Pengendalian Internal (Internal Control) adalah proses yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai terkait dengan pencapaian tujuan manajemen dalam kategori berikut :
Pengendalian
internal
yang
dikembangkan
oleh
manajemen
setelah
memadai hanya akan memberikan kemungkinan terjadinya salah saji material dengan
probabilitas yang sangat kecil yang tidak dapat dicegah atau tidak terdeteksi dengan tepat
waktu oleh pengendalian internal.
Keterbatasan bawaan
Pengendalian internal tidak mungkin sepenuhnya efektif , tanpa memedulikan kehatihatian yang telah dilakukan dalam merancang dan menerapkan pengendalian internal.
Msekipun personel yang merancang system mampu menyusun suatu pengendalian yang
ideal, efektivitasnya akan tergantung pada kompetensi danketergantungan orang-orang
yang menggunakannya.
Proses
Pengendali
an Resiko
Entitas
Sistem
Informasi
yang
Relevan
dengan
Pelaporan
Keuangan
Aktivitas
Pengenda
lian
Pemantau
an
terhadap
Pengenda
1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan
terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen
tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi
manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi
(terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian
ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang
lain. Lingkungan pengendalian ini memiliki tujuh unsur antara lain :
1) Komunikasi dan penegakan nilai integritas dan etika. Beragam cara yang
ditempuh oleh manajemen tingkat atas untuk menekankan tentang pentingnya
integritas dan nilai etika di antara para personilnya dalam perusahaan, misalnya
dengan memberikan contoh yang baik, berkomunikasi dengan baik kepada para
karyawan, memberikan pedoman moral, dan mengeliminasi insentif dan rangsangan
lainnya.
2) Komitmen terhadap kompetensi. Merupakan kesadaran manajemen akan campuran
intelegensi, palatihan ,dan pengalaman setiap karyawan yang diperlukan dalam
mengembangkan potensi mereka.
3) Partisipasi oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Dewan direktur
bertanggungjawab
untuk
memastikan
bahwa
manajemen
memenuhi
organisasi.
Menggambarkan
garis
hubungan
wewenang
dan
sistem informasi. Pemerolehan suatu pemahaman tentang proses bisnis entitas, yang
meliputi bagaimana transaksi diawali, membantu auditor dalam memperoleh suatu
pemahaman tentang sistem informasi entitas yang relevan terhadap pelaporan keuangan
dengan cara yang tepat sesuai dengan kondisi entitas.
4. AKTIVITAS PENGENDALIAN
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang memastikan bahwa
petunjuk dan arahan manajemen telah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian dirancang
untuk menanggulangi risiko yang biasa terjadi dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan
perusahaan. Pada umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan suatu audit
dapat dikategorikan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut:
Penelaahan kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup penelaahan dan analisis
actual dibandingkan dengan anggaran, perkiraan, dan kinerja periode lalu;
menghubungkan serangkaian data yang berbeda (data operasi dan data keuangan)
satu sama lainnya, bersama dengan analisis hubungan dan tindakan investigative
dan korektif; membandingkan data internal dengan sumber informasi eksternal;
berhubungan
dengan
banyak
aplikasi
yang
mendukung
berfungsinya
dalam
pengotorisasian
dan
pencatatan
transaksi,
serta
penyimpanan aset.
5. PEMANTAUAN TERHADAP PENGENDALIAN
Adalah suatu proses untuk menilai efektifitas pelaksanaan pengendalian internal.
Kegiatan ini melibatkan penilaian efektivitas pengendalian secara berkala dan tepat waktu,
serta melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan dapat menilai efektifnya
kinerja pengendalian internal dengan tujuan untuk memastikan bahwa pengendalian berjalan
sebagaimana seharusnya. Pemantauan memberikan umpan balik kepada manajemen untuk
mengatasi resiko. Sumber informasi untuk pemantauan sendiri biasanya dihasilkan oleh
system informasi entitas itu sendiri.
