Disusun oleh :
DHININTYA HYTA NARISSI
10/298372KG/8650
Dosen Pembimbing :
drg. Heriyanti Amalia K, S.U., Sp. Pros(K).
2016
I. PENDAHULUAN
Kehilangan gigi tidak hanya mempengaruhi estetika, tetapi juga membuat fungsi
pengunyahan menurun dan akhirnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum dan
kualitas hidup seseorang. Walaupun disepakati bahwa geligi bukanlah bagian tubuh
terpenting untuk mempertahankan hidup, hilangnya gigi dapat menyebabkan banyak masalah
mulai dari resorbsi struktur tulang, hilangnya dukungan tulang wajah, menimbulkan keriput
pada wajah sehingga penampilan menjadi lebih tua, dan kerusakan geligi yang tersisa yang
masih harus menahan tekanan pengunyahan. Selanjutnya, bila seseorang telah menderita
kesukaran atau gangguan pencernaan, efisiensi mastikasi menjadi sangat penting dan
perbaikan atas kelainan ini menjadi sangat vital (Gunadi dan Setiabudi, 1995).
Prostodonsia secara garis besar dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu Prostodonsia
Lepasan (Removable Prosthodontics), Prostodonsia Cekat (Fixed Prosthodontics), dan
Prostetik Maksilo Fasial (Maxillo Facial Prosthetics). Prostodonsia Lepasan atau Ilmu Geligi
Tiruan Lepasan dibagi lagi menjadi Prostodonsia Lepasan Lengkap (Ilmu Geligi Tiruan
Lengkap) dan Prostodonsia Lepasan Sebagian (Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan). Dalam
Ilmu Geligi Tiruan Lengkap, yang disebut Full Denture Prosthetics atau Complete Denture
Prosthetics, dibuat suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah tak ada giginya
lagi (Gunadi dan Setiabudi., 1995).
Prosesus alveolaris pada seseorang yang telah kehilangan gigi-geliginya akan
mengalami penyusutan (residual ridge). Bentuk dan kompresibilitas ridge dan jaringan di
bawahnya bervariasi. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang
sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan/ atropi prosesus
alveolaris (residual ridge), berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot
pipi karena tidak ada penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang
bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigigigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi
protusi dan hal ini menyebabkan malposisi temporo-mandibula joint.
Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli
yang telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan
dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat dipertahankan keadaan jaringan yang
normal. Hal ini mencakup:
1. Kondisi mulut edentulous berupa: prosesus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak
dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot
muka, serta bentuk dan gerakan lidah.
2
b. Postdam area atau posterior palatal seal, diletakkan tepat di sebelah anterior
garis getar dari palatum molle dekat fovea palatine. Postdam berbentuk bead
dengan kedalaman 11,5 mm dan lebar 2 mm.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara
basis gigi tiruan dengan mukosa mulut tergantung dari efektifitas gaya-gaya fisik dari
adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.
3. Luasnya permukaan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis
gigi tiruan.
4. Residual ridge oleh karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan
terutama pada rahang atas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa
sakit dan terlepasnya gigi tiruan pada saat berfungsi.
Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan
retensi GTL adalah :
1. Tekanan permukaan yaitu meliputi adhesi antara saliva dengan gigi tiruan serta saliva
dengan mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan, seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi dalam
cairan saliva (viskositas saliva) semua mempengaruhi retensi gigi tiruan dan
berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis terhadap jaringan.
3. Tekanan atmosfer, hal ini dapat menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan
apabila terdapat peripheral seal yang utuh.
Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan untuk bertahan pada tempatnya sewaktu
GTL mendapat tekanan. Faktor stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada
processus alveolaris, tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet
dan over bite (Soelarko dan Herman, 1980).
Tahap awal dari perawatan adalah anamnese dan indikasi, kemudian baru dilakukan
pencetakan. Pencetakan dilakukan untuk mendapatkan bentuk negatif dari jaringan mulut
yang nantinya akan digunakan sebagai basal seal gigi tiruan. Setelah hasil pencetakan diisi
dengan stone gips, maka akan didapatkan replikasi positif yang sama dengan bentuk jaringan
mulut (Swenson, 1964).
Cetakan jaringan mulut diperoleh dengan melakukan 2 macam cetakan, yaitu :
1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)
Pencetakan tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut. Cetakan
dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang digunakan adalah
compound, alginate (Soelarko dan Wachiyati,1980). Tujuan dari teknik pencetakan ini
adalah untuk mendapatkan cetakan jaringan mulut pada saat istirahat (resting state)
(Delvin, 2002).
