Anda di halaman 1dari 14

Fasciitis

plantaris

kronis:

fasciotomi

plantaris versus resesi gastrcnemius

Abstrak

evaluasi

Tujuan Tujuan dari studi ini adalan


untuk membandingkan hasil dari
fasciotomi

proksimal

parsial/partial

proximal

yang

berbeda

(VAS,

Likert, AOFASh) digunakan dalam


mengevaluasi hasil.
Hasil fasciotomi plantaris memiliki
hasil

yang

memuaskan

hanya

fasciotomy (PPF) dengan resesi

pada 60% dari kelompok pasien,

gastrocnemius

medial

dengan

proximal/proximal

medial

dibutuhkan untuk kembali bekerja

gastrocnemius

release

(PMGR)

penanganan

pada

sebagai
fasciitis

plantaris

rata-rata

waktu

yang

kronis/chronic

plantar faciitis (CPF)


Metode

Studi

retrospektif

membandingkan
dengan

CPF

ini

30

pasien

yang

melalui

prosedur PPF dengan 30 pasien


yang

melalui

PMGR

terisolasi.

Kedua kelompok disamaratakan


dalam hal riwayat pengobatan
sebelumnya
antara

dan

onset

rentan
gejala

waktu
dengan

tindakan operasi. Standar skala

dan berolahraga adalah sepuluh


minggu. Kepuasan pasien pada
kelompok PMGR mencapai 95%,
dengan

hanya

membutuhkan

waktu sekitar tiga minggu untuk


kembali bekerja dan berolahraga.

Pada PMGR, tercatat bahwa skor

sebagai tatalaksana dari faciitis

nyeri

plantaris, namun masih sedikit

dan

skor

cenderung

fungsional

lebih

baik

dan

studi

kontol-acak/randomized

komplikasi yang ditemukan lebih

controlled trials yang berkualitas

sedikit

tinggi yang telah dilakukan untuk

Kesimpulan Pada penelitian kami,


PMGR

terisolasi

merupakan

prosedur

yang

sederhana

dapat

diandalkan

dan

sebagai

pengobatan pada pasien dengan


CPF. Prosedur ini menyediakan
hasil

yang

jauh

lebih

baik

dibandingkan

dengan

fsiotomi

konvensional

dengan

tingkat

morbiditas yang lebih rendah dan


kepuasan

pasien

yang

lebih

tinggi, sehingga menjadi prosedur


operasi pilihan kami pada CPF

mendukung

terapi-terapi

ini.

Fasciitis plantaris kronis sendiri


merupakan sebuah penyakit selflimiting yang memberikan respon
pada pengobatan konserfatif pada
hampir

90%

pasien

sembilan

bulan

gejala.

Saat

dalam

sejak

onset

tatalaksana

konserfatif tersebut gagal, PPF


menjadi prosedur operasi yang
paling umum dilakukan. Namum
tingkat keberhasilan dari PPF ini
sangat bervariasi.

rekalsitrant.

Perubahan pada biomekanik


tungkai

Pendahuluan

dan

kaki

dapat

memainkan peran penting pada

Fasciitis

plantaris

patogenesis faciitis plantaris. Otot

merupakan kelaianan yang umum

gastrocnemius yang berdempetan

pada kaki yang ditangani oleh ahli

dapat

bedah ortopedi dan prevalensinya

lutut-dorsofleksi

mencakup populasi olahragawan

kaki secara penuh pada akhir

maupun non-olahragawan.

tahap

Penyebab
faciitis

spesifik

plnataeis

diketahui
multifaktor.
intervensi

dengan

masih
jelas

Berbagai
telah

dari
belum
dan

tindakan

dikemukakan

menghalangi

kedua

ekstensi

pergelangan
model

berjalan

(second rocker of gait). Risiko dari


berkembangnya

CPF

nampak

meningkat pada pasien dengan


penurunan
pergelangan kaki.

dorsofleksi

Berdasarkan
kami,

pengalaman

mayoritas

pasien

yang

Indikasi

untuk

intervensi

mendapat

pembedahan

adalah

menderita CPF memiliki isolated

nyeri nonremitten selama lebih

gastrocnemius

Sejak

dari sembilan bulan dan gagalnya

melakukan

penanganan non-bedah. Kriteria

2009,

kami

tightness.
telah

pelepasan

isolasi

dari

eksklusi

merupakan

adanya

gastrocnemius medial proksimal

penyakit inflamasi sistemik, dan

untuk mengobati CPF rekalsitrant.