MENDAPATKAN
DAN
MENDOKUMENTASIKAN
PEMAHAMAN
TENTANG
PENGENDALIAN INTERNAL
Standar auditing mewajibkan auditor untuk mendapatkan dan mendokumentasikan
pemahaman tentang pengendalian internal yang diselenggarakan setiap audit. Dokumentasi
pengendalian internal yang diselenggarakan manajemen adalah sumber utama untuk memperoleh
pemahaman bagi auditor.
Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko pengendalian, auditor menggunaakan
prosedur untuk mendapatkan pemahaman, yang meliputi pengumpulan bukti tentang rancangan
pengendalian internal dan apakah rancangan tersebut telah diimplementasikan.
Pada waktu memperoleh pemahaman tentang pengendalian yang relevan dengan audit,
auditor harus mengevaluasi rancangan pengendalian dan menentukan apakah pengendalian
tersebut telah diimplementasikan, dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap
permintaan keterangan dari personel entitas.
Auditor biasanya menggunakan empat dari delapan jenis bukti yang telah dijelaskan
dalam bab yang lalu untuk mendapatkan pemahaman tentang rancangan dan penerapan
pengendalian, yaitu : dokumentasi, meminta keterangan dari personel entitas, mengobservasi
bagaimana pegawai entitas melaksanakan proses pengendalian, dan melakukan ulang
(reperformance) dengan cara menelusur satu atau sejumlah transaksi melalui sitem akuntansi dari
awal sampai akhir.
Auditor biasanya menggunakan tiga jenis dokumentasi untuk mendapatkan dan
mendokumentasika pemahamannya tentang rancangan pengendalian internal, yaitu : naratif,
bagan air (flowcharts), dan daftar pertanyaan pengendalian internal. Karena manajemen juga
berkewajiban utnuk mendokumentasikan rancangan efektivitas pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, maka dokumen ini biasnya sudah tersedia. Naratif, bagan air, dan daftar
pertanyaan bisa digunakan auditor secara tersendiri atau bisa juga bersamaan dengan
pendokumentasian pengendalian internal, seperti akan dibahas dibawah ini :
Naratif adalah deskripsi tertulis tentang pengendalian internal yang berlaku pada entitas
klien. Narasi dari satu sistem akuntansi yang baik dan pengendalian terkait menjelaskan
empat hal, yaitu :
1. Sumber dari semua dokumen dan laporan dalam sistem.
Sebagai contoh , deskripsi harus menerangkan dari mana order pembelian berasal
dan bagaimana faktur penjualan dibuat
2. Semua pengolahan data yang dilakukan.
Sebagai contoh, jika jumlah rupiah penjualan ditentukan oleh program komputer
yang mengalikan jumlah barang yang dikirim dengan harga jual standar yang
tersimpan dalam mater file harga, maka prosesnya harus dijelaskan
3. Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam sistem.
