INDONESIA
I.
PENDAHULUAN
Motif kedatangan bangsa Barat ke dunia Timur, khususnya ke Nusantara di latar
belakangi oleh semboyan 3G; Gold yang berarti kekayaan, Glory yang berarti kejayaan,
dan Gospel yang berarti penyebaran agama. Motif Gospel atau penyebaran agama Kristen
Katholik dan Kristen Protestan di mulai saat zaman Renaisans yang berkembang pada
periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17 (kemungkinan dimulai pada akhir
abad ke-15/abad pertengahan akhir = abad ke-14 dan ke-15 (c. 1301-1500)), yang pada
saat itu berakhirnya hegemoni gereja & dominasi gereja di abad pertengahan (Dark of
Age) dan terjadinya reformasi gereja pada abad pertengahan akhir. Tepat pada pertengahan
abad ke-15 tersebut pula terjadi peristiwa penting yang menjadi penanda semboyan 3G
yaitu jatuhnya Konstantinopel ke tangan umat Islam pada tahun 1453. Namun jauh
sebelum peristiwa-peristiwa tersebut terjadi, sudah terjadi perselisihan antara Islam dan
Kristen yaitu seperti Perang Salib, dan Perang antara Islam dan Kristen di Semenanjung
Iberia yang pada tahun 717 hingga tahun 1492 dikuasai Khalifah Umayyah.
Pada saat itulah di Spanyol dan Portugis muncul istilah semangat Reconquista
yaitu istilah yang digunakan untuk proses yang dimana kerajaan Kristen menaklukkan
kembali Semenanjung Iberia (sekarang Spanyol dan Portugal) dari umat Islam dan negaranegara Moor Al-Andalus (di bawah Kekhalifahan Umayyah), hingga istilah ini terus
dipakai saat Perang Salib berlangsung. Semangat ini juga memiliki arti bahwa mereka
(orang-orang
Kristiani)
akan
menakhlukan
umat
Islam
pada
saat
mereka
temui/menakhlukan umat Islam dimanapun umat Islam berada. Dari latar belakang yang di
mulai dari semangat Reconquista pada abad-6 yang disertai peperangan, lalu Perang
Salib pada akhir abad-9, kemudian jatuhnya Konstantinopel 1453, Hegemoni dan
Dominasi Gereja, Renaisans dan Reformasi Gereja; yang pada saat itu juga berlangsung
dimulainya penjelajahan samudera/penemuan daerah baru yang mana keduanya (-red
Renaisans dan Reformasi Gereja) sama-sama mempunyai Spirit of Qonqueror, pada
reformasi gereja inilah terpecahnya Agama Kristen Katholik yaitu Kristen Protestan,
kedua agama tersebut memiliki misi agama dalam era penjelajahan yaitu penakhlukan
berbau Alkitab atas dasar perintah Paus di Vatikan.
II.
PEMBAHASAN
Pada
runtuhnya hegemoni dan dominasi gereja di Eropa, yang menandai awal abad kelahiran
kembali/abad kebangkitan ilmu pengetahuan/ abad Pencerahan. Pada zaman ini
jugalah dimulainya penjelajahan samudera/penemuan daerah baru; yang dilakukan oleh
Kerajaan Spanyol dan Portugis atas perintah Paus di Vatikan. Ketika itu muncul teori
Heliosentris yang meruntuhkan teori Geosentris yang didukung gereja. Teori Geosentris
yang menyatakan bumi sebagai pusat tata surya dan bumi itu datar, menyebabkan
penjelajahan samudera adalah hal yang tabu untuk dilakukan. Teori ini dipatahkan oleh
Nicolaus Copernicus, seorang ahli matematika dan astronom pencetus teori Heliosentris,
namun karena bertentangan dengan ajaran gereja yang pada saat itu masih ada hegemoni
gereja menyebabkan Nicolaus Copernicus ditangkap dan dihukum mati.
