M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur pada Pasien
Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
DRALELY SILALAHI
132500012
BAB I
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting bagi orang yang
sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila
kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi, maka jumlah energi yang diharapkan
untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang-orang yang mengalami
kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Hidayat,
2006).
Keadaan sakit sering memerlukan waktu tidur lebih banyak dari orang
normal karena kondisi saat sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk
mengembalikan kondisi seperti semula saat sebelum sakit. Namun demikian,
keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur oleh
karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya,
pengunjung pasien lain secara berkelompok, lingkunagan yang kurang nyaman
dan sebagainya (Kozier, 2010).
Pola tidur sering mengalami perubahan karena penyakit atau rasa nyeri.
Perawat menggunakan metode spesifik untuk meningkatkan rasa nyaman dan
menurunkan rasa nyeri sehingga kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi. Jika
pasien tidak dapat tidur karena faktor lain, seperti gaya hidup, tekanan kronis,
perawat
dapat
memberikan
perawatan
langsung
untuk
memecahkan
penyebabnya pada saat membantu memenuhi kebutuhan ini (Potter & Perry,
2005).
Tugas perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidurnya. Usaha pasien
dalam memenuhi kebutuhan pola tidur pasien kurang menjadi fokus perhatian
perawat, selama ini perhatian perawat masih terfokus pada respon fisik yang
muncul akibat penyakit yang diderita pasien. Terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien merupakan suatu yang bersifat subyektif, sulit dinilai
dari penampilan dan tanda-tanda fisik, sehingga pendekatan yang baik perlu
dilakukan untuk mengetahui persepsi, sikap dan harapan pasien tentang
kebutuhan tidurnya. Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki
pengalaman pribadi yang unik serta memiliki persepsi, sikap dan harapan
aktivitas
maupun
kebutuhan
dasar
lainnya.
Setiap
individu
memenuhi kebutuhan dasar pasien yang berupa tindakan (Potter & Perry,
2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk memilih bidang
keperawatan jiwa dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajaran Karya Tulis
Ilmiah (KTI). Data yang diperoleh dari Rekaman Medik Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2015/2016 dengan pasien Harga Diri
Rendah (HDR) sebanyak 4,3%, Pasien Isolasi Sosial sebanyak 6,65%, Pasien
Halusinasi sebanyak 69,8%, Pasien Perilaku Kekerasan (PK) sebanyak 5,82%,
Pasien Waham sebanyak 1,93%, dan pasien Defisit Perawatan Diri (DPD)
sebanyak 10,75%. Dan dari Rekaman Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara selama 6 hari, dimulai dari tanggal 23 Mei sampai
dengan 28 Mei 2016. Kegiatan pengambilan kasus diawali dengan pengaruh
dari dosen mengenai kegiatan yang akan di laksanakan dan melakukan
pengkajian laporan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kasus yang
akan di ambil. Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan oleh penulis pada
tanggal 23 Mei 2016 terdapat 38 pasien yang di rawat di Ruangan Singgalang
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 27 diantaranya (71,05%)
dengan mayoritas masalah kebutuhan dasar istirahat dan tidur. Sehingga
diperlukan upaya untuk mengatasinya agar tercapai upaya kemampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan dasar pada pasien Halusinasi. Salah satu intervensi
asuhan keperawatan jiwa yang dapat dilakukan dengan masalah kebutuhan
istirahat tidur adalah dengan melakukan strategi pertemuan. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan
Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur
pada Pasien Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara Medan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah
Gangguan Istirahat dan Tidur pada pasien Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit
Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan .
1.2.2 Tujun Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan masalah
gangguan istirahat dan tidur penulis mampu :
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan prioritas
masalah kebutuhan dasar tidur.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dari prioritas masalah
kebutuhan dasar tidur.
c. Mahasiswa merencanakan intervensi dari masalah kebutuhan
dasar tidur.
d. Mahasiswa melakukan implementasi dari masalah kebutuhan
dasar tidur.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang
dilakukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pelayanan kesehatan
melalui Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien
gangguan jiwa yang mengalami masalah kebutuhan istirahat tidur dalam
meningkatkan kebutuhan tidur dengan memberikan asuhan keperawatan
mengenai kebutuhan dasar tidur.
1.3.2 Bagi pendidikan keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat mengaplikasikan NANDA, NIC,
dan NOC bagi ilmu keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan istrihat dan tidur dapat dijadikan sebagai bukti
dasar yang dipergunakan dalam pembelajaran asuhan keperawatan jiwa.
