Bulletin Dir Tata Ruang Dan Pertanahan - BPPN - Edisi 2 Tahun 2014
Bulletin Dir Tata Ruang Dan Pertanahan - BPPN - Edisi 2 Tahun 2014
Rancangan Teknokratik (RT) RPJMN 2015 - 2019 Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan
Kajian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas
Pelindung
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan
Otonomi Daerah
Penanggung Jawab
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Pemimpin Redaksi
Santi Yulianti
Dewan Redaksi
Mia Amalia
Uke M. Hussein
Nana Apriyana
Rinella Tambunan
Editor
Gina Puspitasari
Astri Yulianti
Redaksi
Hernydawati
Aswicaksana
Raffli Noor
Idham Khalik
Cindie Ranotra
Riani Nurjanah
Octavia Rahma Mahdi
Chandrawulan Padmasari
Gita Nurrahmi
Dea Chintantya
Marhensa Aditya Hadi
Reza Nur Irhamsyah
Zaharatul Hasanah
Linggar Wahyusagara
Desain & Tata Letak
Dodi Rahadian
Indra Ade Saputra
Distribusi & Administrasi
Sylvia Krisnawati
Redha Sofiya
Pratiwi Khoiriyah
Alamat Redaksi
Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan, Kementerian PPN/
Bappenas
Jl. Taman Suropati No. 2
Gedung Madiun Lt. 3
Jakarta 10310
telp: 021 - 392 66 01
email: trp@bappenas.go.id
website: http://www.trp.or.id
Redaksi menerima kiriman tulisan/artikel dari
luar, Isi berkaitan dengan penataan ruang dan
pertanahan dan belum pernah dipublikasikan.
Panjang naskah tidak dibatasi.
Sertakan identitas diri, Redaksi berhak
mengeditnya.
Silakan kirim ke alamat di atas
dari redak-
edaulatan pangan menjadi salah satu misi Presiden Joko Widodo - Wakil
Presiden Jusuf Kalla untuk 5 tahun mendatang. Misi ini diturunkan ke
dalam program aksi, meliputi: perbaikan irigasi rusak dan jaringan irigasi di
3 Juta hektar sawah; 1 Juta hektar lahan sawah baru di luar Jawa; pendirian
Bank Petani dan UMKM; gudang dengan fasilitas pengolahan pasca panen
di tiap sentra produksi; serta pemulihan kualitas kesuburan lahan dan
penghentian konversi lahan produktif untuk usaha lain, seperti industri,
perumahan dan pertambangan. Harapannya, ini akan menjadi langkah
strategis untuk membuka jalan bagi Indonesia menuju Kemandirian Ekonomi.
Visi, misi, dan program aksi Jokowi JK menjadi acuan bagi Kementerian
PPN/Bappenas dalam menyusun RPJMN 2015 2019. Ini diwujudkan dalam
RPJMN 2015 2019 Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (SDA
LH), ketahanan pangan menjadi isu strategis yang akan diselesaikan 5 tahun
mendatang. Salah satu kebijakan dan strateginya adalah pengamanan lahan
padi beririgasi teknis. Ini menjadi kebijakan multisektor. Untuk bidang tata
ruang dan pertanahan, ini sangat relevan dengan upaya perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang ingin diintegrasikan ke dalam
rencana tata ruang.
Tidak salah kiranya, Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Edisi II Tahun 2014
mengangkat tema Pengelolaan Ruang untuk Ketahanan Pangan. Untuk
menjawab isu ketahanan pangan, rubrik wawancara kali ini menghadirkan
Dr. Rr. Endah Murniningtyas, MSc, Deputi Bidang SDA LH, Kementerian
PPN/Bappenas. Wawancana ini menarik untuk disimak karena secara lugas,
beliau memberikan solusi praktis atas sulitnya pelaksanaan amanat Undang
Undang No. 41 Tahun 2014 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Seperti kita tahu, pangan tidak hanya berasal dari darat, tapi juga laut. Buletin
kali ini mencoba mengupas isu pangan secara komprehensif dengan juga
menggali fungsi laut sebagai penyokong kedaulatan pangan. Pembahasan ini
dikupas secara mendalam oleh Dr. Subandono Diposaptono, M.Eng., Direktur
Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Rubrik Ringkas Buku, Koordinasi dan Kajian edisi kali ini, diisi dengan
materi Mendengarkan Kota, Penyusunan Laporan BKPRN dan Buku Profil
Pertanahan, serta Rancangan Teknokratik RPJMN 2015 2019 Bidang Tata
Ruang dan Pertanahan. Tidak lupa sosialisasi peraturan bidang tata ruang
dan pertanahan, serta berbagai kegiatan penting yang telah dilakukan sejak
pertengahan Tahun 2014 sampai dengan akhir Tahun 2014 tetap kami
hadirkan.
