Anda di halaman 1dari 12

Rasa Nyeri pada Pergelangan Kaki akibat Kontraksi yang Berlebihan

Silvia Gunawan
102014043
D7
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : SILVIA.2014fk043@civitas.ukrida.ac.id

Abstrack
The musculoskeletal system is one system that plays an important role in the
functioning of the human body, which regulate the active movement of humans.
Musculoskeletal system consists primarily of bone and muscle as driving the bone. Pain is a
disorder that is often experienced by many people in their daily activities. This is due to the
disruption of the musculoskeletal system. The pain can also be caused due to continuous
muscle contraction, causing fatigue. Muscle fatigue is a condition that occurs after a strong
muscle contraction and long, where the muscles are no longer able to contract within a
specified period.
Keyword : musculoskeletal, muscle, contraction, fatigue
Abstrak
Sistem muskuloskeletal adalah salah satu sistem yang memegang peranan penting
dalam fungsi tubuh manusia, yaitu mengatur pergerakan aktif dari manusia. Sistem
muskuloskeletal utamanya terdiri dari tulang dan otot sebagai penggerak tulang tersebut.
Rasa nyeri adalah gangguan yang sering dialami oleh banyak orang dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan karena kontraksi otot yang terus menerus sehingga
menyebabkan kelelahan. Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi
otot yang kuat dan lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu
tertentu.

Kata kunci : muskuloskeletal, otot, kontraksi, kelelahan


Pendahuluan
Sistem gerak pada umumnya terdiri dari berbagai kombinasi hasil kerja beberapa
organ. Organ-organ itu sendiri juga tidak terlepas dari hasil kombinasi antara jaringanjaringan yang berbeda srtuktur maupun fungsi namun saling membantu dalam melaksanakan
tugasnya. Sistem gerak pada manusia di kerjakan beberapa sistem yaitu sistem otot, sistem
rangka (tulang) maupun sistem sendi. Dalam melaksanakan tugasnya sistem-sistem ini tidak
pernah bekerja sendiri-sendiri, bahkan untuk pekerjaan sesederhana apa pun. Pada tungkai
(ekstremitas inferior) dapat dilihat banyak kombinasi kejasama antar sistem-sistem tersebut
dalam melasanakan suatu pekerjaan. Misalnya untuk berjalan bagian ekstremitas inferior
butuh otot-otot pada paha, tungkai bawah dan kaki untuk menggerakan tulang. Dalam
peristiwa tersebut tulang juga diperlukan untuk menopang tubuh orang tersebut, dan
diperlukan sistem persendian untuk menyambng perteuan-pertemua tulang tesebut seperti di
lutut.
Sistem Muskoskeletal
Sistem muskuloskeletal adalah fungsi tubuh manusia yang disusun oleh tulang
(rangka) dan otot.1 Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan kaku, yang mengandung
banyak garam kalsium dan menyusun bagian terbesar pada kerangka makhluk vertebrata.
Kekerasan pada tulang dihasilkan oleh kalsifikasi dari matriks ekstraselulernya, namun masih
memiliki sedikit elastisitas karena adanya serat-serat organik. Tulang berfungsi sebagai
pelindung tubuh, misalnya tulang tengkorak (ossa cranii) yang melindungi otak dan tulang
belakang (columna vertebrata) yang melindungi sumsum tulang belakang. Selain itu, tulang
juga berfungsi sebagai tuas, misalnya pada tulang-tulang panjang pada anggota gerak, dan
sebagai tempat penyimpanan garam kalsium.1
Tulang dikelompokkan berdasarkan bentuknya, yaitu tulang panjang, tulang pendek,
tulang pipih, tulang tidak beraturan, dan tulang sesamoid. Tulang panjang memiliki bentuk
seperti tabung yang panjang, misalnya tulang paha (os femur) dan tulang lengan atas (os
radius). Tulang pendek memiliki bentuk seperti kubus, seperti tulang-tulang pergelangan
tangan dan kaki (os scaphoideum, os lunatum, os talus, dan os calcaneum). Tulang pipih
mudah dibedakan karena bentuknya yang tipis dan lebar, contohnya tulangtulang penutup
kepala (ossa calvarii) yaitu tulang frontal (os frontale) dan tulang parietal (os parietale).