2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)
Pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak, juga
memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang dibuat
dari shellac atau self curing acrylic resin. Bahan cetak yang digunakan adalah plaster
(xanthano), Zn-Oxyd pasta atau rubber base impression paste (Soelarko dan
Wachiyati, 1980). Jarak pinggir sendok cetak dengan fornik dibuat 1-2 mm, supaya
tepi cetakan nanti tidak meruncing tetapi membulat Pada teknik ini, mukosa mulut
tertekan pada saat pencetakan dan selanjutnya mengalami tekanan pada saat
pemakaian gigi tiruan. Apabila diproses, gigi tiruan tersebut akan mempunyai retensi
yang maksimal pada saat fungsi di mana fittng surface berkontak secara maksimal
dengan jaringan rongga mulut Hasil cetakannya digunakan sebagai work model.
(Delvin, 2002).
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat
mungkin, dikenal sebagai double impression.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan
digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi-gigi dan untuk
insersi ke dalam mulut, sedangkan bite rim yang disebut juga tanggul gigitan dibuat diatas
base plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan modelling wax (Swenson, 1964). Bite
rim digunakan untuk meletakkan gigi sebelum diganti dengan acrylic dan mencatat maxillomandibular relation pada pasien. Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim
harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti
general out line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicari dengan pengukuran jarak
pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu (PM=HD) dalam keadaan
oklusi sentrik (Soelarko dan Wachijati, 1980). Oklusi sentrik adalah hubungan kontak
maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah, terjadi ketika RA dan RB dalam relasi
sentrik, yaitu keadaan di mana maksila dan mandibula pada suatu relasi vertikal dan
processus condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea (Swenson,
1964).
Articulator mounting artinya memasang bite rim atas dan bawah dari mulut pasien ke
artikulator bersama modelnya setelah ditentukan vertikal dimensi maupun sentrik oklusinya
memeriksa
pasien,
4)
Mencari
kesalahan-kesalahan
pada
gigi
tiruan,
5)
Mengklasifikasikan keluhan-keluhan. Bila hal ini telah dilakukan, perawatan perbaikan yang
tepat menjadi lebih jelas (Watt dan MacGregor, 1992).
: Kasirah
Umur
: 55 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Bangsa
: Indonesia
Alamat
No. Kartu
: 149164
: Pasien datang ingin dibuatkan gigi palsu karena seluruh giginya telah copot,
sehingga sulit untuk makan dan mangganggu penampilan
PI
PDH
a. Lokal :
Ekstra oral :
Wajah
Profil
: Cekung
Pipi
: Simetris
Bibir
: Mukosa
Palatum
Gingiva
: Posterior kiri
Anterior
: Sedang
: Sedang
: Posterior kiri
Anterior
: Sedang
: Sedang
Bentuk Lengkung
a. Maksila
: lonjong / ovoid
b. Mandibula : parabola
10
Rahang Bawah
Keterangan :
1. Frenulum labialis superior
2. Frenulum buccalis
3. Frenulum lingualis
4. Retromolar pad
5. Fornix
6. Sulkus lingual
7. Sulkus bukal
11
Bahan cetak
b)
Metode mencetak
Mukostatik
c)
Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai
konsistensi tertentu, alginat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata,
kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan ditekan pada prosesus alveolaris rahang
atas dan atau rahang bawah dengan otot-otot bibir dan pipi ditarik. Disamping itu
dilakukan muscle trimming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi
dipertahankan sampai setting, kemudian sendok cetak diambil dan diamati bila ada
kekurangan. Posisi operator pada saat mencetak rahang atas adalah di kanan belakang
pasien dan pada saat mencetak rahang bawah adalah di kanan depan pasien.
Selanjutnya hasil cetakan diisi dengan stone gips.
