Penggunaan Simbol Psikopen
Penggunaan Simbol Psikopen
Disusun Oleh:
Hera Mardianti 2201414123
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan produk budaya kuno yang sudah ada bahkan semenjak
manusia pertama diturunkan ke muka bumi. Bahasa merupakan alat terbaik yang
dimiliki seorang manusia untuk menyampaikan sesuatu kepada manusia yang
lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Perkembangan manusia yang
begitu pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas, memengaruhi perkembangan
bahasa pula. Dari sisi kuantitas misalkan, banyaknya jumlah manusia di muka
bumi menyebabkan mereka mau tak mau harus berpencar mencari lingkungan
baru untuk melangsungkan kehidupan. Lingkungan baru tersebut memicu
munculnya kebutuhan yang berbeda dari tiap masyarakatnya, sehingga bahasa
yang muncul pun berbeda di setiap masyarakat, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan dari sisi kualitas, manusia yang terus berkembang ke era modern,
memiliki pengetahuan dan pola pikir yang semakin kompleks. Hal tersebut
memicu kebutuhan akan bahasa yang lebih kompleks dan sesuai dengan
kekompleksitasannya. Selain itu, di era modern ini segala aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi, sosial, maupun hukum, berlandaskan kepada asas globalisasi,
sehingga kebutuhan akan pemenuhan pengetahuan antara satu bahasa ke bahasa
lain pun semakin tinggi. Disinilah peran pengajar bahasa asing dibutuhkan. Untuk
memenuhi tuntutan zaman modern agar satu manusia mampu terhubung dengan
manusia lain, demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Bahasa Inggris, sebagai
salah satu bahasa internasional yang paling dibutuhkan, memiliki banyak manfaat
apabila mampu dikuasai oleh suatu bangsa, terutama bangsa Indonesia. Karena
dengan mengerti dan menguasai Bahasa Inggris, pengetahuan global, yang
sebagian besar berasal dari negara berbahasa Inggris, bisa didapatkan. Namun
meskipun begitu, masyarakat Indonesia, terutama para pelajar, masih menganggap
belajar Bahasa Inggris itu sulit. Hal tersebut mungkin dikarenakan metode
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa menggunakan metode simbol untuk mengajarkan Bahasa
Inggris?
2. Bagaimana cara penggunaan metode simbol dalam pembelajaran Bahasa
Inggris?
C. Tujuan
1. Mengetahui mengapa pengajar menggunakan metode simbol untuk
mengajarkan Bahasa Inggris.
2. Mengetahui bagaimana cara menggunakan metode simbol dalam
pembelajaran Bahasa Inggris.
D. Manfaat
1. Mampu memenuhi tugas mata kuliah umum psikologi pendidikan tahun
2016.
2. Mampu menukar gagasan tentang pembelajaran kepada dosen yang lebih
berpengalaman.
3. Memberikan informasi dan inspirasi kepada pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Simbol
Symbol atau simbol menurut kamus Webster (1997) dalam Harisah dijelaskan
sebagai berikut :
a. Sesuatu yang menunjukkan, mewakili atau memberi kesan mengenai
sesuatu yang lain; sebuah obyek digunakan untuk mewakili sesuatu yang
abstrak; lambang, contoh merpati adalah lambang dari perdamaian.
b. Tanda yang tertulis, tercetak, huruf, singkatan dan lain-lain, mewakili
sebuah obyek, kualitas, proses, kuantitas dan lain-lain, baik di dalam
musik, matematika atau kimia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, simbol adalah lambang. Dari hal ini
dapat disimpulkan bahwa simbol merupakan bentukan dari suatu gagasan, bisa
berupa benda, lambang, ataupun suatu hal yang lain.
Pada tahap akhir ini, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa pun
berubah. Seseorang akan semakin lancar dalam berkomunikasi.
B. Pembahasan
1. Alasan Pengajar Menggunakan Metode Simbol untuk Mengajarkan
Bahasa Inggris.
Menggunakan metode simbolik berarti mengunakan proses awal
perkembangan kognitif manusia. Yaitu mengenal simbol sebagai pengalaman,
kemudian, seperti kata Paiget, membentuk skema dari pengalaman tersebut.
Mengapa harus memulai dari awal? Hal ini dikarenakan belajar Bahasa Inggris
berarti belajar bahasa baru. Diibaratkan seperti ketika masih bayi dan hanya
mampu mengoceh tidak jelas untuk mengungkapkan sesuatu dalam bahasa baru
tersebut. Kesalahan yang digunakan banyak orang ketika mempelajari bahasa baru
adalah dengan membandingkan kata baru dari bahasa lain dengan kata dalam
bahasa ibu mereka, misalkan, mengetahui bahwa run = berlari. Padahal cara ini
membuat kita berpikir dua kali ketika harus menggunakan Bahasa Inggris. Ketika
harus memproses kata run kita harus berpikir tentang kata berlari terlebih
dahulu, baru munculah gambaran tentang orang berlari. Cara membandingkan
ini juga sulit bertahan lama, kita akan sering lupa dengan arti kata run lagi dan
lagi.
Sedangkan dengan metode simbol, kita langsung membandingkan kata dengan
gambar, gerakan, atau realisasinya langsung. Sehingga ketika memroses kata
run, yang muncul di otak kita adalah gambaran orang berlari. Tanpa harus
memproses kata berlari terlebih dulu, baru muncul gambarannya.
Anak-anak dan orang dewasa kebanyakan akan langsung mengenal tanda diatas
sebagai salah satu simbol jejaring sosial path, namun mereka tidak mengetahui
arti harfiah dari kata tersebut. Nah, disini kita sebagai pengajar memancing
pengetahuan mereka dengan bertanya, apa fungsi jejaring sosial path ini.
Mereka akan menjawab, memberikan informasi tentang apa yang kita lakukan dan
dimana kita melakukannya, atau dengan kata lain melacak jalur kegiatan kita. Dari
situ, kita bisa mengajak mereka untuk membuat kesimpulan arti dari path.
Mungkin mereka akan menebak kalau path adalah semacam jam, atau tempat,
atau langkah, atau bahkan mereka benar bisa menjawab arti yang sebenarnya dari
path yaitu jalur jalan. Meskipun terlihat merepotkan, cara ini akan membuat siswa
terngiang-ngiang arti dari kata ini, karena jejaring sosial ini dekat dengan mereka,
dan mereka mengalami proses untuk mendapatkan arti dari kata tersebut. Proses
itulah yang akan diingat siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengajar menggunakan metode ini adalah untuk mencegah temporary
understanding dalam belajar Bahasa Inggris.
2. Cara menggunakan metode simbol adalah dengan mengaitkan kata baru
dengan simbol, bukan dengan bahasa ibu.
B. Saran
Daftar Pustaka
Rifai, Achmad. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Doyin, Mukh, Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.