kecurigaan

Sebuah

studi

retrospektif

Populasi studi terdiri atas:

dari PMGR dalam pengobatan CPF


dan

untuk

membandingkan hasilnya dengan


hasil

dari

fasciotomi

plantaris

parsial. Sepengetahuan kami, ini


merupakan laporan pertama yang
membandingkan

PPF

dengan

PMGR.

secara

Kelompok 1: 30 pasien yang


melalui

PPF;

umur

rata-rata

adalah 42 tahun (jangkauan, 2261 tahun), 18 lakilaki dan 12


perempuan, dan durasi dari gejala
adalah tiga-belas bulan rata-rata
(jangkauan, 9-62 bulan)
Kelompok 2: 30 pasien yang

Material dan Metode


Kami

tibialis

posterior atau neuropati Baxter.

didesain untuk menilai keefektifan


rekalsitrant,

adanya

melalui

PMGR;

umur

rata-rata

retrospektif

adalah 44 tahun (jangkauan, 21-

mengulas 60 pasien yang telah

63 tahun), 16 lakilaki dan 14

melalui operasi untuk CPF dalam

perempuan, dan durasi dari gejala

kurun waktu empat tahun. Tiga-

adalah empat-belas bulan rata-

puluh

rata (jangkauan, 10-64 bulan)

pasien

masing-masing

dimasukkan ke dalam kelompok


yang melalui prosedur PPF dan
prosedur PMGR.

secara

terdapat

kedua
riwayat

konserfatif

Diagnosis fasciitis plantaris


didapati

Pada

klinis,

namun

semua pasien memiliki hasil foto


ankle dan plantar, Xray dan MRI.

kelompok,
pengobatan
sebelumnya.

Semuanya telah melakukan uji


darah

untuk

memastikan

tidaknya penyakit inflamasi.

ada-

Gastrocnemius
dinilai

secara

menggunakan

tightness

minggu keempat, minggu kedua-

dengan

belas, bulan keenam, dan bulan

klinis
tes

Silfverskild.

Dengan

pemeriksa

mempertahankan kaki pada posisi


inversi

total

potensi

(untuk

mencegah

dorsofleksi

pada

persendian midtarsalis) kamudian


lutut difleksi dan ekstensikan. Jika
dorsofleksi pergelangan kaki tidak
mengalami

perubahan

pada

seluruh ruang gerak lutut, maka


terdapat tightness pada tendon
achilles. Jika batas lateral dari
kaki

kedua-belas.

tidak

dapat

melakukan

plantigrad terhadap batas dari

Variabel lain juga dianalisis:


kemampuan

untuk

melakukan

plantigrad peopang berat dengan


nyaman

secara

otonom

post

operasi, kekuatan betis, waktu


yang

dibutuhkan

mengalami

untuk

perbaiakan

dalam

keadaan pre-operasi, untuk dapat


memaki

sepatu

kembali,

dan

konvensional

untuk

kembali

bekerja dan berolahraga.


Penialaian

subjektif

dari

pasien

termasuk

keadaan ekstensi, maka terdapat

pasien,

rekomendasi

gastrocnemius yang pendek.

teman, dan kemungkinan untuk

fibula

pada

saat

Tingkat
dengan

lutut

nyeri

dalam

dievaluasi

menggunakan

visual

analogue scale (VAS) (dengan 0tidak

nyeri

dan

maksimal)

pada

pertama,

minggu

minggu

10-nyeri

pemeriksaan
keempat,

kedua-belas,

bulan

keenam, dan bulan kedua-belas


post

operasi.

Orthopaedic
Hindfoot

American

Foot

Scale

and

(AOFASh)

Anklejuga

digunakan (nyeri 40 poin, fungsi


50 poin, kesejajaran tulang 10
poin) pada pemeriksaan pertama,

kepuasan
kepada

melakukan prosedur serupa jika


mereka terkena CPF pada kaki
sebelahnya.
digunakan

Skala
untuk

keberhasilan

dari

Likert

mengevaluasi
pengobatan.

