Silvia Gunawan
102014043
D7
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : SILVIA.2014fk043@civitas.ukrida.ac.id
Abstrack
The musculoskeletal system is one system that plays an important role in the
functioning of the human body, which regulate the active movement of humans.
Musculoskeletal system consists primarily of bone and muscle as driving the bone. Pain is a
disorder that is often experienced by many people in their daily activities. This is due to the
disruption of the musculoskeletal system. The pain can also be caused due to continuous
muscle contraction, causing fatigue. Muscle fatigue is a condition that occurs after a strong
muscle contraction and long, where the muscles are no longer able to contract within a
specified period.
Keyword : musculoskeletal, muscle, contraction, fatigue
Abstrak
Sistem muskuloskeletal adalah salah satu sistem yang memegang peranan penting
dalam fungsi tubuh manusia, yaitu mengatur pergerakan aktif dari manusia. Sistem
muskuloskeletal utamanya terdiri dari tulang dan otot sebagai penggerak tulang tersebut.
Rasa nyeri adalah gangguan yang sering dialami oleh banyak orang dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan karena kontraksi otot yang terus menerus sehingga
menyebabkan kelelahan. Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi
otot yang kuat dan lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu
tertentu.
Seperti namanya, tulang tidak beraturan memiliki bentuk yang tidak beraturan, seperti tulang
belakang (ossa vertebri) dan tulang-tulang dasar tengkorak (ossa basis cranii). Terakhir,
tulang sesamoid adalah tulang-tulang yang kecil dan ditemukan pada beberapa tendon, dan
yang terbesar dari tulang jenis ini adalah tulang lutut (os patella).2
Anggota gerak bawah (ossa membri inferior) tersusun atas tulang paha (os humerus),
tulang lutut (os patella), tulang kering (os tibia), tulang betis (os fibula), tulang pergelangan
kaki (ossa tarsi), tulang telapak kaki (ossa metatarsi), tulang jari-jari kaki (ossa phalangeae).
Tulang pergelangan kaki terdiri dari os calcaneum, os talus, os navicular, os cuboid, os
cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, dan os cuneiforme laterale. Tulang jari-jari
kaki dibedakan jadi ossa digitorum primus dan ossa digitorum secundus, tertius, quartus, dan
quintus. Ossa digitorum primus tersusun atas os phalanx proximalis dan os digitorum phalanx
distalis, sedangkan ossa digitorum secundus, tertius, quartus, dan quintus tersusun atas os
digitorum phalanx proximalis, os digitorum phalanx media, dan os digitorum phalanx
distalis.2
Histologi Tulang
Histologi tulang terdiri atas sel-sel tulang (osteoblas, osteosit, dan osteoklas), serat
(kolagen dan elastin), dan matriks tulang (zat organik dan anorganik). Osteoblas adalah sel
tulang yang muda dan berbentuk kuboid-piramid dengan lembaran seperti epitel. Osteoblas
terletak di permukaan tulang. Osteosit merupakan perkembangan dari osteoblast yang terletak
lebih terpendam ke matriks. Osteoklas merupakan sel raksasa yang berinti besar dan banyak
anak inti yang jumlahnya bervariasi. Osteoklas terdapat pada permukaan tulang dalam suatu
lekukan dangkal.3
Serat kolagen merupakan serat yang tampak tebal namun terlihat pudar atau tembus
pandang, sedangkan serat elastin merupakan serat yang tampak tipis namun terlihat pekat.
Serat kolagen bersifat kuat dan kurang elastis, berlawanan dengan serat elastin yang kurang
kuat tetapi elastis. Pada matriks tulang terdapat zat organik dan anorganik. Zat organik yang
dimaksud adalah serat kolagen tipe I, agregat proteoglikan, dan glikoprotein seperti
osteonektin.3
Zat anorganik yang terdapat pada matriks tulang rawan adalah kalsium hidroksiapatit,
kalsium fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. Berdasarkan strukturnya,
tulang dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang spons. Tulang kompak biasanya terletak
pada bagian luar tulang dan tidak memiliki celah, berbeda dengan tulang spons yang berada
di bagian dalam tulang dan bercelah-celah. Tulang kompak merupakan 80% dari massa
tulang, sedangkan tulang spons hanya 20%.3
Persendian
Persendian adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, baik yang memungkinkan
pergerakan ataupun tidak.1 Persendian dibagi menjadi sendi fibrosa, sendi tulang rawan, dan
sendi sinovial. Sendi fibrosa tersusun atas jaringan fibrosa yang melapisi ujung tulang yang
bersendi, yang memungkinkan pergerakan yang sangat kecil, misalnya pada sendi antara
tulang tengkorak. Sendi tulang rawan dibedakan menjadi sendi tulang rawan hialin dan sendi
tulang rawan fibroblast. Sendi tulang rawan hialin tidak memungkinkan adanya pergerakan,
misalnya pada sendi antara os costae I dan os manubrium sterni. Sendi tulang rawan
fibroblast memungkinkan sedikit pergerakan, misalnya pada sendi antara ruas-ruas tulang
belakang. Pada sendi sinovial, permukaan tulang dilapisi oleh tulang rawan hialin dan
terbentuk ruang yang disebut cavum sinovial yang dilapisi oleh membran sinovial. Sendi
sinovial memungkinkan pergerakan yang bebas, tergantung pada jenis sendi sinovial, yaitu
sendi engsel (articulatio ginglymus) pada articulatio cubitii, sendi kisar (articulatio
trochoidea) pada articulatio radioulnaris proximalis, sendi telur (articulatio ellipsoidea) pada
articulationes metacarpophalangeae, sendi pelana (articulatio sellaris) pada articulatio
carpometacarpalis I, dan sendi peluru (articulatio globoidea) pada articulatio humerii.2
Dari tulang-tulang tersebut, terbentuklah persendian-persendian pada anggota gerak
bawah. Antara ossa cingulum membri inferior dengan os femur terbentuk articulatio coxae.