Tahap Laboratoris
Membuat sendok cetak individual
Hasil cetakan diisi stone gips dan disebut model study. Kemudian dari model study
dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate, dengan batas 2 mm lebih pendek
dari batas GTL (sendok cetak posterior atas harus mencapai ahline atau >1mm), agar tersedia
ruang yang cukup untuk ketebalan bahan cetak pembentuk tepi (border material). Shellac
dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan diatas study mode
(yang telah dibasahi air/ diberi baby powder) dan ditekan dengan menggunakan handuk
basah. Sellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada study model. Shellac
dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak atau dengan bur bila sudah
mengeras (Utari, 1994). Pada daerah molar dan kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertikal
dari wax sebagai batas penekanan saat mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah
dengan pembuatan postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak
12
2. KUNJUNGAN II
Tahap Klinis
Membuat cetakan model kerja/Final Impression
a) Mencoba sendok individual
2. Bahan cetak
13
sendok cetak dilepas dan dicuci. Garis ah pada batas tersebut digambar dengan pensil
tinta kemudian dicetak/ dimasukkan kembali ke rahang atas sehingga garis tinta akan
luntur pada cetakan dan dapat digunakan untuk menandai ah line. Mukodinamik RA
adalah dengan menggerak-gerakan RB.
Rahang Bawah
1. Sendok cetak
2. Bahan cetak
14
3. KUNJUNGAN III
Tahap Klinis
1. Try in base plate
Retensi dan stabilisasi diperhatikan. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi
diperhatikan. Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahan
berlangsung. Retensi yang baik diperoleh jika base plate tidak lepas dari tempatnya saat
pasien diam. Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan pada salah satu sisi gigi
tiruan (jika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan tersebut tidak retentif) atau dengan
memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas).
Stabilisasi dicek dengan menarik pipi dan bibir pasien agar dapat terlihat base plate terbebas
dari muscular attachment atau tidak. Stabilisasi dapat diamati dengan menggerakkan otototot pipi, lidah dan mengucapkan ah. Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang
tidak berubah tempat ketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi/kohesi saliva. Kesesuaian
letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat terjatuh ketika otot digerakkan,
berarti terdapat over extension plat. Solusi keadaan ini adalah dengan mengurangi plat.
Sebaliknya, jika seal pada plat under extension, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang,
dan alat menjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.
(seimbang, isotonus). Jika bibir pasien masih terlihat tertekan (masuk) maka bite rim anterior
dibuat lebih protrusif. Jika pipi pasien terlihat cekung maka bite rim di bagian bukal ditambah
dengan wax. Setelah itu dilakukan pencatatan MMR. Mula-mula pasien dipersilakan duduk
pada dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer
yang berjalan dari ala nasi ke tragus/ porion dari titik-titik berikut ini:
c) 13 mm dari meatus acusticus externus telinga kanan dan kiri ke arah chantus/ sudut
mata yang menjadi panduan letak kondilus
d) Spina nasalis anterior
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya bite rim RA
dipasang dengan posisi:
e) Bite rim terlihat 2 mm di bawah garis bibir atas saat rest posisi
f) Bila dilihat dari depan, bite rim ra tampak sejajar dengan garis pupil (dilihat dengan
bantuan occlusal guide plane)
g) Bila dilihat dari samping, bite rim ra tampak sejajar dengan garis chamfer (dilihat
dengan bantuan occlusal guide plane)
Setelah diperoleh kesejajaran oklusal RA maka bite rim RB dipasang. Saat bite rim RB
dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan
merupakan satu garis lurus).
Vertikal dimensi resposisi dicari dengan metode Willis, yaitu pengukuran jarak pupil
dan sudut mulut sama dengan jarak hidung dan dagu (PM = HD). Dimensi vertical oklusi :
physiologic rest position - freeway space = (PM=HD - 2 mm). Freeway space 2 mm
diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah. Ketepatan freeway space ini dicek
secara mekanik (diukur). Selain itu, diperlukan cek fonetik dengan pengucapan huruf-huruf
tertentu yang pengucapannya memerlukan space, misalnya huruf s. Jika free way space
kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa
semburan saliva ketika pengucapan huruf S), dan pengecekan dimensi vertikal oklusi yaitu
dengan pengucapan huruf M. Kemudian dicek estetisnya, yang dikurangi bite rim RB.
3. Centric relation record
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla pada suatu
relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi paling posterior. Cara menentukan relasi sentrik
dengan metode Shanahan, yaitu dengan menginstruksikan pasien untuk menengadahkan
kepala kemudian membuka dan menutup mulut sampai lelah sampai pasien biasa dengan
oklusi tersebut sehingga mandibula akan menutup ke posisi normal. Pasien diminta nggeget,
16
buka tutup, dan menelan ludah. Setelah diperoleh relasi sentrik, bite rim diberi tanda pada 3
tempat, yaitu median line dan garis kaninus kanan-kiri. Median line diambil sebagai terusan
dari tengah lekuk bibir atas (philtrum) pasien untuk menentukan garis tengah yang
memisahkan insisivus kanan dan kiri. Garis kaninus, yaitu tepat pada sudut mulut dalam
keadaan rest posisi. Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut lalu dilihat apakah
garis tersebut sudah tepat dan tetap pada kedudukannya dalam keadaan relasi sentrik. Incisal
guide ditentukan untuk pemasangan gigi anterior atas dan bawah serta agar memenuhi nilai
estetis. Saat pemasangan gigi anterior harus diingat high lip line, median line, dan caninus
line.
