Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FITOFARMASI

SENYAWA MARKER

OLEH :
ILHAM PANDIKA HARIS CHANDRA
051311133200
KELOMPOK 6

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


2016

DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
SENYAWA MARKER.......................................................................................................3
1. DEFINISI......................................................................................................................3
1.1. Definisi Senyawa Marker......................................................................................3
2. KLASIFIKASI SENYAWA MARKER......................................................................3
2.1. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut EMEA.......................................................3
2.2. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Srinavasan................................................3
2.3. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Songlin et al..............................................3
3. MANFAAT SENYAWA MARKER.............................................................................5
3.1. Identifikasi Adulteran............................................................................................5
3.2. Diferensiasi Obat Herbal Dengan Berbagai Sumber.............................................5
3.3. Menentukan Waktu Panen Terbaik........................................................................5
3.4. Konfirmasi Tempat Panen.....................................................................................5
3.5. Menilai Metode Pemrosesan..................................................................................5
3.6. Evaluasi kualitas dari bagian tumbuhan................................................................6
3.7. Uji Stabilitas Produk..............................................................................................6
3.8. Diagnosis Intoksikasi Herbal.................................................................................6
4. MASALAH DALAM KONTROL KUALITAS DENGAN SENYAWA MARKER6
4.1. Kekurangan Senyawa Marker................................................................................6
4.2. Kemurnian yang belum memenuhi syarat.............................................................6
5. METODE PENENTUAN SENYAWA MARKER.....................................................8
5.1. Studi Literatur........................................................................................................8
5.2. Komponen Mayor..................................................................................................8
5.3. Metabolit Profiling.................................................................................................8
5.4. Metode Fingerprinting..........................................................................................9
6. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

SENYAWA MARKER

1. DEFINISI SENYAWA MARKER


The European Medicines Agency (EMEA) mendefinisikan senyawa marker adalah
senyawa atau kelompok senyawa dari produk obat herbal yang digunakan untuk tujuan
kontrol kualitas tanpa memperhatikan apakah senyawa tersebut memiliki efek terapetik
atau tidak (Songlin et al., 2008).
2. KLASIFIKIKASI SENYAWA MARKER
2.1. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut EMEA
2.1.1.
Senyawa Marker Identitas
Senyawa marker yang hanya digunakan untuk tujuan analisis (Songlin et al.,
2008).
2.1.2.
Senywa Marker Aktif
adalah senyawa atau kelompok senyawa yang memberikan aktifitas terapi
(Songlin et al., 2008).
2.2. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Srinavasan
2.2.1.
Senyawa Marker Aktif
Senyawa yang memberikan efek farmakologi dan efektivitas klinik (Songlin,
et al., 2008).
2.2.2.
Senyawa Marker Analisis
Senyawa yang tidak memiliki efek terapi dan farmakologi (Songlin et al.,
2008).
2.2.3.
Senyawa Marker Toksik
Senyawa yang menunjukkan sifat alergi dan toksik (Songlin et al., 2008).
2.3. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Songlin et al.
2.3.1.
Komponen terapetik
Komponen Terapetik diketahui memiliki efek terapi langsung dari obat
herbal. Senyawa tersebut dapat digunakan sebagai senyawa marker untuk
pengujian kualitatif dan kuantitatif (Songlin et al., 2008).
2.3.2.

Komponen Bioaktif
Komponen Bioaktif secara struktural kimia berbeda dengan obat herbal.
Saat komponen tunggal tidak mempunyai efek terapi langsung, kombinasi dari
bioaktivitas keduanya memberikan efek terapi (Songlin et al., 2008).

2.3.3.

Komponen Sinergis
Komponen Sinergis tidak berperan pada efek terapi ataupun bioaktivitas
secara langsung. Namun, mereka bekerja secara sinergis untuk menguatkan
bioaktivitas dari komponen lain untuk meningkatkan efek terapi obat herbal
(Songlin et al., 2008).

2.3.4.

Komponen Identitas
Untuk dapat berperan dalam efek terapi, Komponen Identitas haruslah
bahan yang spesifik dan atau unik dari obat herbal (Songlin et al., 2008).

2.3.5.