Seperti namanya, tulang tidak beraturan memiliki bentuk yang tidak beraturan, seperti tulang
belakang (ossa vertebri) dan tulang-tulang dasar tengkorak (ossa basis cranii). Terakhir,
tulang sesamoid adalah tulang-tulang yang kecil dan ditemukan pada beberapa tendon, dan
yang terbesar dari tulang jenis ini adalah tulang lutut (os patella).2
Anggota gerak bawah (ossa membri inferior) tersusun atas tulang paha (os humerus),
tulang lutut (os patella), tulang kering (os tibia), tulang betis (os fibula), tulang pergelangan
kaki (ossa tarsi), tulang telapak kaki (ossa metatarsi), tulang jari-jari kaki (ossa phalangeae).
Tulang pergelangan kaki terdiri dari os calcaneum, os talus, os navicular, os cuboid, os
cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, dan os cuneiforme laterale. Tulang jari-jari
kaki dibedakan jadi ossa digitorum primus dan ossa digitorum secundus, tertius, quartus, dan
quintus. Ossa digitorum primus tersusun atas os phalanx proximalis dan os digitorum phalanx
distalis, sedangkan ossa digitorum secundus, tertius, quartus, dan quintus tersusun atas os
digitorum phalanx proximalis, os digitorum phalanx media, dan os digitorum phalanx
distalis.2
Histologi Tulang
Histologi tulang terdiri atas sel-sel tulang (osteoblas, osteosit, dan osteoklas), serat
(kolagen dan elastin), dan matriks tulang (zat organik dan anorganik). Osteoblas adalah sel
tulang yang muda dan berbentuk kuboid-piramid dengan lembaran seperti epitel. Osteoblas
terletak di permukaan tulang. Osteosit merupakan perkembangan dari osteoblast yang terletak
lebih terpendam ke matriks. Osteoklas merupakan sel raksasa yang berinti besar dan banyak
anak inti yang jumlahnya bervariasi. Osteoklas terdapat pada permukaan tulang dalam suatu
lekukan dangkal.3
Serat kolagen merupakan serat yang tampak tebal namun terlihat pudar atau tembus
pandang, sedangkan serat elastin merupakan serat yang tampak tipis namun terlihat pekat.
Serat kolagen bersifat kuat dan kurang elastis, berlawanan dengan serat elastin yang kurang
kuat tetapi elastis. Pada matriks tulang terdapat zat organik dan anorganik. Zat organik yang
dimaksud adalah serat kolagen tipe I, agregat proteoglikan, dan glikoprotein seperti
osteonektin.3
Zat anorganik yang terdapat pada matriks tulang rawan adalah kalsium hidroksiapatit,
kalsium fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. Berdasarkan strukturnya,
tulang dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang spons. Tulang kompak biasanya terletak

