Anda di halaman 1dari 9

Kelelahan Otot

Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat otot
yang kurang, kontraksi yang terus-menerus atau berlangsung dalam waktu lama, asam laktat
yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.
Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit tetapi kerja otot (kontrasi) berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, maka otot akan kehabisan energi (ATP). Otot tidak memiliki waktu
yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru. Jika hal tersebut terus berlangsung, maka
produksi ATP akan dialihkan dengan cara glikolisis anaerob. Glikolisis anaerob akan membuat
penimbunan asam laktat semakin banyak. Asam laktat yang merupakan hasil sampingan
peristiwa dari pemecahan glikogen dapat menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot biasanya
ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas.
Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang ada di
hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah kembali menjadi glukosa oleh
enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi penimbunan asam laktat adalah dengan
menambah pasokan oksigen ke dalam darah. Kebutuhan oksigen yang tinggi akan
mengakibatkan seseorang bernapas dengan terengah-engah.

Macam-macam Kelelahan Otot


1. Kelelahan Pusat
Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut jumlah dan
mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot. Padahal kedua hal tersebut
berperan dalam besarnya potensial yang dihasilkan selama kontraksi otot. Dengan demikian,
berkurangnya jumlah motor unit dan frekuensi pengaktifan motor unit menyebabkan
berkurangkan kemampuan kontraksi otot.
2. Kelelahan Perifer
Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor di luar sistem
saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan ketidakmampuan otot untuk melakukan
kontraksi dengan maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gangguan
pada kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi otot, dan kesediaan energi untuk
kontraksi. Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular junction,
ketidakmampuan sarkolema mempertahankan konsentrasi Na+ dan K+ sehingga menurunkan

depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi. Gangguan pada saraf tersebut akan berdampak
pada berkurangnya kemampuan perambatan impuls dan ketidakmampuan membran otot untuk
mengkonduksi potensial aksi.
Mekanisme Kelelahan Otot (Fatigue)
Kontraksi merupakan hal terpenting dari otot. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
adenosin triposphate (ATP) sebagaienergi kontraksi. Mekanisme kontraksi otot berlangsung
melalui daur reaksi yang kompleks. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori pergeseran filamen
(sliding filament theory). Keseluruhan proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang
disimpan dalam kepala miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi. Pada neuromuscular
junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju reseptor dalam sarkoma. Hasil
perubahan potensial transmembran dari serabut otot akan menghasilkan pontensial aksi yang
menyebar melintasi seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T. Retikulum sarkoplasma
melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi kalsium di sarkoplasma
dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan troporin dan menghasilkan perubahan
orientasi kompleks troponin-tropomiosin yang terlihat pada bagian yang aktif dari aktin, meosin
cross bridge terbentuk pada saat kepala miosin berikatan dengan bagian yang aktif. Kontraksi
otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari meosin cross bridge. Siklus ini terjadidengan
adanya hidrolisa ATP. Proses ini menimbulkan pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot.
Pontensial aksi dibangkitkan dengan adanya pemecahan asetikolin oleh asitilkolinesterase.
Retikulum sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga konsentrasi ion kalsium
menuru. Saat mendekati fase istirahat, kompleks troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi
awal. Sehingga mencegah interaksi cross bridge lebih lanjut. Tanpa interaksi cross bridge lebih
lanjut maka pergeseran filamen tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti. Relaksasi otot
akan terjadi dan otot akan kembali secara pasif pada resting lenght.
Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keaadan kontraksi, ATP
yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh karena itu ada jalur metabolisme
produktif yang menghasilkan ATP. ATP dengan bantuan kretin kinase akan segera menjadi kretin
pospat. Persediaan kretin pospan ini hanya cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP
diperoleh dari posforilasi oksidatif. Apabila oksigen tidak cukup maka asam piruvat akan diubah
menjadi asam laktat, yang apabila menumbuk akan terjadi kelelahan otot.

