Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I:
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap

lingkungan dimana ia tinggal. Padahal kesehatan seseorang juga sangat


bergantung pada lingkungan. Lingkungan yang bersih, aman dan nyaman tentunya
akan menghasilkan masyarakat yang sehat. Namun jika lingkungannya kotor
maka

akan

timbul

berbagai

penyakit

yang

disebabkan

oleh

infeksi

mikroorganisme.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme
(bakteri, virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau
fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh
yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai
penyakit fatal.
Penyakit infeksi dapat menyerang siapa saja baik itu kalangan dewasa
maupun anak-anak. Untuk itu kelompok kami ingin membahas lebih lanjut
mengenai penyakit infeksi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menjelaskan terminology, konsep dan definisi patologi
1.2.2 Menjelaskan tentang penyakit infeksi
1.2.3 Menjelaskan tentang penyakit trauma
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat mengetahui terminology, konsep dan definisi patologi
1.3.2 Dapat mengetahui penyakit infeksi
1.3.3 Dapat mengetahui penyakit trauma

BAB II:
PEMBAHASAN
2.1 Terminologi, Konsep Dan Defenisi Patologi
2.1.1 Teminologi
Perkembangan konsep tentang sebab dan kondisi alamiah suatu penyakit
pada manusia, telah melahirkan ide-ide mutahir yang menerangkan tentang
keseluruhan kejadian dan teknologi baru yang tersedia untuk penemuannya. Pada
era sebelum ilmu pengetahuan kedokteran berkembang, yaitu saat permulaan
dominasi faham animisme (Plato dan Phytagoras) muncul konsep bahwa penyakit
berkaitan erat dengan kekuatan gaib atau supranatural. Kondisi demikian telah
melahirkan asumsi bahwa tidak ada manfaatnya mempelajari sesuatu dari mayat
atau penderita yang sedang sekarat.
Kesempatan pertama para ilmuwan mempelajari penyakit secara lebih
ilmiah ketika dimungkinkan dilakukannya pemeriksaan dalam setelah seseorang
meninggal dunia. Autopsi (nekropsi atau pemeriksaan post mortem) yang
dilaksanakan secara sistematik dan ilmiah dimulai sekitar tahun 300 BC, telah
memberikan informasi yang sangat berharga, yang membantu menjelaskan
berbagai keadaan penyakit. Hasil autopsi dihubungkan dengan tanda dan gejala
klinik penderita serta riwayat dari berbagai macam jenis penyakit. Dalam era ini
oleh karena pemeriksaan lebih banyak dengan pemeriksaan makroskopis organ,
maka periode ini dikenal sebagai era morbid anatomy. Pada era ini mikroskop
belum ditemukan dan penyebab penyakit belum bisa ditentukan, sehingga
penyakit timbul dianggap secara spontan.
Ilmu patologi, dan kedokteran pada umumnya mengalami kemajuan pesat
dengan digunakannya mikroskop cahaya untuk mempelajari jaringan yang sakit
yang dimulai sekitar tahun 1800. Dengan mikroskop dapat memperlihatkan
adanya mikroorganisme di sekitar manusia, diamana hal ini memberi kontribusi
yang besar terhadap asumsi sebelumnya sehingga menyangkal teori penyakit yang
timbul secara spontan melainkan beberapa disebabkan oleh mikroorganisme
patologis berupa bakteri, parasit, dan jamur.

Rudolf Virchow (1821-1902), seorang ahli patologi Jerman mengungkapkan


bahwa sel merupakan unsur terkecil yang membentuk tubuh manusia. Virchow
juga mempelajari perubahan-perubahan morfologi mikroskopis sel-sel pada
jaringan yang sakit dan dikaikan dengan keadaan klinik penderita, karenanya era
mikroskop cahaya ini juga dikenal dengan era patologi seluler.
Perkembangan teknologi mikroskop berkembang lagi dengan ditemukannya
mikroskop elektron, dimana dengan alat ini tidak hanya bisa melihat sel sebagai
bagian terkecil dari unsur yang membentuk tubuh manusia, namun alat ini bisa
melihat sampai dengan tingkat molekuler, yang dapat menjelaskan proses-proses
secara terperinci dari fenomena perubahan-perubahan molekul-molekul penyusun
masa tubuh secara morfologi dan kimiawi. Era ini dikenal dengan era patologi
molekuler.