Pada lutut terbentuk articulationes genus, yang terdiri dari articulatio femoropatellaris (os
femur dengan os patella), articulatio meniscofemoralis, dan articulatio meniscotibialis. Antara
os tibia dan os fibula terbentuk dua persendian, pada bagian proximal terdapat articulatio
tibiofibularis, dan pada bagian distal terdapat syndesmosis tibiofibularis. Pada ossa tarsi
terbentuk banyak persendian, yaitu articulatio talocruralis, articulatio calcaneocuboidea,
articulatio talotarsalis (articulatio subtalaris dan articulatio talocalcaneonavicularis),
articulatio cuneonavicularis, articulatio cuneocuboidea, dan articulationes intercuneiformes.
Antara ossa tarsi dan ossa metatarsi terbentuk articulationes tarsometatarsales, sedangkan
antara ossa metatarsi dan ossa digitorum phalanx proximalis terbentuk articulationes
metatarsophalangeae. Antara ossa digitorum phalanx proximalis dan ossa digitorum phalanx
media terbentuk articulationes interphalangeae pedis proximalis, sedangkan antara ossa
digitorum phalanx media dan ossa digitorum phalanx distalis terbentuk articulationes
interphalangeae pedis distalis. 2
Histologi tulang rawan terdiri dari sel-sel tulang rawan (kondroblas dan kondrosit),
serat-serat tulang rawan (kolagen dan elastin), serta matriksnya. Kondroblas merupakan
kondrosit muda yang terletak di dekat pekondrium dan aktif menghasilkan matriks. Seiring
perkembangannya, kondroblas berkembang menjadi kondrosit yang bergerak ke arah dalam
matriks. Kondrosit memiliki matriks teritorium di sekitarnya, dan akan disebut sebagai sel
isogen apabila berkelompok. Matriks tulang rawan berbentuk gel cair yang mengandung
proteoglikan dan mengandung banyak seratserat tulang rawan. Serat-serat yang dimaksud
adalah serat kolagen dan serat elastin. Karena adanya kedua serat tersebut di dalam matriks,
tulang rawan bersifat kuat, elastis, dan tahan regangan. Berdasarkan kandungannya, tulang
rawan dibedakan menjadi tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, dan tulang rawan fibrosa.
Tulang rawan hialin memiliki serat-serat tulang rawan dengan didominasi oleh serat kolagen
sehingga kuat terhadap regangan, contohnya pada dinding trakea dan tulang rawan iga
(costae). Tulang rawan elastis juga memiliki serat-serat tulang rawan, namun didominasi oleh
serat elastin. Tulang rawan elastin bersifat elastis atau mudah meregang dan kembali lagi,
terdapat pada daun telinga dan epiglotis. Tulang rawan fibrosa terletak pada diskus
intervertebralis dan simfisis pubis. Tulang rawan ini tidak memiliki perikondrium, dan pada
preparat histologi dapat terlihat cekungan-cekungan yang disebut anulus fibrosus.4
Jenis-Jenis Otot
Secara histologi, berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu: otot polos, otot rangka, dan otot jantung.