Selamat Membaca!
daftar isi
2
Rancangan Teknokratik (RT) RPJMN 2015 - 2019 Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan
Kajian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas
11
14
daftar isi
10
koordinasi TRP
15
sosialisasi peraturan
19
dalam berita
25
ringkas buku
wawancara
etahanan pangan masih menjadi isu global. Di Indonesia, bukan hanya permasalahan peningkatan daya saing nasional dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, tapi juga pemenuhan hak dasar atas pangan dan gizi menjadi problematika
tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Dalam RPJMN 2015 2019, masalah ketersediaan pangan, distribusi, akses, dan pemenuhan
kebutuhan konsumsi masyarakat akan diselesaikan. Menarik untuk digali lebih dalam, tentang strategi untuk mengatasi masalah
ketersediaan pangan dengan pengamanan lahan padi beririgasi teknis. Berikut hasil wawancara redaksi bersama Dr. Ir. Rr. Endah
Murniningtyas, M.Sc, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas.
Umum
menurunkan polusinya.
Sumber: http://www.portalkbr.com
elevated.
Tidak hanya masalah lingkungan, tapi juga bagaimana menata
air. Di dalam RTRW, tata air penting karena berkaitan dengan
kualitas lingkungan dan ketersediaan air agar wilayah penghijauan
cukup dan masyarakat dapat menghirup udara segar. Di Jakarta,
sebagian orang menggunakan masker, apa artinya?. Maka, sangat
penting bagi Bappenas untuk melakukan perhitungan, untuk ukuran
Indonesia, berapa pantasnya jumlah penduduk?, berapa luasan
lahan budidaya yang sudah dikurangi daerah hijau dan konservasi
air, dan dimasukan ke dalam RTRW. Kalau dapat diketahui
batas tersebut, maka tidak perlu dilakukan ekstensifikasi terus
menerus. Meskipun di dalam RPJMN 2015 2019, belum hingga
menentukan batas luasan maksimal, tapi kita sudah mencantumkan
isu ketahanan air.
Sumber: http://www.panoramio.com
kajian
ndang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menyebutkan bahwa Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sehubungan dengan amanat UU tersebut dan akan berakhirnya dokumen RPJMN 2010-2014,
maka disusun Dokumen Rancangan Teknokratik (RT) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
sebagai rancangan arahan pembangunan jangka menengah nasional, sebelum disahkan menjadi RPJMN Tahun 2015-2019. Kajian ini
berisi RT RPJMN Tahun 2015-2019 untuk bidang tata ruang dan pertanahan.
Proses penyusunan dokumen RT RPJMN 2015-2019 bidang tata
ruang dan pertanahan, mengikuti alur berikut, yaitu: (i) tinjauan
amanat RPJPN 2005 2025; (ii) mengevaluasi sekaligus mengukur
capaian RPJMN 2010 2014 bidang tata ruang dan pertanahan;
(iii) menganalisis permasalahan serta tantangan ke depan; (iv)
merumuskan isu strategis; dan (v) merumuskan usulan kebijakan
RPJMN 2015-2019 bidang tata ruang dan pertanahan.
Proses Penyusunan RT RPJMN 2015 - 2019
Sesuai amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional. Dalam rentang waktu lima tahun, yang
merupakan periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), RPJPN memberikan kata kunci dalam
mengarahkan pembangunan Bidang Tata Ruang untuk setiap
periode perencanaan jangka menengah.
Kata kunci untuk periode RPJMN 2015-2019 adalah kapasitas
kelembagaan penataan ruang yang mantap dan ketersediaan
infrastruktur yang sesuai rencana tata ruang. Kelembagaan dapat
diartikan secara luas sebagai kaidah formal maupun informal yang
mengatur perilaku seseorang. Dengan demikian, kelembagaan
tidak terbatas pada organisasi dan sumberdaya manusia saja,
namun mencakup pula pedoman, sistem informasi dan manajemen.
