Anda di halaman 1dari 59

Laporan Praktikum Mekanika Fluida

Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika


Fakultas Teknik Universitas Andalas

BAB I
FENOMENA KLASIFIKASI ALIRAN
1.1

Pendahuluan
Percobaan

Osborne

Reynolds

merupakan

suatu

eksperimen untuk menentukan sifat aliran, yakni aliran


laminer, transisi dan turbulen. Penentuan sifat aliran dapat
dilakukan melalui pengamatan pada Osborne Reynolds
Apparatus berdasarkan pada pola gerakan dari zat warna
dalam aliran. Zat warna yang dipakai adalah tinta. Jika tinta
tersebut bergerak secara teratur dan mempunyai garis alur yang
sejajar dan bergerak secara berlapis-lapis, maka aliran tersebut
adalah aliran laminer. Kemudian jika tinta tersebut bergerak
menyebar atau bergalau, maka aliran tersebut adalah aliran
turbulen atau aliran transisi.
Kemudian dari percobaan ini dihitung debit dan
kecepatan fluida, yang selanjutnya akan digunakan dalam
menghitung bilangan Reynolds (Re). Berdasarkan bilangan
Reynolds (Re) tersebut dapat diklasifikasikan sifat-sifat aliran
yang telah diamati, baik secara teoritis maupun secara
pengamatan (visual).
1.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Fenomena Klasifikasi Aliran adalah:
Mengamati

dan

mengklasifikasi

sifat

aliran

visualisasi ( pola gerak zat warna dalam aliran.)

secara

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Menghitung dan mengklasifikasikan sifat aliran secara
teoritis (bilangan Reynolds )
Membandingkan

kecocokan

visualisasi dan teoritis.


1.3

Peralatan
a. Osborne Reynolds Apparatus
b. Stopwatch
c. Gelas ukur
d. Termometer
e. Tinta

Kelompok XIII

klasifikasi

berdasarkan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Gambar 1.1 Gambaran Umum Peralatan Osborne Reynolds

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
1.4

Teori Dasar dan Rumus


1.4.1

Debit Air
Perhitungan besarnya debit yang mengalir adalah
dengan menggunakaan gelas ukur, dalam selang waktu
tertentu:
Q=V
t
Keterangan:

1.4.2

Q = debit aliran

(mm3/dtk)

V = volume air

(mm3)

t = waktu pengukuran

(dtk)

Bilangan Reynolds (Re)


Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tidak
berdimensi yang menunjukan sifat suatu aliran, dimana
bilangan tersebut merupakan bilangan tak berdimensi
dari

parameter-parameter

fluida

yaitu

kecepatan

karakteristik, panjang karakteristik dan viskositas


kinematik. Hubungan dari parameter tersebut adalah:
Re = v . L
v
Keterangan:
v = kecepatan

(mm/dtk)

v = viskositas kinematik (mm2/dtk)


L = panjang karakteristik (mm)

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Untuk aliran dalam pipa diambil kecepatan ratarata, sebagai kecepatan karakteristik Reynolds dan
garis tengah pipa D sebagai panjang karakteristik pipa,
sehingga didapat hubungan:
Re = v . D
v
Keterangan:
Re = bilangan Reynolds
v = kecepatan aliran

(mm/dtk)

D = diameter pipa

(mm)

v = viskositas kinematik (mm2/dtk)


Bilangan Reynolds mempunyai makna antara
lain sebagai perangkat untuk membedakan sifat aliran
laminer,

transisi

atau

turbulen.

Aliran

laminer

didefinisikan sebagai aliran-aliran dengan fluida yang


bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar pada
lapisan

yang

bersebelahan

dimana

pertukaran

momentum terjadi akibat difusi molekular saja.


Kecenderungan ke arah ketidakstabilan dan turbulensi
diredam habis oleh gaya-gaya geser viskos yang
memberikan tahanan terhadap gerakan relatif lapisanlapisan fluida yang bersebelahan. Namun, aliran
turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida
yang

sangat

tidak menentu, dimana pertukaran

momentum dalam arah melintang menjadi besar


Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
sebagai akibat difusi turbulen. Sifat pokok aliran yakni
sifat laminer, turbulen serta posisi relatifnya pada skala
yang

menunjukkan

kecenderungan

pentingnya

turbulen

terhadap

secara

relatif

kecenderungan

laminer ditunjukkan oleh bilangan Reynolds. Dengan


klasifikasi nilai sebagai berikut:

1.4.3

Re > 4000

Sifat aliran turbulen

2000 Re 4000

Sifat aliran transisi

Re < 2000

Sifat aliran laminer

Faktor Gesekan
Akibat adanya gesekan antara fluida dan
dinding fluida akibat aliran fluida, maka akan terjadi
kehilangan energi, yang disebut sebagai kehilangan
tinggi

tekan

yang

besarnya

dinyatakan

persamaan Darcy-Weisbach:
hf = f L v 2
D2g
Keterangan:
hf = kehilangan tinggi tekan (mm)
f

= faktor gesekan

L = panjang pipa

(mm)

D = diameter pipa

(mm)

v = kecepatan aliran

(mm/dtk)

g = percepatan gravitasi

(mm/dtk2)

Kelompok XIII

dalam

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Harga faktor gesekan (f) berbeda-beda untuk
setiap jenis aliran yaitu:
a.

Untuk aliran laminer menurut Hagen-Poiseulle dan


Darcy-Weisbach:
f = 64
Re

b.

Untuk aliran turbulen menurut Blassius:


f = 0,316 Re-0,25
Kehilangan energi akibat friksi pada aliran

laminer adalah linier terhadap kecepatan, sedangkan


pada aliran turbulen kehilangan energi sebanding
dengan eksponensial kecepatan.
1.4.4

Viskositas
Di antara semua sifat-sifat fluida, viskositas
memerlukan perhatian yang terbesar dalam telaahan
tentang aliran fluida. Sifat serta ciri-ciri viskositas
dibahas dalam pasal ini, juga dimensi dan faktor
konversi bagi viskositas mutlak maupun
kinematik.