Belum ada alat penilaian hasil


yang telah divalidasi untuk CPF,
namun skala Likert merupakan
sebuah

skala

dilaporkan

oleh

kepuasan

yang

pasien,

sama

seperti yang kami lakukan pada


studi ini. Kekuatan betis dianalisis
secara objektif dengan meminta
pasien

untuk

melakukan

tes

berdiri dengan satu kaki selama


satu

menit

pada

sisi

yang

dioperas, pada bulan ketiga dan


keenam post operasi. Komplikasi
post operasi juga dicatat.
Tekhnik Pembedahan
Fasciotomi parsial dilakukan
pada

pasien

dengan

keadaan

supinasi dengan tourniquet dan


anestesi

spinal.

Sebuah

insisi

sepanjang 4cm dibuat pada aspek


medial

proksimal

dari

fascia

Pelepasan

medial

dari

gastrocnemius

plantaris, sekitar 3cm distal dari

dilakukan pada

pasien dengan

insersi

Fascia

posisi pronasi dan anestesi spinal

kemudian terekspos (Gambar 1)

atau lokal. Tidak ada pemakaian

dan

dilepaskan

tourniquet. Insisi sepanjang 4cm

(Gambar 2). Insisi dijahit dengan

pada lipatan medial dari fossa

benang

verban

poplitea dapat memberi ruang

digunakan

untuk melakukan pemisahan dari

selama 24 jam diikuti dengan

fascia superfisial (Gambar 3). Alat

verban adesi.

tumpul

calcaneus.

medial

ketiga

absorban

kompresi pada

dan

kaki

proksimal

caput

kemudian

digunakan

untuk mengekspos caput medial


proksimal

dari

gastrocnemius

(Gambar 4) dan aponeurosis-nya


kemudian dipisahkan (Gambar 5).
Aponeurosis

tersebut

kemudain

dipotong dengan menggunakan


pisau bedah sembari melakukan
dorsofleksi pada pergelangan kaki
agar

kedua

ujungnya

terpisah.

Perhatian

diberikan

untuk

dapat
khusus

pelepasan

komplit dari semisirkumferensial

betis

pada aspek anterior dari caput

segera setelah dapat ditoleransi

medial

Palpasi

dan dipertahankan selama lima

adanya

menit

gastrocnemius.

untuk

menentukan

kerapatan

residual

dilakukan
menilai

untuk

dapat

eksentrik

per

hari

diinisiasi

selama

ulang

enam

minggu pada kedua kelompok.

membantu

potensi

resesi

yang

inkomplit. Peningkatan dorsofleksi


diperiksa ulang kemudian insisi
ditutup dengan benang absorban.
Bekas

jahitan

ditutup

dengan

verban adesi kecil.

Follow-up terakhir dilakukan


pada

bulan

kedua-belas

post

operasi (jangkauan, 12-36 bulan).

Pada periode post operasi,


diizinkan

untuk

aktifitas
sesuai

melakukan

penopangan
toleransi

beban

pada

kelompok.

Pada

operasi,

pasien

kedua

masa

post

dilarang

menggunakan alas kaki selama


dua

minggu

penggunaan

pertama
alas

dan
kaki

konvensional dianjurkan dimulaui


pada minggu kedua. Peregangan

Hasil
Enam-puluh

pasien

diikutkan dalam studi ini. Kedua

kelompok ini dapar dibandingkan


dalam hal umur, jenis kelamin,
tinggi badan, berat badan, indeks
massa tubuh (IMT), durasi dari
gejala, riwayat pengobatan, dan
aktifitas

olahraga

sebelumnya.

Karakteristik pasien diperlihatkan


pada Tabel 1.
Pasien-pasien

dalam

Setelah

satu

tahun,

kelompok fasciotomi mengalami

kepuasan pasien pada kelompok

penurunan skor VAS rata-rata dari

PPF adalah sangat baik pada 10%

8.1 sebelum operasi enjadi 4.5

kasus,

setelah 6 bulan dan 3.1 setelah

cukup pada 20% dan kurang pada

12

juga

40%. Sedangkan pada kelompok

mengalami perbaikan dari rata-

PMGR 80% merasa sangat baik,

rata 46 sebelum operasi menjadi

10% baik, 5% cukup, dan 5%

85 setelah 6 bulan dan 90 setelah

sisanya kurang.

bulan.