2.1.2

Konsep patologi
Pengetahuan tetang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan

terhadap penderita ataupun dengan menganalogikan percobaan binatang dan


pembiakan sel. Secara aplikasi kelimuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua ;
Patologi Klinis dan Patologi Eksperimental.
a. Patologi klinis
Patologi klinis ialah ilmu patologi yang lebih menekankan pada tingkat
penyakitnya sendiri ; mempelajari lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan
pengaruh penyakit terhadap organ / sistem organ tubuh manusia. Ilmu Patologi
Klinis memberikan kontribusi besar terhadap Kedokteran klinis yaitu bidang
keilmuan yang melakukan pendekatan terhadap sakitnya penderita, meliputi ;
pemeriksaan / penemuan klinik, diagnosis dan pengelolaan penyakit. Jadi dua
disiplin ilmu tersebut tidak bisa lepas, kedokteran klinik tidak bisa dipraktekkan
bila tanpa patologi, demikian juga patologi tidak berarti apapun bila tidak
memberikan keuntungan di tingkat klinik.
b. Patologi Eksperimental
Patologi eksperimental merupakan suatu bidang ilmu patologi yang
melakukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan / manipulasi terhadap
suatu sistem di laboratorium (invitro). Biasanya digunakan binatang percobaan

ataupun kultur sel sebagai bahan uji. Kultur / pembiakan sel merupakan temuan
menguntungkan dalam perkembangan patologi eksperimental, karena selain
menghindari binatang sebagai bahan uji juga memberikan hasil mendekati
keadaan sebenarnya, namun demikian uji laborat (invitro) tidak bisa membuat
lingkungan fisiologis seperti dalam tubuh manusia (in vivo).
Pembagian Patologi
a. Histopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan
jaringan.
b. Sitopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan sel
tubuh yang didapat / diambil
c. Hematologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam
sediaan darah dan berbagai komponen pembekuan darah.
d. Mikrobiologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi
dan organisme (mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit
tersebut.
e. Imunologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik
dari tubuh manusia.
f. Patologi Kimiawi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan
mendiagnosis suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi
jaringan dan cairan.
g. Genetik : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan
kromosom dan gen.
h. Toksikologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan
segala aspeknya yang berpengaruh terhadap tubuh manusia.
i. Patologi Forensik : bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan
dan kepentingan hukum (misal : menemukan sebab kematian pada kasus
kriminal)
Teknik teknik dalam Patologi
a. Patologi Makroskopik: Pengetahuan patologi yang observasinya hanya terbatas
dengan menggunakan mata telanjang.
b. Mikroskop Cahaya
c. Histokimiawi: Mempelajari kondisi kimiawi suatu jaringan, dengan perlakuan
menggunakan reagan tertentu maka keadaan jaringan dapat diperlihatkan
secara mikroskopis.

d. Imunohistokimiawi dan Imunofluoresen: Penggunaan antibodi (imunoglobulin


dengan antigen yang spesifik) untuk memperlihatkan substansi yang dikandung
jaringan atau sel.
e. Mikroskop Elektron
f. Teknik Biokimiawi: Pemeriksaan dengan mengidentifikasi senyawa kimia
tertentu sebagai metabolit tubuh.
g. Teknik Hematologik: Teknik ini digunakan untuk mempelajari dan
mendiagnosis suatu kelainan darah.
h. Kultur Sel: Pembiakan sel pada suatu media yang digunakan untuk
kepentingan penelitian dan penegakan diagnosis suatu penyakit.
i. Mikrobiologi Medis: Mikrobiologi medis merupakan ilmu yang mempelajari
mikroorganisme khususnya penyebab penyakit, yaitu : bakteri, virus, parasit,
jamur,dlsb. Biasanya sediaan diambil dari darah, nanah, dan cairan tubuh lain
yang dicat dengan pengecatan khusus.
j. Patologi Molekuler: Patologi molekuler digunakan untuk mengetahui berbagai
keadaan secara molekuler.
Patologi Umum
Pembagian ilmu patologi yang cakupan keilmuannya meliputi mekanisme
dan karakteristik proses suatu penyakit (kelainan kongenital, radang, tumor,
degenerasi, dsb)
Patologi Sistematik
Pembagian ilmu patologi yang menekankan pada pengaruh penyakit tertentu
terhadap organ / sistem organ (kanker paru, radang usus, dsb)Patologi Sistemik
merupakan karakteristik suatu penyakit yang menyebar secara sistemik ke seluruh
tubuh.
Pemahaman Patologi
-etiologi
-patogenesis
-manifestasi (gambaran patologi dan gambaran klinik)
-komplikasi / penyulit
-prognosis
-terapi
-epidemiologi