pada bagian luar tulang dan tidak memiliki celah, berbeda dengan tulang spons yang berada
di bagian dalam tulang dan bercelah-celah. Tulang kompak merupakan 80% dari massa
tulang, sedangkan tulang spons hanya 20%.3
Persendian
Persendian adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, baik yang memungkinkan
pergerakan ataupun tidak.1 Persendian dibagi menjadi sendi fibrosa, sendi tulang rawan, dan
sendi sinovial. Sendi fibrosa tersusun atas jaringan fibrosa yang melapisi ujung tulang yang
bersendi, yang memungkinkan pergerakan yang sangat kecil, misalnya pada sendi antara
tulang tengkorak. Sendi tulang rawan dibedakan menjadi sendi tulang rawan hialin dan sendi
tulang rawan fibroblast. Sendi tulang rawan hialin tidak memungkinkan adanya pergerakan,
misalnya pada sendi antara os costae I dan os manubrium sterni. Sendi tulang rawan
fibroblast memungkinkan sedikit pergerakan, misalnya pada sendi antara ruas-ruas tulang
belakang. Pada sendi sinovial, permukaan tulang dilapisi oleh tulang rawan hialin dan
terbentuk ruang yang disebut cavum sinovial yang dilapisi oleh membran sinovial. Sendi
sinovial memungkinkan pergerakan yang bebas, tergantung pada jenis sendi sinovial, yaitu
sendi engsel (articulatio ginglymus) pada articulatio cubitii, sendi kisar (articulatio
trochoidea) pada articulatio radioulnaris proximalis, sendi telur (articulatio ellipsoidea) pada
articulationes metacarpophalangeae, sendi pelana (articulatio sellaris) pada articulatio
carpometacarpalis I, dan sendi peluru (articulatio globoidea) pada articulatio humerii.2
Dari tulang-tulang tersebut, terbentuklah persendian-persendian pada anggota gerak
bawah. Antara ossa cingulum membri inferior dengan os femur terbentuk articulatio coxae.
Pada lutut terbentuk articulationes genus, yang terdiri dari articulatio femoropatellaris (os
femur dengan os patella), articulatio meniscofemoralis, dan articulatio meniscotibialis. Antara
os tibia dan os fibula terbentuk dua persendian, pada bagian proximal terdapat articulatio
tibiofibularis, dan pada bagian distal terdapat syndesmosis tibiofibularis. Pada ossa tarsi
terbentuk banyak persendian, yaitu articulatio talocruralis, articulatio calcaneocuboidea,
articulatio talotarsalis (articulatio subtalaris dan articulatio talocalcaneonavicularis),
articulatio cuneonavicularis, articulatio cuneocuboidea, dan articulationes intercuneiformes.
Antara ossa tarsi dan ossa metatarsi terbentuk articulationes tarsometatarsales, sedangkan
antara ossa metatarsi dan ossa digitorum phalanx proximalis terbentuk articulationes
metatarsophalangeae. Antara ossa digitorum phalanx proximalis dan ossa digitorum phalanx
media terbentuk articulationes interphalangeae pedis proximalis, sedangkan antara ossa

digitorum phalanx media dan ossa digitorum phalanx distalis terbentuk articulationes
interphalangeae pedis distalis. 2
Histologi tulang rawan terdiri dari sel-sel tulang rawan (kondroblas dan kondrosit),
serat-serat tulang rawan (kolagen dan elastin), serta matriksnya. Kondroblas merupakan
kondrosit muda yang terletak di dekat pekondrium dan aktif menghasilkan matriks. Seiring
perkembangannya, kondroblas berkembang menjadi kondrosit yang bergerak ke arah dalam
matriks. Kondrosit memiliki matriks teritorium di sekitarnya, dan akan disebut sebagai sel
isogen apabila berkelompok. Matriks tulang rawan berbentuk gel cair yang mengandung
proteoglikan dan mengandung banyak seratserat tulang rawan. Serat-serat yang dimaksud
adalah serat kolagen dan serat elastin. Karena adanya kedua serat tersebut di dalam matriks,
tulang rawan bersifat kuat, elastis, dan tahan regangan. Berdasarkan kandungannya, tulang
rawan dibedakan menjadi tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, dan tulang rawan fibrosa.
Tulang rawan hialin memiliki serat-serat tulang rawan dengan didominasi oleh serat kolagen
sehingga kuat terhadap regangan, contohnya pada dinding trakea dan tulang rawan iga
(costae). Tulang rawan elastis juga memiliki serat-serat tulang rawan, namun didominasi oleh
serat elastin. Tulang rawan elastin bersifat elastis atau mudah meregang dan kembali lagi,
terdapat pada daun telinga dan epiglotis. Tulang rawan fibrosa terletak pada diskus
intervertebralis dan simfisis pubis. Tulang rawan ini tidak memiliki perikondrium, dan pada
preparat histologi dapat terlihat cekungan-cekungan yang disebut anulus fibrosus.4
Jenis-Jenis Otot
Secara histologi, berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu: otot polos, otot rangka, dan otot jantung.
1. Otot Polos
Otot polos adalah otot yang tidak berlurik dan kerjanya di luar kesadaran. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran pernafasan, saluran
pelepasan air seni, dan saluran genital.3
Ciri-ciri otot polos yaitu serabut ototnya berbentuk spindel dengan panjang yang
bervariasi, satu sel otot polos mengandung satu nukleus yang terletak di tengah, bekerja
secara tidak sadar, kontraksinya kuat dan lamban, serta tidak mudah lelah. Jenis otot ini dapat
berkontraksi tanpa adanya rangsangan saraf. Secara fisiologi, otot polos sangat berbeda
dengan otot rangka. Kontraksinya lambat namun dapat bertahan lama.3