4. Fiksasi
Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fiksasi pada bite rim rahang atas dan
rahang bawah dengan metode double Vgroove shape. Caranya:
a. groove berbentuk V dibuat pada kanan dan kiri bite rim RA (kira-kira pada bagian
P1 dan M1)
b. V-groove diolesi vaselin, bite rim RB dikurangi sesuai dengan letak V-groove,
record block rahang atas dan rahang bawah dimasukkan ke dalam mulut dan
pasien diinstruksikan melakukan oklusi sentrik lalu bite rim rahang bawah diberi
tambahan wax. Mulut dikatupkan lalu dilihat apakah V-groove dan kontranya
sudah tepat. Lakukan buka tutup mulut berulang-ulang.
Tahap Laboratoris
Pemasangan pada artikulator ( free plane articulator )
Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difiksir, letakkan oklusal bite rim RA pada
mounting table dengan pedoman :
Garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting
table.
Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table.
Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior
bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim RA difixir dengan cara :
1. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian atas
model kerja RA, kemudian upper member digerakkan ke bawah atau menutup sampai
menekan gips yang ada pada model kerja RA. Upper member dan lower member
17
digerakkan ke bawah atau menutupi sampai menekan gips yang ada pada model kerja
RA.
2. Upper member dan lower member diikat dengan karet dan gips yang memfixir upper
member dengan model RA dirapikan.
3. Mounting table dilepas dari artikulator, kemudian artikulator dibalik.
4. Occlusal bite rim RB beserta model gips RB diletakkan kembali pada occlusal bite rim
RA sesuai dengan oklusinya.
5. Lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja RB, kemudian
lower member digerakkan ke bawah atau ditutup sampai menekan adonan gips.
6. Membuat garis median pada bite rim atas yang disesuaikan dengan garis median model
kerja dan incisal guide plane.
4.
KUNJUNGAN IV
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior. Urutan
pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas kemudian gigi anterior rahang bawah.
Setelah itu, try in pada pasien.
1. Pemasangan gigi anterior atas seperti berikut:
1 1
2 2
3 3
Pemasangan gigi anterior atas sisi kanan dan kiri harus simetris.
2. Selanjutnya, pemasangan gigi anterior bawah sebagai berikut:
1 1
3 3
Tahap Klinis
Setelah pemasangan gigi anterior, dilakukan try in. Kemudian periksa overbite dan
overjet (2-4 mm), garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut) dan garis
ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat ketawa), fungsi fonetik (pasien
disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m), retensi, stabiliasi, dan vertikal dimensi.
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi anterior dipasang maka
dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah.
5.
KUNJUNGAN V
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior. Urutan
pemasangan gigi adalah gigi posterior rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah.
Setelah itu dilakukan try in pada pasien. Selain itu dilakukan pengecekan yang sama dengan
gigi anterior dan ditambah dengan cek oklusi.
Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :
1. Kurva anteroposterior yang terdiri dari :
a. Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 5 4 4 5
b. Bidang oblik tempat disusunnya gigi 7 6 6 7
2. Kurva lateral yang terdiri dari :
a. Bidang tegak yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal bite rim, dimana
permukaan bukal gigi premolar ditempatkan.
b. Bidang dengan sudut penyimpangan 6 dari bite rim ke arah palatal, dimana terletak
permukaan bukal gigi molar.
Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior. Urutan pemasangan
19
adalah gigi posterior RA kemudian RB. Setelah itu try in pada pasien.
1. Pemasangan gigi posterior atas:
4 4 : - Aksis tegak lurus bite rim dan bidang oklusal
- Tonjol bukal menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung 1 mm
5 5 : - Aksis tegak lurus bite rim RB
- Kedua tonjol menyentuh bite rim RB
6 6 : - Aksis miring ke mesial
- Tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim
- Tonjol lainnya menggantung
7 7 : - Aksis lebih miring daripada M1 RA
- Semua tonjol menggantung
2. Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi 6 karena
merupakan kunci oklusi.