Pengisian dokumen, pengirimannya kepada konsumen, atau pemusnahnya harus
dijelaskan
4. Indikasi pengendalian yang relevan dengan penilaian risiko pengendalian.
Hal ini meliputi pemisahan tugas (seperti misalnya pemisahan antara pencatatan kas
dan pemegang kas), otorisasi dan pemberian persetujuan (seperti misalnya pesetujuan
kredit), dan verifikasi internal (seperti misalnya persetujuan kredit), dan verifikasi
internal (seperti misalnya pembandingan antara harga jual per unit dengan kontrak
penjualan)
Bagan air atau flowchart adalah suatu diagram dari dokumen-dokumen klien dan urutan
alirannya dalam organisasi. Bagan air yang memadai mencangkup keempat karakteristik
yag sama dengan naratif. Bagam air yang dirancang dengan baik akan bermanfaat
terutama karena memberikan gambaran yang ringkas tentang sistem klien, yang
bermanfaat bagi auditor untuk mengidentifikasi pegendalian dan kelemahan dalam sistem
Memutahirkan dan mengevaluasikan pengalaman masa lalu auditor dengan klien (ebtitas)
Kebanyakan auditor setiap tahun oleh kantor akuntan yang sama. Setelah audit tahun
pertama, auditor memiliki banyak informasi dari tahun lalu tentang pengendalian internal
klien. Informasi ini sangat berguna untuk menentukan apakah pengendalian yang pada
mereka dan menjalankan apa yang diuraikan dalam dokumentasi pengendalian internal
klien
Menginspeksi dokumen dan laporan
Kelima komponen pengendalian internal mencangkup pembuatan banyak dokumen dan
catatan. Dengan memeriksa dokumen, catatan, dan file-file komputer yang telah
digunakan, auditor dapat megevaluasi apakah innformasi yang diuraikan dalam bagai alir
diterapkan
Menelusuri transaksi melalui sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan
Dalam mengikuti penelusuran jejak (walkthrough) suatu transaksi, auditor memilih satu
atau beberapa dokumen dari suatu jenis transaksi dan menelusurnya sejak dari awal
terjadinya transaksi sampai selesainya proses akuntansi. Pada setiap tahapan proses,
auditor mengajukan pertanyaan, mengamati aktivitas, dan memeriksa dokumen dan catatan
yang telah dikerjakan. Rekam jejak seperti ini menggabungkan dengan baik proses
mengamati, mendokumentasikan, dan mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa
pengendalian yang direncakan manajemen telah dilaksanakan
RESIKO
PENGENDALIAN
DENGAN
DIDUKUNG
OLEH
Penilaian ini merupakan ukuran tentang ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan
dapat mencegah terjadinya kesalahan penyajian material atau mendeteksi dan membetulkannya
jika hal itu terjadi.
1. Menetapkan pengendalian level-entitas
Pengendalian level-entitas memiliki dampak yang luas pada kebanyakan transaksi utama
pada setiap siklus transaksi.
2. Membuat penilaian awal
Auditor membuat penilaian awal untuk setiap tujuan audit transaksi bagi setiap transaksi
utama dalam setiap siklus transaksi.
MENGGUNAKAN MATRIX RISIKO PENGENDALIAN UNTUK MENETAPKAN
RISIKO PENGENDALIAN
Penggunaan
matrix
risiko
pengendalian
dimaksudkan
untuk
memudahkan
pengorganisasian penilain risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit. Berikut akan diuraikan
pembuatan matrix risiko pengendalian
Mengidentifikasi Tujuan Audit
Pengidentifikasian tujuan audit dilakukan untuk setiap golongan transaksi, saldo akun,
dan penyajian serta pengungkapan yang akan ditetapkan risiko pengendaliannya.
Mengidentifikasi Pengendalian yang Ada
Langkah berikutnya yaitu tahap mendapatkan dan mendokumentasikan internal untuk
mengidentifikasikan pengendalian-pengendalian yang mempunyai kontribusi untuk mencapai
tujuan audit transaksi. Hal yang dapat dilakukan auditor:
1. Mengidentifikasi pengendalian yang memenuhi tujuan audit.
Contohnya auditor dapat menggunakan pengetahuannya tentang system klien untuk
mengidentifikasi pengendalian yang mungkin bisa mencegah kekeliruan atau kecurangan
dalam tujuan audit keberadaan transaksi.
2. Menggunakan kelima aktivitas pengendalian
Yaitu pengotorisasia yang tepat, penelaahan kinerja, pengolahan informasi, pengendalian
fisik dan pemisahan tugas yang berguna sebagai pengingat.
Mengaitkan Pengendalian dengan Tujuan Audit yang Bersangkutan
Matrix digunakan untuk menunjukkan bagaimana pengendalian berkontribusi untuk
mencapai satu atau lebih tujuan audit transaksi.
Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Defisiensi Pengendalian, Defisiensi Signifikan, dan
Defisiensi Material
Auditot harus mengidentifikasi dan menilai resiko kesalahan penyajian material pada (a)
tingkat laporan keuangan, dan (b) tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan, untuk menyediakan suatu basis bagi perancangan dan pelaksanaan prosedur audit
lanjutan (SA 315.25). Untuk tujuan ini SA 315.26 mengharuskan auditor untuk:
(a) Mengidentifikasi resiko sepanjang proses pemerolehan pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian relevan, yang berkaitan dengan risiko, dan
dengan mempertimbangkan golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan dalam
laporan keuangan
(b) Menilai dan mengidentidentifikasi risiko, serta mengevaluasi apakah risiko tersebut
berkaitan secara lebih pervasive terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan
secara potensial mempengaruhi banyak asersi.
(c) Menghubungkan risiko yang diidentifikasi dengan apa yang bisa menjadi salah pada
tingkat asersi, dengan memperhitungkan pengendalian relevan yang hendak diuji oleh
auditor
(d) Mempertimbangkan kemungkinan kesalahan penyajian, termasuk kemingkinan kesalahan
penyajian berganda, dan apakah potensi kesalahan yang besar tersebut dapat
mengakibatkan suatu kesalahan penyajian material
1. Defisiensi Pengendalian
Desisiensi pengendalian terjadi apabila rancangan atau pengoperasian pengendalian tidak
memungkinkan personel entitas untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan penyajian
secara tepat waktu dalam kondisi normal pelaksanaan fungsi-fungsi.
2. Defisiensi Signifikan
Defisiensi signifikan terjadi apabila terdapat defisiensi pada satu atau lebih pengendalian
yang kelemahannya tidak begitu besar bila dibandingkan dengan kelemahan material,
namun cukup penting untuk diperhatikan oleh mereka yang bertanggungjawab untuk
mengawasi pelaporan keuangan entitsa.
3. Kelemahan Material
Suatu kelemahan material terjadi apabila terdapat suatu atau sejuamlah defisiensi
signifikan yang mengakibatkan terbuktinya kemungkinan bahwa pengendalian internal
tidak akan dapat mecegah atau mendeteksi kesalahan penyajian material dalam pelaporan
keuangan secara tepat waktu.
Evaluasi atas Defisiensi Signifikan Pengedalian
SIGNIFIKA
NSI
KEMUNGKINA
N TERJADI
Materi
al
Kemungkinan
Tidak Kelemahan
Kemungkinan
faktor yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan tingkat kerincian komunikasi
mencangkup :
Sifat entitas
Ukuran dan kompleksitas entitas
Sifat defisiensi signifikan yang diidentifikasi oleh auditor
Komposisi tata kelola
Ketentuan peraturan perundang-undangan tentang komunikasi atas tipe spesifik dalam
defisiensi pengendalian internal.
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Di atas telah diterangkan bagaimana auditor mengaitkan antara pengendalian, defisiensi
signifikan, dan kelemahan material dengan tujuan audit untuk menetapkan risiko pengendalian
bagi setiap tujuan. Dengan telah diperolehnya pemahaman tentang pengendalian internal entitas
sebagai bagian dari proses penilaian risiko, auditor telah dapaji membuat penilaian awal risiko
pengendalian. Hasil penilaian risiko harusl direspons oleh auditor baik pada tingkat laporan
keuangan maupun pada| tingkat asersi. Sehubungan dengan hal ini standar audit (SA 330.6)1
menetapkan sebagai berikut:
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang
sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap kesalahan
penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi.
Salah satu prosedur dalam prosedur audit lebih lanjut adalah (jika perlu) melakukan
pengujian pengendalian (Lihat SA 330.8). Sebagaimana telah dikemukakan pada awal bab ini
pengujian pengendalian akan dibahas juga pada bab ini, agar diperoleh gambaran menyeluruh
tentang peran pengendalian internal dalam audit.
PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
Penilaian risiko pengendalian harus dilakukan auditor dengan memper-timbangkan baik
rancangan maupun pelaksanaan (pengoperasian) pengendalian untuk menilai apakah
pengendalian tersebut bisa efektif di dalam memenuhi tujuan audit tertentu. Selama dalam tahap
pemahaman, auditor telah mengumpulkan bukti untuk mendukung baik rancangan maupun
penerapannya dengan menggunakan prosedur-prosedur untuk mendapatkan Oleh karena itu
auditor harus mencari bukti tambahan mengenai efektifitas pengendalian sepanjang periode yang
diaudit melalui pengujian pengendalian yaitu:
operasi
pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian material
pada tingkat asersi (SA 330.4 (b)).
Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendaiianyang relevanjika:
(a) Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi mencakup
suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif (contoh, auditor bermaksud
untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam penentuan sifat, saat, dan luas
prosedur substantif); atau
(b) Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada tingkat
asersi.
Pengujian atas pengendalian dilaksanakan hanya untuk pengendalian yang auditor yakini tepat
dirancang untuk mencegah, atau mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan penyajian material atas
suatu asersi. Jika terdapat pengendalian yang sangat berbeda yang digunakan pada waktu yang
berbeda selama periode audit, maka setiap pengendalian tersebut dianggap sebagai hal yang
terpisah.
Pengujian atas efektivitas operasi pengendalian berbeda dengan pemerolehan
pemahaman tentang dan pengevaluasian terhadap rancangan dan implementasi pengendalian.
Namun, jenis prosedur audit yang sama dapat digunakan. Oleh karena itu, auditor dapat
memutuskan akankah efisien untuk menguji efektivitas operasi pengendalian pada waktu yang
sama dengan pengevaluasian terhadap rancangan pengendalian tersebut dan penentuan bahwa
rancangan tersebut telah diimplementasikan.
Walaupun beberapa prosedur penilaian risiko mungkin tidak dirancang secara spesifik
sebagai pengujian pengendalian, namun hal tersebut dapat memberikan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian tersebut, dan sebagai akibatnya, berfungsi sebagai pengujian
pengendalian. Sebagai contoh, prosedur penilaian risiko oleh auditor mencakup:
Permintaan keterangan tentang penggunaan anggaran oleh menajemen.
Mengamati pembandingan anggaran beban bulanan dengan; realisasinya yang dilakukan
manajemen.
Memeriksa taporan yang berkaitan dengan investigasi atal jumlah penyimpangan antara
anggaran dengan realisasinya.
Permintaan keterangan saja tidak cukup untuk menguji efektivitas operas! pengendalian.
Oleh karena itu prosedur audit lain dilakukan dengan mengombinasikan dengan permintaan
keterangan. Oleh karena itu, permintaan keterangan yang dikombinasikan dengan inspeksi, atau
prosedur pelaksanaan ulang (reperformance) mungkin dapat menghasilkan tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan keterangan dan observasi, karena observasi
hanya relevan pada waktu tertentu pada saat observasi tersebut dilakukan.
Sifat pengendalian tertentu berdampak pada jenis prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh bukti audit apakah pengendalian tersebut sudah beroperasi secara efektif. Namun,
untuk pengendalian lainnya, kemungkinan dokumentasi tidak tersedia atau tidak relevan.
LUAS PENGUJIAN PENGENDALIAN
Luas pengujian pengendalian yang diterapkan tergantung pada penilaian awal risiko
pengendalian. Apabila auditor menghendaki penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah,
diperlukan pengujian pengendalian yang lebih luas, baik dalam hat jumlah pengendalian yang
diuji maupun luas pengujian untuk setiap pengendalian. Ketika dibutuhkan bukti audit yang lebih
meyakinkan berkaitan dengan efektivitas pengendalian, adalah semestinya dilakukan dengan
menambah pengujian atas pengendalian. Untuk meningkatkan keyakinan terhadap pengendalian,
hal-hal yang juga dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan pengujian
pengendalian rnencakup berikut ini (SA 330. A28):
Frekuensi dilakukannya pengendalian oleh entitas selarna periodetersebut.