Komponen Major
3

Komponen Major merupakan senyawa yang memiliki kandungan terbesar


dalam tanaman. Kelompok bukan komponen identitas dan memiliki
bioaktivitas yang belum diketahui pasti. Komponen major digunakan untuk
analisis kualitatifa dan kuantitatif dari obat herbal khususnya untuk evaluasi
stabilitas dan diferensiasi (Songlin et al., 2008).
2.3.6.

Komponen Korelatif
Komponen korelatif merupakan komponen yang memiliki kedekatan
hubungan dengan yang lainnya. Contohnya saja dapat menjadi prekusor
produk atau metabolit dari suatu reaksi kimia atau enzimatis. Komponen
korelatif dapat digunakan sebagai senyawa marker untuk menguji kualitas
obat tradisional yang berasal dari lokasi berbeda dan pada waktu penyimpanan
yang berbeda pula (Songlin et al., 2008).

2.3.7.

Komponen Toksik
Senyawa yang menunjukkan sifat alergi dan toksik (Songlin et al., 2008).

2.3.8.

Komponen Umum
Komponen umum merupakan senyawa yang umum terdapat dalam
tanaman. Komponen umum diidentifikasi dengan fingerprint untuk quality
control (Songlin et al., 2008).

Kategori
Komponen Terapetik
Komponen Toksik

Tujuan Kontrol Kualitas


Mengindikasi efficacy
Pemastian keamanan

Komponen Bioaktif

Mengindikasi efficacy

Komponen Utama

Uji stabilitas dan konsistensi

Komponen Identitas
Komponen Sinergis

Identifikasi kualitatif
Mengeluarkan aksi sinergis
dari multi komponen
Komponen Korelatif
Memprediksi lama
penyimpanan, metode
ekstraksi, tempat
pengambilan
Komponen Umum
Mengindikasi keseluruhan
kualitas saat digunakan
bersamaan dengan spektra
fingerprint
Kategori senyawa marker dirangkum dalam Tabel 1.

Kekurangan
Tidak selalu didapatkan
Memerlukan studi
toksikologi yang luas
Tidak mengindikasikan
keseluruhan kualitas
Tidak mengindikasikan
keseluruhan kualitas
Tidak selalu didapatkan
Memerlukan studi
farmakologi yang luas
Memerlukan studi fitokimia
yang luas

Mengumpulkan data analisis

3. MANFAAT SENYAWA MARKER


3.1. Identifikasi Adulteran
Turunan resin Garcinia hanburyi Hook, gamboges (Tenghuang) yang digunakan
untuk terapi jamur, kadas dan kurap di China. Gugus xanthon terpoliprenilasi seperti
asam gambogat dan asam gambogenat diisolasi sebagai komponen mayor dan
4

komponen bioaktif dari gamboges. Dalam studi Songlin et al. Sebelumnya, sebuah
adulteran dari gamboges didiferensiasi dari sampel asli dengan metode HPLC-UV
menggunakan 8 gugus xanthon sebagai senyawa marker stabilitas (Songlin et al.,
2008).
3.2. Diferensiasi Obat Herbal Dengan Berbagai Sumber
Radix Stemonae (Baibu) adalah antitusiv dan obat herbal insektisida turunan dari
akar tiga Spesies Stemonae, yaitu Stemona tuberosa, S. Sessilifolia, dan S. Japonica.
Alkaloid Stemona terbukti secara farmakologi memiliki efek antitusiv dan insektisida
dari Radix Stemonae. Dalam studi ini, diketahui kandungan kimia dari tiga species
tersebut berbeda-beda. alkaloid tipe Krumin seperti krumin terdeteksi di tiga species
tersebut, sedangkan alkaloid tipe protostemonin seperti protostemonin dan
maistemonin terdeteksi di S. japonica dan S. Sessilifolia. Selanjutnya, alklaoid tipe
stchoneurin seperti stemoninin, neotuberostemonin, dan tuberostemonin hanya
ditemukan dalam Stemona tuberosa. Alkaloid Stemona dapat digunakan sebagai
senyawa marker aktif untuk membedakan tiga species Stemona (Songlin et al., 2008).
3.3. Menentukan Waktu Panen Terbaik
Rhizoma Chuanxiong merupakan salah satu obat tradisional China yang biasa
digunakan untuk mengobati penyakit cerebro dan cardio-vascular. Senyawa marker
yang dimiliki tanaman ini ialah senkyunolide A. Sebagian besar komponen bioaktif
ini digunakan sebagai senyawa marker dalam menentukan waktu panen terbaik
(Songlin et al., 2008).
3.4. Konfirmasi Tempat Panen
Empat profil kimia dari S. Tuberosa dari berbagai lokasi geografis yang berbeda
telah dikarakterisasi menggunakan senyawa marker aktif kromin, steomonin,
neotuberostemonin atau tuberostomin. Tanaman tersebut diambil dari beberapa kota
yakni Shizhu dan Erbian di provinsi Sichuan, Masupo, dan Baoshan di provinsi
Yunan, Shanglin di provinsi Guangxi atau Yudu pada provinsi Jiangxi, China. Dari
hasil yang didapatkan, tanaman mengandung level tinggi steomonin,
neotuberostemonin, atau tuberostomin, dan kromin kadar rendah (Songlin et al.,
2008).
3.5. Menilai Metode Pemrosesan
Kebanyakan herba harus diproses untuk mengurangi efek toksiknya, contohnya
Radix Aconiti yang merupakan turunan dari akar Aconitum carmichaeli Debx yang
diketahui merupakan obat tradisional yang besifat toksik dan poten. Komponen toksik
tersebut diester-diterpen yang merupakan alkaloid Aconitum seperti aconitine,
mesaconitine, dan hypaconitine. Ketika diproses alkaloid tersebut terhidrolisis
menjadi alkaloid monoester. Alkaloid monoester memiliki kandungan toksik yang
lebih rendah dibandingkan alkaloid diester. (Songlin et al., 2008).