Adapun penyediaan infrastruktur yang sesuai rencana tata ruang
adalah konsekuensi logis dari diacunya rencana tata ruang dalam
pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh berbagai sektor.
Untuk Bidang Pertanahan, UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dan
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (UUPA) mengamanatkan pemanfaatan bumi, air, dan
ruang angkasa termasuk kekayaan yang terkandung didalamnya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini secara lebih
teknis dijabarkan dalam perencanaan pembangunan nasional
sebagaimana diatur dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
Untuk bidang pertanahan, secara khusus dijabarkan dalam Misi
penataan ruang.
Sementara, untuk Bidang Pertanahan tahun 2015-2019, arah
kebijakan dan strategi untuk memenuhi keenam sasaran bidang,
sebagai berikut:
1. Membangun sistem pendaftaran tanah publikasi positif dalam
rangka menjamin kepastian hukum hak atas tanah. Kebijakan
tersebut dicapai dengan strategi meliputi sebagai berikut: (i)
Percepatan Cakupan Peta Dasar Pertanahan dan Cakupan
Bidang Tanah Bersertipikat; (ii) Publikasi Tata Batas Kawasan
Hutan Pada Skala Pendaftaran Tanah (Kadastral, 1:5.000); dan
(iii) Sosialisasi peraturan perundangan penetapan tanah adat/
ulayat
2. Reforma agraria melalui redistribusi tanah, pemberian tanah
dan bantuan pemberdayaan masyarakat. Redistribusi tanah
dilakukan dengan memberikan hak atas tanah kepada
masyarakat yang tidak memiliki tanah. Kebijakan redistribusi
tanah tersebut perlu disempurnakan dan dilengkapi dengan
pemberdayaan masyarakat (access reform) melalui upaya
mengoordinasikan dan menghubungkan kepada sumber-sumber
ekonomi produktif sehingga dapat lebih berkontribusi secara
nasional dalam mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kebijakan
tersebut dicapai dengan strategi sebagai berikut: (i) Inventarisasi
Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
(P4T), (ii) Penetapan tanah terlantar; (iii) Identifikasi bidang tanah
yang diredistribusi; dan (iv) Identifikasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat
3. Pencadangan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum. Negara memiliki kewenangan untuk melakukan
pencadangan tanah yang akan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Dalam pelaksanaannya pencadangan
tanah oleh negara tidak terikat waktu untuk melakukan
pemanfaatan pada bidang-bidang tanah yang dikuasai.
Kebijakan tersebut dicapai dengan strategi penyiapan regulasi
pembentukan lembaga bank tanah.
4. Pencapaian proporsi kompetensi SDM ideal bidang pertanahan.
Pelayanan pertanahan memerlukan kompetensi sumber
daya manusia yang ideal baik kuantitas maupun kualitas
dengan komposisi yang ideal terutama ketersediaan juru ukur
sebagai ujung tombak di lapangan. Dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara yang terbatas dan kebijakan
organisasi birokrasi yang efektif dan efisien perlu disusun
kebijakan penerimaan PNS baru. Kebijakan tersebut dicapai
dengan strategi perbaikan proporsi penerimaan SDM juru ukur
pertanahan melalui penerimaan PNS BPN yang terencana.
Sumber: http://www.jasamengurustanah.com
Koordinasi
10
artikel
ndonesia merupakan negara maritim yang kaya akan potensi sumber daya hayati yang dapat dijadikan sebagai alternatif pangan bagi
masyarakat. Pengelolaan sumber daya laut menjadi sangat penting dan sepatutnya dikelola secara berkelanjutan. Salah satu instrumen
pengelolaan ruang wilayah laut adalah melalui RZWP-3-K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil) yang diharapkan
menjadi acuan pengelolaan sumber daya laut guna mencapai Ketahanan Pangan. Artikel ini akan membahas lebih dalam bagaimana
implementasi RZWP3K dalam mempertahankan keberlanjutan sumber daya pangan perikanan di laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
Pidato Presiden Joko Widodo saat MPR melantiknya menjadi
Presiden ke-7 RI pada 20 Okober 2014 di Jakarta, sangat
menggugah kesadaran kita sebagai bangsa maritim. Pidato itu
menekankan pembangunan kemaritiman akan menjadi salah satu
prioritas kabinetnya selama 5 tahun ke depan. Kalau selama ini
kita memunggungi laut, sudah saatnya perhatian dialihkan ke sana.
