SENYAWA MARKER
OLEH :
ILHAM PANDIKA HARIS CHANDRA
051311133200
KELOMPOK 6
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
SENYAWA MARKER.......................................................................................................3
1. DEFINISI......................................................................................................................3
1.1. Definisi Senyawa Marker......................................................................................3
2. KLASIFIKASI SENYAWA MARKER......................................................................3
2.1. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut EMEA.......................................................3
2.2. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Srinavasan................................................3
2.3. Klasifikasi Senyawa Marker Menurut Songlin et al..............................................3
3. MANFAAT SENYAWA MARKER.............................................................................5
3.1. Identifikasi Adulteran............................................................................................5
3.2. Diferensiasi Obat Herbal Dengan Berbagai Sumber.............................................5
3.3. Menentukan Waktu Panen Terbaik........................................................................5
3.4. Konfirmasi Tempat Panen.....................................................................................5
3.5. Menilai Metode Pemrosesan..................................................................................5
3.6. Evaluasi kualitas dari bagian tumbuhan................................................................6
3.7. Uji Stabilitas Produk..............................................................................................6
3.8. Diagnosis Intoksikasi Herbal.................................................................................6
4. MASALAH DALAM KONTROL KUALITAS DENGAN SENYAWA MARKER6
4.1. Kekurangan Senyawa Marker................................................................................6
4.2. Kemurnian yang belum memenuhi syarat.............................................................6
5. METODE PENENTUAN SENYAWA MARKER.....................................................8
5.1. Studi Literatur........................................................................................................8
5.2. Komponen Mayor..................................................................................................8
5.3. Metabolit Profiling.................................................................................................8
5.4. Metode Fingerprinting..........................................................................................9
6. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
SENYAWA MARKER
Komponen Bioaktif
Komponen Bioaktif secara struktural kimia berbeda dengan obat herbal.
Saat komponen tunggal tidak mempunyai efek terapi langsung, kombinasi dari
bioaktivitas keduanya memberikan efek terapi (Songlin et al., 2008).
2.3.3.
Komponen Sinergis
Komponen Sinergis tidak berperan pada efek terapi ataupun bioaktivitas
secara langsung. Namun, mereka bekerja secara sinergis untuk menguatkan
bioaktivitas dari komponen lain untuk meningkatkan efek terapi obat herbal
(Songlin et al., 2008).
2.3.4.
Komponen Identitas
Untuk dapat berperan dalam efek terapi, Komponen Identitas haruslah
bahan yang spesifik dan atau unik dari obat herbal (Songlin et al., 2008).
2.3.5.
Komponen Major
3
Komponen Korelatif
Komponen korelatif merupakan komponen yang memiliki kedekatan
hubungan dengan yang lainnya. Contohnya saja dapat menjadi prekusor
produk atau metabolit dari suatu reaksi kimia atau enzimatis. Komponen
korelatif dapat digunakan sebagai senyawa marker untuk menguji kualitas
obat tradisional yang berasal dari lokasi berbeda dan pada waktu penyimpanan
yang berbeda pula (Songlin et al., 2008).
2.3.7.
Komponen Toksik
Senyawa yang menunjukkan sifat alergi dan toksik (Songlin et al., 2008).
2.3.8.
Komponen Umum
Komponen umum merupakan senyawa yang umum terdapat dalam
tanaman. Komponen umum diidentifikasi dengan fingerprint untuk quality
control (Songlin et al., 2008).
Kategori
Komponen Terapetik
Komponen Toksik
Komponen Bioaktif
Mengindikasi efficacy
Komponen Utama
Komponen Identitas
Komponen Sinergis
Identifikasi kualitatif
Mengeluarkan aksi sinergis
dari multi komponen
Komponen Korelatif
Memprediksi lama
penyimpanan, metode
ekstraksi, tempat
pengambilan
Komponen Umum
Mengindikasi keseluruhan
kualitas saat digunakan
bersamaan dengan spektra
fingerprint
Kategori senyawa marker dirangkum dalam Tabel 1.
Kekurangan
Tidak selalu didapatkan
Memerlukan studi
toksikologi yang luas
Tidak mengindikasikan
keseluruhan kualitas
Tidak mengindikasikan
keseluruhan kualitas
Tidak selalu didapatkan
Memerlukan studi
farmakologi yang luas
Memerlukan studi fitokimia
yang luas
komponen bioaktif dari gamboges. Dalam studi Songlin et al. Sebelumnya, sebuah
adulteran dari gamboges didiferensiasi dari sampel asli dengan metode HPLC-UV
menggunakan 8 gugus xanthon sebagai senyawa marker stabilitas (Songlin et al.,
2008).
3.2. Diferensiasi Obat Herbal Dengan Berbagai Sumber
Radix Stemonae (Baibu) adalah antitusiv dan obat herbal insektisida turunan dari
akar tiga Spesies Stemonae, yaitu Stemona tuberosa, S. Sessilifolia, dan S. Japonica.
