PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita diciptakan di dunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan hanya untuk
bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan ini telah dijelaskan dalam
firman Allah:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi
Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58)
Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari penciptaan
manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik. Sehingga Allah pun menjelaskan
salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok manusia yang belum mengetahui hikmah
tersebut dengan menyakini mereka diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya :
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara mainmain (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. 23:115)
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main
saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk
makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai
pertanggung jawaban atas semua prilakunya di dunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita
semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan yang agung dan dibebani perintah dan
larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan
dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka.
Page 1
Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap profesional dan
proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab sesungguhnya tujuan akhir seorang
manusia adalah mewujudkan peribadatan kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena
itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS.
49:13)
Namun untuk mencapai kemulian tersebut membutuhkan dua hal :
a). Itishom bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan berusaha
merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari
kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara yang berikutnya, yaitu;
b). Itishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakal dan berserah diri serta memohon
pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan yang pertama
tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari rintangan mengamalkannya.
Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti membutuhkan dua hal,
pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan kedua,
selamat dari rintangan yang menghalangi terwujudnya tujuan tersebut.
Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi ada pada
Itishom billahi dan Itishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang
komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan Itishom bi hablillah melindungi seseorang dari
kesesatan dan Itishom billahi melindungi seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang
berjalan mencapai (keridhoan) Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju
tujuannya. Ia pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga
tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini.
Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan menunjukinya
kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi alat keselamatan dari para
Implementasi Iman Dan Taqwa
Page 2
perampok dan halangan perjalanan. Itishom bi hablillah memberikan hidayah petunjuk dan
mengikuti dalil sedang Itishom billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang
menjadi penyebab keselamatannya di perjalanan.
Oleh karena itu hendaknya kita menekuni bidang kita masing-masing sehingga
menjadi ahlinya tanpa meninggalkan upaya mengenal, mengetahui dan mengamalkan ajaran
islam yang merupakan satu kewajiban pokok setiap muslim. Agar dapat mencapai tujuan
penciptaan tersebut dengan menjadikan keahlian dan kemampuan kita sebagai sarana ibadah
dan peningkatan iman dan takwa kita semua.
Tentu saja hal ini menuntut kita untuk dapat mengambil faedah dan pengetahuan
tantang syariat sebagai wujud syukur kita atas nikmat yang Allah anugerahkan. Semua itu
agar mereka mengakui bahwa mereka adalah makhluk yang tunduk dan diatur dan mereka
memiliki Rabb yang maha pencipta dan maha mengatur mereka.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Islam ?
2.
Bagaimanakah peran iman dan takwa dalam menjawab masalah dan tantangan
kehidupan modern ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui apa
yang menjadi dasar dari pengimplementasian iman dan takwa dalam kehidupan modern dan
era globalisasi sekarang.
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan
yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang berarti percaya.
Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang
amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada
Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena iu beriman kepada Allah berarti
amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (al-Imaanu aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani waamalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan
corak dan warna tentanhg suatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa: 51 yang dikaitkan
dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat
al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil
berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan
dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran nya,
dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya dinamakan iman
bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan katakata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta
bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan
duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian
dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada
Allah SWT.
Page 4
1).
Wujud Iman
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang
muslim berbuat amal soleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
keyakinannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Seseorang
dipandang muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah
muslim maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amal saleh. Apabila
tidak berakidah, maka segala perbuatannya dan amalnya tidak mengandung arti apa-apa.
Oleh karena itu, menjadi seorang muslim berarti meyakini dan menjalankan segala
sesuatu yang diajarkan dalam ajaran Islam.
2).
Page 5
Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b)
Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang orang
miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang meminta minta dana,
orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan
hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
c)
Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah
formal.
d)
Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
e)
Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.
II.3 Implementasi Iman Dan Taqwa
1.
dan
pemahaman
(identifikasi)
permasalahan
yang
dihadapi
umat,
Page 6
berujung
dengan
hilangnya percaya
diri. Kurangnya
kemampuan
dalam
penguasaan teknologi dasar yang akan menopang perekonomian bangsa, dipertajam oleh
kurangnya minat menuntut ilmu, menjadikan isolasi diri masyarakat bertambah tertutup.
Kondisi ini akan menjauhkan peran serta di era-kesejagatan(globalisasi), dan akhirnya
membuka peluang menjadi anak jajahan di negeri sendiri.
Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa mesti disejalankan dengan pengokohan
lembaga keluarga (extended family), dan peran serta masyarakat pro aktif menjaga
kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat Minangkabau adat bersendikan syarak,
syarak bersendikan Kitabullah). Setiap generasi yang di lahirkan dalam satu rumpun bangsa
wajar tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan pro-aktif menopang pembangunan bangsa.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan timbal
balik antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari. Aktifitas ini
mendorong lahirnya generasi penyumbang yang bertanggung jawab, di samping antisipasi
lahirnya generasi lemah.
Page 7
3.
Arus Globalisasi
Menjelang berakhirnya alaf kedua memasuki millenium ketiga, abad dua puluh
satu ditemui lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat.
Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan sesuatu
mendunia (universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya. Era globalisasi adalah era
perubahan cepat. Dunia akan transparan, terasa sempit seakan tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak satu sama lain
menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga menggeser pola hidup masyarakat dari
agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern.
Arus
kesejagatan
(globalisasi)
kadaragar arus kesejagatan tidak mencabut generasi dari akar budaya bangsanya. Sebaliknya
arus kesejagatan mesti di rancang bisa merobah apa yang tidak di kehendaki.