Skor

AOFASh

12 bulan.

baik

pada

30%

kasus,

Dalam hal keberhasilan post

Menarik

untuk

dicatat

operasi,

skala

Likert

bahwa sekitar 20% dari mereka

memperlihatkan bahwa tidak ada

yang

pasien

membaik

pada

studi

dengan

kami

PMGR

mengalami

namun

setelah
antara

minggu

mengalami

perburukan gejala setelah PMGR,

perbaikan pada minggu pertama


operasi,

yang
dua

psien

dilaporkan

sekitar

60%

memburuk setelah melalui PPF.

pertama

dan

Ada 24 pasien yang mengalami

kedelapan,

dan

20%

mengalami

peningkatan

sisanya

keadaan

antara

kelompok

bebas
PMGR,

nyeri

pada

sedangkan

bulan kedua dan keenam setelah

hanya 10 pasien yang bebas nyeri

operasi.

pada kelompok PPF. (Tabel 2)

olahraga sebelumnya dapat diraih


setelah rata-rata 16 minggu pada
kelompok PPF, denfan dua pasien
tidak

dapat

aktifitas

kembali

kepada

olahraganya.

kelompok

PMGR,

Pada
aktifitas

olahraga sebelumnya dapat diraih


Pada

masa

post

operasi,

dengan rata-rata lima minggu,

aktifitas penopang berat secara

dan

nyaman diraih dalam waktu satu

kembali

minggu setelah PMGR, namun hal

olahraganya.

ini

memakan

waktu

empat

minggu untuk semua pasien yang


melalui

PPF.

Peregangan

betis

eksentrik yang nyaman diinisiasi


pada minggu kedua pada ratarata kelompok PMGR dan pada
minggu

kesembilan

pada

kelompok PPF.
Kembali

kepada

aktifitas

pada kelompok PPF Dua pasien


fasciotomi

tidak

kembali pada aktifitas kerjanya


semula sampai pada akhir studi
(24 dan 27 bulan setelah operasi).
Pasien

pada

kelompok

PMGR

dapat kembali kepada aktifitas


kerjanya
minggu

kepada

mampu
aktifitas

konvensional

dipakai segera setelah operasi


pada pasien yang melalui PMGR,
namun dubtuhkan waktu enam
minggu rata-rata untuk pasien
yang melalui PPF. Kekuatan betis
dinilai dengan tes berdiri satu kaki
selama satu menit pada bulan

minggu (jangkauan, 4-24 minggu)


melalui

pasien

Sepatu

ketiga dan keenam post operasi.

kerja dapat diraih rata-rata 12

yang

semua

setelah

rata-rata

(jangkauan,

tiga
1-12

minggu). Kembali kepada aktifitas

45% pasien pada kelompok


PPF

akan

merekomendasikan

prosedur ini kepada teman dekat


mereka,

dan

35%

akan

menggunakan

prosedur

serupa

jika

mengalami

mereka

CPF

rekalsitrant pada kaki sebelahnya.


95% pasien pada kelompok PMGR
akan
prosedur

merekomendasikan
ini

menggunakan

dan

95%

prosedur

sama untuk kaki sebelahnya.

akan
yang

Pada

PPF,

komplikasinya

pengobatan

NSAID,

terapi

termasuk satu kasus di mana

manual, bantalan tumit, ortesa,

terjadi plantar nerve neuropraxia

taping,

(yang

lima

shockwave ekstrakorporal, injeksi

kasus skaring nyeri, dan satu

steroid, dan injeksi platelet kaya

kasus infeksi superfisial dengan

plasma.

sembuh

bekas

seketika),

insisi

yang

terbuka/dehiscence
merespon

(yang

dengan

konserfatif).

Pada

pengobatan
PMGR,

satu-

satunya komplikasi yang tercatat


ada;ah hematoma pada betisa
pada pasien dengan varises vena
yang

tidak

membutuhkan

penanganan.

Pada
analisis

splints,

kasus-kasus

terapi

kronik,

hitologi

tidak

memberikan gambaran invasi selsel inflamasi disekitar fascia. Akan


tetapi jaringan tersebut diinvasi
oleh makrofag, limfosit, sel-sel
plasma,

vaskularisasi

fibrosis.

imatur,

Penemuan

ini

kemungkinan dapat menjelaskan

Diskusi

hasil beragam yagn didapatkan

Penanganan CFP cenderung


susah

night

dan

membuat

frustasi.

dari

penanganan

konserfatif

terhadap CPF.

