PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maskoki termasuk jenis ikan yang sudah ada sejak lama atau bahkan bisa dibilang
menjadi jenis ikan yang pertama kali dipelihara sebagai ikan hias. Ikan hias asal negeri
Cina ini memiliki perawakan yang sangat lucu dan menyenangkan untuk dipandang.
Gaya berenang santai dan merayap di air terlihat anggun (Darti Satyani Lesmana dan
Deden Daelami; 2009).
Secara ekonomis, Maskoki merupakan ikan hias yang murah jika dibandingkan
dengan ikan Koi atau Arwana, dengan variasi dari bentuk dan warna badan Maskoki
yang beragam harga murah merupakan suatu keuntungan ganda yang dapat dinikmati
penggemar Maskoki.
Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembenihan Maskoki yaitu berkaitan
dengan induk yang akan dipijahkan. Kualitas benih Maskoki yang dihasilkan bergantung
pada kualitas induk yang dibiakkan. Induk menurunkan warna, bentuk badan bahkan
daya imun kepada keturunannya. Semakin bagus kualitas induk, diharapkan
menghasilkan kualitas anakan yang tidak jauh berbeda dengan induk.
Kondisi lingkungan pemeliharaan dan pembudidaya juga menjadi faktor penting
dalam proses pembenihan Maskoki. Ketika kondisi lingkungan tidak mendukung, larva
tidak dapat bertahan hidup dan pada akhirnya proses pembenihan tidak dapat
berlangsung. Melihat dari hal ini, diperlukan peningkatan dan penerapan pola teknologi
yang tepat dan praktis dalam usaha pembenihan Maskoki.
B. Tujuan Praktik Industri
C. Sasaran
Secara umum sasaran dilakukannya praktik industri ini adalah pembuatan laporan
yang ditujukan menjadi salah satu sumber informasi mengenai pembenihan Maskoki
bagi hobiis dan petani ikan hias khusunya Maskoki.
Secara khusus kegiatan praktik industri ini bermanfaat:
1. Bagi mahasiswa dengan praktik industri dapat menambah pengetahuan tentang
teknik pembenihan Maskoki serta kendala yang dihadapi.
2. Bagi lembaga (Universitas) dengan adanya laporan praktik industri ini, dapat
menambah sumber informasi dan literatur mengenai teknik pembenihan Maskoki
yang dapat digunakan di masa datang.
3. Bagi pemerintah setempat, dengan adanya laporan praktik industri ini, maka telah
terbantu dengan tersedianya tenaga ahli dalam bidang pembenihan Maskoki.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mashudi (2006), sebagian dari jenis ikan mas hias tersebut dapat digambarkan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Ikan Mas Hias
No.
Uraian Singkat
Common goldfish adalah tipe ikan mas hias
Gambar
kecuali
warna-warna
yang
ini
sudah
muncul
yang
transparan.
Celestial eye goldfish or Choten gan adalah
jenis turunan ekor ganda dari ikan mas lucu
2.
3.
4.
5.
6.
ekor
ekstra
panjang
dan
8.
9.
semacam
buah
berry
yang
10.
11.
12.
13.
adalah
jenis
yang
tinggi,
sirip
ekor
panjang
Jepang,
adalah
jenis
ikan
mas
hias
15.
berekor
16.
terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum,
hampir seluruh tubuh Maskoki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil.
Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari tulang keras.
Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri
seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan bergerigi dan seluruh bagian
siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Garis rusuk atau gurat sisi (linnea
lateralis) pada Maskoki tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan posisi
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Menurut Ardi et al. (2008),ciri-ciri induk jantan Maskoki adalah pada sirip dada
terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Warna tubuhnya
cemerlang dibandingkan dengan induk betina, ukuran tubuhnya lebih ramping,
gerakannya lebih lincah, dan induk jantan yang telah matang gonad bila diurut pada
bagian perut sampai pada lubang urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna putih
yang disebut dengan sperma.
Sedangkan pada induk betina, sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika
diraba. Warna tubuh agak pucat tidak secerah induk jantan, gerakannya relatif lebih
lambat, ukuran tubuhnya lebih besar dari induk jantan. Induk betina yang sudah matang
gonad bila diurut di bagian perut sampai lubang urogenital akan mengeluarkan cairan
berwarna kuning yang disebut dengan sel telur.
Menurut Peter J. Ponzio (1999), anatomi tubuh Maskoki dapat dilihat pada Gambar 2.