Selama latihan berat banyak oksigen dibawah kedalam otot, tetapi oksigen yang
mencapai sel otot tidak cuku. Asam laktat akan menumbuk dan berdifusi ke dalam cairan
jaringan dan darah. Keberadaan asam laktat di dalam darah akan merangsang pusat pernafasan
sehingga frekuensi dan kedalaman napas pun meningkat. Hal ini berlangsung terus-menerus,
bahkan setelah kontrasi itu selesai sampai jumlah oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot
dan hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna menjadi glikogen.
Kontraksi Otot
Kontraksi otot dimulai ketika serat saraf melepaskan neurotransmitter asetilkolin ke
dalam celah sinaptik. Asetilkolin bergerak di celah sinaps dan berikatan dengan reseptor pada
serat otot. Ini secara tidak langsung memulai potensial aksi, perubahan muatan listrik pada
membran yang mirip dengan peristiwa di neuron. Potensial aksi menyebar di seluruh dan ke
dalam serat otot melalui tubulus transversal dan memicu pelepasan kalsium dari retikulum
sarkoplasma. Selanjutnya, kalsium mengikat troponin, menyebabkan troponin untuk berubah
bentuk. Karena troponin melekat tropomiosin, perubahan troponin membentuk tropomiosin
ditarik jauh dari sisi aktif aktin. Kepala miosin, yang sebelumnya diblokir oleh tropomiosin,
sekarang mengikat ke sisi aktif aktin, membentuk cross-jembatan antara filamen tebal dan tipis.
Dalam gerakan ratchetlike, myosin menarik filamen tipis melewati myosin sebagai
kepala myosin berulang kali flexes, melepaskan aktin, meluas dan menempel ke situs aktif baru,
dan flexes lagi. Sebagai banyak kepala myosin terus mengulangi proses ini, filamen tipis
meluncur melewati filamen tebal dan sarkomer yang dipersingkat. Memperpendek semua
sarkomer dalam hasil serat otot kontraksi seluruh serat.
Otot rileks dan kembali ke bentuk aslinya ketika tropomysin menutupi situs aktif aktin,
mencegah pembentukan lintas-jembatan. Relaksasi juga melibatkan penghancuran asetilkolin
oleh acetylcholinesterase di celah sinaptik, berakhir stimulasi otot, dan re-uptake kalsium ke
dalam retikulum sarkoplasma. Tanpa kalsium, troponin kembali ke bentuk aslinya, menarik
tropomysin kembali atas situs aktif aktin. Myosin tidak lagi membentuk cross-jembatan,
sehingga otot rileks.

Myosin kepala dalam myosin tebal filamen cluster untuk luar, dengan ekor berbaris
dalam. Kepala di kedua titik akhir dalam arah yang berlawanan. Selama kontraksi otot, kepala
menarik filamen aktin bersama-sama menuju zona telanjang tengah, kontraktor serat otot.
Perhatikan bahwa otot secara aktif dapat berkontraksi tetapi tidak bisa aktif
memperpanjang sendiri. Untuk melepaskan, otot biasanya hadir berpasangan, masing-masing
bekerja terhadap satu sama lain.

Persendian pada Pergelangan Kaki


Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio
subtalaris dan articulatio tibiofibularis distal. Ketiga sendi ini berkerjasama untuk mengatur
pergerakan bagian belakang kaki sehingga mampu bergerak plantarfleksi-dorsofleksi, inversioeversio dan endorotasi-eksorotasi. Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya dapat
membentuk gerakan pronasi (dorsofleksi-eversio-eksorotasi) dan supinasi (plantarfleksi inversio - endorotasi).

Articulatio Talocruralis (Sendi Loncat Bagian Atas)

Articulatio talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang tibia dan fibula serta bagian atas
dari talus. Ligamentum pada articulatio talocruralis terdiri dari
1. Ligamentum Mediale atau Deltoideum
Ligamentum ini merupakan ligamentum yang kuat dengan puncaknya melekat pada
ujung malleolus medialis. Sedangkan serabut dalamnya melekat pada permukaan medial corpus
tali serta serabut superficial yang melekat pada bagian medial talus, sustentaculum tali,
ligamentum calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare.
2. Ligamentum lateral
Ligamentum lateral memiliki kekuatan yang lebih lemah dari ligamentum mediale dan
tersusun dari tiga pita:
- Ligamentum talofibulare anterior, berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan lateral
talus.
- Ligamentum calcaneofibulare, berjalan dari ujung malleolus lateralis ke arah bawah dan
belakang menuju permukaan lateral calcaneus.

- Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus lateralis ke tuberculum


posterior ossis tali.

Articulatio Subtalaris (Sendi Loncat Bagian Bawah)

Sendi ini dibentuk oleh talus dan calcaneus, sendi ini memungkinkan tungkai bawah yang
memiliki axis gerak berupa axis longitudinal melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi,
gerakan pada tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan pada kaki yang memiliki axis gerak
berupa axis transversal yang sedikit miring sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi
dan pronasi pada kaki. Articulatio subtalaris terdiri dari dua buah sendi yang dipisahkan oleh
ligamentum talocalcaneare interosseum menjadi articulatio subtalaris anterior dan subtalaris
posterior. Ligamentum talocalcaneare interosseum berfungsi menahan pergeseran talus ke arah
medial. Saat supinasi bagian depan ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum
menjadi kendor.