Tetapi setelah itu semakin banyak orang-orang percaya, terutama para ilmuwan
Renaisans seperti, Johannes Kepler dan Galileo Galilei. Inilah yang mendorong Paus
untuk membuktikannya (bumi itu bulat pepat) dengan menyuruh Christoper Colombus
untuk berlayar, sekaligus terselip misi agama selain misi utama: ekonomi dan
pengetahuan. Artinya di samping hasrat untuk mengenal dunia ini lebih luas lagi, mereka
beranggapan pula mempunyai tugas suci, yaitu untuk menyebarkan agama Katholik, agar
orang lain kecuali mereka dapat mengecap pula kenikmatan yang dikurniakan Nabi Isa
A.S./Yesus Kristus kepada umat manusia.1
Perkembangan agama Kristen di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni Kristen Katholik dan Kristen Protestan. Kristen Katholik dibawa
masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Pada abad
ke-16 bangsa Portugis memperoleh kedudukan di Maluku. Pada masa itu pula agama
Kristen Katholik tumbuh di wilayah itu. Penyebar agama Kristen Katholik di Maluku ialah
misi Yesuit dari Spanyol, bernama Franciscus Xaverius, ia berada di Maluku selama satu
tahun, yaitu antara bulan Juni 1546 sampai April 1547. Penyebaran agama Kristen
dibarengi dengan gerakan sosial, yaitu meningkatkan kesehatan rakyat, menyelenggarakan
pendidikan, dan sebagainya.
1 R. Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid Ketiga. (1973, Jakarta: Kanisius) hal
49
2
pedagang Islam di Timur Tengah.4 Selain itu juga karena dipengaruhi oleh ide perang
salib, mereka berusaha mengkristenisasi suku-suku bangsa yang mereka kuasai dan
melawan kekuasaan Islam yang membatasi dan menghalangi agama Kristen dari Eropa.
Pembawa misi Katolik adalah misionaris Franziskan, Jesuit dan Dominikan.
Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalkuta, India, dan pada tahun 1509
Alfonso de Albuquerque bersama kapal-kapal Portugis yang pertama muncul di bandar
Malakka. Pada tahun 1511, Malakka berhasil ditaklukan Portugis, dan dengan didudukinya
Malakka oleh orang Portugis itu maka ditanamlah benih-benih agama Katolik yang
pertama di daerah Nusantara.5 Setelah menaklukan Malakka, Alfonso de Albuquerque
memerintahkan melakukan ekspedisi ke kepulauan rempah-rempah di bagian Timur pada
tahun 1512. Namun ekspedisi tersebut baru berhasil mencapai Ternate pada tahun 1522
dan mendapat pangkalan di Ternate. Dalam perjalanannya itu ikut serta imam-imam/para
pastor Katolik (dalam bahasa Portugis disebut Padre yang berarti imam) yang kemudian
menyebarkan agama Katolik, salah satunya ordo Jesuit yang didirikan Santo Franciscus
Xavier dan Santo Ignatius Loyola.
Ternate menjadi pangkalan pertama kegiatan misi ini. Dengan adanya orang Portugis
di Maluku itu maka berkembanglah pula agama Katolik. Dalam tahun 1534 agama ini
telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon. Dalam tahuntahun sesudahnya berlangsung upacara permandian secara masal sampai 7000 orang.
Pada tahun1546 datang Franciscus Xaverius ke Maluku dan mengatur kegiatan misi secara
lebih baik dan lebih intensif, sehingga gereja muda semakin berkembang pesat sampai
tahun 1560 dan jumlah orang yang dipermandikan mencapai 80.000. Dari Maluku agama
Kristen tersebar sampai ke Pulau Sulawesi, Solor, Flores dan Timor. Dan berkat kegiatan
Franciscus Xaverius dari ordo Jesuit maka dari ketiga pangkalan itu banyak yang orang
yang memeluk agama Katolik, sampai juga bahkan di bagian Timur kepulauan Nusa
Tenggara dan di Sulawesi Utara. Ia aktif mengunjungi desa-desa di sepanjang Pantai
Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara dan Kepulauan Morotai.