1.3.3 Bagi Praktik Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar untuk
pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar
lainnya.
1.3.4 Bagi rumah sakit jiwa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
istirahat tidur di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak
dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter &
Perry, 2005).
2.1.3 Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal
(Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi
atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik
otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan ecelctromiogram (EMG)
dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di
bagian batang otak 8 atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari
konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin
disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan
batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR). Bangun dan
tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan
sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya
dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas
RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto
& Wartonah, 2006).
2.1.4 Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal
pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi
dua yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement
(REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan
memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan
REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005) yaitu :
1. Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
a) Tingkat transisi
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
a) Periode suara tidur
10
b. Otot-otot
c. Pernapasan
d. Nadi
e. Tekanan darah
f. Sekresi gaster
: meningkat
g. Metabolisme
h. Gelombang otak
: EEG aktif
i. Siklus tidur
: sulit dibangunkan
12
Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010)
yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30 %
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
13
2.1.8
4. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya
5. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah
6. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
a. Diuretik
: menyebabkan insomnia
b. Antidepresan
: menyupresi REM
c. Kafein
: meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika
: menyupresi REM
2.2 Gangguan Tidur
2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara
umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau
sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa
mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam
Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005) yaitu :
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur
singkat atau tidur nonrestoratif (Zorick, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).
Penderita insomnia mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan
disiang hari dan kuantitasdan kualitas tidurnya tidak cukup. Namun,
seringkali klien tidur lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia dapat
menandakan adanya gangguan fisik dan psikologis.
Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stress
situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit,
atau kehilangan orang yang disintai. Insomnia sering berkaitan dengan
kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat
tidur cukup menyebabkan keterjagaan. Disiang hari, seseorang dengan
insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan cemas.
2. Apnea Tidur
15
16
18
19
20
2. Anxiety (kecemasan)
Kriteria hasil :
a. Pengendalian diri terhadap Ansietas
Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, selalu) :
a) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
b) Mempertahankan performa peran
c) Memantau distorsi persepsi sensori
d) Memantau manifestasi perilaku ansietas
e) Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meredakan ansietas
2.3.5
Perencanaan/Intervensi
Untuk insomnia, intervensi yang paling baik yaitu sebuah standar
kesehatan tidur. Perawat perlu mendidik keluarga dan pasien tentang kondisi
dan menjelaskan bahwa standar kesehatan tidur adalah satu rangkaian teknik
yang telah berguna bagi banyak orang. Perawat kemudian perlu membantu
pasien untuk membedakan dari yang lain prosedure yang cocok sesuai
kepribadian
dan
lingkungan
pasien.
Selanjutnya,
perawat
boleh
21
atau pijatan, yang telah menolong banyak orang yang tidak mampu untuk
tidur (Noreen & Lawrence, 2002).
Untuk pasien yang mengalami mimpi buruk atau teror saat tidur,
perawat mempunyai dua intervensi penting. Pertama, mendukung dan
menentramkan hati dari kecemasan karena kondisi ini deprlukan. Perawat
perlu mengembangkan suatu hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarga dan membantu keluarga untuk memelihara suatu perasaan
mengenai gangguan. Kedua, perawat perlu menyediakan pendidikan tentang
gangguan kepada pasien dan keluarga sehingga mereka mempunyai suatu
pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tersebut. Jika perawat
mencurigai mimpi buruk atau teror saat tidur adalah suatu hasil dari trauma,
kecemasan, atau khayalan, perawat harus melakukan pengkajian dan
evaluasi lebih lanjut (Noreen & Lawrence, 2002).
Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah
perawat memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif),
persepsi klien tantang pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang
mengganggu tidur. Perawat dan pasien bersama-sama membuat intervensi
yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur baik di rumah maupun
di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).
Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan
yang sesuai dengan gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur. Tujuan
dari rencana asuhan bagi pasien yang memerlukan tidur atau istirahat adalah
sebagai berikut (Potter & Perry, 2005) :
1. Klien mendapatkan perasaan segar setelah tidur
2. Klien mendapatkan pola tidur yang sehat 30
3. Klien memahami faktor-faktor yang meningkatkan atau
mengganggu tidur
4. Klien melakukan perilaku perawatan diri untuk menghilangkan
faktor-faktor yang menyebabkan gangguan tidur.
Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa
keperawatan yang terkait gangguan tidur menurut Gloria, dkk (1996):
1. Insomnia
a. Hallucination Management (Manajemen Halusinasi)
a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b) Monitor dan mengatur tingkatan aktivitas dan
rangsangan di (dalam) lingkungan
22
23
Pembahasan
Diagnosa keperawatan yang terkait untuk pasien dengan gangguan
24
diagnosa
dari
kedua
referensi
berbeda
tidak
menutup
25
: Tn.M
: Laki-laki
: 37 tahun
: Belum menikah
: Islam
: SMP
: Wiraswasta
: Jl.Jemadi, Pulo Brayan Darat II, Kec.Medan Timur
: 13 April 2016
: 02.40.07
: Singgalang
:B
:: 18 Mei 2016
: Skizofrenia paranoid
26
27
mengalami
sembuh.
Harga diri
28
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
dirinya mempunyai nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama yang
-
dianutnya.
Kegiatan ibadah
dirinya rajin sholat, setelah masuk RSJ sudah jarang sholat. Tetapi
VII.
Penampilan :
Pasien tampak rapi, baik cara berpakaian, makan dan mandi.
Pembicaraan :
Selama wawancara, klien mudah diajak berbicara, nada suara lembut,
klien mengerti apa yang ditanyakan dan mengerti apa yang
29
Persepsi :
Klien mengalami persepsi pendengaran berupa suara-suara yang
mengejek dirinya mengatakan dirinya tidak berguna.
Proses Pikir :
Pembicaraan dengan klien sesuai dengan stimulus atau pertanyaan
yang diberikan perawat, tidak ada masalah yang ditemukan.
Isi Pikir :
Saat dilakukan wawancara klien tidak mengalami gangguan isi pikir.
Waham :
Klien tidak mengalami gangguan waham agama, waham kebesaran,
Suhu tubuh
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
TB
BB
:36,80 C
: 110/70 mmHg
: 80 x/i
: 24x/i
: 168 Cm
: 61 kg
Palpebra
radang
Konjungtiva dan sklera
Pupil
interus
: Isokor, kontraksi pupil (+), reflek
cahaya (+).
: pengapuran katarak (-)
: Klien dapat melihat lambaian
normal.
5. Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi :
Normal,tulang hidung simetris, posisi septumnasi simetris.
- Lubang hidung : Normal (2 lubang hidung), tidak ada
sumbatan.
- Cuping hidung
: Normal
6. Telinga
- Bentuk telinga
: Normal, daun telinga simetris kiri & kanan
- Ukuran telinga
: Normal, sama besar, simetris kiri & kanan
- Lubang telinga : Normal
- Ketajaman pendengaran : Baik, tidak ada gangguan
7. Mulut dan Faring
- Keadaan bibir
: Kering, bentuk bibir simetris
- Keadaan gusi dan gigi
: Gigi tampak kuning, gusi tidak ada
-
pendarahan
Keadaan lidah
Orofaring
normal)
Warna
Turgor
31
- Kelembaban
: Terasa lembab
- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
10. Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Ukuran dan bentuk
: Bentuk dan ukuran normal
11. Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Normal
- Pernafasan ( frekuensi, irama ) : Frekuensi 24/i, irama teratur
dan reguler
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
12. Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara
: Fremitus taktil seimbang kiri &
-
kanan
Perkusi
: Terdengar bunyi resonan
Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) :
Suara nafas normal, suara ucapan jelas, suara tambahan tidak
ada terdengar.
13. Pemeriksaan jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal, frekuensi 80/i
simetris,
tidak
tampak
pembengkakan hepar.
- Perkusi (suara abdomen) : Suara abdomen timpani, ascites (-)
15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Tidak ada dilakukan
-
pemeriksaan
Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus) : Tidak
ada dilakukan pemeriksaan
32
memisahkan diri.
Waktu pemberian makan : pagi, siang, sore
Jumlah dan jenis makan : Sesuai porsi yang diberikan nasi,
kurang bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku terlihat panjang dan
kotor.
3. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian, dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total:
Klien melakukan aktivitas mandi, makan, ganti pakaian secara
-
: Tidak teratur
: Kadang keras dan kadang lembek
: Tidak memiliki riwayat perdarahan
: Pagi hari sebelum dilakukan
pengkajian
- Diare
: Tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif
: Tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
- Pola BAK
: 1-3 x sehari
- Karakter urine
: Kuning jernih
- Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada nyeri atau
kesulitan BAK
33
34