Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkontrol sehingga bisa mengganggu dan
merusak sel-sel jaringan lain.(www.nutritionist-to-be %23Patofisiologi - Sel Kanker.com
di akses 23 desember 2010). Kanker kulit nonmalenoma adalah kanker yang tersering
ditemukan di Amerika Serikat, dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari
600.000 kasus. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan 70 80% dari semua kanker kulit
nonmalenoma. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20% dari
semua kanker kulit nonmalenoma, lebih bermakna karena kemampuan metastasinya.
Angka insidensi meningkat secara dramatis sejak dekade terakhir ini. Walaupun lebih
sering terjadi pada laki-laki, sejak tahun-tahun terakhir perbedaan jenis kelamin ini
menjadi kurang menonjol. (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam hal. 2073).
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit
juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling
sering terdapat adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan
melanoma maligna (MM). Karsinomasel basal dan karsinoma sel skuamosa seringkali
digolongkan ke dalam kanker kulit non melanoma (KKNM). (www.kankerkulit.com
diakses tanggal 23 desember 2010 ).
Karsinoma sel basal atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling sering,
penyakit ini umumnya terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang berlansung
bertahun-tahun. Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka
yang berkulit terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan
lokal yang luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel skuamosa
adalah sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi kanker ini
mungkin eksisi yang luas. ( eksklopedia keperawatan: 2009 hal 334 335).

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Karsinoma Sel
Skuamosa.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karsinoma sel skuamosa ?
2. Untuk mengetahui penyebab karsinoma sel skuamosa ?
3. Untuk mengetahui patofisiologi karsinoma sel skuomosa ?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis karsinoma sel skuamosa ?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan karsinoma sel skuamosa ?
6. Untuk mengetaui pencegahan karsinoma sel skuamosa ?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan karsinoma sel skuamosa ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Karsinoma sel skuamosa (SCC) adalah bentuk paling umum kedua dari
kanker kulit dan menyumbang 20% dari keganasan kulit. Karsinoma sel
skuamosa merupakan proliferasi malignan yang timbul dari dalam epidermis.
Karsinoma sel skuamosa sering muncul pada kulit yang rusak karena terkena
sinar matahari dan individu lanjut usia. Kebanyakan karsinoma sel skuamosa
dapat segera diidentifikasi dan dibuang dengan prosedur bedah minor. Lesi invasif

lebih besar dan lebih memerlukan manajemen operasi agresif, terapi radiasi, atau
keduanya. Risiko karsinoma sel skuamosa sangat tinggi untuk terjadinya
metastasis.
Karsinoma Sel Skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan tengah
epidermis. Penyakit Bowen adalah suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang
terbatas pada epidermis dan belum menyusup ke jaringan di bawahnya (dermis).
Kulit yang terkena tampak coklat-merah dan bersisik atau berkeropeng dan
mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis atau infeksi
jamur.
B. ETIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan suatu
proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya kanker. Sebuah penelitian mengindikasikan virus
seperti Herpes Simplex Virus dan Papilloma Virus berperan dalam proses tersebut.
Namun penyebab pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi faktor-faktor
pendukung

dapat

merangsang

terjadinya

kanker. Faktor-faktor

tersebut

digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter dan faktor
pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obatobatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Faktor-faktor tersebut dapat
berperan secara individual atau berkombinasi dengan faktor lain sehingga dapat
mencetuskan kanker.
Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di
Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu termasuk
merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok
bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada
digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa
mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan
dengan merokok kretek.
Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan
terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di
lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons,
aromatic amines, nitrat, nitrit, dan nitrosamin.

Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut


adalah candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit
speckled leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada
tahun 1965. Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari
leukoplakia dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai
kecenderungan berubah menjadi kanker.
Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker.
Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe
dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin
tersebut mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan
anemia. Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat
karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk,
(1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, melaporkan
bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar ludah pada orang yang
selamat setelah terkena radiasi bom atom pada periode antara 1957-1970,
terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena
radiasi.
Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang
tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi
kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti
pada penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik.
Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh
sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan
genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi.
C. PATOFISIOLOGI
Squamous cell carcinoma (SCC) adalah tumor ganas pada keratinosit
epidermis. Beberapa kasus karsinoma sel skuamosa terjadi de novo (yaitu dengan
tidak adanya lesi prekursor), namun beberapa karsinoma sel skuamosa berasal
dari matahari yang disebabkan oleh lesi prakanker dikenal sebagai keratosis
actinic. Pasien dengan keratosis actinic multiple memberikan manifestasi

peningkatan risiko untuk mengembangkan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma


sel skuamosa yang mampu infiltrasi pertumbuhan lokal, menyebar ke kelenjar
getah bening regional, dan metastasis jauh, paling sering ke paru-paru.
D. MANIFESTASI KLINIS
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah
kulit yang terpapar sinar matahari dan membrane mukosa, namun dapat pula
terjadi pada setiap bagian tubuh. Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada
daerah muka dan ekstermitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di
daerah tropic lebih banyak pada ekstermitas bawah, badan dan dapat pula
dijumpai pada bibir bawah serta punggung tangan.
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus
dengan tepi yang tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai kembang
kol, pada perabaan keras dan mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan
dan tepi meninggi, warna kekuningan. Tumor menyebar melalui saluran getah
bening kealat-alat lain.
Menurut Marwali gambaran klinis Karsinoma Sel Skuomosa bervariasi, dapat
berupa :
a) Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau
ulkus dengan tepi yang berbatas kurang jelas.
b) Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol di atas permukaan
kulit, tidak rata, berbenjo-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau
pucat, membasah atau berdarah dan berbau.
c) Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning
kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan
metastasis ke kelenjar limfe regional atau ke organ-organ dalam.
d) Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering
mengadakan invasi yang cepat dan terjadi metastasi.
E. PENATALAKSANAAN
1. Eksisi Bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengangkat keseluruhan tumor. Cara yang
terbaik untuk mempertahankan penampilan kosmetika adalah dengan
menempatkannn garis insisi di sepanjang garis tegangan kulit yang normal
dan garis anatomis tubuh yang dialami. Dengan cara ini, jaringan parut yang

terbentuk tidak akan mudah terlihat. Ukuran insisi tergantung pada ukuran dan
lokasi tumor, kendati biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar yaitu 3:1.
Memadainya eksisi dengan pembedahan dipastikan melalui evaluasi
mikroskopik terhadap potongan-potongan spesimen. Apabila tumornya
berukuran besar, pembedahan rekonstruksi dengan menggunakan skin flap
atau graft kulit mungkin diperlukan. Luka insisi ditutup lapis demi lapis untuk
memperbesar efek kosmetika. Perban tekan dipasang pada luka untuk
penyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah tindakan eksisi yang sederhana
jika tindakan aseptik bedah yang benar tetap dipertahankan selama dan
sesudah operasi.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung, dan
daerah pada atau di dekat struktur yang vital (misalnya: nervus fasialis).
Terapi ini hanya dikerjakan pada pasien yang berusia lanjut karena perubahan
akibat sinar-x dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian dan
perubahan malignan pada sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar-x setelah 15
hingga 30 tahun kemudian. Pasien harus diinformasikan bahwa kulit daaapat
menjadi merah dan melepuh. Salep kulit yang netral (yang diresepkan oleh
dokter) dapat dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa nyaman. Pasien juga
harus diingatkan agar kulitnya tidak terkena sinar matahari.
3. Kemoterapi
Formulasi kemoterapi topikal dari 5-fluorouracil (5-FU) digunakan untuk
pengobatan actinic keratosis dan dangkal karsinoma sel basal. Keberhasilan
pengobatan pada pasien dengan sel karsinoma skuamosa juga telah
dilaporkan. Karsinoma sel skuamosa invasif tidak harus ditangani dengan
kemoterapi topikal. Suatu bentuk dari FU 5 (capecitabine), yang disetujui oleh
food and drug administration (FDA) dapat dipertimbangkan pada pasien
dengan sel karsinoma skuamosa situ dengan penyebaran ke daerah kulit yang
luas.
F. PENCEGAHAN
prinsip-prinsip kunci dari pencegahan meminimalkan paparan sinar matahari dan
mendapatkan pemeriksaan teratur.
1. membatasi pancaran sinar matahari.