Usaha penyebaran agama Katolik ini kemudian dilanjutkan oleh imam-imam/pastor-pastor
yang lainnya ke Nusa Tenggara Timur, seperti Flores, Solor, dan Timor.6
4 R. Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid Ketiga. (1973, Jakarta: Kanisius) hal
49
5 R. Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid Ketiga. (1973, Jakarta: Kanisius) hal
49
4
Tahun 1546-1547, dua rombongan misionaris tiba di Maluku dan Xavier bekerja di
tengah-tengah orang Ambon, Ternate, dan Morotai (Moro) serta meletakkan dasar-dasar
bagi suatu misi yang tetap di sana. Kunjungan pertama dilakukan oleh Franciscus
Xaverius, yang tiba di Ternate pada Juni 1546 dari Ambon. Tetapi sebelum berkunjung ke
Ternate dan Moro, Xaverius memanggil beberapa pengikutnya yang ada di Goa untuk
datang ke Maluku. Pada Oktober 1546, pengikutnya itu telah tiba di Ternate. Kedatangan
mereka dimaksudkan untuk membantu Xavier dalam menyebarkan Misi Jesuit. Xavier
bertugas di Ternate dari Juni hingga September 1546. Antara Oktober 1546 hingga Januari
1547, ia mengelilingi Kerajaan Moro selama tiga bulan, kemudian kembali ke Ternate dan
meneruskan perjalanannya ke Malakka dan Goa melalui Ambon.7
Penguasa Portugis pada masa awal kekuasaannya lebih disibukannya dengan bisnis
cengkih dan peperangan melawan kerajaan-kerajaan Maluku, seperti Tidore, Jailolo dan
Bacan. Di samping itu, para penguasa ini juga ikut campur tangan dalam masalah-masalah
suksesi kerajaan-kerajaan di Maluku, sehingga salah satu tugas pokok tentang kristenisasi
terabaikan. Setelah benteng Gamlamo usai dibangun, barulah Portugis menempatkan
seorang vikaris dengan tugas khusus merawat rohani para tentara dan keluarganya serta
orang-orang Portugis lainnya. Penginjilan jarang dilakukan, demikian juga konversi
agama. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kedua tugas itu tidak pernah dilakukan, terutama
di luar Ternate, seperti di Moro dan Bacan.
Baru pada masa pemerintahan Gubernur Tristao de Ateyde (1533-1536), vikaris
Simon Vaz ditempatkan di dalam benteng dan baru melakukan aktivitasnya apabila ada
permintaan Gubernur. Sementara di Bacan, Frater Antonio Vaz juga berhasil membaptis
sekitar enam hingga tujuh Sangaji. Bahkan Sultan Bacan, Alauddin I dan keluarganya juga
bisa dibabtis. Pembabtisan Sultan Bacan dengan nama baptis Dan Joao sama seperti nama
raja Portugis saat itu, berikut puteranya Don Henrique dan menantunya yang menjabat
sebagai Sangaji Labuha, Rui Pereira, telah mengejutkan Sultan Khairun di Ternate.8
Setelah Xavier pergi dari Maluku, orang-orang lain melanjutkan pekerjaannya. Pada
tahun 1560-an terdapat sekitar 10.000 orang Katolik di wilayah Maluku, sebagian besar
berdomisili di Ambon, dan pada tahun 1590-an terdapat 50.000 sampai 60.000 orang.