Viskositas

adalah

sifat

viskositas

fluida

yang

mendasari diberikannya tahanan terhadap tegangan


geser oleh fluida tersebut.
Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa
laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka
tegangan gesek berbanding lurus dengan viskositas.
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Gula tetes dan teh merupakan contoh cairan yang
sangat viskos, air dan udara mempunyai viskositas
yang kecil.

Viskositas Kinematik
Viskositas

()

seringkali

disebut

dengan

viskositas mutlak atau viskositas dinamik agar tidak


rancu pengertiannya dengan viskositas kinematik (v),
yang merupakan perbandingan viskositas terhadap
kerapatan massa.
v =/

Untuk menaksir kerapatan massa dan viskositas


terhadap temperatur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Kerapatan Massa
T

-10

10

20

40

50

100

998,15

999,54

1000

999,73

998,23

992,25

998,07

958,4

Kg/m3

Tabel 1.2 Viskositas Kinematik


T

10

20

25

30

40

100

1,7
94

1,519

1,31

1,01

0,897

0,804

0,659

0,3

x10-6 m2/s

1.5

Prosedur Percobaan
1.

Air dialirkan dengan debit tertentu (Q).

2.

Amati profil pada pipa kaca alat Osborne Reynolds,


dengan cara mengamati bentuk gerakan dari zat warna

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
(tinta). Atur bukaan kran sehingga diperoleh jenis aliran
laminer, aliran transisi dan aliran turbulen.
3.

Hitung debit air yang mengalir dari alat Osborne Reynolds


dengan cara mengukur volume air di dalam gelas ukur
pada selang waktu tertentu.

4.

Percobaan diulang minimal 15 kali hingga diperoleh data


untuk masing-masing sifat aliran:
a. Aliran laminer 5 kali
b. Aliran Transisi 5 kali
c. Aliran Turbulen 5 kali

5.
1.6

1.7

Membaca suhu air dalam alat Osborne Reynolds .

Prosedur Perhitungan
1.

Hitung debit (Q) yang mengalir

2.

Hitung kecepatan aliran (v)

3.

Hitung besarnya bilangan Reynolds (Re)

4.

Hitung faktor gesekan untuk jenis aliran tersebut.

Lembar Pengamatan Data dan Perhitungan


Perhitungan seluruh tahapan percobaan dilakukan
dengan memberikan 1 contoh perhitungan dan penggunaan
rumus tersebut untuk tiap jenis aliran, kemudian perhitungan
dilakukan secara tabelaris sesuai tabel.

1.8

Grafik dan Kesimpulan


1.8.1 Buat grafik hubungan antara:
1. f vs Re
2. log f vs log Re

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
1.8.2 Analisa Grafik dan Kesimpulan
Buatlah analisa tentang dari grafik pada sub bab
1.8.1 di atas dan berdasarkan gambar grafik dan hasil
analisa grafik tersebut buatlah suatu kesimpulan secara
singkat dan terperinci.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

BAB II
ALIRAN PADA TATA PIPA KECIL
2.1

Pendahuluan
Fluida yang mengalir dalam suatu saluran atau pipa
memiliki energi, dimana energi yang dimilikinya selama
pengaliran cenderung berkurang dan dapat hilang. Gejala ini
disebut kehilangan energi (Energy Losses) atau kehilangan
tinggi tekan. Ada dua macam dari kehilangan energi, yaitu:
a.

Major Losses, yaitu kehilangan tinggi tekan akibat


gesekan antara aliran air dengan dinding pipa.

b.

Minor Losses, yaitu kehilangan tinggi tekan akibat


perubahan bentuk geometri pipa, misalnya:
Penyempitan penampang pipa
Pembesaran penampang pipa
Tikungan pada pipa
Sambungan pada pipa lurus

2.2

Tujuan Percobaan
Tujuan

percobaan

adalah

kehilangan tinggi tekan akibat:


a.

Gesekan pada pipa (lurus)

Kelompok XIII

untuk

mengetahui

besarnya

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
b.

Bentuk geometri pipa: ekspansi, kontraksi, tikungan, dan


katup

2.3 Peralatan
Peralatan percobaan yang akan digunakan pada tata pipa
berlubang kecil ini terdiri dari susunan pipa dengan berbagai
tipe dan bentuk sebagai berikut:
V1 : Katup saluran pembuang tanki air
V2 : Katup pengatur aliran masuk
V3 : Katup pembuang udara
V4 : Katup isolasi
V5 : Katup kontrol aliran masuk (Fine)
V6 : Katup kontrol aliran keluar (Coarse)
V7 : Katup manometer
1. Pipa licin 4 mm
2. Pipa licin 7,5 mm
3. Pipa kasar 15,5 mm
4. Pipa kasar 17,5 mm
5. Pengecilan penampang tiba-tiba
6. Pembesaran penampang tiba-tiba
7. Katup bola
8. Elbow 45
9. Sambungan Y 45
10. Katup gerbang
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
11. Katup bulat
12. In-line Strainer
13. Elbow 90
14. Bend 90
15. Sambungan T 90
16. Tabung pitot static
17. Venturimeter
18. Orifis meter
19. Sampel pipa uji
20. Manometer air raksa 1 meter
21. Manometer air 1 meter
22. Tanki pengukur volume
23. Tanki penampung
24. Pompa Service
25. Tabung indikator
26. Switch Power
27. Silinder pengukur
28. Katup pembuang

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Gambar 2.1 Gambaran Umum Peralatan Tata Pipa Kecil

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
2.4 Teori Dasar Dan Formula
2.4.1

Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan pada Pipa


dh/dl = i
Luru

B
l

Gambar 2.2 Gradien Hidraulik pada Pipa Lurus

Pada hakekatnya energi dalam saluran terbuka


adalah tetap dengan anggapan bahwa tidak ada energi
yang hilang sepanjang saluran. Akan tetapi pada
keadaan sebenarnya sulit diperoleh, hal ini disebabkan
karena adanya gesekan antara air dengan dinding pipa
yang menimbulkan gaya gesek dan energi tahanan.
Untuk pipa lurus dengan diameter D yang tetap,
kehilangan tinggi tekan akibat gesekan antara aliran
dan dinding pipa sepanjang L adalah:

hL f

L v2

D 2g

Keterangan:
hL = Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan
f

= koefisien gesekan

Kelompok XIII

(mm)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
L = panjang pipa

(mm)

D = diameter pipa

(mm/dtk)

v = kecepatan aliran

(mm/dtk)

g = percepatan gravitasi (mm/dtk2)


Persamaan

diatas

dikenal

dengan

nama

persamaan Darcy-Weisbach, dimana f adalah konstanta


yang tidak berdimensi, yang merupakan fungsi dari
bilangan Reynolds

(Re) dari aliran dan kekasaran

permukaan dalam pipa.


2.4.2

Perbedaan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-Tiba


Pada bagian ini tinggi tekan akan di analisa akibat
pelebaran dari saluran secara tiba-tiba. Dimana
kondisinya ada dua kemungkinan yakni dengan
kehilangan tinggi tekan dan tanpa kehilangan tinggi
tekan.
a.

Dengan kehilangan tinggi tekan (HL0)

horizontal
Garis energi

horizontal
garis energi ] hL
V12/2g

V22/2g

P/

P1/
Z1

P2/
D1

D2

Z2

datum
Gambar 2.3 Garis Energi pada Pipa Ekspansi Tiba-Tiba dengan hL 0

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

P2 P1 v1

2g

b.

D1

D2

4
D1


D2

Tanpa kehilangan tinggi tekan (HL=0)

Garis energi
V22/2g
V12/2g

P/

Garis Energi

P2/
P1/
Z1

D1

D2

Z2

datum
datum
Gambar 2.4 Garis Energi pada Pipa Ekspansi Tiba-Tiba hL = 0

2
P2 P1
v1
1

2g

D2

D1

Keterangan:
P1 = tekanan pada piezometer 1
P2 = tekanan pada piezometer 2
v1 = kecepatan pada titik tinjau 1

(mm/dtk)

D1 = diameter pipa pada titik tinjau 1 (mm)


D2 = diameter pipa pada titik tinjau 2 (mm)
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
g = percepatan gravitasi

(mm/dtk2)

= Specific Gravity
2.4.3

Perbedaan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba


Tiba
Dengan kehilangan tinggi tekan (Hl 0)

a.

4
2
2
D2
P2 P1
v
1

2 1

2g
Cc

D1

horizontal
garis energi

V22/2g

horizontal

V22/2g
P/

P1/

P 2/
D1
D2
Z1

Z2
datum
Gambar 2.5 Garis Energi pada Pipa Kontraksi Tiba-Tiba
dengan hL 0

Tabel 2.1 Koefisien Kontraksi pada Penyempitan Tiba-Tiba


A2/A1

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

Cc

0,624

0,632

0,643

0,659

0,681

0,712

0,755

0,813

0,892

1,0

b.

Kelompok XIII

Tanpa Kehilangan tinggi tekan


2
P2 P1
v
1 1

2g

D2

D1

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

garis energi
Garis energi

V12/2g
V22/2g
P/
P1/
P2/
D1
D2
Z1

Z2
datum
Gambar 2.6 Garis Energi pada Pipa Kontraksi Tiba-Tiba
dengan hL = 0

Keterangan:
P1

= tekanan pada piezometer 1

P2

= tekanan pada piezometer 2

v1

= kecepatan pada titik tinjau 1

(mm/dtk)

D1 = diameter pipa pada titik tinjau 1 (mm)


D2 = diameter pipa pada titik tinjau 2 (mm)
g

= percepatan gravitasi

= Specific Gravity

(mm/dtk2)

Cc = koefisien kontraksi
2.4.4

Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan pada Pipa


Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran
dalam pipa akibat tikungan dibedakan atas dua macam:

Kelompok XIII

datum

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
a.

Kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri


pipa (hLB) dengan

koefisien kehilangan tinggi

tekan KB.
b.

Kehilangan tinggi tekan

akibat gesekan pada

tikungan lingkaran (hLL) dengan koefisien


kehilangan tinggi tekan KL.
Secara umum rumus kehilangan energi:

hL K

2g

Keterangan:
hL

= kehilangan energi akibat tikungan (mm)

= koefisien kehilangan tinggi tekan

= percepatan gravitasi

(mm/dtk2)

= kecepatan aliran

(mm/dtk)

Kehilangan tinggi tekan total akibat gesekan


dalam pipa di tikungan dan sepanjang pipa yang
diamati:

hT = hLB + hf
Keterangan:
hLB = kehilangan tinggi tekan akibat perubahan
geometris pipa yang diamati (sama dengan
hf pada pipa lurus).
hf = kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada
pipa yang diamati.
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

2.4.5

Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan


dari rumus umum di atas maka dapat diperoleh
hubungan:
a.

Koefisien

kehilangan

tinggi

tekan

akibat

perubahan geometri pipa (tikungan) (KB) dapat


dinyatakan dalam bentuk:

KB
b.