Samudra, laut, selat, dan teluk akan kita kelola demi kemakmuran
rakyat. Kita bertekad akan menjadi poros maritim dunia.
Tekad Presiden tersebut tidaklah berlebihan, bahkan dapat menjadi
sebuah keniscayaan. Apalagi Indonesia memiliki keunggulan
komparatif berupa sumber daya laut berlimpah yang tidak dimiliki
bangsa lain. Mari kita lihat sekilas kekayaan tersebut. Wilayah
laut kita sangat luas, sekitar 5,8 juta km2 (termasuk ZEE) yang
merupakan dari total wilayah Indonesia. Indonesia juga punya
17.504 pulau dengan garis pantainya sepanjang 95.181 km. Fakta
ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim dan
kepulauan terbesar di dunia.
Tak hanya itu saja. Di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
Indonesia terkandung kekayaan alam yang sangat besar. Kita
mempunyai sumber daya alam hayati (ikan, terumbu karang,
padang lamun, bakau, serta biota laut) dan non hayati (pasir, air
laut, mineral dasar laut, serta energi) yang tiada tara. Sebagian
dari sumber daya tersebut memiliki potensi dalam menyediakan
kebutuhan pangan bukan hanya untuk Indonesia. Lebih dari itu, jika
potensi ini dikelola secara serius dan sungguh-sunguh, kita mampu
memberi pangan kepada penduduk dunia. Ini penting mengingat
saat ini dan di masa depan, kebutuhan pangan dunia semakin
besar.
Saat ini saja ada sekitar 9 miliar penduduk dunia. Seiring dengan
pertambahan penduduk maka pada tahun 2050 kebutuhan pangan
dunia meningkat 70 persen. Tak terkecuali Indonesia, dengan
jumlah penduduk sekitar 350 juta orang tentu akan memerlukan
pangan yang tidak sedikit. Hal ini akan menjadi bencana pangan
jika tidak diantisipasi dari sekarang. Mengandalkan pangan dari
daratan, tampaknya sangat sulit dicapai. Apalagi laju konversi
lahan pertanian ke non pertanian (seperti perumahan, industri,
perkantoran, jalan tol, dan lain-lain) kian tinggi. Efek domino pun
terjadi. Pangan semakin sulit didapat. Hukum pasar pun berlaku,
tatkala suplai tak sebanding dengan permintaan maka yang terjadi
harga komoditas tersebut mengalami kenaikan.
Berdasarkan penelitian LIPI, laut Indonesia memiliki setidaknya 529
biota yang berpotensi untuk mendukung ketahanan pangan. Negara
mana yang bisa menandingi kekayaan laut semacam ini? Secara
kualitatif, produk perikanan dapat diandalkan. Menurut laporan Food
and Agriculture Organization (FAO), produk perikanan merupakan
sumber protein hewani yang universal, tidak menimbulkan penyakit,
11
12
tahukah anda
13
Lebih Dekat
14
landspatial bappenas on
Pada bulan Mei 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas melakukan penjaringan data dan informasi mengenai
pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Ternate.
Penjaringan data dan informasi dilaksanakan melalui kunjungan
lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) bersama perwakilan
Kelompok Kerja (Pokja) penyusun RZWP-3-K, BKPRD, serta instansi
lain terkait. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda BKPRN
yaitu fasilitasi akselerasi penyelesaian penetapan Peraturan Daerah
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Perda
RZWP-3-K).
Sosialisasi Peraturan
kawasan Borobudur.