6 http://www.pustakasekolah.com/agama-kristen-masa-kolonial.html. Diakses pada 28 November
2014
7 M. Adnal Amal. Portugis dan Spanyol di Maluku. (2009, Jakarta: Komunitas Bambu) hal 134-136
8 Ibid. Hal 129-130
5
Orang-orang ordo Dominik juga cukup sukses mengkristenkan Solor; pada tahun 1590-an,
orang-orang Portugis dan penduduk lokal yang beragama Katholik di sana diperkirakan
mencapai angka 25.000 orang. Sepanjang abad-abad berikutnya terus terdapat komunitaskomunitas Kristen Katholik di Indonesia belahan Timur, dan keadaan ini memberi andil
bagi timbulnya rasa memiliki kepentingan yang sama dengan orang-orang Eropa, terutama
di kalangan penduduk Ambon, suatu pengamatan yang tak bisa disamai oleh penduduk
Indonesia di daerah-daerah lainnya.9
Namun Banda , sebagai daerah penghasil pala merupakan sebuah pengecualian dari
pola-pola perkembangan yang digambarkan seperti penjelasan di atas. Di Banda yang
bentuk pemerintahan oligarkis yang dipimpin oleh orang kaya tidak menampilkan
antusiasme pada agama Katholik atau pada orang-orang Eropa yang membawanya. Orangorang Banda berkeras menolak permohonan izin dari Portugis untuk membangun sebuah
benteng. Dan mungkin karena tidak memiliki benteng itu, para pendeta juga tidak
melakukan usaha serius untuk mengkristenkan orang-orang Banda. Perlu pula disebutkan
bahwa usaha kaum misionaris yang bersungguh-sungguh ini berlangsung pada paro kedua
abad XVI, setelah gerakan penaklukan Portugis berhenti.10
Pada tahun 1600, orang-orang Belanda bergabung dengan penduduk Hitu dalam
suatu persekutuan anti-Portugis, dan untuk itu Belanda mendapat imbalan berupa hak
tunggal untuk membeli rempah-rempah dari Hitu. Pada tahun 1602, pihak Portugis
merespons keadaannya yang semakin memburuk itu dengan mengirim suatu pasukan
ekspedisi yang besar (dan terakhir) dari Malakka, yang untuk sementara waktu berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Portugis di sebagian besar wilayah Maluku. Akan tetapi,
pada bulan Februari 1605 armada VOC mengulangi lagi persekutuannya dengan Hitu dan
siap menyerang kubu pertahanan Portugis di Ambon, akhirnya orang-orang Portugis
benar-benar menyerah. VOC menduduki benteng Portugis di Ambon, mengganti namanya
menjadi Victoria, dan segera sesudah itu mengusir kaum misionaris Katolik dan mulai
mendorong penduduk setempat yang sudah memeluk agama Katolik untuk beralih ke
Calvinisme (Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church).11
9 M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. (2008, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta)
hal 47
10 Ibid. Hal 47
11 Ibid. Hal 52-53
6
B. VOC
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik
yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Kristen Protestan.
Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan
menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.
Orang-orang Belanda muncul pada akhir abad ke 16 ke seluruh wilayah
Indonesia. Pada tahun 1602 bergabunglah kelompok-kelompok dagang di Belanda
menjadi sebuah Persekutuan Perdagangan dengan nama VOC (Vereenig-de Oost-Indische
Compagnie). Berdasarkan perjanjian dengan Negara Belanda mereka boleh membentuk
pasukan sendiri, mengumumkan perang, membuat perjanjian dan mencetak mata uang
sendiri.12 Berdasarkan perjanjian ini juga VOC harus melakukan segala sesuatu untuk
menyebarkan agama Protestan. Yang patut diingat dalam hal ini bahwa perpindahan umat
dari agama Katolik ke agama Protestan berlangsung tanpa kekacauan.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan tanggung jawab
memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen Protestan dengan
semboyan siapa punya negara,dia punya agama, kemudian VOC menyuruh penganut
agama Katholik untuk masuk agama Kristen Protestan. VOC turut membiayai pendirian
sekolah-sekolah dan membiayai upaya menerjemahkan Injil ke dalam bahasa setempat. Di
balik itu para pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk
pada VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan citra zending di mata rakyat, karena
VOC tidak disukai rakyat.
Tokoh zending di Indonesia antara lain Ludwig Ingwer Nommensen, Sebastian
Danckaerts, Adriaan Hulsebos, dan Hernius.