Pilihan penanganan untuk tiap

Sampai baru-baru ini, masih

pasien bergantung besar kepada

sedikit perhatian yang dicurahkan

skill dari ahli bedah ortopedinya.

kepada

Sekitar

fascia

80-90%

mampu

dari

membaik

pasien

biomekanik

kompleks

gastrocnemius-solleus-

dengan

achiles-calcaneus-plantar sebagai

memuaskan pada sembilan bulan

faktor yang berpengaruh dalam

pertama dari onset gejala. Namun

CPF. Akan tetapi, peregangan otot

sekitar 10% dari pasien tidak

betis

merespon

perbaikan yang minim dan secara

pada

pemgobatan

konserfatif.

statistik

Berbagai pengobatan telah


diajukan
untuk

sebagai

CPF.

protokol

hanya

tatalaksana

Termasuk
peregangan

istirahat,
otot,

rendah

peningkatan
dorsofleksi

untuk
kemampuan

pergelangan

Kebersambungan
antara

memberikan

tendon

kaki.

jaringan
achilles

ikat

dengan

fascia plantaris, dan fakta bahwa

kolumna lateralis, dan jejas saraf

dorsoflaksi pergelangan kaki yang

plantar.

berkurang

literatur lama yang memberikan

faktor

merupakan

dalam

fasciitis

berkembangnya

plantaris,

beberapa

suatu

memberikan

alasan

untuk

melakukan peregangan otot betis.


Pada beberapa kasus yang
sulit, gejala menetap walaupun
telah berbagai upaya konserfatif
dilakukan;

oleh

karena

pembedahan

itu,

diindikasikan.

Penanganan

pembedahan

dari

fasciitis

plantaris

secara

tradisional

berupa

fasciotomi

proksimal

parsial.

Endoskopi

fascia plantaris merupakan suatu

Walaupun

hasil

yang

banyak

sangat

baik,

pengulasan yang lebih kritis dari


penemuan-penemuan
menimbulkan

ini
pertanyaan-

pertanyaan yang tidak terjawab.


Tingkat

keberhasilannya

bervariasi dengan dibutuhkannya


rehabilitasi

post

diperpanjang

operasi

pada

yang

sebgaian

besar kasus. Pada beberapa studi,


kurang dari 50% pasien yang
menjalani prosedur pembedahan
untuk nyeri tumit yang benarbenar puas dengan hasilnya.

alternatif

dari

fasciotomi

Pemendekan gastrocnemius

konvensional

namun

pelepasan

telah berimplikasi pada beberapa

endoskopik ini memiliki visualisasi

penyakit

yang

pergelangan

buruk

dan

menyebabkan

dapat

pada

terjadinya

fasciitis

pelepasan yang tidak seharusnya.

achilles

Pelepasan

metatarsalgi

dari

fascia

berimplikasi

secara

pembedahan

plantaris
pada

ini

dapat

biomekanik

klinik

kaki

kaki,

plantaris,

dan

termasuk
tendinopati

non-insersi,

dan

second-ricker.

untuk

menilai

gastrocnemius

Tes

isolated
tightness

kaki sebagai efek windlass dapat

dideskribsikan oleh Silfverskild.

berubah setelah pembedahan.

Isolated gastrocnemius tightness

Baik untuk tekhnik terbuka


dan

endoskopi,

terdapat

risiko

untuk terjadi ruptur pada fascia


plantaris, komplikasi jejas, nyeri

telah dikaitkan dengan kegagalan


dari terapi konserfatif. Kontraksi
fascia
langsung
tendon

plantaris

berhubungan

dengan
achilles

pada

kontraksi
kadaver

dalam dynamic gait stimulator.

sural

Carlson et al. menemukan bahwa

memberikan masalah kosmetik.

meningkatnya

Hal ini juga membutuhkan casting

tendon

kontraksi

pada

achilles

menyebabkan
kontraksi

dapat

fascia

plantaris

pada keempat sudut berbeda dari


dorsofleksi

MPJ.

dipercaya

turut

Biomekanik
berkontribusi

dalam onset penyakit ini melalui


menurunnya

ruang

pergelangan

kaki.

kemampuan

gerak

Menurunnya

dorsofleksi

dari

pergelangan kaki ini merupakan


faktor

risiko

yang

penting

terhadap berkembangnya CPF.


