Bundelan Fasa Cair KLMPK 2
Bundelan Fasa Cair KLMPK 2
: II ( Satu )
:
1; Achmad Zulkifli
2; Alfi Syahar Arrozani
3; Andi Nirwna
4; Fatmawati
5; Miftahul Djannah Abuhair
6; Ni Putu Eka Utari
7; Nurlathifah Djamaluddin
Kelas
: Pendidikan kimia
telah diperiksa dan diteliti oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan
diterima.
Makassar,
Koordinator Asisten
Juni 2015
Asisten
(Nur Ilmayanti)
Mengetahui,
Dosen penanggung jawab
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan tetapan kesetimbangan dalam fasa cair
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menetukan tetapan kesetimbangan Kc, esterifikasi asam asetat.
C. LANDASAN TEORI
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat
dipisahkan secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat
fisika. Jadi suatu sistem mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai
bagian daerah yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama di semua
bagian pada uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama di semua bagian
pada cairan tersebut, tetapi kerapannya serbasama disemua bagian pada cairan
tersebut, tetapi kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Contoh lainnya adalah air
yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua fasa,
yaitu fasa yang wujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air)
(Rohman dan Mulyani, 2004: 155).
Untuk suatu sistem reaksi dalan fasa cair dengan persamaan reaksi umum:
aA + bB
cC + dD
Besarnya energi bebas untuk reaksi tersebut pada suhu dan tekanan tetap dirumuskan
secara matematik sebagai berikut:
dengan G adalah energi bebas reaksi, Go adalah energi bebas standar, R adalah
tetapan gas, dan T adalah suhu sistem, aA, aB, aC dan adalah masing-masing
aktivitas zat A, A, C,dan D yang dipangkatkan oleh koefisien masing-masing
spesiesnya. Dalam kesetimbangan yang berlangsung pada suhu dan tekanan tetap,
besarnya energi bebas hasil reaksi sudah sama dengan besarnya energi bebas
pereduksi (Tim Dosen Kimia Fisik, 2015: 25).
Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi
perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada fase gas atau cair
(Emelda, dkk. 2013: 168).
Kesetimbangan terkait pada proses pengamatan dan waktu. Ketidak
berubahan harga variabel-variabel termodinamika suatu sistem setimbang. Lamanya
waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap minyak yang dihasilkan. Pada
keadaan setimbang, yang mempunyai nilai sama adalah potensial kimia dari kedua
fase, bukan konsentrasi, sehingga transfer solute menjadi terhenti
(Bangkit, dkk. 2012: 13).
Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun,
dan seterusnya akan bereaksi satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya.
Setelah beberapa lama, tercapailah kesetimbangan dinamis; yakni jumlah molekul
(atau ion) dari setiap zat yang terurai, sama banyaknya dengan jumlah yang terbentuk
dalam satu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak hampir
sama sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu
nampak seakan-akan berlangsung sampai selesai. Dalam hal-hal lainnya, mungkin
AB2
dimana Kf dan Kr masing-masing adalah konstanta laju untuk arah maju dan arah
balik. Pada kesetimbangan, apabila tidak ada perubahan bersih yang terjadi, kedua
laju tadi sama besar:
Laju f = Laju r
atau
Kf [A] [B]2 = Kr [AB2]
Kf
Kr
= [AB2]
[A] [B]2
Karena Kf dan Kr adalah konstanta pada suhu tertentu, maja pebandingan juga ada
suatu konstanta, yang sama dengan konstanta kesetimbangan Kc
Kf
Kr
= Kc = [AB2]
[A] [B]2
Jadi, Kc adalah suatu konstanta, berapa pun konsentrasinya dari spesi-spesi yang
bereaksi, karena konstanta ini selalu sama dengan Kf / Kr, hasil bagi dari dua
kuantitatif yang masing-masing memang konstan pada suhu tertentu (Chang, 2010:
68).
