif,
hipoalbuminemia, edema dan hiperkolesterolemia.
2. Sindroma nefrotik dapat bersfat primer atau idiopatik, sebagai bagian
dari penyakit sistemik atau sekunder karena beberapa penyebab
3. Akumulasi cairan pada kompartemen intersisial dimana ditandai dengan
manifestasi edema pada wajah dan edema generalisata, merupakan
gejala kardinal anak dengan sindroma nefrotik. Edema berasal dari
proteinuria massif yang menjadi hipoalbuminemia dan terjadi retensi
natrium dan air sebagai kompensasi dari deplesi volume intravascular.
4. Gejala pertama yang muncul meliputi anorexia, rasa lemah, urin berbusa
(disebabkan oleh konsentrasi urin yang tinggi). Retensi cairan yang
menyebabkan sesak nafas (efusi pleura), oligouri, arthralgia, ortostatik
hipotensi dan nyeri abdomen (asites). Untuk tanda dan gejala lain,
timbul akibat komplikasi dan sindromnefrotik.
5. Penatalaksanaan dari sindroma nefrotik terdiri dari penatalaksanaan
umum berupa pemberian diuretic serta penatalaksanaan khusus seperti
pemberian kortikosteroid.
6. Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan sindroma nefrotik
adalah; infeksi, syok, trombsis, hipertensi, dll.
5.2
Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari tutorial klinik ini, baik dari
segi diskusi, penulisan tutorial dan sebagainya, untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter
muda dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan tutorial klinik ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
screens].
Available
from:
5.
6.
7.
April
10,
2011.]
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/3be14bb14445635211418a7a75d
0a7da6c06b7de.pdf.
8.
31