2. Otot Lurik / Otot Rangka


Otot lurik atau otot rangka merupakan otot yang bekerja secara sadar. Otot rangka
melekat pada rangka tubuh dan bertanggung jawab untuk pergerakan. Satu serabut
panjangnya berkisar antara 10mm sampai 40mm. Jumlah nukleus banyak dan dapat
ditemukan di bawah sarkolema pada bagian perifer sel (bagian tepi sel). Kontraksi otot
rangka lebih cepat dan kuat namun mudah lelah. Otot lurik dikendalikan oleh otak yang
sangat cepat reaksinya terhadap berbagai jenis rangsangan seperti dingin, panas, angin, arus
listrik, dll.3
Bila diamati di bawah mikroskop, maka tampak adanya garis melintang yang terang
dan gelap, sehingga disebut otot seran lintang. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot
atau miofibril yang berinti banyak. Miofibril ini berkumpul membentuk kumpulan serabut,
kemudian kumpulan serabut membentuk otot. Ujung otot lurik umumnya mengecil dank eras
disebut tendon. Setiap otot memiliki dua atau lebih tendon, yaitu tendon yang melekat pada
tulang yang bergerak disebut insersio dan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
bergerak disebut origo.3
3. Otot Jantung
Otot jantung hanya ditemukan pada jantung. Otot ini bergaris atau memiliki lurik
seperti pada otot lurik. Perbedaanya adalah bahwa serabutnya bercabang dan saling
bersambung satu sama lain yang disebut sinsitium. Otot jantung bekerja secara tak sadar dan
reaksi terhadap rangsangan lambat. Ciri lain dari otot jantung adalah nukleusnya yang
terletak di tengah dan panjangnya yang berkisar antara 85 mikron sampai 10 mikon dan
diameternya sekitar 15 mikron.3
Otot pada Pergelangan Kaki
Otot memiliki peranan dalam menjaga stabilitas sendi. Pada pergelangan kaki, m.
fibularis longus dan m. fibularis brevis berfungsi mengontrol gerakan supinasi dan menjaga
dari timbulnya sprain pada pergelangan kaki. Selain kedua otot tersebut, otot pada bagian
anterior tungkai bawah seperti m. tibialis anterior, m. extensor digitorum longus, m. extensor
digitorum brevis dan m. fibularis tertius juga berperan mencegah terjadinya sprain dengan
berkontraksi saat terjadi gerakan supinasi, sehingga otot dapat memperlambat gerakan
plantar-fleksi pada gerakan supinasi dan cedera dapat dihindari.2

Mekanisme Kontraksi Otot


Kontraksikan otot dimulai ketika ujung saraf akan melepaskan neurotransmitter
berupa asetilkolin (ACh). ACh akan memicu terbentuknya potensial aksi di sepanjang
jaringan ikat serat otot yang akan masuk ke dalam otot melalui tubulus T dan mengaktifkan
retikulum sarkoplasmik. Retikulum sarkoplasmik akan membuka pintu untuk kalsium,
sehingga kalsium akan keluar dan berikatan dengan troponin C. Troponin C yang aktif akan
menggeser tropomiosin dari sisi aktif aktin. Karena sisi aktif aktin telah terbuka, miosin akan
berikatan dengan sisi aktif tersebut. Namun ada beberapa mekanisme yang terlebih dulu perlu
dilaksanakan oleh miosin. Miosin harus mengikat hasil pemecahan ATP, yaitu ADP + Pi pada
sisi ATPase-nya, barulah ia bisa berikatan dengan sisi aktif aktin. Setelah berikatan, energi
hasil pemecahan ATP akan digunakan oleh miosin untuk menarik aktin dan terjadi proses
yang disebut power stroke. Pi akan lepas saat power stroke terjadi, dan setelah power stroke
selesai ADP juga akan dilepas. Saat terjadi power stroke, keseluruhan sarkomer akan
memendek sehingga terjadi pemendekan otot atau kontraksi.5
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak ada protein yang memendek. Miosin
akan menarik aktin mendekati titik pusat sarkomer sehingga pita I akan semakin kecil, namun
pita A akan tetap. Karena tidak ada protein yang memendek, proses ini disebut sebagai proses
sliding. Setelah sisi ATP-ase dari miosin kosong, miosin tidak bisa begitu saja melepaskan
diri. Miosin membutuhkan ATP baru untuk berikatan pada sisi ATPase-nya agar ia dapat
melepaskan diri dari aktin. Apabila tidak ada ATP baru, maka miosin dan aktin akan terus
berikatan.5
Setelah miosin dan aktin melepas ikatannya, ATP pada sisi ATPase miosin akan
kembali dipecah menjadi ADP+Pi, kemudian miosin akan berikatan lagi dengan aktin yang
berbeda sehingga aktin akan semakin tertarik ke pusat sarkomer dan sarkomer akan semakin
memendek.5
Dalam melaksanakan kerjanya, ada dua jenis utama kontraksi yang terjadi pada otot,
yaitu kontraksi isotonik dan isometrik. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang
menghasilkan kekuatan otot yang stabil (tidak berubah) sementara panjang otot berubah,
sedangkan kontraksi isometrik adalah kontraksi tanpa perubahan tegangan dan panjang otot.5

