Anda di halaman 1dari 3

CRITICAL REVIEW

MATA KULIAH
JUDUL BUKU

: Etika Politik & Ideologi


: The Middle East in International Relations Power, Politics and
Ideology (Cambridge, Fred Halliday)

Ideologi di era modern seperti saat ini dianggap dianggap sebagai suatu
bentuk yang eksplisit dan biasanya diartikulasikan oleh para pemimpin pada partai
dan bangsa dalam bentuk kata-kata dalam pidato dan manifesto. Pada era modern,
perang adalah tentang bagaimana rezim politik modern (seperti di Iran sejak 1921
dan di Irak sejak 1932) diraih melalui indoktrinasi dan retorika politik dengan
mengutuk pihak lain dan berusaha untuk mempromosikan kepentingan mereka
sendiri dengan mengintervensi pihak lain. Dalam hubungan internasional di wilayah
Timur Tengah, agama kemudian mempengaruhi dan memberi warna dalam
perspektif hubungan antar negara di wilayah Timur Tengah. Oleh karena itu,
imperialisme, zionisme, pengkhianatan dan bentuk lainnya merupakan bagian dari
kajian pada politik domestik dan kebijakan luar negeri.
Dalam ideologi modern, pemegang keyakinan, dan persepsi yang lebih
kepada bentuk asumsi sehari-hari yang tidak terbantahkan dapat menjadi lebih
besar daripada sebuah doktrin formal, dan dapat mempengaruhi nilai dan pilihan
politik dibandingkan doktrin-doktrin eksplisit. Hal ini yang kemudian disebut sebagai
ideologi informal. Dalam ideologi informal ada dimensi yang perlu mendapat
perhatian khusus :
1. Pertama, adalah wilayah. Pada semua diskusi mengenai konflik, ketika benar
dan salah diasosiasikan dengan konflik pada masa lalu sebagai faktor yang
jelas; hal ini bukan penjelasan sejarah yang rasional atas bagaimana terjadinya
serangkaian peristiwa mengarah pada peristiwa yang lain, tapi merupakan hal
yang tidak berlanjut, sebagai penjelasan atas pertanyaan mengapa tidak ada
yang berubah, atau mungkin berubah. Dengan apa yang terjadi di Timur Tengah
dimana bangsa lain telah menggeneralisir pada konflik di Timur Tengah yang
terjadi selama berabad-abad antara Bangsa Arab dan Yahudi, Muslim dan
Nasrani, Turki dengan Kurdi, Bangsa Arab dan Iran, dan lainnya. Hal tersebut
tidaklah benar karena konflik ini baru berlangsung sejak

1920an ketika dua

komunitas tersebut selama puluhan tahun hendak membuat suatu penyatuan


namun malah berselisih satu sama lain.
1

2. Kedua yakni dimensi budaya politik. Dalam dimensi ini kepercayaan pada hal
eksternal seperti permusuhan 'Barat' terhadap orang-orang di wilayah Timur
Tengah, diwujudkan selama berabad-abad dalam serangkaian peristiwa. Hal ini
menjadi komponen penting munculnya nasionalisme di suatu wilayah. Dua poin
yang harus dijelaskan yaitu: Pertama, pandangan tertentu dapat ditemukan di
banyak belahan dunia lain, seperti di Balkan, Irlandia, atau Cina. Tidak ada
'Islami' yang spesifik dalam pola pikir ini. Kedua, teori konspirasi, walaupun
salah, teori ini tidak selalu irrasional (tidak masuk akal). Jika kita memeriksa
pembentukan sejarah, kita dapat menemukan beberapa alasan mengapa orangorang ini memegang teguh pandangan yang mereka yakini.
3. Area keempat yakni dari nilai politis yaitu dimana banyak generalisasi dan klaim
sejarah dibuat dalam hal kekerasan, dengan nilai moral dan budaya yang
meliputinya. Tidak ada yang dapat menyangsikan dampak dari kekerasan,
begitu juga dengan pembenaran akan hal tersebut, dinilai lazim pada sejarah
modern di wilayah tersebut. Sebagai catatan, kekerasan yang dilakukan
penguasa, pribumi dan pendatang, terhadap rakyat, sama banyaknya dengan
kekerasan yang dilakukan oleh rakyat sebagai objek kekuasaan, terhadap
penguasanya. Sejarah kekerasan dalam Islam setelah tahun 1980 terkait erat
dengan hasutan dari Barat. Ketika masuk dalam hubungan antara agama dan
kekerasan terjadi hubungan modern dimana semua agama, ajarannya, tradisi
dan mitosnya, jika ditafsirkan secara mudah dan sepintas, dapat membenarkan
pembunuhan atas warga sipil dan pelanggaran lain pada aturan perang.
Kesan yang didapat dari kajian politik Timur Tengah dan hubungan internasional
sebagai ideologi, dalam artian sebagai doktrin yang bersaing, dan serangkaian
asumsi mengenai seseorang dan bangsa lainnya, menentukan seberapa besar
hubungan domestic dan internasional terjadi di suatu wilayah. Terdapat kesan yang
muncul pada kajian politik dan hubungan internasional di Timur Tengah sebagai
ideologi, dalam artian berbagai doktrin yang bersaing, dan serangkaian asumsi
mengenai seseorang dan bangsa lainnya, menentukan seberapa besar hubungan
domestik dan internasional terjadi di suatu wilayah. Oleh karena itu, erat kaitannya
terdapat rasa permusuhan dari luar, dan ini menyebar pada pandangan hubungan
internasional, yaitu keyakinan pada konspirasi, alur, dan rencana rahasia yang luas
ini, sebagai penentu kebijakan luar negeri.
2

