PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia
tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit
serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit
gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut
usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal
akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga
biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian
sebesar 85 %
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal?
2. Apa yang menyebabkan gagal ginjal dapat terjadi?
3. Bagaiamana tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal?
4. Bagaiamana patofisiologi terjadinya gagal ginjal?
5. Komplikasi apa yang dapat terjadi setelah terjadi gagal ginjal?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal?
7. Bagaiamana penatalaksanaan penyakit gagal ginjal?
8. Bagaiamana rencana asuhan keperawat yang dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu :
1. Tujuan Umum
21
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara mendadak
akibat kegagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus dan glomerulus dengan
manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar nitrogen
21
darah, peningkatan kreatinin serum, dan retensi produksi metabolit yang harus
dieksresikan oleh ginjal).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah.
B. ETIOLOGI
Gagal Ginjal Akut :
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal akut dengan tiga
katagori meliputi : prarenal, renal, dan pascarenal.
1. Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dan
gastrointestinal, pankreatitis, pemakaina diuretik berlebih).
b) Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis).
c) Penurunan curah jantung (disritmia, infark miokardium, gagal jantung kongestif,
syok kardiogenik, emboli paru).
d) Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis).
2. Renal
Kondisi renal ginjal akut adalah akibat kerusakan struktur glomerulus atau
tubulus ginjal. Kondisi klinis yang umum adalah sebagai berikut.
a) Trauma langsung pada ginjal dan cedera akibat terbakar.
b) Iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pascabedah).
c) Reaksi tranfusi (DIC akibat tranfusi tidak cocok).
d) Nefritis interstitial akut : infeksi berat, induksi obat-obatan nefrotoksin.
2. Pascarenal
Etiologi pascarenal terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal,
seperti pada kondisi berikut ini.
a) Obstruksi muara vesika urinaria : hipertrofi prostat, karsinoma.
b) Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumbatan tumor.
Gagal Ginjal Kronis :
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya GGK. Akan
tetapi, apa pun penyebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa
disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
1. Penyebab dari ginjal.
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis.
21
Perubahan
3)
4)
Hiperkalemia.
5)
6)
Asidosis metabolik.
7)
Anemia.
8)
Letargi.
9)
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
21
2)
3)
4)
5)
6)
Pulmoner
-
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaul
Sputum kental
Gastrointestinal
-
Perdarahan saluran GI
Konstipasi / diare
Muskuloskeletal
-
Kram otot
Fraktur tulang
Foot drop
Integumen
-
Pruritus
Ekimosis
Reproduksi
-
Amenore
Atrofi testis
D. PATOFISIOLOGI
Gagal Ginjal Akut :
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut
sebagai berikut :
1) Periode Awal
21
21
Pathway.
21
1) Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan
menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan
meningkat.
2) Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
3) Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
4) Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
5) Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR,
maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium.
Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi
gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,
akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
6) Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon.
Pathway.
21
21
E. KOMPLIKASI
1) Hiperkalemia.
2) Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung.
3) Hipertensi.
4) Anemia.
5) Penyakit tulang
(Smeltzer C, Suzanne, 2002 hal 1449)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
21
21
Urine
1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria).
2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin.
3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat.
4) Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan
rasio urin/serum sering 1:1.
5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
6) Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
7) Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b.
Darah
1) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2) Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
3) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin.
4) GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
a. Natrium serum : rendah.
b. Kalium: meningkat
c. Magnesium; Meningkat
d. Kalsium ; menurun
e. Protein (albumin) : menurun
5) Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg.
6) Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
7) Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
8) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
21
21
4) Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq
Na Bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati
karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transpantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka
saluran faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Gagal Ginjal Akut :
1. Pengkajian Anamnesis
Pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi
prostat. Pada wanita, infeksi saluran kemih yang berulang dapat menyebabkan GGA,
serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca-melahirkan. Keluhan utama yang
sering adalah terjadi penurunan produksi miksi. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah nyeri, demam, reaksi syok, atau gejala dari penyakit yang ada
sebelumnya (prerenal).
21
4. Psikososiokultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis penyakit yang
berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV
sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu
tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
b) B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini.
Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik
sehingga didapatkan pernapasan kusmaul.
c) B2 (Blood)
21
21
protein), perfusi renal, dan masukan protein. Serum kreatinin meningkat pada
kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi
ginjal dan perkembangan penyakit.
c) Pemeriksaan elektrolit. Pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus
tidak mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein menghasilkan pelepasan
kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat.
Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.
d) Pemeriksaan pH. Pasien oliguri akut tidak dapat mengeliminasi muatan metabolik
seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal. Selain itu,
mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah sehingga asidosis
metabolik progresif menyertai gagal ginjal.