Koefisien

2g
hT h
f
2
v
kehilangan

perubahan geometri pipa

tinggi

tekan

akibat

(tikungan) dan gesekan

(KL) pada tikungan pipa dapat dinyatakan dalam


bentuk:

2g
K h 1 R h
L V 2 T 2L f
Keterangan:

2.5

R = jari-jari tikungan

(mm)

L = panjang lintasan

(mm)

V= kecepatan

(mm/dtk)

g = percepatan gravitasi

(mm/dtk2)

hT= kehilangan tinggi total

(mm)

Prosedur Percobaan
1. Pada saat tidak ada aliran ketinggian cairan dalam
Piezometer dikalibrasi agar sama tinggi.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
2. Mengalirkan air ke sirkuit dengan bukaan maksimum.
3. Baca dan ukur ketinggian zat cair pada manometer.
4. Atur bukaan sikuit, minimal 5 kali percobaan untuk setiap
pemantauan.
2.6

Prosedur Perhitungan
a. Hitung besar debit
b. Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus

Hitung

hL

(selisih

bacaan

Piezometer),

yaitu

kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pipa lurus

Hitung besarnya bilangan Reynolds (Re).

Hitung besarnya koefisien gesek menurut Blassius.

Hitung besarnya koefisien gesek menurut DarcyWeiscbach.

c. Kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba

Hitung kecepatan pada titik tinjau 1.

Hitung perbedaan tinggi hasil pengukuran.

Hitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan


adanya kehilangan tinggi tekan (hL 0).

Hitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa


adanya kehilangan tinggi tekan (hL = 0).

d. Kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba

Hitung kecepatan pada titik tinjau

Hitung perbedaan tinggi tekan hasil pebngukuran

Cari harga koefisien kontraksi (Cc)

Hitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan


dengan adanya kehilangan tinggi tekan.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Hitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan

tanpa adanya kehilangan tinggi tekan (hL = 0)


e.

Kehilangan tinggi tekan akibat tikungan

Hitung kecepatan aliran (v) pada tikungan.

Hitung bilangan Reynolds (Re).

Hitung koefisien gesek (f) menurut Blassius.

Hitung kehilangan tinggi tekan total hT (dari


selisih bacaan manometer).
Hitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan

(hf).
Hitung

kehilangan

tinggi

akibat

perubahan

geometri yaitu hLB.

Hitung KB.

Hitung KL.

2.7 Lembar Pengamatan Data


Perhitungan seluruh tahapan percobaan dilakukan
dengan memberikan satu contoh perhitungan dan penggunaan
rumus tersebut dari setiap objek percobaan, kemudian
perhitungan dilakukan secara tabelaris sesuai dengan data
pengamatan.
2.8 Grafik dan Kesimpulan
2.8.1

Gambar dan Grafik


Buat grafik:
1.

Kelompok XIII

Log hf vs log Q (untuk percobaan pipa lurus).

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
2.

f vs Re buat untuk f Blassius dan f DarcyWeisbach (untuk percobaan pipa lurus).

3.

Dengan menggunakan diagram mody cari harga


kekasaran relatif dari pipa tersebut (a/D) (untuk
percobaan pipa lurus).

4.

Perbedaan

tinggi

tekan:

Perhitungan

vs

Pengukuran akibat ekspansi tiba-tiba dan akibat


kontraksi tiba-tiba (dengan adanya kehilangan
tinggi tekan dan tanpa kehilangan tinggi tekan,
cantumkan kondisi ideal).
5.

Untuk tikungan: K vs (R/D) (cantumkan kurva


untuk KB dan KL dalam satu grafik).

2.8.2

Analisa Grafik dan Kesimpulan


Buatlah uraian tentang hasil dari analisa grafik

pada subbab 2.8.1 di atas dan berdasarkan grafik serta


analisa grafik tersebut, buatlah suatu kesimpulan secara
singkat dan terperinci.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

BAB III
STABILITAS BENDA TERAPUNG
3.1

Pendahuluan
Sebuah kapal yang mengapung di air memiliki sistem
gaya sebagai berikut:

Berat kapal (Wc) yang arahnya ke bawah di pusat pada


gravitasi (G) kapal.

Gaya apung (Fb) yang arahnya ke atas di pusat daya


apung (B).
Gaya gravitasi merupakan resultan gaya, termasuk

berat seluruh kapal, perlengkapan kapal, muatan, dan awak


kapal. Gaya gravitasi dapat dianggap sebagai sebuah gaya
tunggal kapal yang bekerja ke bawah, disebut titik pusat
gravitasi G atau COG (Center of Gravity). Bila sejumlah berat
ditambahkan

ke

kapal,

displacement

akan

bertambah,

sebaliknya freeboard dan daya apung cadangan akan


berkurang. Sangatlah penting bagi keselamatan kapal untuk
mempertahankan daya apung cadangan yang cukup.
Kemampuan mengapung (buoyancy) juga merupakan
resultan gaya, yang dihasilkan oleh tekanan ke atas air
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
terhadap

permukaan

kapal di

bawah
permukaan air.
Buoyancy

dapat

dianggap

sebagai

sebuah

gaya

tunggal yang bekerja ke atas disebut titik pusat Buoyancy (B)


atau COB (Center of Buoyancy).

Gambar 3.1 Hubungan antara Gravitasi dan Gaya Apung (Buoyancy)

Pada sebuah benda yang terapung terdapat 2 buah


kestabilan, yaitu:
3.1.1

Stabilitas Melintang
Stabilitas melintang adalah ukuran kemampuan sebuah

kapal untuk kembali tegak, setelah mengoleng. Stabilitas


melintang (transverse stability) mencegah kapal untuk terbalik.
(rolling over).
Penambahan berat di atas titik pusat gravitasi (Center
of Gravity - COG) akan mengurangi kemampuan kapal untuk
mengapung, akibatnya stabilitas kapal berkurang. Mengurangi
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
berat di bawah COG juga akan mengurangi stabilitas kapal.
Jika COG naik cukup signifikan akan menyebabkan kapal
tidak stabil (unstable).
3.1.2 Stabilitas Membujur
Stabilitas membujur cenderung untuk mencegah
kerusakan pada kondisi normal, namun dalam praktikum ini
tidak dibahas lebih lanjut tentang stabilitas membujur.
Pada praktikum ini kita menggunakan sebuah model
kapal yang diapungkan pada sebuah wadah yang berisi air
sebagai pengganti kapal.
3.2

Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui:

3.3

a.