Articulatio Tibiofibularis Distal

Sendi ketiga yang membentuk pergelangan kaki ini merupakan pertemuan tibia dan fibula
yang merupakan syndesmosis sehingga pergerakannya terbatas. Sendi ini distabilkan posisinya
oleh membran interosseus yang tebal serta ligamentum tibiofibularis anterior et posterior.
Syndesmosis articulatio tibiofibularis distal ini diperlukan untuk kestabilan bagian atap dari
articulatio talocruralis. Cedera yang terjadi biasanya mengenai ligamentum tibiofibularis anterior
inferior saat gerakan eversio

Berikut ini merupakan penjabaran otot yang fungsinya berkaitan dengan pergerakan sendi
pergelangan kaki :

m. tibialis anterior
Terletak sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus lateralis hingga bagian medial

dari bagian tarsometatarsal. Setelah sampai duapertiganya otot ini merupakan tendo. Origonya
berada pada tibia dan membrana interossea, sedangkan insersionya berada pada os. metatarsal I.
Otot ini dipersarafi oleh n. fibularis profundus dan berfungsi melakukan dorsofleksi dan supinasi
kaki.

m. extensor digitorum longus


Terletak disebelah lateral m. tibialis anterior pada bagian proximalnya dan m. extensor

hallucis longus di bagian distal. Origonya pada tibia dan membrana interossea, berinsersio pada
phalanx medial dan distal digitorum II-V, dipersarafi oleh n. fibularis profundus. Fungsinya
untuk dorsofleksi dan abduksi.

m. extensor hallucis longus


Bagian proximalnya terletak dibawah m. tibialis anterior dan m. extensor digitorum

longus, lalu pada bagian tengahnya berada di antara kedua otot tersebut hingga akhirnya pada
bagian distal terletak di superfisial. Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio
pada phalanx distalis digiti I. Dipersarafi oleh n. fibularis posterior dan berfungsi untuk
dorsofleksi.10,11

m. fibularis tertius
Merupakan otot kecil yang terletak di lateral m. extensor digitorum longus. Berorigo pada

fibula dan membrana interossea, berinsersio pada os. metatarsal V. Dipersarafi oleh n. fibularis
posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi dan pronasi.

m. fibularis longus

Terletak di bagian lateral tungkai bawah, origonya pada fibula dan berinsersio pada os.
metatarsal I. Dipersarafi oleh n. fibularis superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, eversio
dan abduksi.

m. fibularis brevis
Letaknya di bagian posterior dari m. fibularis longus. Berorigo pada fibula dan

berinsersio pada tuberositas ossis metatarsal V. Dipersarafi n. fibularis superficialis dan berfungsi
untuk plantarfleksi, abduksi dan eversio.

m. gastrocnemius
Merupakan otot paling luar pada bagian posterior tungkai bawah. Berbentuk seperti

tanduk dan bersama dengan m. soleus membentuk triceps surae. Berorigo pada condylus
femoralis dan berinsersio pada tuber calcanei melalui tendo Achilles. m. gastrocnemius adalah
otot yang kuat dan fungsinya sebagai fleksi tungkai bawah serta plantarfleksi.

m. soleus
Berada di bagian dalam dari m. gastrocnemius. Otot ini memiliki fungsi menghambat

gerakan dorsofleksi sehingga gerakan yang dapat dilakukan adalah plantarfleksi. Origonya pada
linea musculi solei tibiae et fibula, insersionya pada tuber calcanei serta dipersarafi oleh n.
tibialis.

m. tibialis posterior
Merupakan otot yang letaknya paling dalam pada bagian posterior tungkai bawah.

Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada tuberositas ossis naviculare.
Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, supinasi dan mempertahankan arcus
longitudinal.

m. flexor digitorum longus


Otot ini berorigo pada facies posterior tibia, fascia cruris lembar dalam dan berinsersio

pada phalanx distal digitorum II-V. Persarafannya berasal dari n. tibialis dan berfungsi untuk
plantarfleksi, inversio dan adduksi.

m. flexor hallucis longus


Origonya pada facies posterior fibula, fascia cruris lembar dalam dan membrana

interossea cruris, insersionya pada phalanx distal digiti I. Dipersarafi oleh n. tibialis dan
berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan adduksi.

Anda mungkin juga menyukai