Semakin kecil Kc mala semakin sedikit pereaksi yang membentuk produk
pereaksi. Posiai kesetimbangan berada disebelah kiri. Sebaliknya, semakin besar Kc
maka semakin banyak pula produk reaksi yang terbentuk atau reaksi berlangsung
hampir runtas. Posisi kesetimbangan ada disebelah kanan. Secara umum, kisaran Kc
berikut dapat digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh reaksi telah
berlangsung. Berikut nilai Kc dan seberapa jauh reaksi yang telah berlangsung:
1. Kc sangat kecil, (<10-3) : reaksi hanya membentuk sedikit sekali produk reaksi.
Proses kesetimbangan berada disebelah kiri.
2. Kc sangat besar ( > 103) : reaksi berlangsung hampir tuntas. Posisi lesetimbangan
berada disebelah kanan.
3. Kc=1 : reaksi berimbang, posisi kesetimbangan kurang lebih berada di tengah.
Untuk suatu set nilai konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk reaksi, kita dapat
meramalkan apakah reaksi telah mencapai kesetimbangan atau belum. Hal ini
dilakukan dengan membandingkan kuotion reaksi (Q) dan tetapan kesetimbangan
(Kc) (Safrizal, 2012: 1).
Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial
kimia dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila asa beberapa fase dari
tiap konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada tiap fase harus
mempunyai nilai yang sama. Misalnya bila temperatur dan tekanan atmosfer
sembarang larutan air berada dalan kesetimbangan dengan uap air dan es padat
(Dogra, 1990: 446).
Untuk mengetahui tetapan kesetimbangan, maka berdasarkan teori
termidinamika dikatakan bahwa tetapan kesetumbangan berhubungan dengan
kecepatan gerak molekul untuk bereaksi kimia disebut dengan energi Gibbs (G).
Besarnya energi Gibbs menunjukkan besarnya gerakan molekul untuk bereaksi
semaki besar energi gibbs maka reaksi kimia membutuhkan energi tambahan karena
gerak molekul yang lambat adalah kurang dari atau sama dengan nol (Wibowo dan
Abdillah, 2014: 37).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 250 ml
1 buah
b. Gelas ukur 50 ml
1 buah
c. Gelas ukur 10 ml
1 buah
1 buah
1 buah
f. Corong biasa
2 buah
g. Batang pengaduk
2 buah
h. Piknometer 50 ml
1 buah
i. Piknometer 100 ml
1 buah
j. Tabung reaksi
1 buah
k. Penutup
1 buah
l. Pipet tetes
2 buah
m. Botol semprot
1 buah
n. Hot plate
1 buah
o. Oven
1 buah
p. Klem kayu
1 buah
q. Eksikator
1 buah
r. Neraca analitik
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2. Bahan
a. Etanol 96%
(C2H5OH)
(H2O)
g. Kertas saring
h. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan massa jenis
a. Piknoneter dicuci dan dikeringkan di dalam oven
b. Piknometer dimasukkan dalam eksikator dan ditimbang berat kosongnya.
c. Piknometer diisi dengan etanol hingga tanda batat dan ditimbang lagi berat
piknometer akhir.
d. Prosedur a, b, dan c diulang untuk larutan asam asetat glasial
e. Massa jenis etanol dan asam asetat glasial di hitung dari data yang diperoleh
2. Penentuan tetapan kesetimbangan
a. Dua sendok kristal CuSO4 anhidrat dimasukkan kedalam 200 ml etanol, larutan di
aduk dan di saring.
b. Dua kristal CuSO4 anhidrat dimasukkan kedalam 250 ml asam asetat glasial pada
gelas kimia lain, larutan yang sudah dibuat ditimbang dan disaring.
c. Kedua larutan yang telah dibuat dicampurkan dalam gelas kimia dan ditambahkan
asam sulfat pekat
d. Gelas kimia dipanaskan hingga diperoleh kesetimbangan ditandai dengan mulai
timbul gelembung kemudian larutan didinginkan.
e. Corong pisah diisi dengan 50 ml larutan campuran
f. Ditambahkan larutan Na2CO3 terus menerus hingga jumlah lapisan tidak terbentuk
lagi
g. kedua fasa dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
h. volume etil asetat diukur pada lapisan atas untuk corong pisah tersebut
i. volume rata-rata etil asetat dihitung
k. massa etil asetat dihitung dari massa jenis dan volumenya.