Arahan peraturan zonasi pada kawasan Borobudur dibagi 2 (dua),
yaitu: (1) arahan peraturan zonasi untuk pengembangan cagar
budaya pada Sub Kawasan Pelestarian 1 (SP-1); dan (2) arahan
peraturan zonasi untuk pengembangan cagar budaya pada Sub
Kawasan Pelestarian 2 (SP-2). Dasar dari arahan peraturan zonasi
ini adalah hirarki tingkatan pelestarian kawasan dan pengendalian
bentang pandang. Lebih rinci mengenai arahan peraturan zonasi
pada dua Sub Kawasan ini dijelaskan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1 Arah Peraturan Zonasi Pada SP - 1
SP-2
Fungsi: situs sejarah,
pertanian, sempadan,
permukiman
SP - 2
SP - 1
SP - 2
SP-1
Fungsi: situs cagar
budaya, pertanian,
permukiman
15
16
TES
Jalur Evakuasi
Bangunan Sabo
17
Keterangan:
UBUD
Fungsi: Pariwisata, Pertanian
GIANYAR
Fungsi: perumahan,
perdagangan jasa nasional,
pertanian, pariwisata
TABANAN
Fungsi: perumahan,
perdagangan jasa nasional,
pertanian, pariwisata
MANGAPURA
Fungsi: pariwisata,
pertanian,
perdagangan jasa
nasional,
pertanian,
pariwisata
JIMBARAN
Fungsi: perumahan, pertanian,
pariwisata, perlindungan setempat,
suaka dan pelestarian alam, dan
cagar budaya
SUKAWATI
Fungsi: pertanian,
pariwisata, sosial budaya
DENPASAR, KUTA
Fungsi: perumahan,
perdagangan jasa
internasional, transportasi,
industri pariwisata
Zona P
18
kliping berita
Juli - Desember 2014
i awal Juli 2014, kota menjadi perbincangan yang serius sehingga KOMPAS menerbitkan edisi khusus yang membahas mengenai
berbagai kota di Indonesia, dari kota wisata, kota kuliner, kota perbatasan, kota animasi hingga kota-kota yang kehilangan pamornya
sebagai kota wisata. Lebih lanjut, sesuai dengan visi misi Presiden terpilih, Jokowi-JK, masalah agraria masuk dalam salah satu agenda
strategis. Janji Jokowi-JK membagikan tanah seluas 9 juta hektar dan meningkatkan kepemilikan lahan petani gurem hendaknya diletakkan
dalam kerangka program reforma agraria. Jokowi-JK juga hendaknya mengoordinasikan kementerian terkait, menyelesaikan konflik agraria,
serta melaksanakan penataan pemilikan dan penguasaan tanah, termasuk 9 juta hektar yang dijanjikan. Berikut beberapa ringkasan berita
seputar tata ruang dan pertanahan.
JULI
Menurut data Kemenpera, berdasarkan sensus tahun 2010,
kekurangan rumah rakyat (backlog) di Indonesia mencapai 13,6 juta
unit. Perlu sedikitnya 20 tahun untuk memenuhi backlog tersebut.
Itu pun di luar peningkatan kebutuhan rumah setiap tahun setelah
tahun 2010. Ketidakhadiran negara mengakibatkan maraknya
komunitas berpagar yang menempatkan pengembang sebagai
pemegang kekuasaan yang nyaris absolut. Proses dinamika sosial
di komunitas berpagar sehingga mereka kembali ke komunitas yang
inklusif memakan waktu lama. Di sisi lain, dampak sosial akibat
keberadaan komunitas-komunitas berpagar ini telah berdampak
luas. Kota menjadi terkotak-kotak. Pertumbuhan ekonomi terpusat
pada kelas menengah ke atas, sementara kelas bawah tetap sulit
mengakses semua fasilitas yang ada. (Kompas, 30 Juni 2014)
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Pekalongan, Jawa Tengah,
menargetkan pembuatan sertifikat 500 bidang tanah melalui
proyek operasi nasional agraria 2015. Kepala Seksi Pengendalian
dan Pemberdayaan BPN Kota Pekalongan, Sanyoto di Pekalongan,
Selasa, mengatakan bahwa ratusan bidang tanah program
prona tersebut tersebar pada 47 kelurahan di empat kecamatan.