Mengamati fenomena benda terapung,

b.

Menentukan tinggi / letak titik metasentris

Peralatan
Peralatan percobaan yang digunakan adalah:
a)

Sebuah model kapal (pontoon) yang dilengkapi dengan


pengatur titik berat, massa geser, benang pembentuk
sudut, dan bacaan skala jarak horizontal, serta skala
derajat.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Gambar 3.2 Alat Uji Metasentris

Gambar 3.3 Skema Alat Uji Metasentris

Keterangan:
1 = sebuah model kapal persegi panjang,
2 = skala derajat,
3 = massa lintang, sebagai gaya angkat,
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
4 = tiang vertikal,
5 = massa geser,
6 = benang yang disertai pemberat,
7 = skala jarak.
b) penggaris
c)

3.4

timbangan

Teori Dasar dan Formula

Gambar 3.4 Gaya-gaya yang Bekerja pada Benda Apung

Gaya-gaya yang bekerja pada benda apung adalah gaya


berat yang disebabkan oleh adanya gaya gravitasi (Wc) dan
gaya angkat atau apung (Fb) yang mana kedua gaya tersebut
sejajar dan arahnya berlawanan. Titik G dan B berada di
sepanjang garis vertikal yang sama, yang merupakan sumbu
vertikal dari model kapal. Ketika model dimiringkan, maka
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
akan terbentuk sudut . Pusat gravitasi benda apung (G) dan
pusat daya apung (B) akan berubah posisi dari G menjadi G1
dan B menjadi B1,
Pada saat kondisi normal, model kapal yang terapung
memiliki gaya apung yang sama dengan besar berat
keseluruhan dari model kapal tersebut.
Pada saat kondisi miring, maka kondisi titik berat dan
pusat gaya apung juga akan berubah, sesuai sudut kemiringan.
Pada kondisi ini keseimbangan momen berlaku.
Dari keseimbangan momen tersebut dapat ditentukan
tinggi metasentris dengan rumus berikut:

GN

W . Xo
(W Wc). tan

ghghhghh kkkkk kkkkkk kkkkkk kkk bn nmjn


Keterangan:

3.5

W = berat massa lintang (adjustable mass)

(gr)

Wc = berat bersih model kapal

(gr)

= sudut yang terbentuk

()

GN = tinggi metasentris

(mm)

Xo = jarak adjustable mass dari pusat

(mm)

Prosedur Percobaan
a.

Timbang massa lintang (adjustable mass),

b.

Timbang keseluruhan dari model kapal tanpa massa


lintang,

c.

Posisikan massa geser di puncak tiang,agar titik berat

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
berada pada bagian atas,
d.

Apungkan model kapal pada wadah yang berisi air.

e.

Pastikan massa lintang (adjustable mass) berada di


tengah,

f.

Pastikan benang pada skala nol,

g.

Geser massa lintang ke kanan tiap 10 mm sebanyak 4 kali,

h.

Catat perubahan sudut pada tiap posisi,

i.

Ulangi langkah g dan h pada bagian kiri,

j.

Ulangi langkah di atas untuk ketinggian massa geser yang


berbeda.

3.6

Prosedur Perhitungan
Hitung tinggi metasentris dengan rumus:

GN

3.7

W.Xo
(W Wc).tan

Gambar dan Grafik


Buatlah grafik tinggi metasentris vs sudut yang terbentuk
(GN vs

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN


FENOMENA KLASIFIKASI ALIRAN
A.

Analisa Grafik
I.

Grafik Re vs F
a. Pada umumnya aliran laminer memiliki faktor gesekan
yang lebih besar daripada transisi dan turbulen.
b. Nilai faktor gesekan berbanding terbalik dengan
bilangan Reynolds, dimana semakin besar nilai Re
maka akan semakin kecil nilai koefisien gesekan.
c. Pada aliran laminer didapatkan bentuk grafik dengan
kemiringan terhadap sumbu y lebih besar daripada
aliran transisi dan turbulen. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor gesekan pada aliran laminer memiliki
nilai yang relatif lebih besar daripada aliran transisi
dan turbulen.
d. Pada aliran transisi, kemiringan grafik yang di dapat
relatif kecil dari laminer. Sebab pada aliran ini nilai
koefisien gesekan mulai mengecil, dengan kata lain
faktor gesekan mulai berkurang.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
e. Pada aliran turbulen didapatkan bentuk grafik yang
hampir mendatar. Dari sini, dapat kita simpulkan
bahwa nilai koefisien gesekan semakin mengecil,
dimana faktor gesekan semakin berkurang jika
dibandingkan dengan aliran transisi dan laminer.
II. Grafik log Re vs log f
a. Grafik laminer, transisi dan turbulen berbentuk garis
lurus.
b. Nilai log Re aliran laminer lebih kecil daripada log Re
aliran transisi dan aliran turbulen. Tetapi log f dari
aliran laminer lebih besar daripada aliran transisi dan
turbulen.
c. Log Re berbanding terbalik dengan log f, semakin
besar nilai Re maka nilai f akan semakin kecil.
B.

Kesimpulan
I.

Visual
Dengan mengamati aliran tinta pada pipa, dapat
disimpulkan bahwa jika aliran tinta berbentuk garis lurus
sejajar dan berlamina, hal tersebut menunjukkan sifat
aliran laminer. Untuk aliran transisi, aliran tinta dalam
pipa terlihat bergelombang tapi masih terlihat laminalaminanya. Sedangkan untuk aliran turbulen, aliran tinta
dalam pipa akan telihat bergalau.

