Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maskoki termasuk jenis ikan yang sudah ada sejak lama atau bahkan bisa dibilang
menjadi jenis ikan yang pertama kali dipelihara sebagai ikan hias. Ikan hias asal negeri
Cina ini memiliki perawakan yang sangat lucu dan menyenangkan untuk dipandang.
Gaya berenang santai dan merayap di air terlihat anggun (Darti Satyani Lesmana dan
Deden Daelami; 2009).
Secara ekonomis, Maskoki merupakan ikan hias yang murah jika dibandingkan
dengan ikan Koi atau Arwana, dengan variasi dari bentuk dan warna badan Maskoki
yang beragam harga murah merupakan suatu keuntungan ganda yang dapat dinikmati
penggemar Maskoki.
Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembenihan Maskoki yaitu berkaitan
dengan induk yang akan dipijahkan. Kualitas benih Maskoki yang dihasilkan bergantung
pada kualitas induk yang dibiakkan. Induk menurunkan warna, bentuk badan bahkan
daya imun kepada keturunannya. Semakin bagus kualitas induk, diharapkan
menghasilkan kualitas anakan yang tidak jauh berbeda dengan induk.
Kondisi lingkungan pemeliharaan dan pembudidaya juga menjadi faktor penting
dalam proses pembenihan Maskoki. Ketika kondisi lingkungan tidak mendukung, larva
tidak dapat bertahan hidup dan pada akhirnya proses pembenihan tidak dapat
berlangsung. Melihat dari hal ini, diperlukan peningkatan dan penerapan pola teknologi
yang tepat dan praktis dalam usaha pembenihan Maskoki.
B. Tujuan Praktik Industri
C. Sasaran
Secara umum sasaran dilakukannya praktik industri ini adalah pembuatan laporan
yang ditujukan menjadi salah satu sumber informasi mengenai pembenihan Maskoki
bagi hobiis dan petani ikan hias khusunya Maskoki.
Secara khusus kegiatan praktik industri ini bermanfaat:
1. Bagi mahasiswa dengan praktik industri dapat menambah pengetahuan tentang
teknik pembenihan Maskoki serta kendala yang dihadapi.
2. Bagi lembaga (Universitas) dengan adanya laporan praktik industri ini, dapat
menambah sumber informasi dan literatur mengenai teknik pembenihan Maskoki
yang dapat digunakan di masa datang.
3. Bagi pemerintah setempat, dengan adanya laporan praktik industri ini, maka telah
terbantu dengan tersedianya tenaga ahli dalam bidang pembenihan Maskoki.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Asal Usul Maskoki (Carassius auratus)


Ikan mas secara umum dapat dibagi ke dalam dua penggolongan besar yaitu ikan mas
konsumsi dan ikan mas hias. Ikan mas jenis ikan secara umum di Indonesia sangat
banyak salah satunya ikan mas koki, ikan mas komet dan ikan mas koi, semuanya
termasuk dalam satu golongan yang disebut ikan mas hias atau Fancy goldfish.
Dari genaelogy tree dapat terlihat berbagai jenis ikan mas hias yang awalnya memang
berasal dari jenis ikan mas konsumsi, dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Genaelogy Tree Maskoki

Menurut Mashudi (2006), sebagian dari jenis ikan mas hias tersebut dapat digambarkan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Ikan Mas Hias
No.

Uraian Singkat
Common goldfish adalah tipe ikan mas hias

Gambar

standar yang belum berubah bentuk dari


asalnya
1.

kecuali

warna-warna

yang

bervariasi seperti merah, oranye atau emas,


kuning atau lemon, hitam, putih, dan
belakangan

ini

sudah

muncul

yang

transparan.
Celestial eye goldfish or Choten gan adalah
jenis turunan ekor ganda dari ikan mas lucu
2.

(fancy) dan matanya berbentuk teleskop


menghadap keatas dan biji mata menatap ke
langit.
The lionhead (Kepala Naga) adalah turunan

3.

dari jenis ikan mas hias lucu. Jenis ini


adalah pendahulu jenis Ranchu.
Pompoms atau Pompon atau Hana Fusa

4.

adalah jenis ikan mas hias lucu yang telah


kehilangan pertumbuhan daging di sekitar
lubang hidung pada setiap sisi kepala.
Telescope eye atau Demekin adalah ikan
mas lucu ditandai dengan mata yang

5.

nongol. Juga dikenal dengan nama ikan mas


bola dunia (Globe eye goldfish) atau Ikan

6.

mas mata naga (Dragon eye goldfish).


