MIOPI
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Retno W, Sp.M
DisusunOleh :
Fransisca Aprilia Megdalena
H2A011022
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan tersebut sebagian sangat erat kaitannya dengan
refraksi. Mata dapat dianggap sebagai kamera, yang terdiri dari media refrakta
dengan retina sebagai filmnya. Media refrakta pada mata dari depan ke belakang
terdiri atas kornea, humor aqueus, lensa dan humor vitreus 1
Salah satu gangguan refraksi yaitu miopia. Miopia (rabun jauh) merupakan
suatu kondisi dimana obyek yang jauh terlihat kabur tetapi pada jarak yang dekat
obyek terlihat jelas. Pada miopia, mata memfokuskan sinar cahaya paralel (obyek
yang jauh) ke titik di depan retina. Keadaan ini biasanya dikoreksi dengan lensa
cekung (minus). Miopia diukur dengan daya dalam dioptri dan lensa cekung
diperlukan untuk memfokuskan cahaya ke retina 1
Miopia (minus) dapat diklasifikasikan sebagai miopia simpleks dan miopia
patologis. Miopia simpleks biasanya ringan dan miopia patalogis hampir selalu
progresif. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua pada anaknya. Miopia tinggi
adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi
adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih. Penderita dengan minus diatas
6 dioptri mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada
mata.1
Sekitar lima juta penduduk Inggris menderita rabun jauh dan 200.000
diantaranya menderita miopia tinggi. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat
menyebabkan kerusakan retina atau ablasio. Miopia tinggi juga berkaitan dengan
katarak dan glaukoma. Miopia tinggi atau miopia degeneratif kronik dapat terjadi
dalam suatu keluarga (bersifat familial). Sebuah penelitian yang dilakukan pada 15
keluarga di Hongkong yang kemungkinan genetik menderita miopia tinggi pada 2
generasi terakhir didapatkan hasil bahwa lokus autosomal dominan yang berkaitan
dengan miopia tinggi adalah kromosom 18p.2,3
Operasi laser untuk mengoreksi masalah penglihatan sudah dimulai sejak
awal tahun 1990an. Photorefractive Keratotomy (PRK) adalah salah satu tindakan
yang dilakukan untuk mengoreksi miopia ringan sampai sedang. Untuk miopia
penelitian yang yang dilakukan oleh Miquel H dan Ankara University dan
dipublikasikan pada bulan Januari 2008 oleh American Journal of Ophthalmology
menemukan bahwa operasi LASIK yang dilakukan pada pasien miopia >10
dioptri aman dan efektif untuk jangka lama. Penelitian yang dilakukan oleh
Lindstrom, Hardten dan Chu tentang LASIK untuk penanganan miopia ringan,
sedang dan tinggi mendapatkan hasil awal bahwa LASIK untuk penanganan
miopia ringan, sedang dan tinggi dengan atau tanpa astigmatisme memberikan
hasil yang memjanjikan, meskipun memerlukan follow yang lama.3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Berikut ini akan dibahas tentang anatomi dan fisiologi dari media refrakta
yang meliputi kornea, humor aqueus, lensa dan humor vitreus. Semua media
refrakta ini bersifat jernih, memiliki permukaannya sendiri-sendiri, memiliki
kurvatura dan indeks berlainan, serta melekat satu sama lain sehingga merupakan
satu kesatuan yang jumlah kekuatan refraksi totalnya bukan merupakan jumlah
masing-masing komponennya 1
dioptri, sedangkan orang dewasa pada usia 40 tahun sebesar 4-8 dioptri, dan
bahkan kurang dari 2 dioptri pada usia diatas 50 tahun 1
Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media refrakta. Pada
orang normal susunan pembiasan oleh media refrakta dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media refrakta
dibiaskan tepat pada macula lutea. Mata yang normal disebut sebagai emetropia
dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata
tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kekuatan refraksi terpusat di kornea sebesar 42 dioptri. Pada mata normal,
apabila saat melihat benda dengan jarak tak terhingga (>6 meter) maka bayangan
akan jatuh tepat pada retina (macula lutea). Jarak antara titik tengah kornea dan
macula lutea adalah 2,4 cm, jadi fokusnya 2,4 cm (Jika So= maka Si = f )
P
= 1/f
= 1/0,024 m
= 42 D
D. Etiologi
Penyebab miopia masih belum jelas penyebabnya, akan tetapi
keluarga yang mengalami miopia meningkatkan kejadian miopia dan hal
ini kemungkinan pengaruh karena genetik. Tetapi ada sumber lain yang
mengatakan bahwa menurut sebabnya, miopi dibedakan menjadi miopia
aksialis, miopia kurvatura, miopia indeks dan miopia posisi yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Miopia aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari
normal. Pada orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm.