2.1.3 Defenisi Patologi


Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit,
dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi ; sebab penyakit,
sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan fungsional yang disebabkan
penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk mengidentifikasi
sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada
program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut. Selain Patologi juga
dikenal istilah Patofisiologi, yaitu bagian dari ilmu Patologi yang mempelajari
gangguan fungsi yang terjadi pada organisme yang sakit, yaitu meliputi asal
penyakit, permulaan dan perjalanan penyakit serta akibat yang ditimbulkannya.
2.2

Proses penyakit di dalam tubuh

a. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti
umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain.
Faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba patogen untuk
berinteraksi dengan pejamu.
b. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun
tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba
patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit
disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit
lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-tahun.
c. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan
tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan
secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah,
penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:

Sembuh sempurna
Penderita sembuh

secara

sempurna,

artinya

bentuk

dan

fungsi

sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.


Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan.Cacat

dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

Pembawa ( carrier )
Perjalanan penyakit seolaholah berhenti, ditandai dengan menghilangnya

tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada,
dan masih potensial sebagai sumber penularan.

Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau

tidak berubah.

Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsifungsi organ.

2.3 Penyakit infeksi


Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di
dalam tubuhyang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi
tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et
al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi
intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak
berarti bahwa infeksi akan terjadi. Mikroorganisme yang bisa menimbulkan
penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak
menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika
pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal.
Jika penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke oranglain, penyakit ini merupakan
penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam
virulensi/keganasan dan beratnya suatu penyakit.

2.4 Proses penyakit infeksi di dalam tubuh


Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung
dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu.
Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan
meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan
keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks
mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan,
komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal
tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.

Orang-orang yang

mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi
hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan
kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes
yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan
hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang
berkaitan dengan hospes yang melemah adalah infeksi berulang, infeksi kronik,
ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap
kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode/ Masa Inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh : flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps / gondongan 18 hari.
b. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh
dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang
lain.
c. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps

dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar


parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.
2.5

Respon sel, jaringan, organ dan system terhadap penyakit infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh

yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius.
Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan
nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
a. Flora Normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal.
Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus.
Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam
memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab
penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi
antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan
protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit.
Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif
dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang
mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko
mendapat penyakit infeksi.
b. Sistem Pertahanan Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap
mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat
mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah
menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna
melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang
secara

fisiologis

disesuaikan

dengan

struktur

dan

Berikut ini adalah mekanisme pertahanan normal terhadap infeksi :

fungsinya.

10

Mekanisme pertahanan Faktor pengganggu pertahanan


a. Kulit
Permukaan lapisan yang utuh
Pergantian lapisan kulit paling luar
Sebum
Luka abrasi, luka pungsi, daerah materasi
Mandi tidak teratur
Mandi berlebihan
b. Mulut
Lapisan mukosa yang utuh
Saliva
Laserasi, trauma, cabut gigi
Hygiene oral yang tidak baik, dehidrasi
c. Saluran penafasan
Lapisan silia dijalan nafas bagian atas diselimuti oleh mucus
Makrofag
Merokok, karbondioksida dan oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab,
air dingin
merokok
d. Saluran urinarius
Tindakan pembilasan dari aliran urine
Lapisan epitel yang utuh
Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing,
obstruksi karena pertumbuhan tumor
Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra
e. Saluran gastrointestinal
Keasaman sekresi gaster
Peristaltic yang cepat dalam usus kecil
Pemberian antasida
Melambatnya motalitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
f. Vagina
Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai
Ph yang rendah
c. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan
cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses
ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan
memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak,
kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang
terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala

11

demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar


limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau
mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:

Respon seluler dan vaskuler


Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi,

memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah


tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan
dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera
menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin,
bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang
interstisial, akibatnya muncul edema lokal.
Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang
terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri.
Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari
terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya
mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah
inflamasi berkurang.

