TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum
atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri atau lubang abnormal pada sekat
yang memisahkan kedua belah atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari
atrium kiri yang bertekanan tinggi ke dalam atrium kanan yang bertekanan
rendah. Septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan membuat aliran
darah atrium kiri dan kanan bercampur.3
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai kejadian PJB. Literatur
yang ada menunjukkan prevalensi 0,5-0,8% pada kelahiran hidup. Dengan
mengacu hal tersebut, pada tahun 2005 diperkirakan antara 24.000 sampai 38.000
bayi dilahirkan dengan penyakit jantung bawaan. Sementara itu, Surabaya
merupakan kota terpadat di Jawa Timur dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun 2005 mencapai 2.698.972, dengan angka kelahiran 43.978. Dengan
demikian kejadin PJB diperkirakan antara 220 sampai 352 pada tahun tersebut.4
Prevalensi kelahiran di Amerika serikat untuk atrium septal defect berkisar
antara 13,63 dan 100,18 per 10.000 kelahiran (national Birth Defects Prevention
Network 2005). Rata-rata di Texas untuk tahun 1992-2002 adalah 40,12 kasus per
10.000 kelahiran.5
2.3 Anatomi dan Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.6
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:
-
Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan
tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat
sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada
pembuluh darah lainnya.6
Katup Jantung
antara
atrium
kanan
dengan
ventrikel
kanan,
katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup
semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara
ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup
yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup
aorta.6
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya
sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap
bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat
kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan
rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus
papilaris.6
Atrium (serambi)
Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke
ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot
ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.
Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi
2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung
bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri).6
Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimana
kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah
apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.6
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal
atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian
septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen
ovale saat kita lahir.6
Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda
ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
-
Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang
atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium
kanan.
Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di
atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium
kanan.
Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang
terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung
dengan atrium kanan.
Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium
kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang
mempunyai 4 muara.6
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel
yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua
otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan
memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.6
Perlu diketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran
darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh
sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan
yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja, sehingga otot jantung
sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot
ventrikel kanan.6
Sirkulasi Jantung
-
Sirkulasi Sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium kiri
terletak di taut atrium dan ventrikel kiri. Katup ini disebut katup mitral. Semua
katup jantung membuka jika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang
berada di atasnya lebih besar dari tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada
di bawah.7
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri besar
berotot yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui
katup aorta. Darah di aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, melalui arteri,
arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena.
Vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar , vena cava
inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena cava superior.
Kedua vena cava bermuara di atrium kanan.7
Sirkulasi Paru
2.4 Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Faktorfaktor tersebut diantaranya :
1. Faktor genetik
Resiko penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat
riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita penyakit
jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom.9
2 . Faktor lingkungan
Penyakit jantung kongenital juga dihubungkan dengan lingkungan ibu selama
kehamilan. Seringnya terpapar dengan sinar radioaktif dipercaya dapat menjadi
faktor pencetus terjadinya penyakit jantung kongenital pada bayi.9
3. Obat-obatan
10
menjadi dilatasi.
11
pulmonal, dan perlu diingat bahwa bising-bising yang terjadi pada ASD
merupakan bising fungsional akibat adanya beban volume yang besar pada
jantung kanan. Sianosis jarang ditemukan, kecuali bila defek besar atau common
atrium, defek sinus coronarius, kelainan vascular paru, stenosis pulmonal, atau
bila disertai anomaly Ebstein.3
Jantung
mungkin
membesar.
Penentuan
CTR
yaitu
dengan
membandingkan lebar thorax dan lebar dari pada jantung. Jika diameter
jantung lebih besar daripada diameter thorax, itu adalah pembesaran
-
jantung.
Perhatikan bentuk jantung. pertama, perhatikan apexnya yang mana sering
terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan kadang-kadang terlihat jelas
diafragma terangkat. Selanjutnya lihat batas dari jantung kanan. Karena
atrium kanan membesar, batas dari jantung kanan terlihat lebih lebar dari
normalnya.
