Anda di halaman 1dari 3

Menghitung Dan Mengukur Daya Audio Amplifier

17 Jan

6 Votes
Banyak orang yang menanyakan bagaimana memperkirakan daya audio amplifer dan bag
aimana cara mengukurnya. Daya tidak dapat dijelaskan tanpa memahami apa itu tega
ngan, arus, dan tahanan (resistansi). Hukum Ohm menyatakan bahwa V = I x R, yang
mana V adalah tegangan, I adalah arus, dan R adalah tahanan. Satuan dari tegang
an dinyatakan dalam Volt, satuan arus dalam Ampere, dan satuan tahanan dalam Ohm
. Hukum Ohm ini ditemukan oleh Georg Ohm pada tahun 1827.
Daya itu sendiri memiliki arti energi yang ditimbulkan atau dikonsumsi dibagi wa
ktu. Daya ini dinyatakan dalam satuan Watt. Daya listrik dinyatakan sebagai P =
(V x Q) / t. P adalah daya dalam Watt, V adalah tegangan, Q adalah muatan listri
k (electric charge) dalam Coulomb, dan t adalah waktu dalam detik. Muatan listri
k dibagi waktu adalah arus listrik sehingga daya bisa dinyatakan P = V x I. Dala
m hubungannya dengan hukum Ohm, daya bisa juga dinyatakan sebagai P = V x V / R
atau P = I x I x R.
Sinyal audio adalah sinyal bolak-balik atau AC (alternating current) maka perhit
ungan daya menjadi lebih kompleks. Sinyal bolak-balik memiliki tegangan yang sel
alu berubah setiap saat sehingga dayanya juga berubah setiap saat. Agar memudahk
an analisa, maka kita gunakan sinyal sinus.
Nilai Rata

Rata

Nilai rata-rata sinyal bolak-balik adalah nilai rata-ratanya dalam setengah peri
ode. Untuk sinyal sinus, nilai rata-rata sama dengan nilai maksimal dibagi (2 /
p).
Daya rata-rata adalah energi rata
rata yang dihasilkan yang dihasilkan dalam sat
u periode. Daya rata-rata ini digunakan untuk menghitung pendingin yang dibutuhk
an transistor atau memperkirakan peningkatan suhu (disipasi daya) pada komponen
elektronik. Daya rata-rata dinyatakan sebagai berikut: (I2puncak x R) / 2
Nilai Efektif
Jika arus searah 1A menghasilkan suhu 100 derajat pada sebuah tahanan, maka arus
bolak-balik yang berbentuk sinus sebesar 1A maksimal (nilai puncak) akan mengha
silkan suhu 70,7 derajat pada tahanan yang sama. 70,7/100 atau 0,707 ini disebut
nilai efektif atau root mean square (RMS).
Tegangan rms sinyal sinus = 1/v2 dari tegangan puncak. Arus rms sinyal sinus = 1
/v2 dari arus puncak. Daya rms = V rms x I rms
Daya Pada Audio Amplifier
Spesifikasi daya pada audio amplifier menggunakan daya RMS dengan sinyal sinus 1
kHz, pada beban 8 Ohm atau 4 Ohm, dan Total Harmonic Distortion (THD) maksimal
sebesar 1%.
Untuk amplifier yang bukan Bridge Tie Load (BTL), tegangan maksimal dibatasi ole

h tegangan power supply nya dan tegangan saturasi transistor finalnya. Sedangkan
arus maksimalnya dibatasi oleh arus maksimal dari trafo. Tentu saja harus dipas
tikan transistor bekerja pada daerah Safe Operating Area (SOA)-nya.
Pada power supply yang tidak teregulasi, makin besar arus yang ditarik amplifier
, tegangan power supply semakin turun. Ini karena power supply memiliki impedans
i output yang tidak nol. Umumnya trafo yang baik tidak mengalami penurunan tegan
gan lebih dari 5% saat dibebani arus maksimalnya. Belum lagi tegangan ripple pow
er supply yang besarnya tergantung dari besarnya kapasitansi dari elco setelah d
ioda penyearah. Dioda penyearah juga mengurangi tegangan power supply sekitar 1V
.
Sedangkan tegangan saturasi transistor bisa mencapai 3V tergantung besar arus ko
lektornya.
Contoh perhitungan
Misalnya ada trafo 32V CT 5A akan dijadikan audio amplifier. Berapa perkiraan da
ya maksimalnya pada 4 Ohm?
Tegangan power supply pada beban maksimal = (tegangan puncak x 95%)
oda tegangan ripple.

tegangan di

Tegangan puncak = 32 x v2 = 45 V (dibulatkan agar mudah).


Tegangan dioda = 1 V Tegangan ripple = 3 V Tegangan power supply pada beban maks
imal = 38,75 V
Tegangan sinyal maksimal (puncak) = Tegangan power supply pada beban maksimal
gangan saturasi transistor = 38.75 3 = 35.75 V
Daya RMS pada 4 Ohm = (Tegangan sinyal RMS)2 / R = ( 35.75 / v2 )2 / 4 = 160 W R
MS (dibulatkan).
(Terima kasih kepada pak Arif Budiyanto atas koreksi perhitungannya.)
Untuk beban speaker sedikit berbeda dengan perhitungan di atas, karena impedansi
speaker bukan bersifat resistif murni, melainkan memiliki induktansi juga. Sehi
ngga cos f atau power faktor perlu diperhitungkan. Namun ini tidak akan dibahas
di sini karena terlalu rumit untuk pemula.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran daya pada audio amplifier dapat digambarkan sebagai berikut:
Power Measurement
Pada input amplifier diberi sinyal sinus 1 kHz dari sinyal generator. Output amp
lifier dihubungkan ke dummy load yang berupa resistor daya yang nilainya sekitar
8 Ohm atau 4 Ohm. Pastikan daya maksimal dari dummy load lebih besar dari daya
maksimal amplifier. Jika tegangan puncak dari output amplifier sangat tinggi, pe
rlu diturunkan dengan attenuator atau pembagi tegangan. Lalu sinyalnya dimasukka
n ke Distortion Analyzer. Keluaran Distortion Analyzer dimasukkan ke oscillosco
pe untuk melihat visualisasinya.
1. Atur frekuensi sinyal genarator 1 kHz sinus.
2. Atur level tegangan sinyal generator sampai THD Analyzer menunjukkan THD sebe
sar 1%.

te

3. Ukur tegangan yang terlihat pada oscilloscope.


Jika tegangan puncak yang terukur 20V dan pada attenuator tegangan dibagi 5, mak
a tegangan puncak sesungguhnya 20 x 5 atau 100V.
Tegangan RMS = 1/v2 x 100V = 70,7V rms.
Misalkan resistansi dummy load sebesar 4 Ohm, maka Daya RMS = (70,7 x 70,7) / 4
= 1250 Watt rms.

Anda mungkin juga menyukai