Pembentukan eksudat inflamasi


Akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada

daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa
(mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri).
Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma
seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi
untuk mencegah penyebaran.

Perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru

mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur


dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya

12

2.6

Respon imun tubuh terhadap penyakit infeksi


Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh

monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi
asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah
susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut
bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
a. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T
memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada
membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang
reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini
mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk
sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan
antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag
untuk menyerang antigen
b.

Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa

imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B


memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B
mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas,
sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.
c. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A,
M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen,
sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi
merupakan dasar melakukan imunisasi.
d. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan,
maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.
e. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu
kemampuan virus dalam bermultiplikasi.

13

2.7

Manifestasi tubuh terhadap penyakit infeksi


Manifestasi klinis sistemik berupa gejala (symptom) seperti domain,

merasa lemah dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual,
pusing, dan sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan
gambaran klinik sesuai dengan organ yang terserang.
Contoh:

Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti

batuk,sesak napas,nyeri dada, gclisah, dan sebagainya.


Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul gambaran
klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut, dan sebagainya.
Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan

terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin
meluas. Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen
ketuar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara
menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari
pejamu yang sakit.
Beberapa organisme mikroskopis yang disebut bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Dan ketika terjadi, hal ini yang disebut infeksi bakteri.
Jika tidak diobati, beberapa infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian. Namun,
jika didiagnosis dan diobati dengan cepat, kebanyakan pasien dengan infeksi
bakteri mengalami pemulihan lengkap. Propolis yang memiliki sifat anti-bakteri
dapat digunakan sebagai terapi pencegahn maupun pengobatan bakteri.
2.8

Komplikasi penyakit infeksi


Resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik tidak

efektif terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu. Hal ini mungkin terjadi pada
individu yang menerima antibiotik lebih sering daripada mereka yang tidak. Jika
pasien terinfeksi dengan bakteri resisten antibiotik, ia mungkin mengambil
berbagai jenis antibiotik yang bisa jadi kurang efektif dibanding dengan
pengobatan standar.
Kerusakan organ dan kematian. Jika infeksi bakteri yang tidak diobati, mereka
dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Dalam beberapa kasus, bakteri dapat

14

menyebabkan kerusakan organ dan kematian. Infeksi dalam darah sangat


berbahaya. Setelah bakteri menginfeksi aliran darah, infeksi dapat menyebar ke
hampir semua area tubuh. Untuk menghindari komplikasi infeksi bakteri, pasien
harus

mengunjungi

penyedia

layanan

kesehatan

mereka

jika

mereka

mengembangkan gejala infeksi.


2.9

Penyakit trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut

digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang.


Para psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan
atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan mennggalkan bekas. Biasanya
bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome
disorder. Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, trauma
mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Dalam psikiatri, trauma
memiliki makna yang berbeda dan mengacu pada pengalaman emosional yang
menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan, yang sering menghasilkan efek
mental dan fisik berkelanjutan gangguan pada jiwa yang timbul akibat peristiwa
traumatik. Peristiwa traumatik bisa sekali dialami, bertahan dalam jangka lama,
atau berulang-ulang dialami oleh penderita. Peristiwa tersebut mengalahkan
individu untuk mengatasi dan mengintegrasikan ide-ide dan emosinya.
2.10 Proses penyakit trauma di dalam tubuh
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang,
pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada
semua sistem organ,sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila
kompensasi

tubuh

tersebut

berlanjuttanpa

dilakukan

penanganan

akan

mengakibatkan kematian seseorang.


a. Trauma mekanik
1. Trauma tumpul,akibat luka :
Luka memar diskontinuitas pembuluh darah dan jaringan di bawah kulit

tanpa rusaknya jaringan kulit.


