OTOPSI
(Pemeriksaan Penunjang dan Pemeriksaan Khusus)
Oleh
Gede Vendi Cahyadi Riandika
H1A 010 006
Pembimbing
dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si, Med
10%.Organ yang diambil adalah: paru-paru, hati, limpa, pankreas, otot jantung, arteri
koronaria, kelenjar gondok, ginjal, prostat, uterus, korteks otak, basal ganglia dan dari bagian
lain yang menunjukkan adanya kelainan (Hoediyanto dan Hariadi, 2010).
Pemeriksaan toksikologi (Hoediyanto dan Hariadi, 2010)
1..2.
satu diberi bahan pengawet dan yang lain tidak diberi bahan pengawet.
Hati, sebagai tempat detoksifikasi , diambil sebanyak 500 gram.
Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya
stimulan.
Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun.
Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan otot, lemak di
bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak.
Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-
banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. Pada
pemeriksaan intoksikasi, digunakan alkohol dan larutan garam jenuh pada sampel padat atau
organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na sitrat digunakan untuk sampel cair. Sedangkan
natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine (Hoediyanto
dan Hariadi, 2010).
1..3.
Pemeriksaan bakteriologi.
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa untuk
pembiakan kuman. Permukaan jantung dibakar dengan menempelkan spatel yang dipanaskan
sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil dengan tabung injeksi yang steril dan
dipindah dalam tabung reagen yang steril. Permukaan limpa dibakar dengan cara tersebut di
atas dan dengan pinset dan gunting yang steril diambil sepotong limpa dan dimasukkan
dalam tabung reagen yang steril dan kedua tabung dikirim ke laboratorium bakteriologi
(Hoediyanto dan Hariadi, 2010).
1..4.
1..6.
1..7.
1..8.
Cairan uretra.
1..9.
Test apung paru ini dikerjakan pada korban bayi dengan untuk mengetahui apakah bayi
yang diperiksa itu pernah hidup. Untuk melakukan test ini, persyaratannya mayat harus segar.
Tahap-tahapan tes ini yaitu:
Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu kesatuan,
pangkal dari esofagus dan trakea boleh diikat.
Bila terapung, lepaskan organ paru-paru baik yang kiri maupun yang kanan
Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan pemisahan
masing-masing lobus
Apungkan semua lobus tersebut, catat mana yang tenggelam dan mana yang terapung
Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan ukuran
5 mm x 5 mm dari tempat yang terpisah dan perifer.
Bila terapung berarti test apung positif, paru-paru mengandung udaara, bayi tersebut
pernah dilahirkan hidup.
Bila hanya sebagaian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial, bayi
tetap pernah dilahirkan hidup (Idries,1997).
Buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu sekitar iga ke 4
dan 5 (udara akan berada pada tempat yang tertinggi)
Buat kantung, dari kulit dada tersebut mengelilingi separuhnya dari daerah iga 4
dan 5(sekitar 10 x 5 cm)
Pada kantung tersebut kemudian diisii air, dan selanjutnya tusuk dengan pisau, adanya
gelembung udara yang keluar berarti ada pneumothoraks, dan bila diperiksa paruparunya, paru-paru tersebut tampak kolaps
Cara lain: setelah dibuat kantung, kantung ditusuk dengan spuit besar dengan jarum
besar yang berisi air separuhnya pada spit tersebut, bila ada pneumothoraks, tampak
gelembung-gelembung udara dalam spuit tadi (Idries,1997).
Pakaian yang akan diperiksa yaitu yang diduga mengandung butir-butir mesiu
dipotong dan di atasnya diletakkan kertas saring yang telah diberi alphanaphthylamine.
Keringkan dengan cara menyetrika tumpukan tersebut, yaitu kain yang akan
diperiksa, kertas yang mengandung alpha-naphthylamine dan kertas saring yang
basah
Test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink color), pada kertas
saring yang mengandung alpha-naphthylamine. Bintik-bintik merah jambu tadi
sesuai dengan penyebaran butr-butir mesiu pada pakaian (Idries,1997).
Daftar Pustaka
Hoediyanto dan Hariadi. 2010. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Edisi
Tujuh. Departeman Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga : Surabaya.
Idries,AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa aksara, Jakarta