Perhatikan posisi dari jantung dengan membandingkan pada posisi dari
vertebra. Pada ASD, jantung kadang bergeser ke kiri dan terlihat juga ke
menunjukkan atrium kanan yang menonjol, dan dengan konus pulmonalis yang
menonjol. Jantung hanya sedikit membesar dan corakan vaskularisasi paru yang
prominent sesuai dengan besarnya pirau.3
Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan
(pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilar dance. Hilar dance ini terjadi karena
12
arteri pulmonalis penuh darah dan melebar, sehingga pulsasi ventrikel kanan
merambat sampai ke hilus. Makin besar defeknya, makin kecil jumlah darah yang
mengalir ke ventrikel kiri, karena sebagian besar darah dari atrium kiri mengalir
ke atrium kanan melalui defek. Aorta menjadi kecil, hampir sukar dilihat,
sedangkan arteri pulmonalis menjadi 3-5 kali lebih besar. Pembuluh darah hilus
melebar demikian juga cabang-cabangnya. Lambat laun pembuluh darah paru
bagian tepi menyempit dan tinggal pembuluh dari sentral (hilus) saja yang
melebar. Bentuk hilus lebar, meruncing ke bawah berbentuk sebagai tanda koma
terbalik ().13
13
Gambar 5. (A). Foto PA: Kebocoran Septum Atrium (ASD), hemodinamika, belum ada HP,
atrium kanan membesar dan atrium kiri tidak. (B). Foto PA: hilus melebar sekali, berbentuk koma
terbalik. Vaskular paru bagian tepi sempit. Tanda hipertensi pulmonal. (C). Foto lateral: tampak
ventrikel kanan yang membesar sekali. Atrium kiri dan ventrikel kiri normal.
2. CT scan
B
Gambar 6. (A). Tiga-dimensi permukaan dari rekonstruksi ASDs seperti yang terlihat dari anterior
obliq dan sedikit proyeksi caudal. Penampakan rims memadai kecuali pada bagian parsial dari tepi
superior. Defek ini diukur dengan diameter 34 mm dan itu adalah diameter yang besar. Ao =
aorta, ventrikel RV = kanan. (B). Gambaran CT axial dari sebuah Amplatzer septum atrium
occluder 24 jam setelah penyebaran. Perangkat ini tidak menimpa struktur terdekat yang penting
seperti lapisan mitral anterior atau vena pulmonalis kanan atas. RA = atrium kanan, LA = atrium
kiri, Ao= akar aorta, RV = saluran keluar ventrikel kanan
14
Gambar 7. A. Gambaran CT Aksial ASD sinus venosus dengan anomali vena pulmonalis kanan
atas mengalir ke persimpangan SVC / RA . B. 3-D rekonstruksi dengan diberikan volume pada
kasus yang sama dilihat dari lateralis kanan dan proyeksi caudal. atrium kanan = RA, atrium kiri =
15
LA, LULPV = lobus atas vena pulmonalis kiri , RIPV = vena pulmonalis inferior kanan, Ao =
aorta, LAA = atrium kiri tambahan, PA = arteri pulmonalis, IVC = vena cava inferior.
3. MRI
Karena kemajuan di dunia teknologi, kardiovaskular MR (CMR) telah
berkembang pesat, terutama selama dekade terakhir ini. Dengan meningkatnya
prevalensi penyakit arteri koroner (CAD) dan gagal jantung, antusiasme untuk
penilaian jantung berbasis CMR menjadi dihargai. Dengan satu kali pemeriksaan,
struktur LV, perfusi, dan kelangsungan hidup dapat dievaluasi dengan tingkat
ketelitian yang tinggi sambil menghindari efek potensi berbahaya dari radiasi
pengion dan agen kontras nefrotoksik. Indikasi umum lain untuk CMR termasuk
pencitraan cardiomiopati, penyakit perikardial, penyakit katup jantung, penyakit
jantung bawaan, massa pada jantung, dan pembuluh darah paru.15
Umumnya lesi jantung bawaan termasuk shunts intracardiac, seperti atrium
septal defek
yang
saling
terkait,
di
mana
CMR
lebih
akurat
daripada
16
Gambar 8. Gambaran atrial Septal defek tipe sekundum (panah kiri) dan ventrikel septal
defek (panah kanan).
4.
Echocardiography
Echocardiography adalah dasar diagnosis pada kondisi ini. pencitraan dua-
dimensi akan menunjukkan defek dalam hampir semua kasus (Gambar 9.A). Tipe
defek secundum yang terbaik dilihat dari gambaran subkostal, yang menempatkan
septum interatrial pada sudut yang signifikan terhadap berkas pemeriksaan dan
mengurangi kemungkinan diagnosis artefactual yang positif palsu. Karakteristik
dilatasi dari ruang sisi kanan jantung baik terlihat dan dominasi volume overload
ventrikel kanan akan sering dilihat sebagai gerakan septum paradoxical. Ini
adalah gerakan anterior abnormal dari septum interventrikular selama sistole
ventricular (Gambar 9.B).16
Defek ostium primum (juga dikenal sebagai defek septum atrioventrikular
parsial) juga baik terlihat, seperti anatomi katup atrioventrikular. Defek sinus
venosus yang kurang umum lebih sulit untuk divisualisasikan, karena letaknya
tinggi pada atrium yaitu dekat muara vena kava superior. Studi transesophageal
sering digunakan menunjukkan lesi yang sulit ini. Semua studi dari ASD harus
disertai dengan pemeriksaan yang teliti yaitu memeriksa hubungan dari vena
pulmonal dan sistemik, karena ini sering abnormal.16
Studi doppler akan melengkapi informasi diagnostik. Pemetaan aliran warna
sangat membantu dalam diagnosis dari setiap defek dan anomali vena (Gambar
9.C). waktu akselerasi yang singkat dalam aliran arteri pulmonal kadang-kadang
bisa menunjukkan adanya hipertensi pulmonal, seperti kecepatan tinggi jet pada
regurgitasi trikuspid. Rasio aliran sistemik untuk paru dapat dihitung
menggunakan teknik dopler, tetapi ini sangat memakan waktu dan rentan terhadap
kesalahan. Sederhana dan lebih akurat penilaian dengan non invasif pada tingkat
shunting kiri ke kanan dapat dicapai dengan terlebih dahulu studi radionuklide
sebelumnya. Studi radionuklida sebelumnya juga membantu pada anak yang lebih
tua dengan kecurigaan ASD yang mana pencitraan subkostal bukan sebuah
diagnostik.16
Transthoracis echocardiography, kadang-kadang ditambah dengan
transesophageal, merupakan diagnostic dalam kebanyakan kasus. Shunt yang
17
C
Gambar 9. (A). Modifikasi apikal echocardiogram empat ruang dari pasien dengan ASD
secundum. Ruang sisi kanan jauh diperbesar. (B). M-Mode echocardiogram dari seorang pasien
18
dengan ASD dan volume overload pada ventrikel kanan. Ada gerakan paradoks dari Septum
interventriculare (tanda panah). (C). Studi aliran warna Doppler pada pasien dengan ASDs.