Teraba menonjol pengumpulan darah dijaringan pembuluh darah rusak.
Bentuk luka menyerupai benda yang mengenai.

15

Luka lecet terjadi pada epidermis gesekan dengan benda yang

permukaannya kasar.
Luka lecet tekan : arah kekerasan tegak lurus pada permukaan tubuh, epidermis

yang tertekan melesak kedalam.


Luka lecet geser arah kekerasan miring membentuk sudut, epidermis

terdorong dan terkumpul pada tempat akhir gerak benda tersebut.


Luka lecet regang diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya

sesuai dengan garis kulit.


Luka robek terjadi pada epidermis jaringan dibawahnya akibat kekerasan

2.

3.

b.
1.

yang mengenainya melebihi elastisitas kulit jaringan.


Trauma tajam, akibat luka :
Luka iris dalam luka lebih kecil dari pada panjang irisan luka.
Luka tusuk dalam luka lebih besar atau lebih dalam dari pada panjang luka.
Luka bacok dalam luka kurang lebih sama dengan panjang luka.
Senjata api
Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap.
Rambut disekitar luka hangus.
Pakaian yang menutupi luka hangus terbakar.
Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka.
Trauma fisika
Suhu panas (luka bakar)
Eritem dengan ciri ciri epidermis intak, kemereahan, sembuh tanpa

meninggalkan sikatriks.
Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
Necrosis coagulativa dengan ciri- ciri warna coklat gelap hitam dan sembuh

dengan meninggalkan sikatriks (litteken).


Karbonisasi (sudah menjadi arang).
2. Trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)
Kulit pucat akibat vasokonstriksi kemerahan akibat vasodilatasi karena

paralisis vasomotor center.


Kulit berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin blister), gatal dan

nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang irreversibel.


3. Trauma kimia
Asam kuat mengkoagulasikan protein luka korosif yang kering, kertas

seperti kertas permanen.


Basa kuat membentuk reaksi penyabunan luka basah, licin kerusakan
sampai kedalam.

16

2.11

Respon sel, jaringan, organ dan system terhadap penyakit trauma

a. Aktivasi

system

saraf

peningkatantekanan

artera

simpatik
dan

menyebabkan
v e n a , bronkhodilatasi,

takikardia,takipneu,capillary shunting ,dan diaforesis.


b. p e n i n g k a t a n heart rate Cardiac output sebanding dengan
stroke volume dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate
meningkat.
c. P e n i n g k a t a n

frekuensi

napas.

Saat

inspirasi,

tekanan

i n t r a t h o r a c i k n e g a t i f . A k s i pompa thorak ini membawa darah ke


dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac output.
d. M e n u r u n n y a u r i n o u t p u t . H o r m o n a n t i - d i u r e t i k

dan

a l d o s t e r o n d i e k s r e s i k a n u n t u k menjaga cairan vaskular. Penurunan


angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
e. B e r k u r a n g n y a
tekanan
nadi
menunjukkan

turunnya

c a r d i a c o u t p u t ( s i s t o l i k ) d a n peningkatan vasokonstriksi (diastolik).


Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg
f. C a p i l l a r y s h u n t i n g d a n p e n g i s i a n

trans

kapiler

dapat

m e n y e b a b k a n d i n g i n , k u l i t pucat dan mulut kering. Capillary refill


mungkin melambat.
g. p e r u b a h a n s t a t u s m e n t a l d a n k e s a d a r a n d i s e b a b k a n
o l e h p e r f u s i k e o t a k y a n g menurun atau mungkin secara langsung
disebabkan oleh trauma kepala.
2.12 Respon imun tubuh terhadap penyakit trauma
Bagaimanapun masih ada perbedaan gender dalam hal respons imun dan
hasil akhir perjalanan klinis pemberian immunonutrition, khususnya pada pasien
yang mendapat trauma. Respon metabolik terhadap stres, trauma dan sepsis
berhubungan erat dengan perubahan imunologis dalam tubuh. Konsekuensi hal ini
adalah dibutuhkannya dukungan nutrisi untuk memperbaiki mekanisme
pertahanan tubuh dan menurunkan morbiditas. Namun hanya sedikit pengaruh
dukungan nutrisi tradisional pada fungsi imun. Sistem imun juga dipengaruhi oleh
lipid dalam diet yang merupakan prekusor eikosanoid, prostaglandin dan
leukotrin, sementara sintesis eikosanoid dimodifikasi oleh golongan antioksidan