Kegiatan zending di Indonesia meliputi:
a. Menyebarkan agama Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli,
dan kota-kota besar di Jawa dan Sumatra.
b. Mendirikan Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu perkumpulan pemberi
kabar Injil Belanda yang berusaha menyebarkan agama Kristen Protestan, mendirikan
wadah gereja bagi jemaat di Indonesia seperti Gereja Protestan Maluku (GPM),
12 Ibid. Hal 51
7
Gereja Kristen Jawa (GKJ), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dan mendirikan
sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada penyebaran agama Kristen Protestan.13
Mula-mula penyebaran itu di arahkan kepada orang yang berada di sekitar tempat
perdagangan rempah-rempah, umumnya di Maluku dan kemudian meluas ke segala
pelosok di tanah air. Pendeta-pendeta Protestan yang datang dari Negeri Belanda pada
umumnya bekerja untuk bangsa Belanda, tetapi kemudian mereka juga mengajarakannya
kepada penduduk asli. Dalam penyiaran ini pemerintah penjajahan sangat membatasi
pekerjaan penyebaran agama kepada penduduk asli, karena takut menggangu perdagangan
yang mereka laksanakan. Namun penyebaran agama tidak dapat dan tidak boleh
disamakan dengan kepentingan dagang. Oleh karena itu, meskipun terdapat hambatan dari
pemerintah penjajah, agama Kristen Protestan berkembang terus.
Di bawah pemerintahan VOC kegiatan agama katolik dilarang. Keadaan ini berubah
setelah masa kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke 18. Pada tanggal 1 Januari 1800
Negara Belanda mengambil alih VOC yang telah bangkrut. Dengan demikian Indonesia
menjadi koloni Negara Belanda. Tetapi pada waktu ini Negara Belanda juga berada di
bawah kekuasaan Perancis yang menguasai Belanda 1795 dalam rangkaian Revolusi
Perancis.
Penguasa Perancis memberikan kemungkinan bagi kebebasan beragama. Orangorang katolik mengalami emansipasi hak secara penuh pada tahun 1798 di bawah
pemerintahan Raja Lodewijk. Hermann Wilhelm Daendels,Gubernur Jenderal di
Indonesia (1808-1811) mengumumkan kebebasan beragama pada tahun 1808. Dalam
tahun ini juga datang dua imam projo Belanda J. Nelissendan L. Prinsen ke
Batavia (sekarang: Jakarta). Sesudah itu dibentuk Perfektur Indonesia pertama di Batavia.
Dengan itu Gereja Katolik mempunyai wadah organisasi dan berkembang terus.
Segera sesudah itu pemerintah Belanda menghadapi persoalan persaingan antara
agama Katolik dan Misi Protestan. Untuk mengatasi persoalan ini pemerintah Belanda
mengeluarkan perarturan-peraturan baru yang melarang "misi ganda" (dubbele zending)
dan memperbolehkan pembukaan wilayah-wilayah misi baru hanya melalu isinan
pemerintah.
13 http://mengerjakantugas.blogspot.com/pengaruh-kolonialisme-dan-imperialisme.html diakses
pada 28 November 2014
8
Dalam tahun-tahun berikutnya datang para misionaris dan mengambil alih stasi-stasi
misi yang ditinggalkan oleh orang-orang Portugis (Flores dan Timor) dan mendirikan
stasi-stasi misi baru di Flores, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Seram dan Irian. Mereka
memulai karya misi dalam bidang persekolahan dan rumah sakit. Banyak Perfektur
dibentuk dan kemudian diangkat menjadi beberapa keuskupan.
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik
yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Kristen Protestan.
Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan
menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.14
III.
PENUTUP
Penyebaran Kristen di Indonesia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
penyebaran Katolik dan penyebaran Protestan. Penyebaran Katolik diprakarsai oleh para
rohaniwan yaitu para pastor dan biarawan, sedangkan penyebaran Kristen Protestan
dirintis oleh para pendeta atau pengabar Injil. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat
kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti Spanyol yang berdagang rempahrempah. Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik
di Indonesia, dimulai dari Kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546-1547,
pelopor misionaris Katolik, Fraciscus Xaverius mengunjungi pulau tersebut dan
membaptis beberapa ribu penduduk setempat.
Namun pengaruh Katolik tidak berlangsung lama, karena VOC berhasil mengusir
Portugis setelah bersepakat dengan Hitu. Pada masa VOC, VOC membuat kebijakan
mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham
Protestan di Indonesia.