1. Otot Polos
Otot polos adalah otot yang tidak berlurik dan kerjanya di luar kesadaran. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran pernafasan, saluran
pelepasan air seni, dan saluran genital.3
Ciri-ciri otot polos yaitu serabut ototnya berbentuk spindel dengan panjang yang
bervariasi, satu sel otot polos mengandung satu nukleus yang terletak di tengah, bekerja
secara tidak sadar, kontraksinya kuat dan lamban, serta tidak mudah lelah. Jenis otot ini dapat
berkontraksi tanpa adanya rangsangan saraf. Secara fisiologi, otot polos sangat berbeda
dengan otot rangka. Kontraksinya lambat namun dapat bertahan lama.3
menjadi dua molekul asam piruvat. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien
karena hanya menghasilkan dua mlekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi
kebututhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persendian oksigen tidak
mencakupi.5
Sumber ketiga dari reaksi aerob. Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang
terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk
dalam siklus asam sitrat untuk oksidasi. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna
menjadi karbon dioksida, air dan energi berupa ATP. Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi
efisien, menghasilkan energi sampai 36 mol ATP per mol glukosa.5
Sumber keempat berasal dari proses oxygen debt. Saat terjadi aktivitas berat yang
singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat sehingga simpanan energi anaerob
menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup
oksigen ke otot untuk membentuk ATP mealui reaksi aerob. Asam laktat berakumulasi,
mengubah pH dan menyebabkan keletihan serta nyeri otot yang nanti akan dibahas lebih
dalam. Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut oxygen debt. Volume
oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai semua asam laktat
dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau disintesis ulang
menjadi glukosa dalam hati.5
Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot yang kuat dan
lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Kelelahan
otot menunjuk pada suatu proses yang mendekati definisi fisiologis yang sebenarnya yaitu
berkurangnya respons terhadap stimulasi yang sama. Kelelahan otot secara umum dapat
dinilai berdasarkan persentase penurunan kekuatan otot, waktu pemulihan kelelahan otot,
serta waktu yang diperlukan sampai terjadi kelelahan. Kelelahan dapat diklasifikasikan
menjadi kelelahan yang berlokasi di sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan pusat
dan kelelahan yang berlokasi di luar sistem saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan
perifer.6
Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat
otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus atau berlangsung dalam waktu lama, asam
laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.6
Proses pembentukan energi yang dilakukan agar otot dapat berkontraksi ternyata
memiliki efek samping. Produk sampingan dari proses glikolisis adalah asam laktat. Asam
piruvat diubah menjadi asam laktat ketika asam piruvat tidak dapat diolah lebih lanjut oleh
jalur fosfolirasi oksidatif. Penimbunan asam laktat karena kurangnya suplai oksigen dalam
otot menyebabkan nyeri otot yang timbul ketika olahraga yang berlebihan. Hal tersebut
disebut sebagai kelelahan otot. Banyak penyebab dari kelelahan otot. Beberapa faktor yang
cukup berperan adalah penimbunan asam laktat yang mungkin menghambat enzim-enzim
kunci pada jalur-jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi dan kontraksi.7
Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi hidrogen meningkat dan pH menurun.
Di lain sisi, peningkatan konsentrasi ion hidrogen menghalangi proses rangkaian eksitasi,
oleh menurunnya sejumlah kalsium yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma dan
gangguan kapasitas mengikat troponin. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen juga
menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalam glikolisis
anaerobik. Demikian lambatnya glikolisis, maka akan mengurangi penyediaan ATP untuk
energi.7
Mekanisme Jalannya Impuls dari Pusat Motorik sampai ke Otot
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang
berfungsi mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya
sangat panjang terdapat di sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik
dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat.8
Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi
melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. Saraf eferen
disebut sebagai saraf motorik, terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf
somatik autonom.8
Saraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka sebagai organ
efektor melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf. Proses komunikasi melalui
neurotransmiter dihubungkan saraf-otot, dapat menyebabkan kontraksi otot. Baik kekuatan
maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun sistem
saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses pengendalian kinerja otot rangka
yang diperlukan untuk menyelengarakan berbagai sikap dan gerakan tubuh.8
Pembahasan Skenario
Skenario 5
Seorang laki-laki umur 29 tahun dibawa ke klinik dengan keluhan nyeri pada
pergelangan kaki kanan. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien tersebut mengalami cedera
kaki pada waktu menjalani pertandingan tenis.
Dari skenario tersebut diketahui bahwa rasa nyeri yang ditimbulkan ternyata
merupakan salah satu akibat dari kelelahan otot yang disebabkan karena penggunaan otot
secara berlebihan. Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot
yang kuat dan lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu.
Proses pembentukan energi untuk kontraksi otot memiliki efek samping yang dapat membuat
otot menjadi lelah karena penimbunan asam laktat. Penimbunan asam laktat karena
kurangnya suplai oksigen dalam otot menyebabkan nyeri otot yang timbul ketika olahraga
yang berlebihan.
Kesimpulan
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi otot yang kuat dan
lama, dimana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Rasa nyeri
yang ditimbulkan ternyata merupakan salah satu akibat dari kelelahan otot yang disebabkan
karena penggunaan otot secara berlebihan. Kontraksi otot dapat terjadi apabila ada
rangsangan yang menimbulkan potensial aksi. Adanya potensial aksi dapat mengaktifkan ion
Ca2+ yang berfungsi sebagai regulator kontraksi otot. Selain itu, kontraksi pada otot
memerlukan energi berupa ATP yang dapat diperoleh dari beberapa cara yang salah satunya
adalah proses glikolisis. Akan tetapi, proses pembentukan energi untuk kontraksi otot
memiliki efek samping yang dapat membuat otot menjadi lelah karena penimbunan asam
laktat.
Daftar Pustaka
1.
penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008.
2. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia: sobotta. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
3.
4.
5.
6.
7.
8.