Mengalir melalui defek menuju katup tricuspid yang berwarna merah (arah transduser)
19
angiografi jantung kanan pada tahap laevo tetapi hanya tipe sinus venosus atau
vena yang berbentuk seperti pedang dapat divisualisasikan.17
Bedah penutupan paling sering dilakukan pada ASD (ASD sekundum) sekarang
telah
banyak
bukti
dilakukannya
echodiagnostic,
ini
untuk
20
Gambar TEE dalam tampilan axis pendek menunjukkan aorta (Ao), bagian dari
intra atrium septum (IAS) dan ASD. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir tidak ada
rim aorta (aorta rim botak). Bagian dari atrium kiri terlihat di bagian atas IAS
(tidak ditandai dalam gambar). Di bawah IAS, atrium kanan yang besar dapat
terlihat.18
21
pada berbagai lokasi. Gambaran klinis yang ditemukan secara garis besar dapat
dibedakan berdasarkan apakah sudah terjadi hipertensi pulmonal atau belum. Pada
kasus VSD tanpa hipertensi pulmonal, gejala klinis yang dominan adalah gejala
yang timbul akibat kurangnya perfusi ke perifer, sering bermanifestasi sebagai
keterlambatan pertumbuhan. Sedangkan jika sudah terjadi hipertensi pulmonal,
gejala klinis umumnya berkaitan dengan keadaan cyanotic yang timbul karena
adanya R-L Shunt. 1,3
Gambaran foto thorax : 1
1.Kebocoran yang sangat kecil.
22
Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal adalah penyempitan lubang antara ventrikel kanan dan
23
darah ke paru dan sisi kiri jantung berkurang jika stenosisnya parah sehingga
tekanan darah berkurang. Dapat terjadi gagal jantung kanan.7
Gambar 13. Foto thorax pada anak dengan stenosis katup pulmonal . Arteri pulmonal utama dan
arteri pulmonal kiri mengalami pelebaran, tetapi varkularisasi paru dalam batas normal.
Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal (HP) adalah tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mm
24
Gambaran foto thoraks yang khas berupa konus pulmonalis yang sangat
membonjol, hilus yang lebar,vaskularisasi paru yang meningkat sekitar hilus,
namun berkurang di perifer. Gambaran ini disebut pruning.19
Gambar 14. Foto thoraks pada perempuan dewasa dengan ASD dan hipertensi pulmonal severe.
Arteri pulmonal utama dan hilus arteri pulmonal sangat melebar, dengan redaman vaskular perifer.
2.10 Penatalaksanaan
Defek septum atrium harus ditututp dengan pembedahan pada usia sekolah
untuk mencegah hipertensi pulmonal.2
Indikasi penutupan ASD :
-
Pembesaran jantung pada thorax, dilatasi ventrikel kanan, kenaikan tekanan arteri
pulmonalis 50% atau kurang dari tekanan aorta, tanpa mempertimbangkan
keluhan. Prognosis penutupan ASD akan sangat baik dibanding dengan
pengobatan medikamentosa. Pada kelompok umur 40 tahun ke atas harus
dipertimbangkan terjadinya aritmia atrial, apalagi bila sebelumnya telah ditemui
adanya gangguan irama. Pada kelompok ini perlu dipertimbangkan ablasi per
25
sindrom Eisenmenger
Emboli paradoxical
Cardiac conduction defects (fibrilasi atrium, flutter)
Pada penderita ASD ini dapat terjadi gagal jantung kongestif , disaritmia