Membiarkan diri terbawa arus deras perubahan sejagat tanpa memperhitungkan
jati diri akan menyisakan malapetaka. Globalisasi menyisakan banyak tantangan (sosial,
budaya, ekonomi, politik, tatanan, sistim, perebutan kesempatan menyangkut banyak aspek
kehidupan kemanusiaan.
Globalisasi
juga
menjanjikan
harapan
dan
kemajuan.
Setiap
Muslim
harusarif dalam menangkap setiap pergeseran dan tanda-tanda perubahan zaman. Kejelian
dalam menangkap ruh zaman (zeitgeist) mampu men- jaring peluang-peluang yang ada,
sehingga memiliki visi jauh ke depan. Diantara yang menjanjikan itu adalah pertumbuhan
ekonomi yang pesat. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi alat untuk menciptakan
kemakmuran masyarakat.
4.
Paradigma Tauhid
Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi abid, hamba
yang
mengabdi
kepada
Allah
dalam
arti
luas,
berkemampuan
melaksanakan
ajaran syariy mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasul Allah, untuk menjadi manusia
mandiri (self help), sesuai dengan eksistensi manusia itu di jadikan.
Manusia pengabdi (abid) adalah manusia yang tumbuh dengan Akidah Islamiah
yang kokoh. Akidah Islamiah merupakan sendi fundamental dari dinul Islam, dan titik dasar
paling awal untuk menjadikan seorang muslim.
Page 8
Akidah adalah keyakinan bulat tanpa ragu, tidak sumbing dengan kebimbangan,
membentuk manusia dengan watak patuh dan ketaatan yang menjadi bukti penyerahan total
kepada Allah. Akidah menuntun hati manusia kepada pembenaran kekuasaan Allah secara
absolut. Tuntunan Akidah membimbing hati manusia merasakan nikmat rasa aman dan
tentram dalam mencapai Nafsul Mutmainnah dengan segala sifat-sifat utama.
Apabila
Akidah
tauhid
telah
hilang,
dapat
dipastikan
akan
lahir
prilakufatalistis dengan hanya menyerah kepada nasib sambil bersikap apatis dan pesimis.
Sikap negatif ini adalah virus berbahaya bagi individu pelopor penggerak pembangunan.
Keyakinan tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan besar berbentuk energi ruhaniahyang
mampu mendorong manusia untuk hidup inovatif.
Page 9
sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya
dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan
kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai
pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan
tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka
orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari
binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan
analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari
keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang
bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala
laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat
islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba
boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang
dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi
religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat
islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu
yang cukup mendukung kualitas iman seseorang.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta
adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai
dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan
mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk
terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu
sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti
taqwa adalah imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih, menjalankan segala perintah Allah
dan menjauhi segala laranganya.
Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:
Problem dalam Hal Ekonomi
Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo
economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan
dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah kaidah moral. Ekonomi
Implementasi Iman Dan Taqwa
Page 10
Page 11
Page 12
globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam sudah benar-benar diterima
secara global, secara mendunia oleh segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan
masing-masing pribadi, dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari modernnya
pakaiannya, perhiasan dan penampilan. Namun modern bagi umat Islam adalah modern dari
segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial
budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.
II.4 Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a.
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya.
Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan
sifat
mendewa-dewakan
manusia
yang
kebetulan
sedang
memegang
kekuasaan,
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun
kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
Page 13
c.
melepaskan
pendirian
bahkan
tidak
segan-segan
melepaskan
prinsip,menjual
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih
baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)
f.
kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah
diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada
firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Anaam, 6:162)
Page 14
g.
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman
adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
h.
Page 15
KESIMPULAN
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan
atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok
kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam perilaku
seharian jadi landasan dasar kaderisasi re-generasi. Usaha kearah pemantapan metodologi
pengembangan melalui program pendidikan dan pelatihan, pembinaan keluarga, institusi serta
lingkungan mesti sejalin dan sejalan dengan pemantapan Akidah Agama pada generasi
mendatang. Political action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi sumber kekuatan
besar menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif, dimana umat berperan sebagai
subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.
Pemberdayaan
keberhasilan,
mesti
lembaga
sejalan
adat,
dengan
agama,
perguruan
tinggi,
adil
untuk
(kena
meraih
pada
tempatnya). Pertemuan pendapat ilmuan dan para pengamat melalui dialog, penekanan
amanah kepada pemegang kendali ekonomi, menyatukan gerak masyarakat disertai doa
(harapan) sebagai perpaduan usaha, menjadi pekerjaan mendesak meniti pengembangan
pembangunan (development). Peran dai ilaa Allah aktif menyokong mempertahankan nilainilai ruhaniyah sebagai modal dalam menghasilkan yang belum dimiliki. Generasi pelopor
(inovator)
pembangunan
harus
dipersiapkan
supaya
tidak
lahir generasi
pengguna(konsumptif) yang tidak produktif, yang merupakan benalu bagi bangsa dan negara.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan timbal balik
antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari. Aktifitas ini
Page 16
SARAN
Permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi sekarang yang banyak
menyimpang dari aturan agama khususnya di Indonesia sangat miris sekali. Yang
diperlukan sekarang adalah generasi muda yang handal, dengan daya kreatif, innovatif, kritis,
dinamis, tidak mudah terbawa arus, memahami nilai-nilai budaya luhur, siap bersaing dalam
knowledge based society, punya jati diri yang jelas, memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran Islam sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang memberikan motivasi emansipatoris
dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Page 17