F: Jambul
B: Mata
C: Caudal Peduncle
H: Operkulum
D: Garis Lateral
I: nasal septum
J: Sirip punggung
E: Kepala
K: Sirip dada
L: Sirip perut
M: Sirip anal
N: Sirip ekor
O: Upper Caudal Lobes
P: Lower Caudal Lobes
Q: Cabang ekor
C. Habitat dan Penyebaran
Menurut Chui et al. (2009), Maskoki (Carassius auratus) memerlukan tempat hidup
yang luas baik dalam akuarium dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih.
Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium
tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium dapat diberi pasir atau kerikil, ini
dapat membantu Maskoki dalam mencari makan karena Maskoki akan dapat
menyaringnya pada saat memakan plankton.
Maskoki yang pelihara di kolam atau di akuarium dapat dipijahkan sepanjang tahun.
Tetapi di alam Maskoki biasanya memijah setelah musim hujan karena banyak dataran
yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena tempat tersebut mengeluarkan
bau has dari dalam tanah sehingga merangsang induk ikan memijah di tempat itu.
Maskoki sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia,
Maskoki mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Maskoki yang terdapat di Indonesia
merupakan ikan yang dibawa dari Cina. Penyebarannya merata di daratan Asia, Eropa,
Amerika Utara dan Australia. Sedangkan pembudidayaan Maskoki di Indonesia banyak
ditemui di Jawa dan Sumatera.
D. Syarat Hidup Maskoki (Carassius auratus)
Menurut Karl-Heinz Bernhardt (1998), secara umum Maskoki dapat dikatakan bahwa
Maskoki termasuk ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan
juga suhu.
Nilai pH yang ideal untuk membudidayakan Maskoki berkisar 7,0 hingga 8,0. Meski
demikian diketahui bahwa Maskoki masih dapat mentolerir nilai pH lebih rendah atau
lebih tinggi dari kisaran tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan
Maskoki yaitu dapat beradaptasi dengan kualitas air yang disiapkan. (Karl-Heinz
Bernhardt; 1998).
Walaupun Maskoki mampu bertoleransi tinggi terhadap berbagai nilai pH, seperti
kelompok ikan mas pada umumnya, tetapi Maskoki tidak akan bisa bertahan pada pH di
8
bawah 5,0 atau di atas 10,0. Untuk itu dalam melakukan pengelolaan air angka-angka ini
perlu diperhatikan agar tidak sampai membahayakan ikan yang dipelihara (Karl-Heinz
Bernhardt; 1998).
Kebutuhan tingkat kesadahan air untuk Maskoki diperkirakan antara rendah sampai
sedang. Tidak ada informasi yang akurat mengenai hal ini. Meskipun demikian, dari
berbagai laporan diketahui bahwa kondisi kesadahan air yang ideal bagi Maskoki
berkisar antara 17 hingga 22 (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Maskoki sangat sensitif terhadap kadar klorin yang biasa digunakan sebagai
desinfektan pada air olahan. Oleh karena itu dalam menyiapkan air bagi Maskoki
pastikan bahwa air tersebut bebas dari klorin. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengendapkan terlebih dahulu air yang akan digunakan atau dengan menambahkan
antiklorin (Karl-Heinz Bernhardt; 1998)
.
Menurut Usni Arie dan Cecep Muharam (2010), air sebagai media pemeliharaan
merupakan faktor utama bagi kehidupan ikan. Kualitas air menentukan kesehatan
maupun pertumbuhan ikan, bahkan turut mempengaruhi warna ikan. Secara alami, air
merupakan pelarut yang sangat baik sehingga hampir semua material dapat larut di
dalamnya. Adapun berbagai material terlarut dalam air adalah sebagai berikut:
1. Berbagai gas seperti Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), ammonia (NH3), Nitrit
(NO2), Nitrat (NO3), Sulfida (H2S) dan Metan.
2. Berbagai mineral seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K),
Besi (Fe), Seng (Zn), serta mineral berbentuk ion atau molekul organik maupun
anorganik.
3. Material organik terlarut seperti gula, lemak, asam, dan vitamin.
4. Material anorganik seperti lumpur dan tanah liat.
5. Material biologis seperti bakteri, jamur, virus, zooplankton, dan fitoplankton.
Tidak semua jenis perairan dapat cocok dengan ikan yang dipelihara, ikan akan
menjadi tidak sehat jika kebutuhan lingkungan atau airnya tidak sesuai. Terdapat
beberapa tingkatan modifikasi dari parameter-parameter air yang mungkin dapat
diadaptasi oleh ikan, namun sistem dalam badan ikan lebih sering tidak dapat mentolerir
perubahan-perubahan yang menyebabkan ikan merasa tak nyaman, sakit, bahkan mati
terutama bila perubahan terjadi mendadak (Darti Satyani Lesmana dan Deden Daelami;
2009).