II. Perhitungan
a. Apabila nilai Re < 2000 maka alirannya adalah
laminer.
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Apabila 2000 Re 4000 maka alirannya adalah
transisi.
Apabila nilai Re > 4000 maka alirannya adalah
turbulen.
b. Semakin besar nilai Re suatu aliran maka aliran
tersebut akan mempunyai faktor gesekan yang
semakin kecil atau semakin besar kecepatan aliran
suatu pipa akan menyebabkan semakin besarnya nilai
Re dan semakin kecil nilai faktor gesekan aliran
tersebut.
c . Nilai Re yang diperoleh dalam praktikum yaitu :
Untuk Aliran Laminer
1. 1402,352
2. 709,833
3. 707,534
4. 662,884
5. 602,665
Untuk Aliran Transisi
1. 3869,757
2. 3509,259
3. 3719,552
4. 3690,650
5. 3711,969
Untuk Aliran turbulen
1. 9582,740
2. 9393,227
3. 10374,476
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
4. 10606,139
5. 9815,205

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Fakultas Teknik Universitas Andalas
BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
a. Percobaan Osborne Reynolds
Apabila suatu fluida mengalir, maka aliran fluida
tersebut dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga ) jenis aliran
berdasarkan Bilangan Reynolds (Re) aliran fluida tersebut,
yaitu:
a. Aliran Laminer, dengan Re < 2000
b. Aliran Transisi, dengan 2000 Re 4000
c. Aliran Turbulen, dengan Re > 4000
Semakin besar nilai Re suatu aliran maka aliran
tersebut akan mempunyai koefisien gesek yang semakin
kecil nilai koefisien gesekan aliran tersebut.
b. Percobaan Aliran Tata Pipa
Fluida mengalir pada suatu saluran (pipa) yang
memiliki energi tersebut cenderung berkurang atau dapat
hilang selama berlangsungnya pengaliran fluida tersebut.
Kondisi seperti ini disebut dengan kehilangan ernergi atau
kehilangan tinggi tekan
Kehilangan energi atau kehilangan tinggi tekan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Gesekan pada pipa
b. Bentuk geometri pipa, baik tikungan , kontraksi,
ekspansi maupun katup.
c. Saran

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Untuk menentukan koefisien tinggi tekan, lebih baik
digunakan katup bulat dari pada katup pintu karena
koefisien kehilangan tinggi tekan yang didapatkan lebih
kecil.
Untuk ekspansi tiba-tiba persamaan

hL0 lebih baik

digunakan karena mendekati garis ideal.


Untuk kontraksi tiba-tiba persamaan hL=0 yang lebih
efisien untuk dipakai karena mendekati garis ideal.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN
FENOMENA KLASIFIKASI ALIRAN
A.

Analisa Grafik
I.

Grafik f vs Re
a.

Pada umumnya aliran laminer memiliki faktor


gesekan yang lebih besar daripada transisi dan
turbulen.

b.

Dari praktikum yang dilakukan didapat nilai faktor


gesekan

berbanding

terbalik

dengan

bilangan

Reynolds , dimana semakin cepat aliran pada fluida


maka akan semakin kecil nilai koefisien gesekan.
c.

Pada aliran laminer didapatkan bentuk grafik dengan


kemiringan lebih besar daripada aliran transisi dan
turbulen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor gesekan
pada aliran laminer memiliki nilai yang relatif lebih
besar daripada aliran transisi dan turbulen.

d.

Pada aliran transisi, kemiringan grafik yang di dapat


relatif kecil dari turbulen. Sebab pada aliran ini nilai
koefisien gesekan mulai mengecil, dengan kata lain
faktor gesekan mulai berkurang.

e.

Pada aliran turbulen didapatkan bentuk grafik yang


hampir mendatar. Dari sini, dapat kita simpulkan
bahwa nilai koefisien gesekan semakin mengecil
lagi, dimana faktor gesekan semakin berkurang jika
dibandingkan dengan aliran transisi dan laminer.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
II. Grafik log f vs log Re
a.

Grafik laminer, transisi dan turbulen berbentuk garis


lurus.

b.

Nilai log Re aliran laminer lebih kecil daripada log


Re aliran transisi dan aliran turbulen. Tetapi log f
dari aliran laminer lebih besar daripada aliran transisi
dan turbulen.

c.

Log Re berbanding terbalik dengan log f, semakin


besar nilai Re maka nilai f akan semakin kecil.

B.

Kesimpulan
I.

Visual
Dengan mengamati aliran tinta pada pipa, dapat
kita simpulkan bahwa jika aliran tinta berbentuk garis
lurus dan sejajar, hal tersebut menunjukkan sifat aliran
laminer. Untuk aliran transisi,

aliran tinta dalam pipa

terlihat sejajar dan bergelombang. Sedangkan untuk aliran


turbulen, aliran tinta dalam pipa akan telihat bergalau.
II. Perhitungan
a.

Apabila nilai Re < 2000 maka alirannya adalah


laminer.
Apabila 2000 Re 4000 maka alirannya adalah
transisi.
Apabila nilai Re > 4000 maka alirannya adalah
turbulen.

b.

Semakin besar nilai Re suatu aliran maka aliran


tersebut akan mempunyai faktor gesekan yang
semakin kecil atau semakin besar kecepatan aliran

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
suatu pipa akan menyebabkan semakin besarnya
nilai Re dan semakin kecil nilai faktor gesekan
aliran tersebut.
c . Nilai Re yang diperoleh dalam praktikum yaitu :
Untuk Aliran Laminer
1. 470,427
2. 1257,434
3. 855,459
4. 1437,310
5. 884.572
Untuk Aliran Transisi
6. 3000,132
7. 3432,314
8. 3185,902
9. 2790,272
10.3198,339
Untuk Aliran turbulen
1. 4863,228
2. 5246,537
3. 6017,214
4. 7447,881
5. 8256,178

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Osborne Reynold Apparatus

Alat Uji Metasentris

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Fluid Friction Apparatus

Gelas Ukur

ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN


Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
METASENTRIS

1.