F. HASIL PENGAMATAN
Nama bahan
Etanol
Asam asetat glasial
Densitas
0,7994 g/ml
1,0367 g/ml
0,1848
0,0987
A; ANALISIS DATA
1; Penentuan massa jenis etanol dan asam asetat glacial
a; Massa jenis asam asetat glacial
2; Penentuan Kc
Diket:
V CH3COOH = 250 mL
V CH3COOH = 200 mL
Mr CH3COOH = 60 gram/mol
Mr
= 46 gram/mol
Dik: Kc..???
Penyelsaian :
Massa CH3COOH :
= 1,0767 gram /mL X 250 mL
= 259,1790 gram
Berdasarkan teori
c;
CH3COOH
Mula
4,3195 mol
Reaksi 0,0144 mol
Sisa
4,3051 mmol
C2H5OH
3,4756 mol
0,0144 mol
3,4612 mol
CH3COOC2H5 +
0,00144 mol
0,0144 mol
H2O
0,0144 mol
0,0543 mol
d; Kc ( tetapan kesetimbangan )
H. PEMBAHASAN
1. Penentuan Massa Jenis
Penentuan massa jenis larutan yaitu CH 3COOH dan C2H5OH. Alat yang
digunakan untuk mengukur massa jenis dari kedua larutan tersebut adalah
piknometer. Alat yang digunakan adalah piknometer, piknometer digunakan karena
memiliki skala nonius yang kecil sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat dan
teliti. Piknometer ini terlebih dahulu dicuci tujuannya agar keadaan piknometer
bersih dan steril dari larutan-larutan atau benda lain yang dapat mempengaruhi massa
jenis zat yang akan dihitung. Kemudian piknometer dikeringkan dalam oven untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang dapat mempengaruhi berat piknometer sehingga
diperoleh berat yang konstan. Oven digunakan agar kita mengetahui suhu pemanasan
dengan tepat karena H2O akan menguap pada suhu 100 0C. Selanjutnya untuk
memaksimalkan pengeringan. Selanjutnya piknometer dimasukkan kedalam eksikator
agar dapat mendinginkan piknometer dengan cara silika gel yang ada dalam eksikator
yang berfungsi mengikat panas dari piknometer. Apabila sudah benar-benar kering
dan kosong, piknometer kemudian ditimbang dan diisi dengan larutan CH3COOH dan
C2H5OH.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh massa jenis asam asetat
glasial yaitu 1,0367 gram/ml dan massa jenis etanol yaitu 0,7994. Perebedaannya
yaitu massa jenis asam asetat glasial yaitu 1,047 g/ml dan massa jenis etanol yaitu
1,48 g/ml. Perbedaan ini disebabkan karena masih adanya sisa air yang ada pada
piknometer dan pendinginan pada eksikator kurang maksimal.
2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan
Percobaan ini bertujuan untuk mencari nilai Kc dari ester (etil asetat) yang
diperoleh dari pencampuran antara alkohol dan asam karboksilat. Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah yaitu esterifikasi yaitu reaksi pembentukan ester dengan cara
mereaksikan suatu asam (CH3COOH) dengan alkohol (C2H5OH) membentuk etil
asetat (suatu ester). Adapun prinsip kerja percobaan yaitu pencampuran ,penguapan,
pemisahan, dan pengkristalan. Pada percobaan ini diawali dengan cara melarutkan
kristal CuSO4 anhidrat kedalam etanol dan asam asetat glasial pada gelas kimia yang
berbeda. Fungsi etanol berfungsi sebagai penyumbang gugus karboksilat serta
sebagai bahan dasar dalam percobaan. Asam asetat glasial digunaka disini karena
asam asetat glasial mempunyai kemurnian yang tinggi sedangkan alkohol yang
digunakan adalah etanol 96% hal ini menunjukkan masih ada 4% air yang terkandung
dalam alkohol tersebut. Fungsi CuSO4 yaitu untuk mengikat air yang tekandung
dalam etanol dan asam asetat glacial yang ditunjukkan dengan perubahan Kristal dari
putih menjadi biru muda. Adapun reaksinya yaitu:
C2H5OH + CH3COOH
CH3COO C2H5 + H2O
CH3COO C2H5 + 5H2O + CuSO4
CH3COO C2H5 + CuSO4.5H2O
Setelah dilarutkan kedua larutan dicampurkan namun terlebih dahulu kedua
larutan disaring untuk memisahkan etanol dan asam asetat glasial yang sudah tidak
mengikat air dengan Kristal CuSO4 yang telah mengikat air. Campuran yang
diperoleh dipanaskan dan ditambahkan H2SO4 sebagai katalis untuk mempercepat
terjadinya reaksi selain itu dipanaskan untuk menguapkan air yang merupakan hasil
samping reaksi serta memberikan suasana asam. Adapun reaksi saat penambahan
H2SO4 :
H2SO4 + CH3COOH(aq) + C2H5OH
H2SO4 +CH3COOC2H5 (aq) + H2O(l)
etanol
etilasetat
air
Pada corong pisah, terdapat dua lapisan pada lapisan atas air dan lapisan bawah etil
asetat. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis dari kedua larutan.
