PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi saluran nafas kronis yaitu penyakit yang dikarakterisir oleh
adanya keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan
oleh bronkitis kronis, emphysema atau keduanya. Salah satu dari obstruksi
saluran nafas cronis adalah PPOK dimana Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini
berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun
ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.
Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor
resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan
perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi
komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas.
Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan
faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat
perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan
Obstruksi Saluran Napas perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga
pengobatan Obstruksi Saluran Napas menjadi lebih baik.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul Obstruksi Saluran Napas ini
adalah untuk membahas etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan medis serta keperawatan bagi penderita obstruksi saluran
napas ini semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan begitu diharapkan kita
mampu menekan angka morbiditas dan mortalitas Obstruksi Saluran Napas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Hidung
juga
berfungsi
sebagai
penyaring
kotoran
dan
paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu)
karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi
respiratorius
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun (Adams apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit
dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen
laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk
d. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan
akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk
-
dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik
dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
PARU
interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya
PLEURA
paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini
untuk mencegah kolap paru-paru
Fisiologi Pernapasan
Proses respirasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
1. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli
paru-paru. Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dikarnakan
adanya selisih tekanan udara di atmosfer dan alveolus dan di dukung oleh
kerja mekanik otot-otot. Mekanisme ventilasi adalah dimulai dari proses
inspirasi. Selama inspirasi, udara bergerak dari luar ke dalam trakea,
bronkus, bronkeolus dan alveoli. Selama ekspirasi, gas yang terdapat
dalam alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi dengan alur terbalik.
2. Diffusi ad
3. alah proses pertukaran O2 dan CO2antara alveoli dan darah. Proses
respirasi ini mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran antara
darah.
Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat
beraktifitas.
Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik) atau wheezing.
kelenjar
mukosa akibat
iritasi
kronis
menyebabkan
mengakibatkan
hipertensi
pembuluh
pulmonari
yang
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah
d. Pemeriksaan Laboratorium : peningkatan eosinofil.
7. Therapi Medis dan Keperawatan
a. Antibiotika golonganciprofloxacin, dan co amoxyclav
Infeksi bakteri diobati dengan terapi antibiotika berdasarkan
hasil pemeriksaan kultur dan sensitifitas. Disamping itu tujuan
pengobatan adalah untuk menjaga bronkiolus terbuka dan berfungsi,
sehingga memudahkan pembuangan sekresi bronkhial, mencegah
infeksi.
b. Terapi Bronkodilator
Bertujuan untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi
obstruksi jalan nafas sehingga oksigen lebih banyak didistribusikan
keseluruh bagian paru dan ventilasi alveolar diperbaiki. Postural
Drainage dan perkusi dada sangat membantu jika terdapat
bronkietaksis.
c. Pemberian cairan peroral maupun parenteral
Pemberian terapi cairan sangat membantu dalam mengencerkan
sekresi sehingga mudah dikeluarkan dengan cara batuk. Pemberian
kortikosteroid diberikan jika ada tanda- tanda yang menunjukan
keberhasilan terhadap pengobatan konserfatif.
d. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis
kronis.
e. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan
bergizi.
C. Asma
1. Pengertian
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh
periode episodik spasme otot- otot polos dalam dinding saluran udara
bronkial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan
10
11
proliferasi
akibatnya
terjadi
sumbatan
dan
daya
paru-paru
terutama
pada
alveolus
menyebabkan
terjadinya
12
6. Test Diagnostik
a.
- Foto thorak
Pemeriksaan Radiologi
sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan apakah abnormalitas fungsi
bersifat obstruktif atau restriktif. Untuk memperkirakan tingkat
disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
Pemeriksaan fungsi pulmonari saat aktivitas juga mungkin dilakukan
untuk mengevaluasi toleransi terhadap aktivitas pada mereka yang
diketahui mempunyai penyakit pulmonari progresif.
d.
e.
f.
g.
h.
inflamasi
(Kortikosteroid)
diberikan
untuk
menghambat
untuk
menurunkan
spasme
bronkus/melebarkan
bronkus
13
paru-paru
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berkuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian
besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid
sehingga kuman mampu tahan terhadap asma serta sangat tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh
karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat
bakteri),
sementara
limposit
spesifik
tuberkolosis
sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit ( membentuk 10-20
hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon
berbeda,kemudian pada akhirnya akan membentuk seatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
4. Manifestasi Klinis
Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum
Malaise
Gejala flu
15
Demam ringan
Nyeri dada
Sesak napas
Batuk darah
4. Test Diagnostik
1.Sputum cultur:untuk menghasilkan apakah keberadaan
m.tubelkulosis pada stadium aktif.
2.Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body
fluid):positif untuk BTA.
3.Skin test (PPD,mantoux,tine,and vollmer patch):reaksi
positif(area indurasi 10 mm atau lebih,timbul 48-72 jam setelah
injecsi antigen intradermal) mengindikasikan penyakit sedang aktif.
4.chsat X-ray:dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal
di bagian atas paru-paru,deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pleura.Perubahan yang mengindikasikan TB
yang lebih berat dapat mencakup area berlubangdan fibrosa.
5.Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung,urine
dan CSF,serta boipsi kulit) :positif untuk M.tuberculosis.
6.Needle biopsi of lung tissue:positif untuk granuloma TB,
adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7.Elektrolit:mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan
beratnya infeksi:misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air,
dapat di temukan pada TB paru-paru kronis lanjut.
8.ABGs:mungkin abnormal,tergantung lokasi,berat,dan sisa
kerusakan paru-paru.
9.Bronkografi:merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
10.Darah:lekositosis,LED meningkat.
11.Test fungsi paru-paru:VC menurun,dead space menigkat,TLC
meningkat,dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/infiltrasi perenkim paru-paru dan penyakit
pleura.
5. Terapi Medis
16
Obat Anti-Tuberkulosiss
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Ripamfisin (R)
Streptomisin (S)
Isoniazid (INH)
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Asam para-amino salislik (PAS)
Sikloserin
Terapi Keperawatan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
OAT (obat anti tuberculosis)
Bronchodilator
Ekspectoran
OBH (obat batuk hitam)
Vitamin
Fisioterapi dan rehabilitasi
Konsultasi secara teratur
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N.G.Y. dan Effendy, C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
18
19