Anda di halaman 1dari 9

Tasyabuh Bil

Kuffar



I. Terjemah Hadist
"Telah menyampaikan berita kepada kami Ustman bin Abi Syaibah (yang dia menyatakan bahwa) Abu
an-Nadlri telah menyampaikan berita kepada kami (yang dia menyatakan bahwa) Abdurrahman bin
Tsabit telah menyampaikan berita kepada kami (yang dia menyatakan bahwa) Hassan bin Atiyah
telah menyampaikan berita kepada kami, (berita itu berasal) dari Abi Munib al-Jurasyi, (berita itu
berasal) dari Ibnu Umar berkata: Bersabda Rosululloh SAW, Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum maka ia termasuk dari mereka." (HR. Abu Dawud).
II. Sanad Hadist
1. Abu Dawud
2. Usman bin Abi Syaibah, nama lengkapnya
3. Abu an-Nadlri
4. Abrdurrahman bin Tsabit
5. Hassan bin Atiyah

6. Abi Munib al-Jurasyi


III. Takhrij Hadist
1.

Sunan Tirmidzi di tiga tempat hadis no : 1674, 2619, 2723.

2.

Sunan Nasa 'I di dua tempat, yaitu no : 4986, 4987.

3.

Abu Dawud, yaitu no hadis 3512.

4.

Musnad Ahmad di enam tempat yaitu no : 4868, 4869, 5409, 7230, 8318 dan 10067.

I. Pengertian :
Tasyabuh berarti meniru atau mencontoh, menjalin, mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti
peniruan.
Pengertian tasyabuh sebenarnya secara etimologis adalah bentuk mashdar dari ( - )yang
berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai
orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rosululloh SAW dalam hal akidah, ibadah,
perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri khas, dan akhlak yang merupakan ciri khas
bagi mereka.
II. Hukum Tasyabbuh dengan orang-orang Kafir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata, Telah kami sebutkan sekian dalil dari
Quran, Sunnah, Ijma, atsar (amalan/ perkataan shahabat dan tabiin), dan pengalaman yang
semuanya menunjukkan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Sedangkan menyelisihi tata
cara mereka merupakan sesuatu yang disyariatkan baik yang sifatnya wajib ataupun anjuran sesuai
dengan
Siapakah

tempatnya
orang

masing-masing.
kafir

yang

(Iqtidho
tidak

Ash-Shirothil
boleh

Mustaqim,
kita

1/473)

menyerupainya?

Berdasarkan hadist di atas adalah, orang-orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya meliputi
ahlul kitab (Yahudi dan Nashoro) dan orang-orang kafir lainnya.
III. Bahaya Tasyabbuh terhadap orang-orang Kafir
Diantara bahaya dan dampak negatif tasyabbuh adalah:
1. Partisipasi dalam penampilan dan akhlak akan mewarisi kesesuaian dan kecenderungan kepada mereka,
yang kemudian mendorong untuk saling menyerupai dalam hal akhlak dan perbuatan.
2. Bahwa menyerupai dalam penampilan dan akhlak, menjadikan kesamaan penampilan dengan mereka,

sehingga tidak tampak lagi perbedaan secara zhohir antara umat Islam dengan Yahudi dan Nashoro (orangorang kafir).
3. Itu terjadi pada hal-hal yang asalnya mubah. Dan bila terjadi pada hal-hal yang menyebabkan kekafiran,
maka sungguh ia telah jatuh ke dalam cabang kekafiran.
4. Tasyabuh dengan orang-orang kafir dalam perkara-perkara dunia akan mewariskan kecintaan dan
kedekatan terhadap mereka. Lalu bagaimana dalam perkara-perkara agama? Sungguh kecintaan dan
kedekatan itu akan semakin besar dan kuat, padahal kecintaan dan kedekatan terhadap mereka dapat
meniadakan keimanan seseorang.
5. Lebih dari itu, Rosululloh SAW telah menyatakan:

Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka. (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari
shahabat Abdulloh bin Umar ra., dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohih Al-Jami no.
6025)
(Diringkas dari kitab Iqtidho Ash-Shirothil Mustaqim juz 1, hal. 93, 94, dan 550)
IV. Perkara-perkara yang Termasuk Tasyabbuh dan Diharuskan untuk Menyelisihinya
Perkara-perkara yang termasuk tasyabbuh dan diharuskan untuk menyelisihinya mencakup semua perkara
yang merupakan ciri khas bagi mereka (di setiap masa) baik dalam hal akidah, ibadah, hari-hari besar,
penampilan/ model, ataupun tingkah laku. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh ketika
mengomentari hadits Anas bin Malik ra.:

Lakukanlah apa saja (terhadap istri kalian) kecuali nikah (jima). (HR. Muslim, Kitabul Haidh, hadits no.
302)
Maka hadits ini menunjukkan bahwa apa yang Alloh syariatkan kepada nabi-Nya sangat banyak
mengandung unsur penyelisihan terhadap orang-orang Yahudi. Bahkan beliau Shollallohu 'alaihi wa sallam
menyelisihi mereka dalam semua perkara yang ada pada mereka, sampai-sampai mereka berkomentar,
"Orang ini (Rosululloh SAW) tidaklah mendapati sesuatu pada kami kecuali berusaha untuk
menyelisihinya. (Iqtidho Ash-Shirothil Mustaqim, 1/214-215, lihat pula 1/365)
Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh berkata, Tasyabbuh dengan orang-