Menurutnya, BPN menargetkan program legalisasi aset lintas
sektor yang mencapai 200 bidang sertifikasi tanah selesai pada
2015. Pada kesempatan itu, ia mengatakan pada 2014 BPN siap
membagikan sebanyak 275 sertifikat program nasional atau prona
pada 11 kelurahan. (Antara Jateng, 01 Juli 2014)
AGUSTUS
Penyediaan bank tanah oleh pemerintah untuk perumahan rakyat
tidak bermanfaat dalam mempercepat pemenuhan kebutuhan
rumah rakyat. Pengembang berperan menyediakan rumah rakyat
sepanjang pemerintah memberi kemudahan izin dan dukungan
regulasi. Kekurangan rumah di seluruh Indonesia saat ini
menembus 15 juta unit. Setiap tahun kebutuhan rumah bertambah
800.000 unit, sedangkan pasokan rumah baru dari pengembang
rata-rata 200.000 unit per tahun. Harga rumah yang terus
meningkat kian sulit dijangkau masyarakat, khususnya di perkotaan.
(Kompas, 18 Agustus 2014)
Berbagai peraturan tentang tata ruang di kawasan Danau
Toba, Sumatera Utara, perlu disinkronkan untuk memperlancar
pembentukan Taman Bumi Kaldera Toba. Ini penting agar tata ruang
di kawasan itu tidak tumpang tindih, apalagi baru keluar Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Tata Ruang Kawasan
Strategis Nasional Danau Toba. (Kompas, 21 Agustus 2014)
Pulau Kiluan di kabupaten Tanggamus, Lampung, ditawarkan
dijual secara daring di situs www.privateislandsonline.com. Obyek
19
OKTOBER
Koalisi Peduli Hutan Aceh dan sejumlah organisasi lingkungan di
Aceh menyiapkan materi keberatan atas Peraturan Daerah atau
Qanun Nomor 19 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Aceh. Perda itu dinilai mengesampingkan keberadaan Kawasan
Ekosistem Leuser yang diakui berbagai perundangan. Perda
RTRW Aceh tak menyebut Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang
diamanatkan sebagai kawasan strategis nasional sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Penyebutan KEL tercantum pada Lampiran X PP
No 26/2008. (Kompas, 02 Oktober 2014)
Tanggul laut raksasa akan mulai dibangun Kamis (9/10) besok.
Pengerjaan ini diawali dengan membangun tanggul tipe A
sepanjang 32 kilometer dari barat hingga timur pesisir utara
Jakarta. Proyek tanggul ini ditargetkan rampung dalam waktu tiga
tahun. Tanggul tipe A bagian dari megaproyek tanggul laut raksasa
yang disebut juga sebagai proyek Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu
Kota Negara atau National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD). NCICD tipe A merupakan bagian dari proyek NCICD yang
mencakup peninggian dan penguatan tanggul laut di pantai utara
sepanjang 32 kilometer dan pemasangan stasiun pompa. Pemprov
DKI Jakarta mendapat bagian membangun 8 kilometer. Alokasi
dana yang disiapkan sebanyak Rp 1,6 triliun dari dana APBD 2015.
(Kompas, 08 Oktober 2014).
Sejumlah pihak mempertanyakan keberadaan dokumen lingkungan
proyek pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta. Penanggung
jawab proyek diminta membuka kepada publik untuk diuji
dampaknya oleh masyarakat. Pembangunan tanggul bagian dari
Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara (NCICD) masih
menyisakan banyak pertanyaan. Contohnya, kondisi subduksi atau
penurunan muka tanah di utara Jakarta serta pengaruh perubahan
iklim atas kenaikan muka air laut. Ahli kelautan Institut Teknologi
Bandung, Muslim Muin, menilai megaproyek tersebut lebih pada
keputusan politis, bukan teknis. Secara teknis proyek ini tidak
masuk akal. Padahal, biayanya sangat besar, termasuk operasional
yang harus ditanggung negara setiap tahunnya. Belum lagi bicara
dampak, katanya. (Kompas, 11 Oktober 2014).
NOVEMBER
Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan,
mengatakan mulai awal November layanan pertanahan akan tetap
buka pada akhir pekan. Ferry menjelaskan, petugas BPN yang
mendapat tugas melayani masyarakat pada akhir pekan, dapat
mengganti liburnya pada Senin-Jumat. Ini salah satu langkah
untuk meningkatkan pelayanan pertanahan. Pelayanan ini akan
terus ditingkatkan, jelas dia. Ferry mengharapkan melalui layanan
itu, bisa memudahkan masyarakat di perkotaan mengurus surat-
20
DESEMBER
Ekspedisi Lengguru 2014 menemukan 1.400 spesimen yang
menunjukkan alam Papua Barat menyimpan kekayaan hayati
sangat tinggi. Di tengah potensi itu, ekosistem Lengguru terancam
alih fungsi lahan untuk tambang dan perkebunan monokultur.