2. menghindari pancaran sinar matahari tanpa perlindungan selama waktu


puncak radiasi (jam-jam sekitar tengah hari).
3. mengenakan topi bertepi lebar dan pakaian pelindung erat-tenunan sedangkan
di luar rumah di bawah sinar matahari.
4. teratur menggunakan tabir surya tahan air atau kedap air dengan perlindungan
UVA dan SPF 30 atau lebih tinggi.
5. menjalani pemeriksaan rutin dan membawa apapun yang mencurigakan yang
tampak atau mengubah lesi menjadi perhatian dokter, dan menghindari
penggunaan penyamakan tempat tidur dan menggunakan tabir surya dengan
SPF 30 dan perlindungan terhadap UVA (gelombang panjang dari sinar
ultraviolet). Banyak orang pergi keluar dari jalan mereka untuk mendapatkan
cokelat buatan sebelum mereka meninggalkan untuk liburan cerah, karena
mereka ingin mendapatkan base coat untuk mencegah kerusakan sinar
matahari. Bahkan mereka yang mampu mendapatkan tan, bagaimanapun,
hanya mendapat perlindungan dengan tingkat SPF 6, sedangkan tingkat yang
diinginkan adalah SPF 30. Mereka yang hanya bintik mendapatkan sedikit
perlindungan atau tidak sama sekali dari mencoba untuk tan, mereka hanya
meningkatkan kerusakan akibat matahari. Tabir surya harus diterapkan secara
bebas dan diterapkan kembali setiap dua sampai tiga jam, terutama setelah
berenang atau aktivitas fisik yang mempromosikan keringat, yang dapat
melemahkan bahkan tabir surya berlabel sebagai tahan air.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identintas pasien.
a) Usia.
Lebih sering pada usia 15- 44 tahun, lebih meningkat pada usia 20 tahun yang
selalu terpapar sinar matahari.
b) Jenis kelamin.
Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk terjadinya
kanker kulit, semua tergantung pada aktifitas ( terpapar sinar UV) atau
pekerjaan.
c) Pekerjaan.
Orang yang paling beresiko adalah orang yang berkulit cerah, berambut merah
yang nenek moyangnya berdarah celtic atau orang dengan warna kulit merah
muda atau cerah di samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari
tanpa terjadi perubahan warana kulit menjadi coklat kekuningan.
Populasi lain yang beresiko adalah para pekerja di luar rumah (seperti petani,
pelaut dan pelayan) orang - orang yang terpajan sinar matahari untuk suatu
periode waktu, Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat tertentu
(senyawa arsen, netra, batu bara, terserta, aspal dan parafin) juga termasuk
dalam kelompok yang beresiko.
2. Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.
3. Riwayat penyakit saat ini.
Adanya benjolan pada lokasi kanker (leher, wajah dan exstremitas) perubahan tahi
lalat yang tidak sembuh-sembuh.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami
kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.Ulkus yang lama pada
ekstrenitas bahwa juga dapat menjadi lokasi asal kanker kulit.

5. Riwayat penyakit keluarga.


Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda- tanda vital.
Tekanan darah, nadi, respirasi cenderung mengalami penurunan karena proses
metastasis kanker yang mempegaruhi system tubuh dan pada suhu mengalami
peningkatan karna sebagai tanda inflamasi.
2. Pemeriksaan persistem (B1- B6)
a. B1 (pernapasan)
Kanker kulit pada stadium awal tidak mempegaruhi system pernapasan,
namun pada stadium 3 atau sudah metastasis di paru- paru makan pernapasan
akan mengalami gangguan yang di tandai dengan sesak.
b. B2 ( cardiovaskuler)
Ada beberapa gangguan diantaranya ketika kanker bermetatasis melalui
pembuluh darah makan system kerja jantung akan terganggu.
c. B3 ( persarapan)
Pusing, nyeri, atau derajat nyeri bervariasi mis : ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
d. B4 (perkemihan)
Perubahan pada pola defekasi, mis : Perubahan eliminasi urinarius, nyeri /
e.

rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.