Dimana massa jenis etil asetat = 0,087 g/mL dan H2O = 1g/mL. Etil asetat yang
diperoleh disaring fungsinya untuk memisahkan fasa cair atau filtratnya sehingga
diperoleh endapan putih yang merupakan ester dan kemudian endapan yang dipeoleh
dikeringkan untuk menghilangkan sisa H2O yang masih terkandung srhingga didapat
Kristal yang murni. Dari hasil penimbangan diperoleh berat Kristal 0,1417 gram dan
berdasarkan analisis data diperoleh Kc= 4,3488 X 10-4 M-1 hal ini berarti Kc < 1
artinya kesetimbangan terletak di sebelah kiri atau lebih kearah reaktan. Hal ini dapat
disebabkan karena menguapnya etanol saat proses pemanasan berlangsung dan
kurangnya penambahan H2SO4 sehingga masih banyaknya etanol dan asam asetat
yang belum bereaksi.
Adapun mekanisme reaksinya:
H2SO4
2H+ + SO42-
O
CH3 - C- OH
O+
CH3 C OH
O+
OH
CH3 C OH
CH2 CH2 O H
OH
CH3 C OH
OH
H+
C2H3- - O+ - H
H+
CH3 C CH2
C2H3 O
OH
CH3 C CH2
CH3 C OH
OH
C2H3 O
O
H+
C2H3 O
etil asetat
percobaan
yang
telah
dilakukan
diperoleh
tetapan
DAFTAR PUSTAKA
Bangkit, Tagora. Sirait, Rinaldry. Iriani. 2012. Penentuan Kondisi Kesetimbangan
Unit Leaching pada Pdoduksi Eugenol dari Daun Cengkeh. Teknik Kimia
USU. Vol. 1, No. 1.
Chang, Raymond. 2010. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Dogra S.K dan Dogra S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Emelda, Lisanti. Putri, Suhardini Martiana. Ginting, Suparman. 2013. Pemanfaatan
Zeolit Alam Teraktivasi untuk Adsorpsi Logam Krom (Cr 3+). Rekayasa
Kimia dan Lingkungannya. Vol. 9, No. 4.
Patiha. 2013. Penentuan Tetapan Laju Reaksi Balik dan Tetapan Kesetimbangan
dengan Pendekatan Reaksi Searah dan Hukum Laju Reaksi Maju. Penelitian
Kimia. Vol. 9, No.2.
Rohman, Ijang dan Mulyani, Sri. 2004. Kimia Fisika I. Malang: IMSTEP.
JAWABAN PERTANYAAN
1; Fungsi dari kristal CuSO4 adalah untuk mengikat kandungan air yang ada dalam
asam asetat glasia dan etanol.
2; Fungsi Na2CO3 jenuh adalah untuk mempercepat proses pembentukan endapan etil
asetat (ester).
3; Untuk menentukan nilai tetapan kesetimbangan reaksi tanpa melibatkan salah satu
komponen dalam kesetimbangan dapat ditentukan apabila diketahui jumlah energi
bebas gibbs (G) pada suhu tertentu dengan persamaan:
Go = -RT ln K
Ln K = Go
RT
4; Dik: V CH3COOH = 250 ml
CH3COOH = 1,02 gram/ml
Mr CH3COOH = 60 gram/mol
Dit: mol CH3COOH...?
Penye:
n CH3COOH = gram
Mr
=
XV
Mr
c. Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih kecil dari pada setelah reaksi berarti tekanan
diperbesar.