Berbagai
dikatakan

tekhnik

sebagai

pembedahan

dan

dapat

pada kaki.

meningkatnya

dari

nerve

Pelepasan
proksimal

yang

dengan

lebih

memisahkan

aponeurosis pada kedua kaput


gastrocnemius melalui satu insisi
transversa pada belakang lutut
telah digunakan untuk menangani
CFP. Baru-baru ini, tekhnik ini
dimodifikasi

sehingga

hanya

caput medial dari gastrocnemius


yang dilepas melalui insisi kecil di
bagian posterior, diletakkan lebih
medial.

Sebagai

tambahan,

telah

pendekatan kepada caput medial

penanganan

lebih tidak berisiko pada cedera

terhadap

isolated

saraf

kutaneus.

Caput

medial

gastrocnemius tightness. Tekhnik-

didapati lebih besar baik pada

tekhnik

komponen

yang

berbeda

muskular

maupun

diklasifikasikan berdasarkan level

aponeurosis dibandingkan dengan

anatominya.

caput

aponeurosis

Pelepasan
dari

gastrocnemius

lateral

pada

setiap

proximal

spesimen. Rata-rata pada area

melalui

cross-sectional dari aponeurosis

pendekatan medial dapat berisiko

caput

kepada vena savena dan vena

sekitar 2.4 kali lebih besar dari

savena magna. Pendekatan yang

area cross-sectional caput lateral.

lebih distal, pada percabangan

Caput medial dinyatakan paling

muskulotendinosa, telah berhasil

berperan

memberi

perbaikan

tightness.

Prosedur

Strayer

pada

CFP.

konvensional

dapat memberikan risiko pada

medial

pada

gastrocnemius

gastrocnemius

Pada

sebuah

studi

mengganggu fungsi normal fascia

prospektif, PMGR memperlihatkan

plantaris

dan

hasil

terhadap

biomekanik

yang

sangat

baikdalam

menangani

fasciitis

rekalsitrant.

Hasil

kelompok

plantaris

kami

PMGR

pergelangan

kaki

potensial
kaki

tidak

dan
dapat

pada

diprediksi. PMGR nampak menjadi

menenjukkan

pendakatan yang lebih rasional

kesimpulan yang hampir serupa.


Hasil yang baik diraih oleh

terhadap CPF dibandingkan PPF.


Kesimpulan

PPF dan PMGR bisa jadi karena


masa unloading dan reloading
yang diperpanjang. Namun hal ini
tidak menjadi isu pada PMGR di
mana pasien diizinkan melakukan
aktifitas penopang berat sesuai
toleransi segera setelah operasi.
Mungkin terdapat beberapa
kekhawatiran

efek

akan

terjadinya

Pemendekan/perapatan
gastrocnemius
signifikan
menjadi

ditemukan

untuk
CPF

berkembang

refrakter.

Semua

pasien kami denga CPF memiliki


kontraktur gastrocnemius. Resesi
gastrocnemius medial proksimal
terisolasi
yang

merupakan

aman

dan

prosedur

efektif.

PPF

hilangnya kekuatan betis setelah

konvensional tidak begitu baik

PMGR. Kami tidak melihat adanya

jika dibandingkan dengan PMGR

penurunan kekuatan betis pada

dalam

kelompok studi kami. Dua dari

kepuasan pasien. Hasil dari studi

pasien

atlit

sekarang ini telah membuat kami

profesional dan mereka kembali

mengganti pilihan prosedur kami

kepada aktifitas olahraga mereka.

terhadap

kami

merupakan

Mungkin terdapat beberapa


bukti

untuk

biomekanik

pendekatan

dalam

penanganan

dari CPF. Sangatlah penting untuk


mengeksplorasi

gastrocnemius

tightness pada pasien yang tidak


merespon
konserfatif.