B5 (pencernaan)
Tergantung pada proses metastasis kanker. Biasanya ditemukan perdarahan

f.

pada feses.
B6 (muskulosletal)
Biasanya ditemukan pada kulit bagian ekstremitas, sehingga rasa nyeri di
ekstremitas ditemukan.

3. Pemeriksaan integument (pemeriksaan tambahan)


Pada integument pemeriksaan didapat sesuai tanda gejala kanker kulit yang telah
disebutkan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan pascatindakan eksisi bedah.
2. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.
3. Pemenuhan informasi berhubungan dengan intervensi diagnostik, intervensi
radiasi, kemoterapi, dan eksisi bedah.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO
.
1.

Diagnosa

Tujuan

Kriteria Hasil

Keperawatan
Nyeri

Dalam waktu Secara

berhubungan

1 x 24 jam

subjektif

dengan

nyeri

melaporkan

kerusakan

berkurang /

nyeri

jaringan

hilang atau

berkurang atau

pascatindakan

teradaptasi.

dapat

eksisi bedah.

diadaptasi.
Skala nyeri 0-1
(0-4)
Dapat
mengidentifika
si aktivitas
yang

Intervensi
1. Kaji nyeri dengan
pendekatan
PQRST.
2. Jelaskan dan
bantu pasien
dengan tindakan
pereda nyeri
nonfarmakologi
dan non-invasif.
3. Lakukan
manajemen nyeri
keperawatan: Atur
posisi fisiologis
4. Manajemen

meningkatkan

lingkungan :

atau

lingkungan

menurunkan

tenang dan batasi

nyeri.
Pasien tidak
gelisah.

pengunjung
5. Ajarkan teknik
distraksi pada saat
nyeri.
6. Kolaborasi

Rasional
1. menjadi parameter
dasar untuk
mengetahui sejauh
mana intervensi yang
diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan
dari intervensi
manajemen nyeri
keperawatan yang
telah dilakukan.
2. Pendekatan dengan
menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
3. posisi fisiologis akan
meningkatkan asupan
O2 ke jaringan yang

dengan dokter :

mengalami iskemia.

pemberian

Pengaturan posisi

analgetik.

idealnya adalah pada


arah yang berlawanan
dengan letak lesi
pemfigus. Bagian
tubuh yang mengalami
inflamasi lokal
dilakukan imobilisasi

untuk menurunkan
respons peradangan
dan meningkatkan
kesembuhan.
4. lingkungan tenang
akan menurunkan
stimulasi nyeri
eksternal dan
pembatasan
pengunjung akan
membantu
meningkatkan kondisi
O2 ruangan yang akan
berkurang apabila
banyak pengunjung
yang berada di
ruangan.
5. distraksi (pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan stimulus
internal dengan
mekanisme
peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin
yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke
korteks serebri
sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
6. Analgetik memblok
lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang.

2.

Kecemasan

Dalam waktu

pasien menyatakan 1. Kaji tanda verbal

berhubungan

1 x 24 jam

kecemasan

dan nonverbal

nonverbal dapat

dengan

kecemasan

berkurang,

kecemasan,

menunjukkan rasa

prognosis

pasien

mengenal

dampingi pasien

agitasi, marah, dan

penyakit

berkurang.

perasaannya, dapat

dan lakukan

mengidentifikasi

tindakan bila

penyebab atau

menunjukan

faktor yang
memengaruhinya,
kooperatif
terhadap tindakan,
dan wajah rileks.

perilaku merusak.
2. Hindari
konfrontasi
3. Beri dukungan
psikologis
4. Bina hubungan
saling percaya
5. Beri kesempatan
kepada pasien
untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
6. Berikan privasi
untuk pasien dan
orang terdekat
7. Kolaborasi :
Berikan
anticemas sesuai

1. Reaksi verbal/

gelisah.
2. Konfrontrasi dapat
meningkatkan rasa
marah, menurunkan
kerja sama, dan
mungkin
memperlambat
penyembuhan.
3. Dukungan ini
mencakup upaya
membiarkan pasien
untuk
mengekspresikan
perasaannya tentang
keseriusan neoplasma
kulit, pengertian
terhadap kekesalan,
serta depresi yang
diperlihatkan pasien,
dan penyampaian

indikasi,

kesan bahwa perawat

contohnya

dapat memahami

diazepam

semua perasaan ini.