Perubahan diameter anteroposterior bola mata 1 mm akan
menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada
keratokonus dan kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa
bisa juga menyebabkan miopia kurvatura, misalnya pada stadium
intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1
mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
3. Miopia indeks refraksi
Sekitar 25% dari orang-orang yang berusia antara 20-30 tahun memiliki
bias kurang dari -1. Bentuk miopia ini terdiri dari miopia sederhana (usia sekolah
miopia) pada usia 10 - 12 tahun. Biasanya miopia tidak bertambah saat usia
20tahun dan refraksi jarang melebihi 6 dioptri. Namun, miopia progresif jinak
juga ada, yang kembali stabil setelah setelah usia 30. Kemudian miopia yang
patologis dimana gangguan ini sebagian besar keturunan dan berlangsung terus
menerus secara independen dari pengaruh eksternal. 4
G. Klasifikasi Miopia
Berdasarkan tinggi dioptrinya, dibedakan menjadi :
-
: sampai dengan 1 D
: 1-3 D
: 3-6 D
: 6-10 D
: lebih dari 10 D
Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna
disebut juga miopia patologis atau degeneratif, karena disertai kelainan
degeneratif di koroid dan bagian lain dari mata.
H. Gejala Miopia
Tanda objektif :
Oleh karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang
miosis, jadi pupilnya midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi, menyebabkan
iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan lebih dalam.
Pada miopia tinggi didapatkan :
-
atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patch, di sekitar papil,
berwarna putih engan pigmentasi di pinggirnya
proliferasi sel epitel pigmen di daerah makula (Forster Fuchs black spot)
Tanda subjektif :
Oleh karena orang miopia kurang berakomodasi dibandingkan dengan
yang emetropia, maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat tetapi
mengeluh tentang penglihatan jauh yang kabur. Pada miopia tinggi, terutama bila
disertai dengan astigmatisme, penderita tak saja mengeluh pada penglihatan jauh
tetapi juga pada penglihatan dekat oleh karena harus melakukan konvergensi
berlebihan, sebab pungtum remotum, yaitu titik terjauh yang dapat dilihat tanpa
akomodasi, letaknya dekat sekali, pada miopia S (-) 6D, titik ini terletak pada
jarak 100/6 = 16 sentimeter. Pada titik ini ia tidak berakomodasi, tetapi
berkonvergensi kuat sekali sehingga pada mata timbul astenovergens engan
keluhan : lekas capai, pusing, silau, ngantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia
tinggi disertai mata menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar,
penderita mencoba menutup sebagian kelopak matanya, untuk mengurangi cahaya
yang masuk, sehingga ketajaman penglihatannya diperbaiki. Kadang-kadang
astenovergens menimbulkan rasa sakit, sehingga penderita tak mencobanya lagi,
dengan mengakibatkan strabismus divergens. Strabismus divergens dapat pula
timbul akibat penderita sedikit melakukan akomodasi, sehingga kurang pula
melakukan konvergensi.
I. Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari gejala klnis dan pemeriksaan.Penentuan koreksi
refraktif dapat diperoleh dengan cara obyektif atau subyektif dan paling baik jika
kombinasi.
Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Seberkas cahaya yang
dikenal sebagai intercept diproyeksikan ke mata pasien untuk menghasilkan
Penatalaksanaan
Pengobatan penderita dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata
sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal dengan
visus 6/6. Sebagai contoh bila penderita dikoreksi dengan -3.00 memberikan
tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25 maka sebaiknya
diberikan lensa koreksi -3.0 agar utuk memberikan istirahat mata dengan baik.
mungkin
dapat
membaca
dengan
menanggalkan
lunak
disusun
oleh
hydrogels,
HEMA
lensa
yang
minimal,
dapat
dipakai
untuk sementara
waktu.
astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit, nutrisi untuk kornea dan
difusi oksigen kurang. Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu
memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang
lama (awet), difusi oksigen untuk kornea bagus dan jarang menimbulkan infeksi,
serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya
adalah memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang
nyaman . 8
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan
komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan
bahan yang mampu dilewati gas oksigen. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion
Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen,
sehingga semakin baik bahan tersebut .8
Indikasi dari pemakaian lensa kontak adalah sebagai berikut:
-
oklusi.
Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan
perforasi mikrokornea.
Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan
mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis
bulbi.
Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan actor
keratomileus
miopia-autograf
kornea
lamellar
jarang
Teknik-teknik
ablasi
permukaan
yaitu,
keratektomi
fotorefraktif (PRK), laser epithelial keratectomy (LASEK), dan epiLASIK. Pada PRK, hanya epitel kornea yang diangkat sebelum terapi
laser. Pada LASEK dan epi-LASIK, epitel diangkat dengan alcohol
encer kemudian mikrokeratom, dan diposisikan kembali setelah terapi
laser.
Dengan
menggunakan
pulsasi
multiple
dan
ukuran
titik
Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga
terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.
Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.
BAB III
LAPORAN KASUS
I
IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
: 14 tahun
Agama
: Islam
Alamat
II
Pekerjaan
: Pelajar
Status Perkawinan
: Belum menikah
ANAMNESIS
(Anamnesis dilakukan pada tanggal 18 mei 2016 di ruang poli mata RSUD
Ambarawa)
Keluhan Utama
bermain komputer
:
:
:
disangkal
disangkal
disangkal
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis (Tanggal 18 mei 2016)
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
: TD
: 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pemeriksaan fisik
Suhu: 36,80C
RR :20x/menit
Cor
Ekstremitas
6/45
Visus
6/60
Koreksi
S 3,75
S 3,75
Visus 6/6
Visus 6/6
Palpebra
entropion (-)
entropion (-)
Konjungtiva
Putih
Sklera
Putih
Kornea
Camera Oculi
(-)
Anterior (COA)
Jernih, dalam,
hipopion (-), hifema (-),
synekia (-)
synekia (-)
Pupil
Jernih
Lensa
Jernih
Retina
IV
RESUME
Sejak 8 bulan yang lalu penderita merasakan kedua matanya kabur dan
terasa cepat lelah serta pegal jika melihat jauh. Selain itu pasien juga
mengeluhkan bahwa belakang kepala terasa berat. Pasien tidak
mengeluhkan mata merah (-), nyeri (-), nerocos (-), silau (-), gatal (-),
bermain komputer
Status Oftalmologi :
OCULI DEXTRA (OD)
6/45
Visus
6/60
Koreksi
S 3,75
Bulbus okuli
S 3,75
Visus 6/6
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
Visus 6/6
strabismus (-)
Palpebra
entropion (-)
entropion (-)
Konjungtiva
Putih
Sklera
Putih
Kornea
sikatriks (-)
sikatriks (-)
Camera Oculi
Anterior (COA)
Iris
Jernih
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Jernih
Retina
V
VI
VII
DIAGNOSA KERJA
ODS : Miopia
TERAPI
Resep kacamata sesuai dengan koreksi.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad functionam
Quo ad cosmeticam
VIII
OD
ad bonam
Dubia ad bonam
ad bonam
ad bonam
OS
ad bonam
Dubia ad bonam
ad bonam
ad bonam
EDUKASI
Menjelaskan pada penderita tentang penyakitnya.
Menjelaskan pada penderita bahwa penyakitnya tersebut bisa perbaiki
dengan memakai kacamata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu
Penyakit Mata FK UGM,2007;185-7.
2. Ilyas, HS. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
3. Dennis SC, Lam, Pancy OS et al. Familial High Miopia Linkage to
Chromosome 18p. Hongkong: Department of Ophthalmology and Visual
Sciences Chinese University of Hongkong, China Ophthalmologica
2003;217:115-118.
4. Elsevier's Health Sciences. Study of high miopia patients ten years after
LASIK surgery. http://www.elvesierhealth.com./ [diakses tanggal 4 Maret
2012].
5. Goss DA, Grosvenor TP, Keller JT et al. 2010. Care of The Patient with
Myopia. Optometric Clinical Guidline. American Optometric Association.
Pp 7-8
6. Saleh TT, Suryani PT. 2006. Miopia In: Pedoman Diagnosis dan Terapi
BAG/SMF