The veiltail adalah Ikan mas lucu yang
memiliki

ekor

ekstra

panjang

dan

melambaikan ekor gandanya.


4

Black moor adalah jenis lain dari ikan mas


lucu bermata teleskop (Telescope-eyed of
Fancy goldfish) yang mencirikan pada
7.

matanya yang menonjol. Di Jepang dikenal


dengan sebutan Popeye, Telescope, Kuro
demekin, sementara di Cina dikenal dengan
nama Dragon eye.
Comet atau Comet tailed goldfish (Ikan mas
ekor komet) adalah varietas ikan mas lucu
dari Amerika. Ikan mas ini sama dengan

8.

Common goldfish atau ikan mas standar,


kecuali ukurannya yang lebih kecil dan
ramping, dan biasanya ditandai dengan ekor
panjang berbentuk garpu.
Oranda adalah ikan mas hias yang ditandai
dengan

9.

semacam

buah

berry

yang

menempel di kepala. Pertumbuhan butirbutir mirip berry yang menempel di kepala


disebut juga wen dan bertumbuh di sekujur
atas kepala kecuali pada mata dan mulut.
Ryukin adalah jenis ikan hias berbodi buntal

10.

yang ditandai dengan adanya punuk di


sekitar punggungnya.
Ranchu adalah turunan ikan mas hias yang

11.

dikembangkan di Jepang. Di Jepang disebut


sebagai Rajanya ikan mas.
Bubble Eye adalah jenis ikan mas hias

12.

13.

berjenis kecil dan ditandai dengan mata


yang menghadap ke atas dan terbungkus
berisi cairan.
Fantail goldfish

adalah

jenis

yang

dikembangkan di barat dari jenis Ryukin


5

sehingga bentuknya seperti telur, sirip


punggung

tinggi,

sirip

ekor

panjang

berjumlah empat, dan tidak memiliki punuk.


Pearlscale atau disebut Chinshurin di
14.

Jepang,

adalah

jenis

ikan

mas

hias

berbentuk bola dengan sirip-siripnya mirip


dengan jenis Fantail.
Shubunkins (diartikan sebagai kain brokat
merah) adalah ikan mas hias

15.

berekor

tunggal bercorak Calico (macam-macam).


Jenis ikan mas hias ini adalah asli dari
Jepang.
Panda moor adalah jenis ikan mas hias

16.

bercirikan warna hitam dan putih dan


bentuk mata menonjol.

Transparent goldfish adalah jenis ikan mas


17.

hias yang tidak memiliki sisik dan tembus


pandang.

Sumber: Mashudi (2006)

B. Klasifikasi Ilmiah, Morfologi dan Anatomi Maskoki (Carassius auratus)


Menurut Lingga dan Susanto dalam Chui et al. (2009), taksonomi Maskoki antara lain:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo
: Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies : Carassius auratus
Menurut Iskandar (2004), Ikan mas koki memiliki bentuk tubuh yang unik dan sisik
yang sangat menarik. Karena mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru.
Bentuk tubuh Ikan mas koki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada
bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut, dan pada bagian ujung dalam mulut

terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum,
hampir seluruh tubuh Maskoki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil.
Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari tulang keras.
Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri
seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan bergerigi dan seluruh bagian
siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Garis rusuk atau gurat sisi (linnea
lateralis) pada Maskoki tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan posisi
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Menurut Ardi et al. (2008),ciri-ciri induk jantan Maskoki adalah pada sirip dada
terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Warna tubuhnya
cemerlang dibandingkan dengan induk betina, ukuran tubuhnya lebih ramping,
gerakannya lebih lincah, dan induk jantan yang telah matang gonad bila diurut pada
bagian perut sampai pada lubang urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna putih
yang disebut dengan sperma.
Sedangkan pada induk betina, sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika
diraba. Warna tubuh agak pucat tidak secerah induk jantan, gerakannya relatif lebih
lambat, ukuran tubuhnya lebih besar dari induk jantan. Induk betina yang sudah matang
gonad bila diurut di bagian perut sampai lubang urogenital akan mengeluarkan cairan
berwarna kuning yang disebut dengan sel telur.
Menurut Peter J. Ponzio (1999), anatomi tubuh Maskoki dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Anatomi Tubuh Maskoki