Alkaloid Stemona terbukti secara farmakologi memiliki efek antitusiv dan insektisida
dari Radix Stemonae. Dalam studi ini, diketahui kandungan kimia dari tiga species
tersebut berbeda-beda. alkaloid tipe Krumin seperti krumin terdeteksi di tiga species
tersebut, sedangkan alkaloid tipe protostemonin seperti protostemonin dan
maistemonin terdeteksi di S. japonica dan S. Sessilifolia. Selanjutnya, alklaoid tipe
stchoneurin seperti stemoninin, neotuberostemonin, dan tuberostemonin hanya
ditemukan dalam Stemona tuberosa. Alkaloid Stemona dapat digunakan sebagai
senyawa marker aktif untuk membedakan tiga species Stemona (Songlin et al., 2008).
3.3. Menentukan Waktu Panen Terbaik
Rhizoma Chuanxiong merupakan salah satu obat tradisional China yang biasa
digunakan untuk mengobati penyakit cerebro dan cardio-vascular. Senyawa marker
yang dimiliki tanaman ini ialah senkyunolide A. Sebagian besar komponen bioaktif
ini digunakan sebagai senyawa marker dalam menentukan waktu panen terbaik
(Songlin et al., 2008).
3.4. Konfirmasi Tempat Panen
Empat profil kimia dari S. Tuberosa dari berbagai lokasi geografis yang berbeda
telah dikarakterisasi menggunakan senyawa marker aktif kromin, steomonin,
neotuberostemonin atau tuberostomin. Tanaman tersebut diambil dari beberapa kota
yakni Shizhu dan Erbian di provinsi Sichuan, Masupo, dan Baoshan di provinsi
Yunan, Shanglin di provinsi Guangxi atau Yudu pada provinsi Jiangxi, China. Dari
hasil yang didapatkan, tanaman mengandung level tinggi steomonin,
neotuberostemonin, atau tuberostomin, dan kromin kadar rendah (Songlin et al.,
2008).
3.5. Menilai Metode Pemrosesan
Kebanyakan herba harus diproses untuk mengurangi efek toksiknya, contohnya
Radix Aconiti yang merupakan turunan dari akar Aconitum carmichaeli Debx yang
diketahui merupakan obat tradisional yang besifat toksik dan poten. Komponen toksik
tersebut diester-diterpen yang merupakan alkaloid Aconitum seperti aconitine,
mesaconitine, dan hypaconitine. Ketika diproses alkaloid tersebut terhidrolisis
menjadi alkaloid monoester. Alkaloid monoester memiliki kandungan toksik yang
lebih rendah dibandingkan alkaloid diester. (Songlin et al., 2008).
Pelarut
Asam gambogat yang disimpan dengan menggunakan pelarut metanol
pada suhu kamar dapat mengalami reaksi nukleofilik (Songlin et al., 2008).
4.2.2.
Suhu
Suhu saat ekstraksi mempengaruhi jumlah senyawa marker yang
terproduksi. Contoh isoflavon pada Radix Astragali. Dilakukan dengan dua
perlakuan yang lalu dibandingkan kromatogramnya. Yakni ekstraksi dengan
mikrowave dan reflux atau di soxhlet (Songlin et al., 2008).
4.2.3.
Cahaya
Cinamaldehid yang merupakan senyawa marker Cortex Cinnamomi. Dia
peka sekali terhadap cahaya. Bila terpapar cahaya pada kamar sekitar 6 jam,
10% kandungan pada cinnamaldehid akan hilang, dan 36 jam selanjutnya
hanya 25% yang tersisa. Penelitian terakhir menunjukkan cinnamaldehid akan
berubah menjadi kristal asam sinamat ketika terpapar cahaya (Songlin et al.,
2008).
4.2.4.
Campuran Epimer
Stereoisomer dari beberapa fitokimia sering berdampingan di alam
bebas dan kadang-kadang susah terisolasi sebagai senyawa murninya.
Kebanyakan stereoisomer memiliki bioaktivitas yang berbeda dari yang
lainnya (Songlin et al., 2008).
4.2.5.
Konformasi
Kompleksitas spektra dari suatu senyawa kadang mengarah pada
kerumitan pada kemurniannya. Biflavonoid, contohnya, selalu menunjukkan
spektra senyawa yang komplek pada level dimer karena terentang rotasi antara
gugus flavanon dan flavanonol diantara axis C-3/C-8 (Songlin et al., 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Li Songlin et al. 2008. Chemical markers for the Quality Control of Herbal
Medicines. Chinese Medicine Laboratory : China
Rasheed, N.M.A et al. 2012. Chemical marker compounds and their essential role in
quality control of tradisionalmedicines. Institute of Chemical Technology
Tarnaka. India
10