pada
PPF

pengobatan
dapat

hal

menjadi

keberhasilan

CPF,

dengan

prosedur

fasciotomi

dan

PMGR

pilihan

hanya

dan

sebagai

alternatif pada kasus gagalnyan


pelepasan gastrocnemius medial
proksimal,
terjadi.
Referensi

yang

sangat

jarang

1. Riddle DL, Schappert SM (2004)


Volume of ambulatory care visits and
patterns of care for patients diagnosed
with plantar fasciitis: anational study of
medical doctors. Foot Ankle Int 25:303
310
2. Aronow MS, Diaz-Doran V, Sullivan RJ,
Adams DJ (2006) The effect of triceps
surae contracture force on plantar foot
pressure distribution. Foot Ankle Int
27:4352
3. Silfverskild N (1923) Reduction of the
uncrossed two-joint muscles of the leg to
one joint muscles in spastic conditions.
Acta Chir Scand 56:315330
4. Abbassian A, Kohls-Gatzoulis J, Solan
MC
(2012)
Proximal
medial
gastrocnemius release in the treatment
of recalcitrant plantar fasciitis. Foot
Ankle Int 33(1):1419
5. LaFuente AG, OMullony IM, Escriba M,
Cura-Iriarte P (2007) Plantar fasciitis:
evidence-based review of treatment.
Reumatol Clin 3(4):159165
6. Martinelli N, Marinozzi A, Carni S,
Trovato U, Bianchi A, Denaro V (2013)
Platelet-rich plasma injections for chronic
plantar fasciitis. Int Orthop 37(5):839
842
7. Lemont H, Ammirati KM, Usen N
(2003) Plantar fasciitis. Adegenerative
process (fasciosis) without inflammation.
J Am Podiatr Med Assoc 93(3):234237
8. Carlson RE, Fleming LL, Hutton WC
(2000) The biomechanical relationship
between the tendoachilles, plantar fascia
and
metatarsophalangeal
joint
dorsiflexion angle. Foot Ankle Int 21:18
25
9. Radford JA, Burns J, Buchbinder R,
Landorf KB, Cook C (2006) Does
stretching increase ankle dorsiflexion
range of motion? A systematic review. Br
J Sports Med 40:870875
10. DiGiovanni CW, Kuo R, Tejwani N,
Price R, Hansen ST Jr, Cziernecki J,
Sangeorzean
BJ
(2002)
Isolated
gastrocnemius tightness. JBJS 84(A):962
970 International Orthopaedics (SICOT)
(2013) 37:18451850 1849

11. Sammarco GJ, Helfrey RB (1996)


Surgical treatment of recalcitrant plantar
fasciitis. Foot Ankle Int 17:520526
12. Bader L, Park K, Gu Y, OMalley MJ
(2012) Functional outcome of endoscopic
plantar fasciotomy. Foot Ankle Int
33(1):3743
13. Kinley S, Frascone S, Calderone D,
Wertheimer SJ, Squire MA, Wiseman FA
(1993) Endoscopic plantar fasciotomy
versus traditional heel spur surgery: a
prospective study. J Foot Ankle Surg
32:595603
14. Davies MS, Weiss GA, Saxby TS
(1999) Plantar fasciitis: how successful is
surgical intervention? Foot Ankle Int
20:803807
15. Maskill JD, Bohay DR, Anderson JG
(2010) Gastrocnemius recession to treat
isolated foot pain. Foot Ankle Int 31:19
23
16. Patel A, DiGiovanni B (2011)
Association between plantar fasciitis and
isolated
contracture
of
the
gastrocnemius. Foot Ankle Int 32:58
17. Erdimir A, Hamel AJ, Fauth AR, Piazza
SJ, Sharkey NA (2004) Dynamic loading
of the plantar aponeurosis in walking.
JBJS 86(A):546552
18. Riddle DL, Pulisic M, Pidcoe P,
Johnson RE (2003) Risk factors for
plantar fasciitis: a matched casecontrol
study. J Bone Joint Surg Am 85:872877
19. Herzenberg JE, Lamm BM, Corwin C,
Sekel J (2007) Isolated recession of the
gastrocnemius muscle: the Baumann
procedure. Foot Ankle Int 28:11541159
20. Barouk LS, Barouk P, Toulec E (2006)
Resulltats de la liberation proximale des
gastrocnemiens.
Etude
prospective
symposium
Brievet
des
gastrocnemiens, journes de Printemps
SFMCPAFCP, Toulouse. Med Chir Pied
22:151156
21. Hamilton PD, Brown M, Ferguson N,
Adebibe M, Maggs J, Solan MC (2009)
Surgical anatomy of the proximal release
of the gastrocnemius: a cadaveric study.
Foot Ankle Int 30(12):12021206

22. Chimera NJ, Castro M, Manal K (2010)


Function
and
strength
following
gastrocnemius recession for isolated

gastrocnemius contraction. Foot Ankle


Int 31(5):377384

Anda mungkin juga menyukai