3.6. Evaluasi kualitas dari bagian tumbuhan

Secara tradisional, Radix astragali dibedakan berdasarkan diameter, panjang, dan


bentuk fisiknya. Isoflavonoid dan saponin diketahui sebagai komponen bioaktif yang
berfungsi untuk efek terapi dari Radix astragali. Setelah dilakukan penelitian, tidak
ada perbedaan kandungan isoflavonoid antara akar tebal dan tipis, atau kulit dan
xylem. Hasil ini menunjukkan bahwa akar kecil dari Radix astragali memiliki kualitas
yang lebih baik (Songlin et al., 2008).
3.7. Uji Stabilitas Produk
Uji stabilitas digunakan untuk mengevaluasi kualitas produk dalam jangka waktu
lama dan mengevaluasi waktu paruh . Kelima senyawa marker digunakan sebagai
indikator evaluasi stabilitas produk dari QGS. Contohnya, uji stabilitas dipercepat
dilakukan selama empat waktu pada suatu periode di tiga bulan, dilakukan pada
chambers at 40 2C dan kelembaban 75 5%. Kelima markers tetap stabil pada
periode ini, hanya paeonol menunjukkan sedikit pernurunan sekitar 5% dari produksi
awal (Songlin et al., 2008).
3.8. Diagnosis Intoksikasi Herbal
Senyawa toksik dapat digunakan sebagai senyawa marker dalam metode skrining.
Contohnya yaitu diagnosis cepat dari keracunan aconite akut dari sampel urin dengan
HPLC-MS. Lima pasang Aconite Alkaloid dipiliih sebagai senyawa marker untuk
mengembangkan metode skrining LC-MS (Songlin et al., 2008).
4. MASALAH DALAM KONTROL KUALITAS DENGAN SENYAWA MARKER
Senyawa marker sangat penting dalam kontrol kualitas dari obat herbal. Berikut
adalah masalah yang harus diselesaikan.
4.1. Kekurangan Senyawa Marker
Hingga saat ini, beberapa tanaman ada yang tidak memiliki senyawa marker untuk
quality control mereka. Berdasarkan Chinese Pharmacopeia, hanya 281 dari 551
tanaman yang telah memiliki senyawa marker. Sisanya, ada beberapa tumbuhan yang
dianggap mempunyai senyawa marker yang sama (Songlin et al., 2008).
4.2. Kemurnian yang belum memenuhi syarat
Kualitas yang tidak konsisten merupakan masalah utama pada senyawa marker.
Secara umum, kualitas senyawa marker dipengaruhi oleh faktor fisikokimia yang
antara lain :
4.2.1.