Keterangan Gambar:
A: Badan

F: Jambul

B: Mata

G: Sub Orbital Region (Of Head)

C: Caudal Peduncle

H: Operkulum

D: Garis Lateral

I: nasal septum
J: Sirip punggung

E: Kepala

K: Sirip dada
L: Sirip perut
M: Sirip anal
N: Sirip ekor
O: Upper Caudal Lobes
P: Lower Caudal Lobes
Q: Cabang ekor
C. Habitat dan Penyebaran
Menurut Chui et al. (2009), Maskoki (Carassius auratus) memerlukan tempat hidup
yang luas baik dalam akuarium dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih.
Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium
tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium dapat diberi pasir atau kerikil, ini
dapat membantu Maskoki dalam mencari makan karena Maskoki akan dapat
menyaringnya pada saat memakan plankton.
Maskoki yang pelihara di kolam atau di akuarium dapat dipijahkan sepanjang tahun.
Tetapi di alam Maskoki biasanya memijah setelah musim hujan karena banyak dataran
yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena tempat tersebut mengeluarkan
bau has dari dalam tanah sehingga merangsang induk ikan memijah di tempat itu.
Maskoki sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia,
Maskoki mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Maskoki yang terdapat di Indonesia
merupakan ikan yang dibawa dari Cina. Penyebarannya merata di daratan Asia, Eropa,
Amerika Utara dan Australia. Sedangkan pembudidayaan Maskoki di Indonesia banyak
ditemui di Jawa dan Sumatera.
D. Syarat Hidup Maskoki (Carassius auratus)
Menurut Karl-Heinz Bernhardt (1998), secara umum Maskoki dapat dikatakan bahwa
Maskoki termasuk ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan
juga suhu.
Nilai pH yang ideal untuk membudidayakan Maskoki berkisar 7,0 hingga 8,0. Meski
demikian diketahui bahwa Maskoki masih dapat mentolerir nilai pH lebih rendah atau
lebih tinggi dari kisaran tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan
Maskoki yaitu dapat beradaptasi dengan kualitas air yang disiapkan. (Karl-Heinz
Bernhardt; 1998).
Walaupun Maskoki mampu bertoleransi tinggi terhadap berbagai nilai pH, seperti
kelompok ikan mas pada umumnya, tetapi Maskoki tidak akan bisa bertahan pada pH di
8

bawah 5,0 atau di atas 10,0. Untuk itu dalam melakukan pengelolaan air angka-angka ini
perlu diperhatikan agar tidak sampai membahayakan ikan yang dipelihara (Karl-Heinz
Bernhardt; 1998).
Kebutuhan tingkat kesadahan air untuk Maskoki diperkirakan antara rendah sampai
sedang. Tidak ada informasi yang akurat mengenai hal ini. Meskipun demikian, dari
berbagai laporan diketahui bahwa kondisi kesadahan air yang ideal bagi Maskoki
berkisar antara 17 hingga 22 (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Maskoki sangat sensitif terhadap kadar klorin yang biasa digunakan sebagai
desinfektan pada air olahan. Oleh karena itu dalam menyiapkan air bagi Maskoki
pastikan bahwa air tersebut bebas dari klorin. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengendapkan terlebih dahulu air yang akan digunakan atau dengan menambahkan
antiklorin (Karl-Heinz Bernhardt; 1998)
.
Menurut Usni Arie dan Cecep Muharam (2010), air sebagai media pemeliharaan
merupakan faktor utama bagi kehidupan ikan. Kualitas air menentukan kesehatan
maupun pertumbuhan ikan, bahkan turut mempengaruhi warna ikan. Secara alami, air
merupakan pelarut yang sangat baik sehingga hampir semua material dapat larut di
dalamnya. Adapun berbagai material terlarut dalam air adalah sebagai berikut:
1. Berbagai gas seperti Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), ammonia (NH3), Nitrit
(NO2), Nitrat (NO3), Sulfida (H2S) dan Metan.
2. Berbagai mineral seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K),
Besi (Fe), Seng (Zn), serta mineral berbentuk ion atau molekul organik maupun
anorganik.
3. Material organik terlarut seperti gula, lemak, asam, dan vitamin.
4. Material anorganik seperti lumpur dan tanah liat.
5. Material biologis seperti bakteri, jamur, virus, zooplankton, dan fitoplankton.
Tidak semua jenis perairan dapat cocok dengan ikan yang dipelihara, ikan akan
menjadi tidak sehat jika kebutuhan lingkungan atau airnya tidak sesuai. Terdapat
beberapa tingkatan modifikasi dari parameter-parameter air yang mungkin dapat
diadaptasi oleh ikan, namun sistem dalam badan ikan lebih sering tidak dapat mentolerir
perubahan-perubahan yang menyebabkan ikan merasa tak nyaman, sakit, bahkan mati
terutama bila perubahan terjadi mendadak (Darti Satyani Lesmana dan Deden Daelami;
2009).