17

seperti vitamin E dan vitamin C, mineral Se dan Cu. Definisi Zn juga


berhubungan dengan kegagalan fungsi sel-T.
Pada hewan percobaan yang diberikan Zn dalam jumlah sub-optimal
memperlihatkan atrofia dari timus, penurunan jumlah lekosit dalam mediator
antibodi dan respons hipersensitivitas tipe lambat. Tindakan hiperalimentasi
sendiri gagal mengantisipasi berkurangnya massa otot serta imbangan nitrogen
negatip selama kondisi kritis disebabkan perbedaan respons metabolik terhadap
starvasi, stres, trauma dan sepsis. Aktivitas regional seperti alur nutrien,
pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil untuk memudahkan penyerapan,
absorbsi protein, vitamin, trace element, air, penyimpanan sisa pencernaan, adalah
hal-hal yang mempengaruhi respons imun selular dalam beberapa tingkatan. Pada
kondisi klinis lain dapat ditemukan sindrom yang kompleks dari kakeksia
malignansi sebagai kontributor utama morbiditas dan mortalitas pasien dengan
keganasan lanjut. Faktor-faktor yang berperan termasuk perubahan metabolik
yang menghasilkan hipermetabolisme dan anoreksia sehingga menurunkan asupan
makanan; dalam hal mana suplemen oral gagal menaikkan berat badan bila
gangguan metabolisme tidak dikoreksi.
2.13 Manifestasi tubuh terhadap penyakit trauma

Mengarahkan kesulitan mereka kepada diri sendiri, menjadi pendiam, tidak

mau bergaul dengan teman-teman mereka.


Kelakuan mereka seperti anak kecil lagi (ngompol di tempat tidur, mengisap

jempol, mimpi ketakutan), atau bicara bergagap.


Menjadi cepat marah, aggressive, berkelakuan nakal, berkelahi.
Tidak dapat tidur, takut tidur sendiri, tidak mau ditinggal sendirian meskipun

untuk waktu yang singkat saja.


Mencari tempat aman di tempat mereka berada. Kadang-kadang mau tidur
di lantai, tidak mau tidur di tempat tidur, karena takut kalau tidur nyenyak

tidak tahu kalau bahaya datang.


Ketakutan kalau mendengar, melihat, atau mencium sesuatu yang mirip seperti
waktu

kejadian

trauma

berlangsung.

Bunyi

mobil

kadang-kadang

mengingatkan si anak kepada bunyi tembakan yang membunuh seseorang.

18

Untuk seorang anak, mendengar anjingnya jalan turun dari tangga, seperti

ayahnya jatuh dari tangga dan mati.


Menjadi waspada terus-selalu melihat-lihat sekeliling karena takut ada bahaya.
Berlaku seperti tidak takut karena sesuatu dan kepada siapapun juga. Kalau
ada bahaya mereka berlaku tidak wajar, sambil berkata mereka tidak takut

pada apapun juga.


Lupa kecakapan yang baru saja dipelajari.
Berkata-kata mau membalas dendam.
Sakit kepala, sakit perut, cepat capai dan sakit-sakit yang sebelumnya tidak

ada.
Sering mengalami kecelakaan karena mengambil risiko yang berbahaya,
menempatkan diri sendiri di tempat-tempat bahaya, men-sandiwarakan

kejadian trauma sekali lagi seperti korban (victim) atau tokoh.


Kesulitan-kesulitan di sekolah, nilai yang menurun, dan kesulitan konsentrasi.
Menjadi pessimis, tidak ada harapan masa depan, kehilangan keinginan untuk

survive, bermain, menikmati hidup.


