Isi
Isi
A. Latar belakang
Tulang adalah bagian tubuh pada mahluk hidup yang memiliki kegunaan
alat gerak tubuh pembentukan rangka, penyimpanan mineral seperti kalsium
dan fosfat, dan pelindung organ-organ internal tubuh. Dalam pembentukan
tulang yang biasa disebut osifikasi terjadi pada perkembangan fetus (prenatal)
dan setelah lahir (postnatal). Pada tulang yang mengalami pemanjangn
perkembanganya sampai pada umur dewasa (Hill dan Orth, 1998; Fernandez et
al., 2006).
Jaringan tulang mempunyai tiga tipe sel yaitu osteosit, osteoblas, dan
osteoklas. Proses remodeling tulang melibatkan osteoklas dan osteoblas
melalui signal parankrin dan endokrin. Pada dasarnya osteoblas berkembang
dari osteo progenitor yang berada didalam sumsum tulang dan periosteum.
Osteoblas memiliki kegunaan sebagai penghasil matriks organik meliputi
protein kolagen dan kolagen, osteoblas juga berfungsi palam pengaturan proses
mineralisasi pembentukan osteoid (Orwoll, 2003). Tulang merupakan jaringan
yang dinamis karena selalu mengalami pembaruan secara konstan yang
dinamakan proses remodeling. Proses ini sangat kompleks karena melibatkan
proses pengurangan matriks tulang atau yang biasa sering disebut dengan
resorpsi dan pembentukan tulang kembali. Fungsi remodeling tulang itu sendiri
yaitu untuk menjaga homeostasis, pembentukan kerangka pada masa
pertumbuhan, memperbaiki jaringan yang rusak akibat kerusakan minor karena
faktor stres dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat pergerakan fisik (Hill
dan Orth, 1998; Fernandez et al., 2006).
Salah satu faktor penting dalam proses remodeling yaitu proses
diferensisasi osteoblas. Proses proliferasi dan diferensiasi osteoblas diatur oleh
growth factor (faktor pertumbuhan) yang dihasilkan oleh osteoblas. Growth
faktor yang terlibat yaitu insulin growth factor (IGF I dan II), bone
morphogenic protein (BMPs), fibroblas growth factor (FGF), platelet derived
growth faktor (PDGF) yang bekerja secara autokrin dan parakrin, serta hormon
estrogen (Hofbauer et al., 1999; Ogita et al., 2008).
Ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang pada proses
remodeling tulang dapat mengakibatkan kepadatan tulang berkurang sehingga
(Suryati, 2006). Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh.
Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan
hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil,
tulang juga terus mengalami perubahankarena berbagai stres mekanik dan
terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk
mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses
penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan
dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini
merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika
usia semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil
balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang,
makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia
sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia
30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan
berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang
berakibat pada osteoporosis ( Tandra, 2009).
2. Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
a. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang
berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih
lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum
menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini
berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7
tahun pertama setelah menopause.
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru
(osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali
menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
c. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan
(misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
d.
3. Estrogen
Estrogen adalah hormon steroid seks endogen yang diproduksi oleh
ovarium, korteks adrenal, testis, dan plasenta pada masa
kehamilan(suherman, 2007). Estrogen mempunyai peran sebagai
antioksidan yang dapat menekan aktivitas radikal bebas (badeu, 2008).
Estrogen konsentrasi tinggi dapat berperan sebagai free radical scavenger
dan juga dapat menginduksi antioksidan enzimatik endogen seperti
manganese superoxide dismutase (MnSOD), heme oxygenase, thioredoxin,
glutathione peroxidase (GPx) (mahn, 2005). Kondisi hipoestrogen pada
wanita menopause akan meningkatkan stres oksidatif di dalam tubuh.6
Peningkatan stres oksidatif secara drastis di dalam tubuh dapat terjadi akibat
penurunan kadar estrogen sebagai antioksidan.7Stres oksidatif terjadi karena
ketidakseimbangan antaraprooksidan dengan antioksidan, dimana produksi
radikal bebas melebihi kemampuan penghambat radikal alami atau
mekanisme scavenging. Mekanisme penghambat radikal bebas terdiri dari
antioksidan endogen dan eksogen. Akibatnya radikal bebas merusak sel
dengan bereaksi dengan makromolekuler sel melalui proses peroksidasi
lipid, oksidasi DNA, dan protein.8 Malondialdehyde (MDA) merupakan
produk akhir dari peroksidasi lipid di dalam tubuh, dan biasanya digunakan
sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid untuk menilai stres oksidatif.
Konsentrasi MDA yang tinggi merupakan bukti status antoksi dant ubuh
yang rendah, sehingga tidakdapat mencegah reaktivitassenyawa radikal
bebas.10berkurangnya kadar estrogen pada masa menopause dihubungkan
dengan peningkatan resorbsi tulang alveolar, penurunan estrogen
menyebabkan stress oksidatif meningkat sehingga jumlah sel osteoblas menurun, kemudian mempercepat osteo-porosis. Untuk mengatasi
permasalahan ini, antioksidan sangat baik digunakan untuk terapi,
antioksidan dapat berasal dari senyawa polifenol (Arkhaesi, 2008).
4. Tanaman cengkeh
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam
bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari
suku Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan
sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan
utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan
dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi
dan juga untuk mengobati sakit gigi. Cengkeh ditanam terutama di
Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di
Zanzibar (Aksan, 2008). Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang
dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 10-20 m, mempunyai daun berbentuk
lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya
berwarna hijau, dan berwarna merah jika sudah mekar. Cengkeh akan
dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Pengeringan bunga cengkeh
dapat dilakukan juga dengan menggunakan alat pengering tipe bak (batch
dryer) bunga cengkeh diletakkan di atas bak yang terbuat dari logam yang
berlubang udara panas kemudian di alirkan ke bawah bak dengan bantuan
kipas, sumber panas diperoleh dengan cara membakar sekam padi, arang
atau menggunakan minyak tanah, dengan menggunakan alat buatan ini
dibutuhkan waktu pengeringan 2-3 hari (Agus, 2004). Bunga cengkeh
mengandung minyak atsiri, fixed oil (lemak), resin, tannin, protein,
5. Antioksidan
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan
yang disebabkan oleh spesies oksigen reaktif, mampu menghambat
terjadinya penyakit degeneratif, serta mampu menghambat peroksidase lipid
Variabel terkendali
Sterilisasi alat, bahan
coba, dan media
Variabel bebas
Variabel terikat
Variabel Tak
Terkendali
Kontaminasi bakteri
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian post test only control group design.
3. Lokasi penelitian
10
11
12
13