Gagal Ginjal Kronis :
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, anoreksia,
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada
kulit.
2.
3.
4.
Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
21
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat kesadaran
menurun sesuai dengan tingkat uremia didalam dapat memengaruhi sistem saraf
pusat. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan ; RR meningkat. TD terjadi
perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
b) B1 (Breathing)
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase
ini. Respons uremia didapatkan adanya pernapasan kusmaul. Pola napas cepat dan
dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang
menumpuk di sirkulasi.
c) B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan aukultasi perawat akan menemukan
adanya fricition rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial. Didapatkan
tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3
detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung,
edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI,
kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d) B3 (Brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang,
adanya neuropati perifer, kram otot, dan nyeri otot.
e) B4 (Bladder)
Penurunan urine output <400 ml/hari sampai anuria, terjadi penurunan
libido berat.
f) B5 (Bowel)
21
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau
mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
g) B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakir kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam
(sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat
kalium, pada kulit, jaringan lunak, dan keterbatasan gerak sendi.
6.
Pemeriksaan Laboratorium
a) Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumalah retikulosit yang
rendah.
b) Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih. Perbandingan ini berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c) Hiponatremi : umunya karena kelebihan cairan. Hiperkalemi : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
d) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin
D3 pada GGK.
e) Phosphate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzime fosfatase lindi tulang.
f) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
g) Peningkatan gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal
ginjal (resistensi terhadap penggunaan insulin pada jaringan perifer).
7.
21
c) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih,
dan prostat.
d) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari ganggaun
(vaskuler, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
e) EKG untuk meliahat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, ganggua elektrolit (hiperkalemia).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gagal Ginjal Akut :
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan fase diuresis dari gagal ginjal akut.
2) Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada
cairan serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan
membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru dan respons
asidosis metabolik.
3) Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal efek
sekunder penurunan pH, hiperkalemi, dan uremia.
4) Aktual/risiko penurunan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan pH pada
cairan serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolik.
5) Aktual/risiko tinggi aritmia berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal efek
sekunder dari hiperkalemi.
Gagal Ginjal Kronis :
1) Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada
cairan serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan
membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru dan respons
asidosis metabolik.
2) Aktual/risiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungna dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, klasifikasi jaringan lunak.
3) Aktual/risiko tinggi aritmia berhubungan dengan konduksi elektrikal sekunder dari
hiperkalemi.
4) Aktual/risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium, peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.
5) Aktual/risiko penurunan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan pH pada
cairan serebrospinal sekunder dari asidosis metabolik.
21
Klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor kulit normal, TTV
dalam batas normal, CRT <3 detik, urine >600 ml/hari.
menurun.
Intervensi
Monitoring status cairan (turgor kulit, -
Rasional
Jumlah dan tipe cairan pengganti
Penurunan
volume
mengakibatkan
menurunnya
cairan
produk
tahanan perifer.
- Pertahankan pemberian cairan secara Jalur yang paten penting untuk pemberian
intravena.
21
Pemeriksaan gas arteri pH 7,4 0,005, HCO3 242 mEq/L, dan PaCO2 40
mmHg.
Intervensi
Kaji faktor penyebab asidosis metabolik.
Rasional
Mengidentifikasi
untuk
mengatasi
jantung,
cadangan
meingkatkan
jantung,
dan
tenang
menurunkan
tekanan darah.
Penurunan curah jantung, mengakibatkan
lingkungan
menurunkan
Kolaborasi
- Berikan cairan Ringer Laktat secara - Larutan IV Ringer Laktat biasanya
intravena.
merupakan
cairan
pilihan
untuk
21
masalah
adalah
masukan
dari
analisis
gas
darah
Klien tidak mengalami defisit neurologis, kadar kalium serum dalam batas
normal.
Intervensi
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan Banyak
individu dan faktor-faktor hiperkalemi.
Rasional
faktor
yang
menyebabkan
21
kandungan
kalium
minimal
- Upaya
deteksi
berencana
untuk
mencegah hiperkalemi.
yang
pencegahan
paling
penting
hiperkalemia
dari
adalah
hiperkalemia
karena
infus
larutan
IV
yang
kolaboratif
tinggi.
koreksi Dilakukan penghambatan terhadap efek
hiperkalemi.
21
Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4, 5, 6;
pupil isokor, refleks cahaya (+).
TTV normal (nadi 60-100 x/menit, suhu : 36-37C, pernapasan 16-20 x/menit),
serta klien tidak mengalami defisit neurologis seperti : lemah, agitasi, iritabel,
hiperefleksia, dan spastisitas dapat terjadi hingga akhirnya timbul koma, kejang.