Secara umum dapat dikatakan bahwa Maskoki termasuk ikan yang mampu
beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan juga suhu baik itu di akuarium
maupun di kolam. Hanya pH air yang memberikan pengaruh besar pada Maskoki. Oleh
karena itu, pH air harus netral yakni berkisar 7,0 atau sedikit di atas dan di bawah tujuh.
Walaupun pH 6,0 dan 8,0 masih dapat ditolerir oleh Maskoki, pH optimum yang cocok
berada pada kisaran 6,7 (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Air hujan menjadi salah satu kendala yang tidak bisa dianggap remeh, mengingat
tingginya tingkat pencemaran bukan hanya di daerah penghasil polusi tinggi, jika akan
menggunakan air hujan yang pertama turun perlu dipertimbangkan terlebih dahulu
karena air hujan yang turun pertama kali mengandung bahan-bahan berat berbahaya
sperti klorin. Penggunaan air hujan sebagai air budidaya sebaiknya diberi perlakukan
terlebih dahulu seperti disaring dengan menggunakan arang aktif, ini mampu
meningkatkan kualitas air hujan. Air hujan yang akan digunakan tidak boleh turun
langsung dari atap ke kolam (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Maskoki termasuk jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap suhu walaupun
Maskoki dikenal sebagai ikan air dingin. Pada habitat aslinya, Maskoki hidup pada
kisaran suhu 18-20 oC, akan tetapi Maskoki mampu beradaptasi dengan suhu yang lebih
rendah atau lebih tinggi tanpa ada masalah. Seperti halnya ikan lain, jika akan ditebar ke
kolam dengan perbedaan suhu dari tempat awalnya, maka harus dilakukan aklimatisasi
suhu terlebih dahulu. Jika kisaran perbedaan suhu lebih dari 5 oC disarankan dilakukan
aklimatisasi secara bertahap (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Di Jerman, Maskoki mampu hidup selama musim dingin tanpa masalah, bahkan jika
permukaan air membeku. Tapi jangan merawat Maskoki dengan air bersuhu di bawah 10
o

C (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

E. Pembenihan Maskoki (Carassius auratus)


1. Persiapan wadah dan media
Untuk kegiatan pembenihan Maskoki wadah yang dapat digunakan akuarium
berukuran 100x60x60 cm dengan bentuk persegi panjang. Akuarium yang digunakan,
sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan sabun kemudian dibilas dengan air
tawar dan selanjutnya dijemur untuk menghilangkan jamur-jamur dan bakteri yang
masih menempel. (Rahmat et al, 2009)
Air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya ikan. Untuk itu air
yang digunakan untuk pemijahan ini adalah air yang berasal dari air sumur yang
sudah diendapkan selama 24 jam, karena kemungkinan air tersebut mengandung zat10

zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan budidaya Maskoki. Air yang
diendapkan diaerasi kuat supaya kandungan oksigen yang ada di dalamnya
bertambah. Air tersebut dimasukan ke dalam akuarium dengan ketinggian 30 cm dan
diberi aerasi.
Maskoki termasuk salah satu ikan hias air tawar yang tidak memelihara
telurnya. Jadi telur yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat. Karena itu,
dalam kegiatan pemijahannya

