Anda di halaman 1dari 1

Bab Shalat

Khauf
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi   
Monday, 09 April 2007
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat besertamu) dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan satu raka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan
hendaklah mereka bersiap siaga menyandang senjata." (QS. an-Nisaa':102)

Cara Melaksanakan Shalat Khauf


Al-Khattab menegaskan, "Cara shalat khauf itu bermacam-macam yang Nabi saw.  kerjakannya pada hari-hari
yang berlainan dan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yang mana pada kesemuanya itu Beliau tetap
berusaha memperhatikan cara mana yang lebih mengandung kehati-hatian dalam shalat dan yang lebih
mampu memelihara dari serangan musuh. Cara shalat khauf ini bervariasi, namun makna dan hakikatnya satu.
Selesai. (Syarhu Muslim oleh Imam Nawawi VI:126). 

Cara pertama:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, "Rasulullah saw. pernah shalat khauf satu raka'at dengan salah satu di antara dua
kelempok (makmum), sedangkan kelompok kedua menghadap ke arah musuh; kemudian kelompok yang
pertama itu menggantikan kedudukan shahabat mereka yang menghadap musuh itu; lalu golongan yang
kedua itu datang shalat satu raka'at dengan Nabi, kemudian beliau beri salam, lalu kelompok yang pertama
sempurnakan satu raka'at (lagi) dan kelompok yang kedua (juga) sempumakan raka'at (lagi)." (Muttafaqun
‘a1aih Muslim I: 573 no: 839 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari 11:429 no:942, Aunul Ma'bud IV: 118 no:
1230, Tarmidzi 11:39 no: .561, dan Nasa'i 111:171). 

Cara kedua:
Dari Sahl bin Abi Hatsmah bahwa Rasulullah saw. shalat dengan para beliau menjadikan mereka dua shaf
dibelakang Beliau, lalu Beliau shalat dengan para sahabat yang berdiri hingga pada shaf  pertama satu raka'at,
kemudian beliau bangun lalu tetap berdiri hingga para sahabat yang berdiri dibelakang mereka (yaitu shaf
kedua) shalat satu raka'at, kemudian para sahabat yang berdiri pada shaf kedua maju (ke shaf pertama),
sedangkan para sahabat yang asalnya berada didepan mereka mundur (ke shaf kedua), lalu Beliau shalat
dengan mereka (yang berada pada shaf pertama sekarang) satu raka'at (lagi), kemudian beliau duduk
(tahiyyat) hingga para sahabat yang masih kurang satu raka'at selesai menambahnya, kemudian Rasulullah
mengucapkan salam. (Muttafaqun ‘alaih: Muslim I : 575 no: 841, Fathul Bari V: 422 no: 4131dengan redaksi
yang sema'na, Nasa'i III : 170, dan Tarmidzi II: 40 no: 562). 

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bertutur, "Saya pernah hadir bersama Rasulullah saw. mengerjakan shalat khauf.
Rasulullah saw. jadikan kami dua shaf di belakangnya, sementara musuh ada di antara kami dengan kiblat, lalu
beliau takbir dan kami sekalian juga turut takbir, kemudian beliau ruku' dan kami sekalian juga turut ruku',
lalu beliau angkat kepalanya dan ruku' dan kami juga turut bangkit; kemudian beliau tunduk sujud bersama
shaf yang pertama, sedangkan shaf yang kedua berdiri menghadap ke arah musuh. Sesudah Nabi dan shaf
yang pertama selesai mengerjakan sujud dan telah bangkit berdiri maka shaf yang kedua juga mengerjakan
sujud, lalu berdiri; kemudian maju shaf yang kedua menjadi shaf yang pertama dan mundur shaf yang kedua,
kemudian Nabi ruku' dan kami sekalian turut ruku', kemudian beliau angkat kepalanya dari ruku', dan kami
sekalian juga turut bangkit; kemudian beliau sujud bersama-sama shaf pertama (yang tadinya menjadi shaf
yang kedua pada raka'at pertama), sedang shaf yang kedua (sekarang, yang tadinya shaf pertama) berdiri
menghadap kearah musuh. Sesudah Rasulullah selesai kerjakan sujud bersama shaf yang (sekarang) jadi shaf
yang pertama, maka shaf yang kedua (sekarang) juga turut sujud, kemudian Nabi beri salam, dan kami semua
pun turut beri salam." (Shahih Nasa'i no: 1456, Muslim I: 574 no: 840 dan lafadz ini baginya, Nasa'i III:175).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau
Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka
As-Sunnah), hlm. 320 - 323.

Anda mungkin juga menyukai