Peran Kalsium dalam Kontraksi Otot Somatik


Kalsium berperan sentral dalam pengaturan kontraksi otot, yaitu sebagai regulator.
Otot dari organisme yang berbeda dan dari sel dan jaringan berbeda dalam organisme yang
sama dapat memiliki mekanisme molekuler yang berbeda dalam mengatur kontraksi dan
relaksasinya. Pada semua sistem, kalsium berperan kunci dalam regulasi. Terdapat dua
mekanisme umum mengenai regulasi kontraksi otot: berbasis-aktin dan berbasis-miosin.
Mekanisme pertama bekerja di otot rangka (somatik) dan jantung, dan yang kedua di otot
polos.5
Mekanisme Kerja Kalsium dalam Kontraksi Otot Somatik
Apabila kalsium di dalam sarkoplasma rendah (<10 -7 M), maka aktin tidak akan
berikatan dengan miosin. Kalau unit sarkomer dirangsang, maka kalsium akan segera
dilepaskan dari retikulum sarkoplasma masuk ke sarkoplasma, sehingga kalsium dalam
sarkoplasma akan meningkat. Apabila kalsium di dalam sarkoplasma meningkat (>10 -7 M),
maka kalsium akan terikat oleh troponin C. Kemudian akan terjadi interaksi antara troponin T
dengan tropomiosin yang menyebabkan adanya interaksi miosin dengan aktin. Interaksi
miosin dengan aktin ini disebut kontraksi.6
Mekanisme Penyediaan Energi
Kontraksi otot membutuhkan energi berupa ATP. Karena ATP yang tersimpan dalam
otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali
untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain.5
Sumber pertama dari kreatin fosfat (CP) merupakan sumber energi yang langsung
ATP + kreatin) tersedia untuk memperbaruhi ATP dari ADP (CP + ADP CP memungkinkan
kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui metabolisme glukosa
secara anaerob dan aerob. CP menyediakan energi untuk sekitar seratus kontraksi dan harus
disintesis ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP. ATP tambahan terbentuk dari
metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob.5
Sumber kedua dari reaksi anaerob pada siklus glikolisis. Otot dapat berkontraksi
secara singkat tanpa memeakai oksigen dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melalui
glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular. Glikolisis berlangsung dalam
sarkolema, tidak memerlukan oksigen dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa

menjadi dua molekul asam piruvat. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien
karena hanya menghasilkan dua mlekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi
kebututhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persendian oksigen tidak
mencakupi.5
Sumber ketiga dari reaksi aerob. Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang
terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk
dalam siklus asam sitrat untuk oksidasi. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna
menjadi karbon dioksida, air dan energi berupa ATP. Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi
efisien, menghasilkan energi sampai 36 mol ATP per mol glukosa.5
Sumber keempat berasal dari proses oxygen debt. Saat terjadi aktivitas berat yang
singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat sehingga simpanan energi anaerob
menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup
oksigen ke otot untuk membentuk ATP mealui reaksi aerob. Asam laktat berakumulasi,
mengubah pH dan menyebabkan keletihan serta nyeri otot yang nanti akan dibahas lebih
dalam. Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut oxygen debt. Volume
oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai semua asam laktat
dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau disintesis ulang
menjadi glukosa dalam hati.5
Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot yang kuat dan
lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Kelelahan
otot menunjuk pada suatu proses yang mendekati definisi fisiologis yang sebenarnya yaitu
berkurangnya respons terhadap stimulasi yang sama. Kelelahan otot secara umum dapat
dinilai berdasarkan persentase penurunan kekuatan otot, waktu pemulihan kelelahan otot,
serta waktu yang diperlukan sampai terjadi kelelahan. Kelelahan dapat diklasifikasikan
menjadi kelelahan yang berlokasi di sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan pusat
dan kelelahan yang berlokasi di luar sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan
perifer.6
Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat
otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus atau berlangsung dalam waktu lama, asam
laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.6