Lamanya waktu selama periode audit yang di dalamnya auditor dapat mengandalkan
efektivitas pengendalian operasi.
Tingkat penyimpangan yang diharapkan dari suatu pengendalian.
Relevansi dan keandalan bukti audit yang diperoleh yang berkaitan dengan efektivitas
operasi pengendalian tersebut pada tingkatasersi.
Luasnya bukti audit yang diperoleh dari pengujian atas pengendalian lainnya terhadap asersi.
SAAT PENGUJIAN PENGENDALIAN
Ketika auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian, auditor harus menguji
pengendalian tersebut untuk waktu tertentu, atau sepanjang periode yang diaudit, tergantung
pada situasi yang dihadapi seperti diuraikan di bawah ini.
Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Periode Interim
SA330.12 menetapkan sebagai berikut:
Jika auditor memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian selama periode
interim , auditor harus:
(a) Memperoleh bukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut setelah
tanggal periode interim tersebut; dan
(b) Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim sampai
dengan tanggal laporan posisi keuangan.
Faktor relevan dalam menentukan bukti audit tambahan apa yangj diperoleh tentang
pengendalian yang dioperasikan selama periode sisal setelah suatu periode interim mencakup:
Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajianf material pada tingkat asersi.
Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan|S perubahan penting atas
pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji, termasuk perubahan dalam sistem
informasi, proses, dan karyawan.
Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
Lamanya sisa periode.
Luas prosedur substantif lebih lanjut yang auditor ingin kurangi berdasarkan keyakinan
auditor atas pengendalian.
Lingkungan pengendalian.
Bukti audit tambahan dapat diperoleh, misalnya dengan menambah pengujian
pengendalian atas sisa periode atau menguji pemantauan oleh entitas terhadap pengendalian.
Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh dalam Audi Sebelumnya
Dalam kondisi tertentu, bukti audit yang diperoleh dari audit periode lalu dapat
memberikan bukti audit ketika auditor melakukan prosedur audit untuk membuat pengacuan
untuk audit periode kini. Dalam menentukan tepat atau tidaknya untuk menggunakan bukti audit
tentang efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam audit sebelumnya, dan, jika
demikian, lamanya periode waktu yang mungkin telah berlalu sebelum pengujian ulang suatu
pengendalian, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
(a) Efektivitas unsur lain pengendalian internal, termasuk lingkungan pengendalian,
pengawasan pengendalian oleh entitas, dan proses penilaian risiko oleh entitas;
(b) Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian, termasuk apakah pengendalian tersebut
secara manual atau otomatis;
(c) Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi;
(d) Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas; termasuk sifat dan luas
penyimpangan dalam pengendalian yang ditemukan dalam audit sebelumnya, dan apakah
ada perubahan karyawan yang secara signifikan berdampak terhadap pengendalian;
(e) Dalam hal terdapat perubahan kondisi, apakah tidak adanya perubahan dalam suatu
pengendalian tertentu menimbulkan suatu risiko; dan
(f) Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap pengendalian.
Jika auditor merencanakan untuk menggunakan bukti audit dari audit sebelumnya yang
berkaitan dengan efektivitas operasi pengendalian spesifik, auditor harus membuat hubungan
yang berkelanjutan atas bukti tersebut dengan memperoleh bukti audit tentang apakah terdapat
perubahan signifikan dalam pengendalian tersebut setelah audit periode ialu. Auditor harus
memperoleh bukti dengan meminta keterangan yang, dikombinasikan dengan pengamatan atau
inspeksi, untuk menegaskan pemahaman atas pengendalian spesifik tersebut; dan
(a) Jika terdapat perubahan yang berdampak pada hubungan yang berkelanjutan atas bukti audit
dari audit periode Ialu, auditor harus menguji pengendalian tersebut dalam periode audit
kini. Perubahan dapat memengaruhi bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya
seperti kemungkinan tidak lagi sebagai dasar untuk diandalkan secara berkelanjutan.