Analisa Grafik GN vs

a. Nilai Tinggi Metasentris rata-rata dengan sudut yang

terbentuk

berbanding lurus, semakin besar sudut yang terbentuk maka nilai


tinggi metasentris semakin besar. Begitu juga sebaliknya
b. Kenaikan nilai tinggi metasentris tidak terlalu besar, jika
dibandingakan dengan kenaikan besar sudut yang dibentuk.
c. Semakin kecil jarak massa geser dengan pusat daya apung, maka
nilai tinggi metasentris akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya.
2.

Kesimpulan

a. Semakin besar jarak titik berat dari pusat daya apung, maka sudut
yang terbentuk dan nilai tinggi metasentris akan semakin besar.
b. Semakin besar sudut yang terbentuk, maka nilai tinggi metasentris
akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya.
c. Nilai Tinggi Metasentris rata-rata yang diperoleh dalam praktikum
yaitu :

Untuk y = 30 cm
1. = 2,000

; GN = 70,375

2. = 4,000

; GN = 61,196

3. = 5,875

; GN = 620,958

4. = 7,750

; GN = 1,149

Untuk y = 20 cm

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

1. = 1,625

; GN = 75,402

2. = 3,250

; GN = 75,402

3. = 4,750

; GN = 76,311

4. = 6,250

; GN = 0,921

Untuk y = 15 cm
1. = 1,375

; GN = 87,969

2. = 2,750

; GN = 87,969

3. = 4,250

; GN = 0,469

4. = 5,750

; GN = 0,853

BAB IV
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

PENUTUP
4.1

Kesimpulan
4.1.1 Percobaan Fenomena Klasifikasi Aliran
Suatu fluida yang mengalir dapat diklasifikasikan atas 3
(tiga) jenis aliran berdasarkan Bilangan Reynolds (Re), yaitu :
a. Aliran Laminer, dengan Re < 2000
b. Aliran Transisi, dengan 2000 < Re < 4000
c. Aliran Turbulen, dengan Re > 4000
Semakin besar nilai Re suatu aliran maka aliran tersebut
akan mempunyai koefisien gesek semakin kecil.
4.1.2 Percobaan aliran tata pipa kecil
Fluida mengalir pada suatu saluran (pipa) yang memiliki
energi tersebut cendrung berkurang dan energi yang hilang
berubah

menjadi

energi

panas

selama

berlangsungnya

pengairan fluida tersebut, kondisi sepeeti ini disebut dengan


kehilangan energi atau kehilangan tinggi tekan.
Kehilangan

energi

atau

kehilangan

tinggi

tekan

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :


a.

Gesekan pada pipa,

b.

Perubahan geometrik pipa baik tikungan, kontraksi,


ekspansi maupun katup

4.1.3 Percobaan Stabilitas Benda Terapung

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Dengan mendapatkan nilai tinggi metasentris (GN), kita
dapat mengetahui titik kestabilan suatu benda apung. Apabila
jarak titik berat dari pusat apung semakin jauh, maka sudut yang
dibentuk dan nilai tinggi metasentrisnya akan semakin besar.
4.2 Saran

Agar

menghadapi praktikum
Sebelum dilaksanakannya praktikum, praktikan sebaiknya

praktikan

lebih

mempersiapkan

diri

dalam

sudah memahami teori dan tujuannya praktikum, agar


praktikum dapat berjalan dengan lancar.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
ANALISA DAN KESIMPULAN GRAFIK KEHILANGAN
TINGGI TEKAN PADA PIPA LURUS
A.

Analisa Grafik
a. Analisa Grafik Log HL Vs Log Q
1. Merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara
kehilangan tinggi tekan dengan debit air dalam bentuk
logaritma.
2. Pada pipa lurus berdiameter 4 mm, Q dan HL
berbanding terbalik dimana semakin besar nilai Q maka
nilai HL akan semakin kecil.
3. Pada pipa lurus berdiameter 7,5 mm, Q dan HL
berbanding terbalik. Dimana semakin besar Q maka
nilai HL juga semakin besar.
4. Pada pipa lurus berdiameter 15,5 mm, Q dan HL
berbanding lurus dimana semakin besar Q maka nilai
HL juga semakin besar.
5. Pada pipa lurus berdiameter 17,5 mm, Q dan HL
berbanding lurus dimana semakin besar nilai Q maka
nilai HL akan semakin kecil.

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
b. Analisa grafik f Blassius dan f Darcy-Weisbach vs Re
1. Grafik ini mengambarkan perbandingan koefisien
gesekan

menurut blassius dengan koefisien gesekan

menurut Darcy-Weisbach.
2.

Grafik f Darcy-Weisbach terletak di atas grafik f


Blassius karena nilai dari f Darcy-Weisbach lebih
besar dari pada f Blassius.

B.

Kesimpulan
a.

Aliran pada pipa lurus juga mengalami kehilangan


energi dimana semakin besar debit maka akan semakin
besar pula kehilangan energi yang dialami

b.

Nilai f Blassius dan f Darcy-Weisbach berbanding


terbalik

terhadap nilai Re. Sehingga jika semakin

besar nilai Re maka nilai f Blassius dan f Darcy


Weisbach akan semakin kecil. Dan jika nilai Re
semakin kecil, maka nilai f Blassius dan f Darcy
Weisbach akan sebaliknya, yaitu semakin besar.

ANALISA DAN KESIMPULAN GRAFIK KEHILANGAN


TINGGI TEKAN AKIBAT KONSTRAKSI TIBA TIBA
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
A. Analisa Grafik
Grafik hL = 0 mendekati garis ideal dan itu artinya
persamaan yang efektif adalah hL

0 dan terjadi kehilangan

tinggi tekan tetapi sedikit.


