BAB I:
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap
akan
timbul
berbagai
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
mikroorganisme.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme
(bakteri, virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau
fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh
yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan
sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai
penyakit fatal.
Penyakit infeksi dapat menyerang siapa saja baik itu kalangan dewasa
maupun anak-anak. Untuk itu kelompok kami ingin membahas lebih lanjut
mengenai penyakit infeksi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menjelaskan terminology, konsep dan definisi patologi
1.2.2 Menjelaskan tentang penyakit infeksi
1.2.3 Menjelaskan tentang penyakit trauma
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat mengetahui terminology, konsep dan definisi patologi
1.3.2 Dapat mengetahui penyakit infeksi
1.3.3 Dapat mengetahui penyakit trauma
BAB II:
PEMBAHASAN
2.1 Terminologi, Konsep Dan Defenisi Patologi
2.1.1 Teminologi
Perkembangan konsep tentang sebab dan kondisi alamiah suatu penyakit
pada manusia, telah melahirkan ide-ide mutahir yang menerangkan tentang
keseluruhan kejadian dan teknologi baru yang tersedia untuk penemuannya. Pada
era sebelum ilmu pengetahuan kedokteran berkembang, yaitu saat permulaan
dominasi faham animisme (Plato dan Phytagoras) muncul konsep bahwa penyakit
berkaitan erat dengan kekuatan gaib atau supranatural. Kondisi demikian telah
melahirkan asumsi bahwa tidak ada manfaatnya mempelajari sesuatu dari mayat
atau penderita yang sedang sekarat.
Kesempatan pertama para ilmuwan mempelajari penyakit secara lebih
ilmiah ketika dimungkinkan dilakukannya pemeriksaan dalam setelah seseorang
meninggal dunia. Autopsi (nekropsi atau pemeriksaan post mortem) yang
dilaksanakan secara sistematik dan ilmiah dimulai sekitar tahun 300 BC, telah
memberikan informasi yang sangat berharga, yang membantu menjelaskan
berbagai keadaan penyakit. Hasil autopsi dihubungkan dengan tanda dan gejala
klinik penderita serta riwayat dari berbagai macam jenis penyakit. Dalam era ini
oleh karena pemeriksaan lebih banyak dengan pemeriksaan makroskopis organ,
maka periode ini dikenal sebagai era morbid anatomy. Pada era ini mikroskop
belum ditemukan dan penyebab penyakit belum bisa ditentukan, sehingga
penyakit timbul dianggap secara spontan.
Ilmu patologi, dan kedokteran pada umumnya mengalami kemajuan pesat
dengan digunakannya mikroskop cahaya untuk mempelajari jaringan yang sakit
yang dimulai sekitar tahun 1800. Dengan mikroskop dapat memperlihatkan
adanya mikroorganisme di sekitar manusia, diamana hal ini memberi kontribusi
yang besar terhadap asumsi sebelumnya sehingga menyangkal teori penyakit yang
timbul secara spontan melainkan beberapa disebabkan oleh mikroorganisme
patologis berupa bakteri, parasit, dan jamur.
2.1.2
Konsep patologi
Pengetahuan tetang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan
ataupun kultur sel sebagai bahan uji. Kultur / pembiakan sel merupakan temuan
menguntungkan dalam perkembangan patologi eksperimental, karena selain
menghindari binatang sebagai bahan uji juga memberikan hasil mendekati
keadaan sebenarnya, namun demikian uji laborat (invitro) tidak bisa membuat
lingkungan fisiologis seperti dalam tubuh manusia (in vivo).
Pembagian Patologi
a. Histopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan
jaringan.
b. Sitopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan sel
tubuh yang didapat / diambil
c. Hematologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam
sediaan darah dan berbagai komponen pembekuan darah.
d. Mikrobiologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi
dan organisme (mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit
tersebut.
e. Imunologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik
dari tubuh manusia.
f. Patologi Kimiawi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan
mendiagnosis suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi
jaringan dan cairan.
g. Genetik : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan
kromosom dan gen.
h. Toksikologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan
segala aspeknya yang berpengaruh terhadap tubuh manusia.
i. Patologi Forensik : bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan
dan kepentingan hukum (misal : menemukan sebab kematian pada kasus
kriminal)
Teknik teknik dalam Patologi
a. Patologi Makroskopik: Pengetahuan patologi yang observasinya hanya terbatas
dengan menggunakan mata telanjang.
b. Mikroskop Cahaya
c. Histokimiawi: Mempelajari kondisi kimiawi suatu jaringan, dengan perlakuan
menggunakan reagan tertentu maka keadaan jaringan dapat diperlihatkan
secara mikroskopis.
a. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti
umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain.
Faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba patogen untuk
berinteraksi dengan pejamu.
b. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun
tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba
patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit
disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit
lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-tahun.
c. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan
tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan
secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah,
penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:
Sembuh sempurna
Penderita sembuh
secara
sempurna,
artinya
bentuk
dan
fungsi
Pembawa ( carrier )
Perjalanan penyakit seolaholah berhenti, ditandai dengan menghilangnya
tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada,
dan masih potensial sebagai sumber penularan.
Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.
Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsifungsi organ.
Orang-orang yang
mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi
hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan
kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes
yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan
hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang
berkaitan dengan hospes yang melemah adalah infeksi berulang, infeksi kronik,
ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap
kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode/ Masa Inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh : flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps / gondongan 18 hari.
b. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh
dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang
lain.
c. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps
yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius.
Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan
nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
a. Flora Normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal.
Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus.
Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam
memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab
penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi
antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan
protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit.
Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif
dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang
mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko
mendapat penyakit infeksi.
b. Sistem Pertahanan Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap
mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat
mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah
menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna
melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang
secara
fisiologis
disesuaikan
dengan
struktur
dan
fungsinya.
10
11
daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa
(mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri).
Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma
seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi
untuk mencegah penyebaran.
Perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru
12
2.6
monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi
asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah
susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut
bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
a. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T
memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada
membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang
reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini
mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk
sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan
antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag
untuk menyerang antigen
b.
Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa
13
2.7
merasa lemah dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual,
pusing, dan sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan
gambaran klinik sesuai dengan organ yang terserang.
Contoh:
Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti
terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin
meluas. Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen
ketuar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara
menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari
pejamu yang sakit.
Beberapa organisme mikroskopis yang disebut bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Dan ketika terjadi, hal ini yang disebut infeksi bakteri.
Jika tidak diobati, beberapa infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian. Namun,
jika didiagnosis dan diobati dengan cepat, kebanyakan pasien dengan infeksi
bakteri mengalami pemulihan lengkap. Propolis yang memiliki sifat anti-bakteri
dapat digunakan sebagai terapi pencegahn maupun pengobatan bakteri.
2.8
efektif terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu. Hal ini mungkin terjadi pada
individu yang menerima antibiotik lebih sering daripada mereka yang tidak. Jika
pasien terinfeksi dengan bakteri resisten antibiotik, ia mungkin mengambil
berbagai jenis antibiotik yang bisa jadi kurang efektif dibanding dengan
pengobatan standar.
Kerusakan organ dan kematian. Jika infeksi bakteri yang tidak diobati, mereka
dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Dalam beberapa kasus, bakteri dapat
14
mengunjungi
penyedia
layanan
kesehatan
mereka
jika
mereka
Penyakit trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut
tubuh
tersebut
berlanjuttanpa
dilakukan
penanganan
akan
15
permukaannya kasar.
Luka lecet tekan : arah kekerasan tegak lurus pada permukaan tubuh, epidermis
2.
3.
b.
1.
meninggalkan sikatriks.
Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
Necrosis coagulativa dengan ciri- ciri warna coklat gelap hitam dan sembuh
16
2.11
a. Aktivasi
system
saraf
peningkatantekanan
artera
simpatik
dan
menyebabkan
v e n a , bronkhodilatasi,
frekuensi
napas.
Saat
inspirasi,
tekanan
dan
turunnya
trans
kapiler
dapat
17
kejadian
trauma
berlangsung.
Bunyi
mobil
kadang-kadang
18
Untuk seorang anak, mendengar anjingnya jalan turun dari tangga, seperti
ada.
Sering mengalami kecelakaan karena mengambil risiko yang berbahaya,
menempatkan diri sendiri di tempat-tempat bahaya, men-sandiwarakan
19
Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat
Shock
Infeksi
Ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit)
Masalah distres pernapasan
20
darah ke otak terhenti, maka semakin lama otak bisa menoleransi terhentinya
sirkulasi (30drajat C:10-15 menit, 18drajatC:60-90 menit).
c. Komplikasi trauma kimia
Komplikas trauma kimia asam kuat dan basa kuat sering terjadi pada
trauma mata. Diantara komplikasinya yaitu :
Kehilangan penglihatan
Glaukoma
Katarak
Ulkus/perforasi kornea
Sikatrik kornea
Retinal detachment
Konjungtiva, dan
Palpebra
21
Kesimpulan
Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit,
dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Munculnya
infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai
infeksi. Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh
yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen.
Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius.
Penyakit Trauma merupakan suatu penyakit yang terjadi pada bagian saraf.
Apabila terjadi benturan-benturan kecil sekalipun akan mengakibatkan fraktur
pada penyakit ini. Benturan keras yang dapat merusak tubuh inilah yang sering
disebut sebagai trauma.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam proses pembelajaran dan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
penyakit infeksi. Penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Diharapkan untuk selanjutnya makalah ini dibuat lebih baik lagi
dengan
jawabkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sudarto Pringgoutomo, dkk. Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta: Sugeng Seto,
2002
Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
http://kamuskesehatan.com/arti/patologi/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31979/4/Chapter%20I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_SYAHPUTRA_220101101100
94_Bab2KTI.pdf
https://www.academia.edu/9069276/BAB_I_PEMBAHASAN_1._Konsep_Dasar
Infeksi
http://rhizomananopropolis.com/1132/komplikasi-infeksi-bakteri-danpencegahannya/