Lengguru di Kaimana, Papua Barat, merupakan formasi masif karst
terbesar dan kompleks di Pulau Niugini. Daerah yang terbentuk dari
tumbukan lempeng tektonik Australia dan Pasifik itu membentuk
kehidupan khas. (Kompas, 02 Desember 2014)
Sebanyak 65 masyarakat suku Anak Dalam asal Jambi
mendatangi Jakarta dengan berjalan kaki. Aksi itu untuk menuntut
pengembalian lahan hutan seluas 3.550 hektar milik mereka di
Kabupaten Batanghari, Jambi. Sejak 1986, lahan hutan tersebut
telah menjadi rebutan antara masyarakat adat dan perusahaan
kelapa sawit asing, PT Asiatic Persada. Perusahaan tersebut
dianggap telah merampas hak lahan masyarakat adat dengan
menjadikan lahan masyarakat bagian dari perkebunan sawit.
Padahal, di lahan itu masyarakat tidak hanya tinggal, tetapi juga
bercocok tanam. (Kompas, 03 Desember 2014) [ay]
Untuk membaca lebih lengkap seluruh berita-berita tersebut,
silakan mengunjungi website kami di www.tataruangpertanahan.
com dan bergabung di milis Tata Ruang dan Pertanahan
http://groups.google.com/group/tata-ruang-dan-pertanahan.
eringatan Hari Tata Ruang Nasional yang jatuh pada 8 November secara rutin diperingati sejak tahun 2008. Presiden menetapkan 8
November sebagai Hari Tata Ruang Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 2013 tentang Hari Tata Ruang
Nasional. Aspek penataan ruang di Indonesia telah memiliki piranti regulasi yang memadai dengan adanya UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Melalui undang - undang tersebut, pemerintah berupaya mendorong pemanfaatan ruang di Indonesia sesuai
dengan kapasitas dan daya dukungnya. Peringatan hari tata ruang ini menunjukan wujud komitmen negara untuk secara terus menerus
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat di bidang penataan ruang.
Hingga 2014, peringatan Hari Tata Ruang Nasional telah
diselenggarakan sebanyak 7 (tujuh) kali. Tema yang diusung setiap
tahunnya berbeda beda yang pada intinya ingin menunjukkan
isu - isu penataan ruang yang sedang hangat pada masa itu.
Peringatan Hari Tata Ruang kembali digelar pada tanggal 9
November 2014 di Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah,
Jakarta. Tema yang diusung adalah Penataan Ruang yang
Partisipatif dan Berkeadilan. Yang dimaksudkan agar masyarakat
lebih terlibat dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik
perencanaan, pemanfaatan, hingga pengendalian pemanfaatan
ruang.
Deklarasi Pelopor Penataan Ruang pada kegiatan Puncak Peringatan Hari Tata Ruang
Nasional Tahun 2014 di TMII, Jakarta (9/11).
Sumber: Dokumentasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.
Talkshow Penataan Ruang di RRI Pro 3 FM bersama Ir. Oswar Mungkasa (kiri) dan Dedy Permadi (kanan).
Sumber: Dokumentasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.
tahukah anda
Pemberian Penghargaan kepada Juara Lomba Komik yang diserahkan oleh Direktur Tata
Ruang dan Pertanahan, ir. Oswar Mungkasa, MURP, pada kegiatan Puncak Peringatan
Hari Tata Ruang Nasional Tahun 2014 di TMII, Jakarta (9/11).
Sumber: Dokumentasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.