perlu dipersiapkan substrat sebagai tempat

menempelnya telur. Ada banyak jenis tanaman air yang dapat dipakai sebagai
substrat. Namun, tanaman air yang sering digunakan adalah tanaman yang
tumbuhnya mengapung seperti Eceng gondok (Eichornia crassipes).
Sebelum Eceng gondok digunakan terlebih dahulu dibersihkan agar hama
yang menempel pada tanaman tersebut tidak terakumulasi di dalam air pemeliharaan
Maskoki. Eceng gondok yang akan digunakan sebelumnya sudah direndam dalam
larutan Methylen blue dengan dosis 100 ppm selama 5 10 menit. Dengan demikian
Eceng gondok terbebas dari bakteri maupun pathogen yang dapat membahayakan
Maskoki. Setelah itu, Eceng gondok dapat dimasukkan ke dalam akuarium.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan
pembenihan. Untuk Maskoki biasanya mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang
matang gonad.
Seleksi induk Maskoki dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Maskoki Matang Gonad
No.
Pada
1.

Induk Jantan
Induk Betina
sirip dada terdapat Pada sirip dada terdapat bintik-

bintik-bintik bulat menonjol bintik dan terasa halus jika


dan jika diraba terasa kasar.
diraba.
Jika perut diurut pelan ke Jika perut diurut, keluar cairan

2.

3.
4.
5.

arah lubang genital akan kuning

bening.

perut

keluar cairan berwarna putih

lembek

dan

Berusia 6 7 bulan
Pergerakan normal
Berbadan sehat

kemerahan merahan.
Berusia 7 bulan
Warna cerah dan agresif
Organ tubuh lengkap

lubang

terasa
genital

Sumber: Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990)

11

Tanda-tanda lain pada induk Maskoki yang siap melakukan pemijahan dengan
adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah
saling kejar-kejaran. Induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina.
Dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk
Maskoki tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk jantan dan betina yang
digunakan dalam kegiatan pemijahan Maskoki adalah 1 : 2. Induk yang sudah
diseleksi selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah pemijahan. (Rahmat et al. 2009),
3. Pemijahan
Menurut Zairin Junior (2006), proses pemijahan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan sarana pemijahan
Wadah pemijahan digunakan sebagai tempat pertemuan antara induk jantan dan
induk betina yang telah matang gonad. Maskoki dapat dikawinkan secara masal

maupun berpasang-pasangan pada bak semen atau akuarium. Wadah yang


digunakan pada pemijahaan berupa Bak semen ukuran 1 x 1 m2 setinggi 0,50 m

cukup untuk mengawinkan tiga sampai lima pasang, akuarium ukuran 80 x 45 x


40 cm3 bisa menampung maksimum dua pasang dan bak fiber ukuran 3,5x1,5 m
(10-15 pasang), dan wadah yang dilapisi waring atau happa dengan ukuran 1x2 m.
Wadah pemijahan sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi air
hingga ketinggian 30 cm. Pada akuarium dan bak fiber diberi aerasi agar suplai
oksigen tetap tercukupi, namun pada bak penjualan yang dilapisi waring tidak
menggunakan aerasi.Aerasi dapat diganti dengan cara membuat air tetap mengalir ke
bak

tersebut.

Setelah akuarium selesai dibersihkan dan diisi air kemudian diletakkan


substrat pemijahan berupa eceng gondok. Eceng gondok yang akan digunakan
diambil dari kolam pemeliharaan eceng gondok lalu dibersihkan dan dibilas
hingga bersih. Eceng gondok tersebut kemudian ditempatkan dalam wadah
pemijahan yang telah disiapkan untuk pemijahan. Maskoki sangat menyukai air
jernih sehingga air untuk bak atau akuarium diambilkan dari sumur atau air PAM

12

Aquarium, Bak Fiber, dan Bak Semen diselimuti Waring.