Proses pembentukan energi yang dilakukan agar otot dapat berkontraksi ternyata
memiliki efek samping. Produk sampingan dari proses glikolisis adalah asam laktat. Asam
piruvat diubah menjadi asam laktat ketika asam piruvat tidak dapat diolah lebih lanjut oleh
jalur fosfolirasi oksidatif. Penimbunan asam laktat karena kurangnya suplai oksigen dalam
otot menyebabkan nyeri otot yang timbul ketika olahraga yang berlebihan. Hal tersebut
disebut sebagai kelelahan otot. Banyak penyebab dari kelelahan otot. Beberapa faktor yang
cukup berperan adalah penimbunan asam laktat yang mungkin menghambat enzim-enzim
kunci pada jalur-jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi dan kontraksi.7
Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi hidrogen meningkat dan pH menurun.
Di lain sisi, peningkatan konsentrasi ion hidrogen menghalangi proses rangkaian eksitasi,
oleh menurunnya sejumlah kalsium yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma dan
gangguan kapasitas mengikat troponin. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen juga
menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalam glikolisis
anaerobik. Demikian lambatnya glikolisis, maka akan mengurangi penyediaan ATP untuk
energi.7
Mekanisme Jalannya Impuls dari Pusat Motorik sampai ke Otot
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang
berfungsi mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya
sangat panjang terdapat di sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik
dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat.8
Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi
melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. Saraf eferen
disebut sebagai saraf motorik, terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf
somatik autonom.8
Saraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka sebagai organ
efektor melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf. Proses komunikasi melalui
neurotransmiter dihubungkan saraf-otot, dapat menyebabkan kontraksi otot. Baik kekuatan
maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun sistem

saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses pengendalian kinerja otot rangka
yang diperlukan untuk menyelengarakan berbagai sikap dan gerakan tubuh.8
Pembahasan Skenario
Skenario 5
Seorang laki-laki umur 29 tahun dibawa ke klinik dengan keluhan nyeri pada
pergelangan kaki kanan. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien tersebut mengalami cedera
kaki pada waktu menjalani pertandingan tenis.
Dari skenario tersebut diketahui bahwa rasa nyeri yang ditimbulkan ternyata
merupakan salah satu akibat dari kelelahan otot yang disebabkan karena penggunaan otot
secara berlebihan. Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot
yang kuat dan lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu.
Proses pembentukan energi untuk kontraksi otot memiliki efek samping yang dapat membuat
otot menjadi lelah karena penimbunan asam laktat. Penimbunan asam laktat karena
kurangnya suplai oksigen dalam otot menyebabkan nyeri otot yang timbul ketika olahraga
yang berlebihan.
Kesimpulan
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot yang kuat dan
lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Rasa nyeri
yang ditimbulkan ternyata merupakan salah satu akibat dari kelelahan otot yang disebabkan
karena penggunaan otot secara berlebihan. Kontraksi otot dapat terjadi apabila ada
rangsangan yang menimbulkan potensial aksi. Adanya potensial aksi dapat mengaktifkan ion
Ca2+ yang berfungsi sebagai regulator kontraksi otot. Selain itu, kontraksi pada otot
memerlukan energi berupa ATP yang dapat diperoleh dari beberapa cara yang salah satunya
adalah proses glikolisis. Akan tetapi, proses pembentukan energi untuk kontraksi otot
memiliki efek samping yang dapat membuat otot menjadi lelah karena penimbunan asam
laktat.

Daftar Pustaka

1.

Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,

penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008.
2. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia: sobotta. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kedokteran EGC; 2006.


Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2005.
Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2005.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2009.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2007.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2005.
Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.

Anda mungkin juga menyukai