B.

Kesimpulan
a.

Fluida mengalir melalui luas penampang yang mengalami


penyempitan terjadi kehilangan tinggi tekan tetapi sedikit.

b. Semakin besar debit maka akan semakin besar pula


kehilangan tinggi tekan fluida tersebut
c. Secara logika, grafik hasil perhitungan hanya akan
mendekati garis ideal dan tidak akan pernah mencapai
keadaan ideal. Hal ini dikarenakan oleh adanya faktorfaktor yang biasanya kita abaikan, seperti :

Gesekan pada saluran

Tekanan udara

Kesalahan dalam membaca alat ukur

Dan lain-lain

ANALISA DAN KESIMPULAN GRAFIK KEHILANGAN


TINGGI TEKAN AKIBAT EKSPANSI TIBA TIBA
A. Analisa Grafik
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
a. Grafik hL perhitungan vs hL pengamatan berbentuk garis
lurus.
b. Grafik hL 0 mendekati garis ideal, artinya persamaan yang
efektif adalah persamaan hL 0.
B.

Kesimpulan
a. Semakin besar debit maka akan semakin besar pula
kehilangan tinggi tekan fluida tersebut
b. Metoda menentukan besarnya kehilangan tinggi tekan akibat
ekspansi tiba-tiba ada 2 macam yaitu :
1. Tanpa kehilangan tinggi tekan
2. Dengan kehilangan tinggi tekan
c. Untuk mendapatkan kondisi yang mendekati ideal maka
nilai hL dianggap tidak sama dengan 0
d. Kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi terjadi karena
adanya perubahan kecepatan aliran yang semakin kecil. Hal
ini disebabkan fluida mengalir dari penampang yang lebih
kecil menuju penampang yang lebih besar, sedangkan debit
alirannya tetap.

ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN


GRAFIK kb dan kl vs R/D
A. Analisa Grafik
Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Pada Grafik K vs R/D, kb dan kl berbanding terbalik dengan
R/D , namun kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa
lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan perubahan
bentuk geometri pipa (KL).
B.

Kesimpulan
a. Besarnya

nilai

dipengaruhi

kehilangan

tinggi

tekan

pada

pipa

oleh 2 faktor, yaitu perubahan geometri pipa

pada faktor gesekan pipa


b. Kehilangan tinggi tekan fluida akibat geometri penampang
saluran dan adanya faktor gesekan akan selalu lebih besar
apabila dibandingkan dengan nilai kehilangan tinggi tekan
yang hanya memperhitungkan geometri penampang pipa
c. Pada elbow 45, bend 90 dan elbow 90 nilai KB nilai KL
d. Koefisien kehilangan tinggi tekan ditikungan bergantung
kepada sudut belokan dan gesekan.

ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN


GRAFIK K VS %Q
A. Analisa Grafik

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Semakin besar %Q yang melalui katup, maka K semakin
kecil dan sebaliknya jika semakin kecil %Q yang melalui
katup, maka K semakin besar.
B.

Kesimpulan
a.

Semakin besar debit akan menyebabkan harga koefisien


kehilangan tekan semakin kecil

b. Koefisien kehilangan tinggi tekan pada katup pintu lebih


besar dibandingkan katup bulat, sehingga katup bulat lebih
efektif untuk di gunakan pada tata pipa.

ANALISA GRAFIK DAN KESIMPULAN


STABILITAS BENDA TERAPUNG
A. Analisa Grafik GN vs

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
a.

Pada Y = 30 cm
metasentris

dan Y = 25 cm nilai tinggi

rata-rata dengan sudut yang terbentuk

berbanding

lurus,

semakin

besar

sudut

yang

terbentuk maka nilai tinggi metasentris semakin


besar. Sedangkan pada Y = 20 cm nilai tinggi
metasentris berbanding lurus, semakin besar sudut
yang terbentuk maka semakin kecil nilai tinggi
metasentris.
b.

Kenaikan nilai tinggi metasentris tidak terlalu besar,


jika dibandingkan

dengan kenaikan besar sudut

yang terbentuk.
c.

Semakin kecil jarak massa geser dengan pusat daya


apung , maka nilai tinggi metasentris akan semakin
besar. Begitu juga sebaliknya.

B. Kesimpulan
a.

Semakin besar jarak titik berat dari besar daya


apung, maka sudut yang terbentuk dan nilai tinggi
metasentris akan semakin besar.

b.

Semakin besar sudut yang terbentuk, maka nilai


tinggi metasentris akan semakin besar, begitu juga
sebaliknya

c.

Nilai tinggi metasentris yang di peroleh dalam


praktikum ini yaitu :

Kelompok XIII

Untuk Y = 30 cm
1.

= 2,000o

; GN = 60,495 cm

2.

= 4,000o

; GN = 60,408 cm

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

3.

= 6,000o

; GN = 60,264 cm

4.

; GN = 62,055 cm

Untuk Y = 25 cm
1.

= 1,750o

2.

; GN = 66,654 cm

3.

= 5,125

; GN = 70,634 cm

4.

= 6,875o

; GN = 70,043 cm

= 3,625

; GN = 69,222 cm

Untuk Y = 20 cm
1.

= 1,625o

; GN = 74,445 cm

2.

= 2,875o

; GN = 74,340 cm

3.

; GN = 78,291 cm

; GN = 77,124 cm

4.

Kelompok XIII

= 7,750

= 4,375
= 5,750

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Osborne Reynold Apparatus

Alat Uji Metasentris

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Fluid Friction Apparatus

Gelas Ukur

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Stopwatch

Manometer

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Tikungan Bend 90o

Kelompok XIII

Laporan Praktikum Mekanika Fluida


Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Tikungan Elbow 90o

Tikungan Elbow 45o

Kelompok XIII

Anda mungkin juga menyukai