b. Pemilihan induk
Umur minimum calon induk adalah satu tahun, jika kurang dari satu tahun,
telur masih sedikit, anak yang dihasilkan kecil dan pertumbuhannya lambat.
Namun jika terlalu tua (lebih dari empat tahun) telurnya besar tapi sulit untuk
menetas. Induk sebaiknya sehat dan tidak cacat.
Pada umur yang sama, jika jantan lebih kecil meskipun tidak mencolok, pada
tutup insang dan jari-jari pertama sirip dada terdapat bintik-bintik putih dan terasa
kasar. Induk betina yang sudah matang kelamin perutnya gendut membulat dan
terasa lembek bila diraba, sedangkan pada jantan perutnya gendut tetapi tetap
keras.
c. Pemijahan induk
Suhu air optimal dalam bak pemijahan 20 25 oC. Oleh karena itu, induk
sebaiknya dilepas pada sore hari dan pemijahannya diharapkan berlangsung
sempurna pada saat suhu sedikit dingin pada malam hari menjelang pagi.
Usahakan pH sekitar 7,2-7,5 dengan kesadahan sedang. Selama proses
pemijahan, dibutuhkan aerasi atau aliran air secara terus menerus. Sarana
penempel telur berupa tanaman air cukup memenuhi setengah dari permukaan air.
Induk yang telah dipilih melalui seleksi dilepaskan ke dalam bak pemijahan
dengan perbandingan betina dan jantan 1:2. Dengan persiapan yang matang
diharapkan keesokan harinya Maskoki sudah bertelur. Induk yang telah selesai
memijah segera diistirahatkan di tempat penyimpanan induk, sedangkan telur
tetap dibiarkan di bak pemijahan sampai menetas. Pada saat usia benih mencapai
tujuh hari dipindahkan untuk dipelihara pada bak pendederan.
Kegiatan pendederan I
Persiapan wadah
Setelah penempatan induk ke aquarium persiapan wadah pemeliharaan harus
segera dilakukan karena pada saat larva ditebar ke kolam pemeliharaannya kolam
tersebut telah siap digunakan. Larva ikan mas koki dipelihara di kolam
13

pemeliharaan berupa kolam semen berukuran 5x3x0,6 m . Proses persiapan


kolam yang dilakukan untuk pemeliharaan larva yaitu pengeringan, pemupukan,
dan

pengisian

air.

Pengeringan

kolam

dilakukan

dengan

membuka

bagian outlet kolam agar semua air keluar bersama kotoran. Tujuan pengeringan
kolam adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat munculnya penyakit pada
kolam. Pengeringan kolam dilakukan selama satu hari.

4. Pemeliharaan larva
Larva-larva ikan maskoki dipindahkan dan akuarium penetasan ke akuarium
pemeliharaan setelah berumur 3-4 hari. Akuarium yang digunakan 100 x 60 x 60 cm,
60 x 40 x 40 cm dan 25 x 15 x 15 cm. Akuarium diisi air, hingga volume 150 liter
lalu diberi aerasi kemudian dilakukan pemasangan heater, karena larva umur tujuh
hari sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh
pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat
untuk
mengurangi
resiko
kematian
benih
(http://iniikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-ikan-Maskoki-gold-fish-koki.html;
2009).
5. Penebaran Larva
Larva yang telah berumur 4 hari kemudian dipindahkan dari aquarium
ke kolam pemeliharaan tersebut. Larva diambil dari akuarium menggunakan scope
net dan diletakkan dalam ember berisi air. Larva kemudian ditebarkan pada 3 kolam
yang berukuran sama. Padat tebar pada pendederan I yang optimal adalah 250
ekor/m2, jadi padat tebar pada kolam pendederan ini adalah 3750 ekor. Namun pada
kegiatan pendederan ini penulis menebar larva sebanyak 2880 ekor/kolam.
Penghitungan dilakukan larva dengan cara manual. Penebaran larva dilakukan pada
pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB. Proses aklimatisasi larva dilakukan dengan
memiringkan perlahan-lahan ember berisi benih di permukaan air kolam.

14

6. Pemberian Pakan
Larva yang dipelihara dalam kolam tersebut memperoleh pakan dari pakan
alami (plankton) yang tumbuh dalam kolam tersebut. Selain pakan alami, larva ikan
mas koki juga memperoleh makanan tambahan berupa pakan buatan yaitu pakan
udang berupa bubuk dengan merk dagang feng li FL-0. Pemberian pakan tambahan
tersebut dilakukan sehari 3 kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 08.00, siang hari
pukul 11.00-12.00, dan sore hari pukul 15.3016.30 WIB, pemberian pakan
dilakukan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). Pakan tersebut diberikan
hingga larva ikan mas koki berumur 1,5 bulan. Selanjutnya pemberian pakan diganti
dengan pakan buatan (pelet terapung)dengan merek dagang matahari sakti pemberian
pakan terus diberikan hingga tahap pembesaran ikan mas koki.