Critical Review
Fred Halliday menggambarkan dalam proses terbentuknya, ideologi informal
tidak terkait dengan sesuatu yang dilembagakan seperti halnya bagaimana proses
ideologi formal seperti ideologi liberal dan sosial terbentuk. Ideologi informal muncul
sebagai sebuah persepsi yang muncul di tengah masyarakat hingga kemudian
berkembang menjadi keyakinan yang dipegang teguh oleh masyarakat. Ada
kecenderungan pemahaman masyarakat terhadap ideologi informal lebih kuat
daripada ideologi formal,dalam hal ini Fred Halliday melihat ideologi informal dalam
proses terbentuknya dipengaruhi oleh empat dimensi faktor yakni wilayah, budaya
politik, akar sejarah dan nilai politis.
Fundamentalisme yang muncul di Timur Tengah merupakan bentuk ideologi
informal

dimana

paham

fundamentalisme

yang

muncul

di

Timur

Tengah

menimbulkan konflik panjang yang disertai tindakan-tindakan kekerasan. Dalam


ideologi informal, di dalam konflik adanya kekerasan menjadi sesuatu yang politis
dan interaksi yang terjadi di dalam masyarakat selalu dibungkus dengan kekerasan.
Ideologi-ideologi di Timur Tengah tidak dapat dijelaskan secara terpisah dari
hubungan internasional. Ideologi-ideologi itu terbentuk, bahkan ketika mereka
memperkuat diri untuk mengerahkan kekuatan internasional dari tekanan politik
serta sosial yang menginginkan kekuatan yang berkesinambungan di wilayah ini.
Seperti juga semua sistem nilai yang bertujuan untuk menjadi dominan, ideologiideologi di Timur Tengah, formal dan informal, terukur dengan luas untuk mendukung
klaim wilayah yang abadi dan statis. Ideologi ini muncul untuk memberi kerangka
bahwa persaingan rezim tidak hanya abadi tapi juga tidak dapat dihindari.
Fred Halliday melihat bahwa kajian terhadap politik dan hubungan
internasional di Timur Tengah sebagai sebuah bentuk ideologi, dalam artian
berbagai doktrin yang bersaing, dan serangkaian asumsi mengenai seseorang dan
bangsa lainnya, menentukan seberapa besar hubungan domestik dan internasional
yang terjadi di suatu wilayah. Adanya pandangan dunia dapat dengan mudah
mengarah pada klaim mengenai bagaimana perubahan yang terjadi pada suatu
wilayah; dan bagaimana wilayah itu didominasi, sehingga dapat diperdebatkan,
sebagai negara yang tidak demokratis, mengandung konspirasi, religius, dan nilai
lainnya. Seperti juga semua sistem nilai yang bertujuan untuk menjadi dominan,
ideologi-ideologi informal di Timur Tengah terukur dengan luas untuk mendukung
klaim wilayah yang abadi.
3

Anda mungkin juga menyukai