Intervensi
Rasional
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS.
lanjut.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, Pada keadaan
21
normal,
autoregulasi
sistemik
yang
fluktuasi.
dapat
Kegagalan
berubah
secara
autoreguler
akan
dapat
peningkatan
dimanifestasikan
sistolik
dan
dengan
diikuti
oleh
dan
intraabdomen.
napas apabila bergerak atau berbalik di Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau
tempat tidur.
efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari batuk Batuk dan mengejan dapat meningkatkan
dan mengenjan berlebihan.
perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung.
21
Rasional
artinya
untuk
mengamati
tetanus
adalah
diet,
suplemen
kalsium
harus
dipertimbangkan.
Hindari konsumsi alkohol dan kafein yang Alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi
tinggi.
menghambat
perokok
penyerapan
kretek
kalsium
sedang
dan
meningkatkan
- Garam
kalsium
parenteral
termasuk
menghasilkan
kalsium
dibanding
jumlah
akuimolar
mengiritasi
dan
dapat
Vitamin D.
21
Monitor
pemeriksaan
EKG
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh mual-mual dan muntah, GCS : 4, 5, 6.
TTV dalam batas normal, akral hangat, CRT <3 detik, EKG dalam batas normal,
Hipertensi
yang
signifikan
Monitoring EKG.
Kolaborasi :
- Pemberian
suplemen
kalsium
oral
- Kalium
oral
(Aspar
K)
dapat
21
- Manajemen
pemberian
kalium
intravena.
- Pada kasus
kalium
yang
harus
nondekstrosa,
berat,
pemberian
dalam
sebab
larutan
dekstrosa
(seperti
20
mEq/dl)
dapat
Klien tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang, piting edema (-), produksi
Rasional
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
cairan.
Istirahatkan/anjurkan klien untuk tirah Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
baring pada saat edema masih terjadi.
meningkatkan
diuresis
yang
21
menunjukkan
gangguan
badan
keseimbangan
cairan.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkkan sediaan oksigen untuk
nasal/masker sesuai dengan indikasi.
Kolaborasi
- Berikan diet tanpa garam.
spironolakton, hidronolakton.
golongan
- Adenokortikosteroid,
golongan
prednison.
proteinuri.
- Dialisis akan menurunkan volume cairan
- Lakukan dialisis.
yang berlebih.
Aktual/risiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
perifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum dalam
kulit.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
21
Kriteria evaluasi :
-
lapiran kutaneus.
Perdarahan
yang
abnormal
sering
kuku
dan pertahankan
injuri.
kuku Penurunan curah jantung, mengakibatkan
Kolaborasi
- Berikan pengobatan antipruritis sesuai Mengurangi stimulus gatal pada kulit.
pesanan.
Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
arti
dari
kehilangan
menyusun
rencana
perawatan
atau
pemilihan intervensi.
atau Mekanisme koping pada beberapa pasien
21
fungsi
secara
efektif
dengan
sedikit
koping
menyesuaikan
maladaptif
kesulitan
dan
dalam
pasien
ketika
seperti
mengingkari
dan
mengenal
dan
mulai
pasien
terpengaruh
untuk
sekarat
menyatakan
kematian.
realitas
bahwa
masih
menggunakan sisi yang sakit dan belajar pasien untuk merasakan adanya harapan
mengontrol sisi yang sehat.
dan mulai menerima situasi baru.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik Membantu meningkatkan perasaan harga
dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan
orang
yang
terdekat
kehidupan.
untuk Menghidupkan
kembali
perasaan
perilaku
atau
usaha
beradaptasi
terhadap
peningkatan minat atau partisipasi dalam perubahan dan pengertian tentang peran
aktivitas rehabilitasi.
Monitor gangguan
tidur
Kolaborasi
Rujuk
pada
21
indikasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal
akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
21
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses
penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahuntahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1) Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.
2) Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai
prosedur yang ada.
Sakit dan sehat memang sudah ada yang mengatur takdir kita sebagai manusia.
Tetapi kita bisa menjauhkan keadaan sakit itu dengan berusaha untuk tetap prima dan fit
agar tubuh kita tetap sehat dengan cara Pola Hidup Sehat (PHS), yaitu dengan pola
makan dan minum yang sehat, Olahraga yang cukup, Hygienis, dan istirahat yang
cukup.Jika mengalami keadaan tubuh yang kurang sehat segeralah berobat untuk
mendapatkan tindakan dan pengobatan secara dini sebelum terjadi sakit yang kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarata : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam dan Fransisca. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Rendi, M.Clevo, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.
21
Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
edisi 8 vol. Jakarta : EGC.
21