Pakan (Feng li FL-0)


7. Pertumbuhan larva
Untuk mengetahui pertumbuhan larva maka perlu dilakukan sampling. Sampling
dilakukan secara rutin setiap 7 hari sekali dengan mengukur panjang dan berat larva ikan mas
koki. Setelah dilakukan sampling larva, maka diperoleh data pertumbuhan panjang dan berat
larva

15

Timbangan Digital dan Penggaris

8. Pendederan benih
Menurut Susanto (2005), bak pendederan harus bersih dan sudah dikeringkan
di bawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit parasit. Selanjutnya
tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam 500g/m2. Sementara air dialirkan,
pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan pertahankan ketinggian air dalam
bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan
selama lima hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva Maskoki dari
bak penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.
Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan.
Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi setelah
pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak Maskoki mulai tampak
bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak Maskoki
sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai bentuk
ekor persis sama seperti ekor induknya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa
terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak Maskoki berlainan
ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak Maskoki apkir yang harus
disingkirkan.
F. Pakan
Dalam memelihara Maskoki pakan memegang peranan penting di samping kualitas
air. Pemberian pakan yang berlebihan akan berdampak buruk pada kualitas air dan ikan.
Ikan akan mengalami over feeding (kekenyangan) hingga pada akhirnya dapat timbul
penyakit. Namun, kekurangan dan teknik pemberian pakan yang salah juga akan
berakibat fatal (Mashudi; 2006).
Maskoki seperti halnya ikan mas lainnya memiliki sifat omnivora atau pemakan
segala. Pakan utama berupa tumbuhan, namun ini bukan berarti Maskoki dapat diberi
pakan apa saja. Maskoki memerlukan pakan yang beragam, teratur dengan karbohidrat
cukup.

16

Menurut Mashudi (2006), pemberian pakan pada Maskoki hendaknya memperhatikan


tata cara agar makanan tidak banyak terbuang dan membuat ikan terganggu
kesehatannya. Tata cara pemberian pakan yang baik adalah sebagai berikut
1. Tepat mutu
Makanan yang diberikan untuk Maskoki selain untuk mempertahankan hidup,
juga untuk pertumbuhan. Oleh sebab itu, kandungan gizinya harus tercukupi. Ikan
hias akan tumbuh dengan baik jika diberi pakan yang tepat mutunya. Tepat mutu
berarti kandungan gizi dalam pakan harus bebas dari jamur.
2. Tepat jumlah
Makanan yang diberikan tidak kurang dan tidak lebih. Dampak dari jumlah
pakan kurang adalah ikan menjadi agresif dan sering menyerang ikan lainnya
sedangkan dampak dari kelebihan pakan yakni banyak sisa pakan yang mengendap
didasar wadah budidaya sehingga kualitas air menurun dan daya ikat oksigen
menjadi berkurang.
3. Tepat ukuran
Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut. Maskoki
tidak akan memakan pakan yang ukurannya melebihi bukaan mulut.
4. Tepat waktu
Maskoki adalah salah satu spesies ikan yang makan tepat waktu, ketika
Maskoki terbiasa menerima pakan pada pukul 08:00 dan 15:00 WIB maka di luar jam
itu Maskoki tidak mau makan pakan yang diberikan.
Selain tata cara, harus dipertimbangkan juga kandungan nutrisi pakan yang diberikan
(Mashudi 2006). Berikut kandungan nutrisi pakan optimal untuk Maskoki:
- Protein 40-50%
- Karbohidrat 5-10%
- Lemak 10-40%
- Vitamin dan mine
G. Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang
1. Penyakit Jangkar
Disebut penyakit jangkar karena bentuk tubuh hewan penyerangnya
menyerupai jangkar. Penyakit jangkar biasanya menyerang benih, ikan yang baru
ditebar. Tanda yang bisa dilihat adalah pada tubuh ikan terlihat benda seperti jarum,
bila dicabut akan keluar darah, secara morfologi, hewan ini mirip jangkar.
Penyakit ini disebabkan Lernea sp. Sejenis parasit yang menyukai lingkungan
yang mengandung bahan organik tinggi dan bersuhu rendah. Pengendalian dapat
17