4. Pasien harus didorong
untuk
mengekspresikan
perasaan cemas,
gangguan
kenyamanan, dan
perasaan
keputusasaannya
secara bebas. Semua
ini diperlukan agar
upaya untuk
menentramkan
perasaan pasien
terlaksana paling
efektif.
5. Perhatian kepada
kebutuhan psikologis
pasien menuntut
kehadiran perawat saat
diperlukan, pemberian
pelayanan
keperawatan yang
profesional dan
pelaksanaan
penyuluhan bagi
pasien beserta
keluarganya. Dapat
menghilangkan
ketegangan terhadap

kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.
6. Memberi waktu untuk
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan cemas,
dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan
teman-teman yang
dipilih pasien
melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya
membaca) akan
menurunkan perasaan
terisolasi. Pengaturan
agar anggota keluarga
dan setiap teman
dekatnya untuk lebih
banyak mencurahkan
waktu mereka bersama
pasien karena dapat
menjadi upaya yang
bersifat suportif.
7. Meningkatkan
relaksasi dan
menurunkan
3.

Pasien mampu 1. Kaji tingkat

kecemasan.
1. Tingkat pengetahuan

Pemenuhan

Dalam waktu

informasi

1 x 24 jam

menjelaskan

pengetahuan

dipengaruhi oleh

berhubungan

informasi

kembali

pasien tentang

kondisi sosial ekonomi

dengan

kesehatan

pendidikan

prosedur

pasien. Perawat

intervensi

terpenuhi.

kesehatan

diagnostik,

menggunakan

diagnostik,

yang

intervensi

diberikan.
Pasien

radiasi,
kemoterapi,

termotivasi

dan eksisi

untuk

bedah

melaksanakan

pembedahan

pendekatan yang

kolostomi

sesuai dengan kondisi

sementara, dan

individu pasien.

rencana

Dengan mengetahui

perawatan rumah.
2. Cari sumber yang

penjelasan

meningkatkan

yang telah

penerimaan

diberikan.

informasi.
3. Jelaskan tentang
terapi dalam
kemoterapi.
4. Jelaskan tentang
terapi radiasi.
5. Jelaskan dan

tingkat pengetahuan
tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam
memberikan
pendidikan yang
sesuai dengan
pengetahuan pasien
secara efisien dan
efektif.
2. Keluarga terdekat

lakukan

dengan pasien perlu

pemenuhan atau

dilibatkan dalam

persiapan

pemenuhan informasi

pembedahan,

untuk menurunkan

meliputi:

risiko misinterpretasi

Diskusikan

terhadap informasi

jadwal
pembedahan.
6. Persiapan
administrasi dan
informed consent.
7. Lakukan
pendidikan
kesehatan
preoperatif.
8. Programkan
instruksi yang
didasarkan pada

yang diberikan.
3. Pasien perlu
mengetahui bahwa
kemoterapi diberikan
sebagai pelengkap
terapi bedah dan terapi
radiasi.
4. Pengetahuan tentang
karsinoma sel
skuamosa walaupun
tidak bersifat
radiosensitif dan pada

kebutuhan

kebanyakan pasien

individu

jika memberikan efek

direncanakan dan

penyusutan tumor

di

akan menambah

implementasikan

semangat pada pasien

pada waktu yang

untuk melakukan

tepat.
9. Beritahu

terapi.
5. Pasien dan keluarga

persiapan

harus diberitahu waktu

pembedahan:

dimulainya

Persiapan puasa.
10. Persiapan kulit.
11. Beritahu pasien
dan keluarga
kapan pasien
sudah bisa
dikunjungi.
12. Beri informasi

pembedahan. Apabila
rumah sakit
mempunyai jadwal
kamar operasi yang
padat, lebih baik
pasien dan keluarga
diberitahukan tentang

tentang

banyaknya jadwal

manajemen nyeri

operasi yang telah

keperawatan.
13. Berikan motivasi
dan dukungan
moral.