Minum obat narkotik atau ikut gerakan-gerakan yang melawan kebudayaan

(counter culture movement) teristimewa bagi anak-anak yang lebih tua.


Sesudah kejadian trauma berakhir, dan keadaan aman kembali, pikiran dan
perasaan trauma masih saja mempengaruhi si anak untuk waktu yang lama.
Pengalaman teroris masih terkilas dengan jelas dipikiran si anak, dan sangat
mempengaruhi dia. Ini menyebabkan :
Luka emosi
Bingung (karena tidak mengerti trauma)
Kelainan tingkah laku

2.14 Komplikasi penyakit trauma


Penyakit mungkin sekali mempunyai efek yang diperpanjang, sekunder
atau jauh. Misalnya penyebaran organisme penyakit trauma dari tempat asal
masuknya kuman, pada tempat itu terjadi rangsangan reaksi radang, yang
menyebar ketempat lain dari tubuh manusia, dimana reaksi yang serupa akan
terjadi.
a. Komplikasi penyakit trauma tumpul, tajam, dan tembak (trauma abdomen)
Perforasi

19

Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat


kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi di bagian atas, misalnya
lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma atau
timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi dibagian bawah seperti kolon,
mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak, baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena
perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya
adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera
dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan
terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang
berakibat lebih berat.

Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat

menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma


adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta. Diagnostik perdarahan
pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam,lebih-lebih
pada taraf permulaan.
b. Komplikasi trauma fisika
Komplikasi akibat trauma panas (luka bakar)

Shock
Infeksi
Ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit)
Masalah distres pernapasan

Komplikasi akibat trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)

Stadium perangsangan (hipotermia ringan, 32-35 drajat Celcius) : terjadi


tremor otot maksimal, akibatnya kecepatan metabolisme basal sangat
meningkat, semua sumber glukosa dipakai, penggunaan O2 meningkat sampai

6 kalinya. Peningkatan tekanan darah, menimbulkan nyeri.


Stadium kelelahan (hipotermia sedang, 28-32 drajat Celcius) : sumber glukosa

tidak ada lagi, terjadi bradikardia, aritmia dan depresi pernapasan.


Stadium paralysis (hipotermia berat, di bawah 28 drajat Celcius) : koma,
refleks pupil hilang (tetapi tidak ada tanda kematian otak), diikuti ventrikel,
asistol, dan apnea. Semakin rendah penurunan suhu yang terjadi sampai aliran

20

darah ke otak terhenti, maka semakin lama otak bisa menoleransi terhentinya
sirkulasi (30drajat C:10-15 menit, 18drajatC:60-90 menit).
c. Komplikasi trauma kimia
Komplikas trauma kimia asam kuat dan basa kuat sering terjadi pada
trauma mata. Diantara komplikasinya yaitu :

Kehilangan penglihatan
Glaukoma
Katarak
Ulkus/perforasi kornea
Sikatrik kornea
Retinal detachment
Konjungtiva, dan
Palpebra

21

BAB III: PENUTUP


3.1

Kesimpulan
Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit,

dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Munculnya
infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai
infeksi. Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh
yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius.
Penyakit Trauma merupakan suatu penyakit yang terjadi pada bagian saraf.
Apabila terjadi benturan-benturan kecil sekalipun akan mengakibatkan fraktur
pada penyakit ini. Benturan keras yang dapat merusak tubuh inilah yang sering
disebut sebagai trauma.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam proses pembelajaran dan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
penyakit infeksi. Penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Diharapkan untuk selanjutnya makalah ini dibuat lebih baik lagi
dengan
jawabkan.

mengambil sumber-sumber yang jelas dan dapat dipertanggung

22

DAFTAR PUSTAKA
Sudarto Pringgoutomo, dkk. Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta: Sugeng Seto,
2002
Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
http://kamuskesehatan.com/arti/patologi/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31979/4/Chapter%20I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_SYAHPUTRA_220101101100
94_Bab2KTI.pdf
https://www.academia.edu/9069276/BAB_I_PEMBAHASAN_1._Konsep_Dasar
Infeksi
http://rhizomananopropolis.com/1132/komplikasi-infeksi-bakteri-danpencegahannya/

Anda mungkin juga menyukai