(b) Jika tidak terjadi perubahan seperti tersebut di atas, auditor harus menguji pengendalian
tersebut paling tidak sekali setiap tiga kali audit, dan harus menguji beberapa pengendalian
setiap kali audit untuk menghindari kemungkinan pengujian atas semua pengendalian yang
auditor ingin andalkan dalam suatu periode audit tertentu tanpa menguji pengendalian
tersebut di duf periode audit kemudian.
Keputusan auditor mengenai apakah akan mengandalkan pada bukf audit yang diperoleh
dari audit periode lalu untuk:
(a) Pengendalian yang belum berubah sejak terakhir kali diuji; dan
(b) Pengendalian yang bukan merupakan pengendalian yang! menurunkan suatu risiko
signifikan;
Merupakan suatu pertimbangan profesional. Di samping itu jeda waktuuntuk pengujian kembali
pengendalian tersebut disyaratkan oleh standar audit untuk dilakukan sekurang-kurangnya sekali
setiap kali audit seperti telah disebutkan di atas.
Secara urnum, makin tinggi risiko kesalahan penyajian material, atau makin besar
kepercayaan yang diandalkan pada pengendalian, maka makin pendek jeda waktu untuk
pengujian kembali. Faktor yang dapa mengurangi periode pengujian kembali pengendalian, atau
mengakibatkan tidak diandalkannya bukti audit yang diperoleh dalam audit periode lalu,
mencakup hal-hal berikut ini.
Suatu defisiensi dalam lingkungan pengendalian.
Defisiensi dalam pemantauan pengendalian.
Adanya unsur proses manual yang signifikan dalam pengendali an relevan tersebut.
Pergantian karyawan yang berdampak signifikan terhadap aplikasi pengendalian.
Perubahan kondisi yang menunjukkan perlunya perubahan dalam pengendalian.
Defisiensi dalam pengendalian umumteknologiinformasi.
Pengendalian atas Risiko Signifikan
Jika auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu risiko yang auditor
telah tentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus menguji pengendalian tersebut dalam
periode sekarang.
PENILAIAN TERHADAP EFEKTIVITAS OPERA5I PENGENDALIAN
Kesalahan penyajian material yang diidentifikasi oleh prosedur audit merupakan indikator yang
kuat akan adanya defisiensi signifikan dalam pengendalian internal. Jika telah terdeteksi
penyimpangan atas pengendalian yang auditor ingin andalkan, auditor harus meminta keterangan
secara khusus untuk memahami hal tersebut dan dampak otensialnya, serta harus menentukan
apakah:
(a) Pengujian pengendalian yang telah dilakukan memberikan suatu dasar yang tepat bagi
auditor untuk mengandalkan pada pengendalian tersebut;
(b) Tambahan pengujian pengendalian diperlukan; atau
(c) Risiko potensial kesalahan penyajian perlu direspons dengan menggunakan prosedur
substantif.
Apabila hasil pengujian pengendalian mendukung rancangan dan pelksanaan pengendalian
sebagaimana diharapkan, maka auditor akan menggunakan penetapatan risiko pengendalian yang
sama sebagaimana ditetapkan di awal. Namun apabila pengujian pengendalian menunjukkan
bahwa pengendalian tidak berjalan dengan efektif, maka risiko pengendalian yang telah
ditetapkan harus dipertimbangkan kembali.
MEMUTUSKAN RENCANA RISIKO DETEKSI DAN MERANCANG PENGUJIAN
SUBSTANTIF