dilakukan dengan persiapan wadah budidaya yang baik. Pemberantasan dapat


dilakukan secara mekanis, yakni dengan mencabut parasit satu persatu.
2. Penyakit Kembung (Dropsy)
Penyakit kembung merupakan penyakit yang menyerang dengan ciri-ciri
serangannya timbul tonjolan-tonjolan seperti kembung, bila tonjolan tersebut dipijat
akan keluar nanah atau darah kotor.
Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit kembung antara lain gerakannya
tidak seimbang (kadang terapung sebelah), nafsu makannya menurun, dan respon
terhadap suatu rangsangan menurun.
Kembung pada ikan disebabkan oleh Myxobolus sp. dan Myxosoma. Kedua
hewan tersebut tergolong bakteri. Penyakit kembung dapat dicegah dengan persiapan
wadah budidaya yang baik. Pengobatan penyakit kembung dapat dilakukan dengan
antibiotik yang dicampur pada pakan. Namun, penggunaan antibiotik telah dilarang
pemerintah, sementara obat lain belum ditemukan.
3. Penyakit Chilodonelliasis
Chilodonelliasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Chilodonella.
Parasit ini hidup di atas permukaan tubuh ikan sebagai ektoparasit. Chilodonella
memakan sel-sel epithel yang kemudian dimasukkan lewat phariynx. Parasit ini
berbahaya bagi larva dan ikan kecil.
Tanda-tanda ikan yang terserang parasit Chilodonella tidak memiliki ciri
khusus kecuali ikan pucat, nafsu makan menurun, gelisah, dan memproduksi lendir
secara berlebih. Dampak parasit ini sangat nyata dan menyebabkan kematian masal
apabila ikan berhenti makan. (Tim karya tani mandiri; 2009).
4. Penyakit Ichthyophthiriosis
Ichthyophthiriosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Ich
(Ichthyophthirius multifiliis). Parasit Ich merupakan ektoparasit yang paling
berbahaya di antara ektoparasit yang paling berbahaya di antara parasit ikan air tawar
lainnya.
Penyakit Ichthyophthiriosis menyebabkan kematian masal baik pada ikan
stadia larva, ikan kecil maupun ikan dewasa. Larva dan ikan kecil adalah stadia yang
paling rentan. Kematian masal terjadi secara bertahap, dan kurang dari satu minggu
lebih dari 70% ikan akan mati.
Penyakit Ichthyophthiriosis memiliki tanda klinis yang khas, yaitu adanya
bercak putih pada permukaan kulit dan insang dari ikan yang terinfeksi. Penetrasi
parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada jaringan
18

integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, ephitelial sel rusak,


pembuluh darah di daerah infeksi pecah dan jaringan akan diselimuti oleh sel darah.
Parasit akan tumbuh dan menyebabkan bengkaknya permukaan kulit ikan.
Pada perkembangan selanjutnya rongga parasit akan pecah, dan ephitelium rusak
meninggalkan luka menganga, sehingga lapisan dermis terekpose pada perairan. Pada
keadaan seperti ini ikan akan mengalami ketidakseimbangan osmoregulasi (Tim
karya tani mandiri; 2009).

19

DAFTAR PUSTAKA
Arie, Usni dan Cecep Muharam. 2010. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Bernhardt, Karl Heinz. 1998. Goldfish and Fancy Goldfish. German: EURO ART.
Effendi, Irzal dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lesmana, Darti Satyani dan Deden Daelami. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias Air Tawar
Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.
Liviawaty, Evi dan Eddy Afrianto. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Bandung:
Kanisius
Lingga dan Susanto. 2005. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mashudi. 2006. Maskoki untuk Kontes. Jakarta: CV. Citra Cipta Purwosari.
Ndilo, Yunias. 2011. Pembenihan Maskoki di BBPBAT. Artikel [Online]. Tersedia:
http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/10/pembenihan-ikan-mas-koki-di-bbpbat.html
[diunduh pada Sabtu 29 Oktober 2011 Pukul 14:21 WIB].
Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas. Bandung: Nuansa
Aulia.

20

Anda mungkin juga menyukai