ditetapkan sebelum
pasien.
6. Pasien sudah
menyelesaikan
administrasi dan
mengetahui secara
finansial biaya
pembedahan. Pasien
sudah mendapat
penjelasan tentang
pembedahan
kolektomi atau
kolostomi oleh tim

bedah dan
menandatangani
informed consent.
7. Manfaat dari instruksi
preoperatif telah
dikenal sejak lama.
Setiap pasien diajarkan
sebagai seorang
individu, dengan
mempertimbangkan
segala keunikan
ansietas, kebutuhan,
dan harapanharapannya.
8. Jika sesi penyuluhan
dilakukan beberapa
hari sebelum
pembedahan, pasien
mungkin tidak ingat
tentang apa yang telah
dikatakan. Jika
instruksi diberikan
terlalu dekat dengan
waktu pembedahan,
pasien mungkin tidak
dapat berkonsentrasi
atau belajar karena
ansietas atau efek dari
medikasi praanastesi.
9. Puasa dilakukan
minimal 6-8 jam
sebelum pembedahan

apabila intervensi
bedah dilaksanakan
dengan menggunakan
anestesi umum.
10. Tujuan dari persiapan
kulit preoperatif
adalah untuk
mengurangi sumber
bakteri tanpa
mencederai kulit.
11. Pasien akan mendapat
manfaat bila
mengetahui kapan
keluarga dan temannya
dapat berkunjung
setelah pembedahan.
12. Manajemen nyeri
dilakukan untuk
peningkatan kontrol
nyeri pada pasien.
13. Intervensi untuk
meningkatkan
keinginan pasien
dalam pelaksanaan
pengobatan jangka
panjang.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Mengalami pengurangan rasa sakit dan gangguan rasa nyaman. Menyatakan
bahwa rasa sakit atau nyeri sudah berkurang dan menghilang.
2. Mencapai pengurangan kecemasan.
a. Mengekspresikan ketakutan dan khayalan.
b. Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi medis.

c. Mengenali dukungan dan kenyamanan yang diberikan oleh anggota keluarga


atau orang lain yang signifikan.
3. Terpenuhinya informasi kesehatan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya
untuk generasi dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara normal
dapat membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan
tumbuh kembali. Kanker kulit adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan
kulit, sehingga muda dikenali. Namun karena gejala awal yang timbul dirasakan
tidak begitu mengganggu, sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan.
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
paparan sinar ultraviolet UV, kulit putih, paparan karsinogen, genetic atau factor
keturunan.
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit
yaitu benjolan kecil yang membesar, benjolan yang permukaannya tidak rata dan
tidak mudah berdarah, tahi lalat yang berubah warna, koreng atau borok dan luka
yang tidak mau sembuh, bercak kecoklatan pada oramh tua, bercak hitam yang
menebal pada telapak kaki dan tangan.
B. Saran
Untuk meningkatkan

kualitas

pelayanan

keperawatan

maka

penulis

memberikan sara-saran sebagai berikut :


1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti
melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik
dalam berkomuniksi dengan klien
2. Agar dapat memeberikan asuhan keperawatan yang berkualitas,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap professional
dalam menetapkan diagnose keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner. Suddarth. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.

David servan. Schreiber.2010. Hidup Bebas Kanker. Bandung : Qanita.


Judith M, Wilkinson & Nancy R Ahern. 2012. Buku Saku Diangnosis Keperawatan Edisi
Jakarta EGC.
Made Putri Hendaria, Asmarajaya & Sri Maliawan. Jurnal Kesehatan PDF Kanker kulit.
Muttaqin Arif. Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda international, 2012-2014. Diangnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. Lorraine M. 1995. Patofisiologi Konsep klinis Proses- Proses Penyakit
buku 2 edisi 4. Jakarta : EGC.
Rahayu. Wahyu.2002. Mengenal Mencegah Dan Mengobati 35 Jenis Kanker. Jogjakart:
Victoria inti Cipta.

Anda mungkin juga menyukai