21
Menteri Dalam Negeri KIB II, Gamawan Fauzi, memberikan sambutan pada Rapat
Kerja Regional BKPRN di Surabaya. Sumber: Dokumentasi Dit. TRP
22
Ir. Budi Situmorang (kiri) memandu sidang pleno pada Rapat Kerja Regional BKPRN
didampingi Imron Bulkin, Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
sebagai narasumber (tengah). Sumber: dokumentasi Dit. TRP
Keterangan:
A
23
www.tataruangpertanahan.com
24
Ringkas Buku
Mendengarkan Kota:
uku ini disusun berdasarkan kajian dan penelitian tentang partisipasi publik dalam pengelolaan ruang kota dan hak masyarakat
miskin atas kota yang dilakukan Institute for Ecosos Rights sepanjang bulan Oktober 2006 sampai Mei 2007. Bangkok dipilih sebagai
pembanding dengan pertimbangan bahwa dalam banyak hal Bangkok menghadapi masalah serupa dengan Jakarta. Namun dalam banyak
hal pula Bangkok telah mengalami kemajuan, khususnya dalam mengatasi masalah komunitas miskinnya. Beberapa perbedaan signifikan,
kota Bangkok memiliki banyak ruang publik yang memungkinkan persinggungan antarkelompok sosial ekonomi masyarakat yang berbeda,
diperhitungkannya ruang bagi keberadaan masyarakat miskin kota, dan tersedianya ruang yang memungkinkan terjadinya negosiasi dalam
mengelola dan memanfaatkan ruang kota.
Banyak hal menarik dalam buku ini yang dapat disadur khususnya
berupa pembelajaran dari kota Bangkok. Pemerintah kota Bangkok
merumuskan rencana pembangunan kota yang terbuka terhadap
terobosan pendekatan, tidak legalistik, dan mengedepankan
negosiasi dengan membangun jaringan, baik antarwarga miskin
kota, antarkomunitas, dan antara komunitas dengan organisasi
pembangunan lainnya. Adanya pengakuan hak komunitas miskin
sebagai aktor yang memiliki andil besar bagi pengembangan kota
didukung dengan penyediaan tunjangan sosial yang memadai
dan fasilitasi untuk berkembangnya kualitas hidup masyarakat
sesuai kebutuhan dasar, khususnya untuk masyarakat miskin.
Komunitas miskin yang telah mengorganisir diri dan mendaftarkan
komunitasnya pada pihak pemerintah kota Bangkok akan
memperoleh status sebagai komunitas formal. Dengan status
formal ini, komunitas akan mendapat fasilitas dalam bentuk
dana bantuan bagi pengembangan komunitas. Selain itu, di kota
Bangkok, komunitas miskin mendapat dukungan luas dari lembaga
swadaya masyarakat (LSM), akademisi dan kelompok profesi.
Dalam menangani persoalan komunitas miskin di Thailand,
dibentuk Community Organizations and Development Institute
(CODI) yang berada dibawah the Ministry of Social Development
and Human Security. CODI beranggotakan berbagai pemangku
kepentingan yaitu pemerintah, LSM dan pemimpin lokal komunitas
miskin. Statusnya sebagai organisasi publik adalah memberikan
keleluasaan yang lebih besar untuk kolaborasi antara berbagai
komunitas dalam mencari bentuk pembiayaan informal yang
cocok bagi warga miskin kota. Fokusnya bukan hanya mengatasi
masalah kemiskinan tetapi juga bagaimana membuat komunitas
miskin bisa menjadi subyek dalam pembangunan sesuai dengan
aspirasi mereka melalui berbagai pendekatan berbasis komunitas
yang disesuaikan dengan konteks masalahnya. CODI membantu
masyarakat dengan memasilitasi mereka untuk mengidentifikasi
sendiri permasalahan mereka dan meningkatkan batas kemampuan
komunitas dalam memperbaiki kondisi hidup mereka. Salah satu
contohnya adalah kegiatan simpan pinjam berbasis komunitas.
Melalui kegiatan simpan pinjam, komunitas secara bertahap bisa
belajar untuk meningkatkan kapasitas manajerial, kepercayaan
diri dan proses pengembangan diri secara menyeluruh yang akan
memperkuat komunitas dalam bekerja sama.
Contoh lainnya adalah program perbaikan permukiman kumuh
melalui Baan Mankong (Rumah Aman), dengan harapan bahwa
warga miskin kota dapat berpikir dan mengorganisir diri dalam
melakukan sesuatu untuk mereka sendiri. Sebagai subyek
pembangunan, komunitas miskin merancang sendiri rencana dan
25
26