Ketentuan:
Oklusi yang dimaksud adalah oklusi klas I Angle. Tanda-tanda oklusi klas I
Angle adalah:
a)
b)
2. Potong bite rim RB tepat di bawah M1 RA. Lalu dipasang sesuai urutan
berikut:
6 6 : - Tonjol mesiopalatal M1 RA berada di fossa central gigi ini
- Tonjol mesiobukal M1 RA berada di buccal groove gigi ini
5 5 : - Tonjol bukalnya di antara tonjol bukal P1 dan P2 RA dan berkontak
dengan marginal ridge gigi tersebut
-
KUNJUNGAN VI
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan
pengamatan pada :
a) Oklusinya
b) Retensi GTL, faktor yang mempengaruhi adalah
jaringan
keras
harus
dihindari
utuk
memberi
kesempatan bergerak
KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut kemudian
21
1. Retensi
Pengecekan dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti fornik, jaringan yang bergerak harus dihindari dari
plat GTL agar bebas bergerak dan tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai
dengan keadaan mulut.
2. Oklusi
Pengecekan balancing side, working side, serta ada tidaknya kontak prematur.
Pengecekan oklusi dilakukan dalam kondisi sentrik dan eksentrik. Apabila oklusinya
terganggu, dilakukan grinding atau penambahan. Pengecekan dilakukan dengan
articulating paper yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien diminta menggerakkan
gigi seperti mengunyah. Apabila ada traumatic oklusi dilakukan selective grinding, yaitu
penggrindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik oklusi
gigi tersebut. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada
permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan permukaan lingual dan
distal pada rahang bawah) hinga diperoleh warna dengan tebal yang sama.
3. Stabilisasi
Pengecekan saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa
dapat dipolish.
Diberikan instruksi kepada pasien untuk:
1) Cara pemakaian protesa
2) Adaptasi, dengan menganjurkan pasien untuk memakai protesa secara terus menerus
selama 2x24 jam. Pasien diingatkan bahwa akan mengalami hipersalivasi selama satu
minggu.
3) Cara pemeliharaan protesa:
a.
b.
c.
d.
4) Kontrol
22
a.
apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik
b.
8.
KUNJUNGAN VIII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
a) Pemeriksaan subyektif : Pasien ditanya apakah ada keluhan atau tidak, apakah ada
gangguan atau tidak, dan apakah ada rasa sakit.
b) Pemeriksaan obyektif : dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
dan diperiksa retensi dan stabilisasi
23
V. DISKUSI
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik untuk membuatkan gigi tiruan
karena hilangnya seluruh gigi pada kedua rahangnya. Kondisi pasien dan juga jaringan
mulutnya baik, sehingga memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan
GTL.
Pembuatan gigi tiruan lengkap perlu mempertimbangkan serta memperhatikan adanya
faktor retensi dan stabilisasi.
Untuk retensi yang baik, harus memperhatikan faktor-faktor :
1. Fitting surface
a. Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di dalam
mulut.
b. Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan gerak.
c. Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.
2. Ketebalan GTL
Ketebalan GTL rahang atas dan rahang bawah tidak sama, yaitu protesa
rahang bawah lebih tebal dibanding protesa rahang atas.
Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus diperhatikan :
a. Polishing surface
b. Occlusal surface
c. Penyusunan gigi-geligi tiruan
d. Artikulasi
24
I. PROGNOSIS
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1) Oral hygiene pasien baik
2) Jaringan pendukung yang ada dalam kondisi sehat
3) Kesehatan sistemik pasien dalam kondisi baik
4) Pasien kooperatif dan komunikatif
25
DAFTAR PUSTAKA
Boucher, C.O., 1964, Swensons Complete Denture, ed. V., CV. Mosby Company: St. Louis.
Devlin, H., 2002, Complete Dentures : A Clinical Manual for The General Dental
Practitioner, Springer-Verlag Berlin Heidelberg: Germany.
Gunadi, H.A dan Setiabudi., 1995, Ilmu Geligi Sebagian Lepasan, Penerbit Hipokrates,:
Jakarta.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad: Bandung.
Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Unpad:
Bandung.
Swenson, M.G., 1960, Complete Denture, 5th ed., C.V. Mosby Co: Saint Louis.
Watt, D.M. dan MacGregor, A.R., 1992, Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap (terj.), Edisi
2, Hipokrates, : Jakarta.
26