Pelarut
Asam gambogat yang disimpan dengan menggunakan pelarut metanol
pada suhu kamar dapat mengalami reaksi nukleofilik (Songlin et al., 2008).
4.2.2.
Suhu
Suhu saat ekstraksi mempengaruhi jumlah senyawa marker yang
terproduksi. Contoh isoflavon pada Radix Astragali. Dilakukan dengan dua
perlakuan yang lalu dibandingkan kromatogramnya. Yakni ekstraksi dengan
mikrowave dan reflux atau di soxhlet (Songlin et al., 2008).

4.2.3.

Cahaya
Cinamaldehid yang merupakan senyawa marker Cortex Cinnamomi. Dia
peka sekali terhadap cahaya. Bila terpapar cahaya pada kamar sekitar 6 jam,
10% kandungan pada cinnamaldehid akan hilang, dan 36 jam selanjutnya
hanya 25% yang tersisa. Penelitian terakhir menunjukkan cinnamaldehid akan
berubah menjadi kristal asam sinamat ketika terpapar cahaya (Songlin et al.,
2008).

4.2.4.

Campuran Epimer
Stereoisomer dari beberapa fitokimia sering berdampingan di alam
bebas dan kadang-kadang susah terisolasi sebagai senyawa murninya.
Kebanyakan stereoisomer memiliki bioaktivitas yang berbeda dari yang
lainnya (Songlin et al., 2008).

4.2.5.

Konformasi
Kompleksitas spektra dari suatu senyawa kadang mengarah pada
kerumitan pada kemurniannya. Biflavonoid, contohnya, selalu menunjukkan
spektra senyawa yang komplek pada level dimer karena terentang rotasi antara
gugus flavanon dan flavanonol diantara axis C-3/C-8 (Songlin et al., 2008).

5. METODE PENENTUAN SENYAWA MARKER


5.1. Studi Literatur
Berdasarkan farmakope china, disebutkan beberapa senyawa marker yang
terkandung dalam beberapa tanaman seperti terdapat pada gambar berikut (Songlin et
al., 2008).

5.2. Komponen Mayor


Dalam menentukan senyawa marker dapat diketahu melalui studi literatur yang
ada namun pada beberapa kasus, tanaman tidak diketahui senyawa marker atau
senyawa yang memberikan efek terapinya (Kamboj, 2012) sehingga untuk
menentukan marker pada tanaman tersebut dipilih komponen mayor yang ada pada
tanaman. Komponen mayor dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap efek
terapetik yang ditimbulkan (Songlin et al., 2008).
5.3. Metabolit Profiling
Metabolit Profiling adalah suatu metode identifikasi dan penentuan kuantitatif
dari sejumlah besar metabolit, yang umumnya berhubungan dengan jalur metabolit
spesifik (Ellis et al., 2007). Penggunaan profil metabolit dapat memberikan tampilan
komparatif fungsi gen. Profil metabolit memiliki potensi tidak hanya dapat
memberikan wawasan lebih dalam proses regulasi yang kompleks, tetapi juga dapat
menentukan fenotipe secara langsung (Fiehn et al., 2000)
5.4. Metode Fingerprinting
Senyawa sidik jari telah dipublikasikan sebagai tehnik yang sangat baik untuk
kontrol kualitas dari obat herbal. Senyawa sidik jari adalah bentuk unik yang
8

mengindikasikan adanya kelipatan senyawa marker di dalam sampel (Songlin et al.,


2008).

DAFTAR PUSTAKA
Li Songlin et al. 2008. Chemical markers for the Quality Control of Herbal
Medicines. Chinese Medicine Laboratory : China
Rasheed, N.M.A et al. 2012. Chemical marker compounds and their essential role in
quality control of tradisionalmedicines. Institute of Chemical Technology
Tarnaka. India

Kamboj, Anjoo. 2012. Analytical Evaluation of Herbal Drugs. Drug Discovery


Research in Pharmacognosy. Intech . pg 31-35.
Ellis, D.I., Dunn, W.B., Griffin, J.L., Allwood, J.W., Goodacre, R., 2007, Metabolic
Fingerprinting as A Diagnostic Tool, Pharmacogenomic Review, 8(9),
12431266
Fiehn, O., Kopka, J., Dormann, P., Altmann, T., Trethewey, R.N., Willmitzer, L.,
2000, Metabolite profiling for plant functional genomics, Nat. Biotech. 18,
11571161

10

Anda mungkin juga menyukai