orang kafir terjadi dalam hal penampilan, pakaian, tempat makan, dan sebagainya karena ia adalah kalimat
yang bersifat umum. Dalam artian, bila ada seseorang yang melakukan ciri khas orang-orang kafir, dimana
orang yang melihatnya mengira bahwa ia termasuk golongan mereka (maka saat itulah disebut dengan
tasyabbuh, pen). (Majmu Durus Wa Fatawa Al-Haramil Makki, 3/367)
Diantara bentuk meniru-niru orang kafir yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum muslimin adalah
sebagai berikut:
1. Mengeramatkan kuburan/makam tertentu, mengagungkan orang-orang sholih secara berlebihan,
serta menjadikan kuburan mereka sebagai masjid. Yaitu dengan melakukan berbagai bentuk ibadah di
atasnya, atau dengan mengubur seseorang di masjid. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz
rohimahulloh menjelaskan, Dan diantara perbuatan bidah dan perkara yang mengantarkan pada
perbuatan syirik adalah apa yang dilakukan di sekitar kuburan berupa shalat, membaca Al Quran, dan
membangun masjid atau bangunan kubah di atasnya. Ini semua adalah bidah dan kemungkaran, serta
menghantarkan pada syirik besar.
2. Merayakan perayaan-perayaan yang tidak ada dalam Islam. Dan termasuk dalam hal ini adalah
menjadikan hari raya mereka sebagai hari libur, seperti mengkhususkan hari Sabtu dan Ahad sebagai
hari libur.
Al-Lajnah Ad-Daimah (Lembaga Fatwa Arab Saudi) menyebutkan dalam fatwanya, Tidak boleh
mengkhususkan hari Sabtu atau Ahad sebagai hari libur, atau menjadikan keduanya sebagai hari libur
karena hal itu termasuk meniru-niru orang Yahudi dan Nashoro. Karena sesungguhnya Yahudi
meliburkan hari Sabtu dan Nashoro meliburkan hari Ahad dalam rangka memuliakan kedua hari
tersebut (Fatawa Al-Lajnah, 2/75)
3. Menggunakan kalender Masehi (kalender orang kafir) dan meninggalkan kalender Islam
(Hijriyyah). Al-Lajnah Ad-Daimah dalam fatwanya berkenaan seputar tahun 2000 M menyebutkan,
Kemuliaan bagi kaum muslimin adalah berpegangnya mereka dengan kalender hijroh Nabi mereka
Muhammad SAW, di mana shahabat telah menyepakatinya. Mereka menggunakannya sebagai
kalender tanpa ada perayaan (tahun baru, pent) dan kaum muslimin telah mewarisinya 14 abad sampai
hari ini. Maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk berpaling dari kalender Hijriyyah dan
mengambil kalender lainnya yang digunakan manusia seperti kalender masehi. Hal itu berarti telah
meminta ganti sesuatu yang lebih baik dengan sesuatu yang lebih buruk.
4. Meniru-niru aturan, kebiasaan, serta akhlak orang kafir. Semestinya seorang muslim harus selalu
berpegang kuat dengan agamanya dalam seluruh aspek kehidupannya baik akidah, tata cara beribadah,
aturan-aturan pergaulan, akhlak, maupun kebiasaannya. Namun masih banyak dari kaum muslimin

yang kurang memperhatikan masalah ini. Maka tentunya hal ini menunjukkan lemahnya iman. Mereka
tidak tahu bahwa dirinya telah tertipu dengan meninggalkan ajaran yang mulia dan mengambil ajaran
yang rendah dan hina.
Di

antara

bentuk-bentuk

meniru

orang

kafir

dalam

masalah

ini

seperti:

1. Menggunakan aturan sosialis, sekuler, demokrasi, dan yang semisalnya dari aturan-aturan tata negara
yang dibuat orang kafir.
Demikian pula dalam sistem ekonomi seperti sistem riba dan sebagainya. Asy-Syaikh Sholih AlFauzan hafizhohulloh berkata, Termasuk bentuk meniru-niru orang kafir adalah menjalankan aturanaturan dan perundang-undangan orang kafir. Atau ajaran-ajaran yang berbahaya seperti ajaran sosialis
dan ajaran sekuler yang membedakan antara agama dan pemerintahan, serta yang lainnya dari hukum,
aturan ekonomi, dan aturan lainnya... (Al-Khuthob, 2/168)
2. Berbangga diri dengan menggunakan bahasa orang kafir atau menggunakannya tanpa ada kebutuhan.
Asy-Syaikh Sholih Al-Fauzan hafizhohulloh kembali menuturkan, Dan termasuk dalam bentuk meniruniru orang kafir adalah bercakap-cakap dengan bahasa orang-orang kafir pada kebutuhan yang tidak
mendesak. Serta menulis dengan bahasa mereka di tempat-tempat berjualan di negara kaum muslimin.
Atau mencampur kalimat dan istilah-istilah dari bahasa mereka di dalam buku-buku Islam dan karya-karya
lainnya. (Al-Khuthob, 2 / 168)
3. Mencukur jenggot dan membiarkan kumis memanjang, serta menggunakan pakaian yang meniru-niru
mereka dengan bentuk model yang tidak menutup aurat, baik karena bentuknya yang ketat ataupun yang
tipis kainnya. (lihat Al-Khuthob, 1/102-104).
4. Tidak menyukai tersebarnya kebenaran, dan hasad terhadap ilmu serta keutamaan yang Alloh berikan
kepada ahlul ilmi, dan berbagai akhlak jelek lainnya.
Demikianlah ringkasan sebagian kecil dari bentuk-bentuk tasyabbuh bil kuffar. Dan masih banyak yang
belum disebutkan karena sedikitnya ilmu dan lembar yang terbatas. Semoga Alloh SWT memberikan
hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua agar bisa berpegang dengan ajaran Islam dan diselamatkan dari
segala bentuk meniru-niru orang kafir.
Wallohu a'lam bis showab.

Anda mungkin juga menyukai