PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah mengenai Sejarah dan Teori Metode Seismik ini adalah
untuk mendapatkan informasi mengenai metode seismik baik dalam pengertian metode
seismik itu sendiri, sejarah dari metode seismik, serta teori yang dipakai sebagai acuan untuk
penjalaran gelombang seismik seismik.
BAB II
1
ISI
b) Prinsip Huygen
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang berada di
depan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang yang baru. Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama dengan
energi utama.
Gambar di bawah ini menunjukkan prinsip Huygens.
c) Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang
berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian
diteruskan merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti
Hukum Snellius yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut
pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang.
Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium
berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).
Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan
sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009).
Hukum Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Lambang 1,2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1 dan v2 pada kecepatan
cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang n1 merujuk pada indeks bias medium yang
dilalui sinar datang, sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias.
2. Asumsi Dasar
Berbagai anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi antara
lain :
a) Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda.
b) Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak
Sedangkan anggapan yang dipakai untuk penjalaran gelombang @eismic
adalah :
a) Panjang gelombang seismic << ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan setiap
lapisan bumi akan terdeteksi.
b) Gelombang seismic dipandang sebagai sinar seismic yang memenuhi hokum snelius
dan prinsip Huygens.
c) Pada bidang batas antarlapisan, gelombang sesimik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya.
d) Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman
.Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan mengandung
bentukfirst break yang tajam, dilakukan teknik stacking,gain dan filtering.
Pada survai seismik refraksi hukum dasar yang digunakan yaitu dasar pemantulan dan
pembiasan diantaranya: hukum Snellius, azas Fermat, dan hukum Huygens. Menurut hukum
Snellius menjelaskan hubungan antara sinus sudut datang dan sudut bias terhadap kecepatan
gelombang dalam medium. Azas Fermat yang menyatakan dalam penjalaran gelombang dari
satu titik ke titik selanjutnya yang melewati suatu medium tertentu akan mencari suatu
lintasan dengan waktu tempuh yang paling sedikit. Sedangkan untuk hukum Huygens
menyatakan bahwa suatu gelombang yang melewati suatu titik akan membuat titik tersebut
menjadi sumber gelombang baru dan akan begitu seterusnya. (Telford, 1976)
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk
menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak
tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (firstbreak)
diabaikan, karena gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan
gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan
adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang
P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan gelombang S sehingga waktu datang
gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini. Parameter jarak dan waktu
penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam medium.
Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis
yang ada dalam material yang dikenal sebagai parameter elastisitas.
Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan bumi
hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini
hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak
lurus dengan garis normal (r = 90 sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal
bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
diatas interface.
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan V1
menuju bidang batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis
sepanjang interface dengan kecepatan V2. Dengan menggunakan prinsip Huygens pada
6
interface, gelombang ini kembali ke permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang
ada di permukaan.
Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan
interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu
dan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang seismik, dan
akhirnya dijadikan menjadi penampang geologi. Survey geofisika dengan metode seismik
refraksi adalah bertujuan untuk mendeteksi struktur geologi di bawah permukaan dangkal,
misalnya patahan. Untuk menentukan kedalaman di bawah sumber pada medium dua lapis
atau lebih yang horizontal maupun miring serta menentukan jenis batuan berdasarkan
kecepatan gelombang yang merambat dalam batuan tersebut.
2) Seismik refleksi
Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk
melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali ke
permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan
gema pada suatu muka tebing atau jurang. Metoda seismic repleksi banyak
dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun
mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismic refleksi hanya mengamati gelombang
pantul yang datang dari batas-batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas
beberapa jenis gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love. Sedangkan dalam seismik pantul, analisis dikonsentrasikan pada
energi yang diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari
adalah gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di
bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada
teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat
diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam. Struktur bawah
permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik
bias, yaitu analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium.
2.5
kelemahan dan kelebihan metode masing masing. Perbandingan tersebut dapat kita lihat
pada TABEL II.
TABEL I
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN METODE SEISMIK
Metode Seismik
Keunggulan
Kelemahan
TABEL II
PERBANDINGAN METODE SEISMIK REFLEKSI DANMETODE SEISMIK REFRAKSI
8
Keunggulan
Kelemahan
Kelemahan
Keunggulan
Dalam pengukuran yang regional ,
Pengukuran seismik pantul menggunakan
Seismik refraksi membutuhkan offset
offset yang lebih kecil
yang lebih lebar.
Seismik bias hanya bekerja jika Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun
kecepatan gelombang meningkat sebagai perubahan
kecepatan
sebagai
fungsi
fungsi kedalaman.
kedalaman
Seismik bias biasanya diinterpretasikan
dalam bentuk lapisan-lapisan. Masing- Seismik pantul lebih mampu melihat struktur
masing lapisan memiliki dip dan yang lebih kompleks
topografi.
Seismik bias hanya menggunakan Seismik pantul merekan dan menggunakan
waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset)
semua medan gelombang yang terekam.
Model yang dibuat didesain untuk Bawah permukaan dapat tergambar secara
menghasilkan waktu jalar teramati.
langsung dari data terukur
DAFTAR PUSTAKA
N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.
Nurdiyanto, Boko dkk. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan geofisika.
9
10