Secara umum dapat dikatakan bahwa Maskoki termasuk ikan yang mampu
beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan juga suhu baik itu di akuarium
maupun di kolam. Hanya pH air yang memberikan pengaruh besar pada Maskoki. Oleh
karena itu, pH air harus netral yakni berkisar 7,0 atau sedikit di atas dan di bawah tujuh.
Walaupun pH 6,0 dan 8,0 masih dapat ditolerir oleh Maskoki, pH optimum yang cocok
berada pada kisaran 6,7 (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Air hujan menjadi salah satu kendala yang tidak bisa dianggap remeh, mengingat
tingginya tingkat pencemaran bukan hanya di daerah penghasil polusi tinggi, jika akan
menggunakan air hujan yang pertama turun perlu dipertimbangkan terlebih dahulu
karena air hujan yang turun pertama kali mengandung bahan-bahan berat berbahaya
sperti klorin. Penggunaan air hujan sebagai air budidaya sebaiknya diberi perlakukan
terlebih dahulu seperti disaring dengan menggunakan arang aktif, ini mampu
meningkatkan kualitas air hujan. Air hujan yang akan digunakan tidak boleh turun
langsung dari atap ke kolam (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Maskoki termasuk jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap suhu walaupun
Maskoki dikenal sebagai ikan air dingin. Pada habitat aslinya, Maskoki hidup pada
kisaran suhu 18-20 oC, akan tetapi Maskoki mampu beradaptasi dengan suhu yang lebih
rendah atau lebih tinggi tanpa ada masalah. Seperti halnya ikan lain, jika akan ditebar ke
kolam dengan perbedaan suhu dari tempat awalnya, maka harus dilakukan aklimatisasi
suhu terlebih dahulu. Jika kisaran perbedaan suhu lebih dari 5 oC disarankan dilakukan
aklimatisasi secara bertahap (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).
Di Jerman, Maskoki mampu hidup selama musim dingin tanpa masalah, bahkan jika
permukaan air membeku. Tapi jangan merawat Maskoki dengan air bersuhu di bawah 10
o
zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan budidaya Maskoki. Air yang
diendapkan diaerasi kuat supaya kandungan oksigen yang ada di dalamnya
bertambah. Air tersebut dimasukan ke dalam akuarium dengan ketinggian 30 cm dan
diberi aerasi.
Maskoki termasuk salah satu ikan hias air tawar yang tidak memelihara
telurnya. Jadi telur yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat. Karena itu,
dalam kegiatan pemijahannya
menempelnya telur. Ada banyak jenis tanaman air yang dapat dipakai sebagai
substrat. Namun, tanaman air yang sering digunakan adalah tanaman yang
tumbuhnya mengapung seperti Eceng gondok (Eichornia crassipes).
Sebelum Eceng gondok digunakan terlebih dahulu dibersihkan agar hama
yang menempel pada tanaman tersebut tidak terakumulasi di dalam air pemeliharaan
Maskoki. Eceng gondok yang akan digunakan sebelumnya sudah direndam dalam
larutan Methylen blue dengan dosis 100 ppm selama 5 10 menit. Dengan demikian
Eceng gondok terbebas dari bakteri maupun pathogen yang dapat membahayakan
Maskoki. Setelah itu, Eceng gondok dapat dimasukkan ke dalam akuarium.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan
pembenihan. Untuk Maskoki biasanya mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang
matang gonad.
Seleksi induk Maskoki dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Maskoki Matang Gonad
No.
Pada
1.
Induk Jantan
Induk Betina
sirip dada terdapat Pada sirip dada terdapat bintik-
2.
3.
4.
5.
bening.
perut
lembek
dan
Berusia 6 7 bulan
Pergerakan normal
Berbadan sehat
kemerahan merahan.
Berusia 7 bulan
Warna cerah dan agresif
Organ tubuh lengkap
lubang
terasa
genital
11
Tanda-tanda lain pada induk Maskoki yang siap melakukan pemijahan dengan
adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah
saling kejar-kejaran. Induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina.
Dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk
Maskoki tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk jantan dan betina yang
digunakan dalam kegiatan pemijahan Maskoki adalah 1 : 2. Induk yang sudah
diseleksi selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah pemijahan. (Rahmat et al. 2009),
3. Pemijahan
Menurut Zairin Junior (2006), proses pemijahan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan sarana pemijahan
Wadah pemijahan digunakan sebagai tempat pertemuan antara induk jantan dan
induk betina yang telah matang gonad. Maskoki dapat dikawinkan secara masal
tersebut.
12
pengisian
air.
Pengeringan
kolam
dilakukan
dengan
membuka
bagian outlet kolam agar semua air keluar bersama kotoran. Tujuan pengeringan
kolam adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat munculnya penyakit pada
kolam. Pengeringan kolam dilakukan selama satu hari.
4. Pemeliharaan larva
Larva-larva ikan maskoki dipindahkan dan akuarium penetasan ke akuarium
pemeliharaan setelah berumur 3-4 hari. Akuarium yang digunakan 100 x 60 x 60 cm,
60 x 40 x 40 cm dan 25 x 15 x 15 cm. Akuarium diisi air, hingga volume 150 liter
lalu diberi aerasi kemudian dilakukan pemasangan heater, karena larva umur tujuh
hari sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh
pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat
untuk
mengurangi
resiko
kematian
benih
(http://iniikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-ikan-Maskoki-gold-fish-koki.html;
2009).
5. Penebaran Larva
Larva yang telah berumur 4 hari kemudian dipindahkan dari aquarium
ke kolam pemeliharaan tersebut. Larva diambil dari akuarium menggunakan scope
net dan diletakkan dalam ember berisi air. Larva kemudian ditebarkan pada 3 kolam
yang berukuran sama. Padat tebar pada pendederan I yang optimal adalah 250
ekor/m2, jadi padat tebar pada kolam pendederan ini adalah 3750 ekor. Namun pada
kegiatan pendederan ini penulis menebar larva sebanyak 2880 ekor/kolam.
Penghitungan dilakukan larva dengan cara manual. Penebaran larva dilakukan pada
pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB. Proses aklimatisasi larva dilakukan dengan
memiringkan perlahan-lahan ember berisi benih di permukaan air kolam.
14
6. Pemberian Pakan
Larva yang dipelihara dalam kolam tersebut memperoleh pakan dari pakan
alami (plankton) yang tumbuh dalam kolam tersebut. Selain pakan alami, larva ikan
mas koki juga memperoleh makanan tambahan berupa pakan buatan yaitu pakan
udang berupa bubuk dengan merk dagang feng li FL-0. Pemberian pakan tambahan
tersebut dilakukan sehari 3 kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 08.00, siang hari
pukul 11.00-12.00, dan sore hari pukul 15.3016.30 WIB, pemberian pakan
dilakukan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). Pakan tersebut diberikan
hingga larva ikan mas koki berumur 1,5 bulan. Selanjutnya pemberian pakan diganti
dengan pakan buatan (pelet terapung)dengan merek dagang matahari sakti pemberian
pakan terus diberikan hingga tahap pembesaran ikan mas koki.
15
8. Pendederan benih
Menurut Susanto (2005), bak pendederan harus bersih dan sudah dikeringkan
di bawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit parasit. Selanjutnya
tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam 500g/m2. Sementara air dialirkan,
pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan pertahankan ketinggian air dalam
bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan
selama lima hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva Maskoki dari
bak penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.
Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan.
Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi setelah
pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak Maskoki mulai tampak
bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak Maskoki
sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai bentuk
ekor persis sama seperti ekor induknya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa
terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak Maskoki berlainan
ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak Maskoki apkir yang harus
disingkirkan.
F. Pakan
Dalam memelihara Maskoki pakan memegang peranan penting di samping kualitas
air. Pemberian pakan yang berlebihan akan berdampak buruk pada kualitas air dan ikan.
Ikan akan mengalami over feeding (kekenyangan) hingga pada akhirnya dapat timbul
penyakit. Namun, kekurangan dan teknik pemberian pakan yang salah juga akan
berakibat fatal (Mashudi; 2006).
Maskoki seperti halnya ikan mas lainnya memiliki sifat omnivora atau pemakan
segala. Pakan utama berupa tumbuhan, namun ini bukan berarti Maskoki dapat diberi
pakan apa saja. Maskoki memerlukan pakan yang beragam, teratur dengan karbohidrat
cukup.
16
19
DAFTAR PUSTAKA
Arie, Usni dan Cecep Muharam. 2010. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Bernhardt, Karl Heinz. 1998. Goldfish and Fancy Goldfish. German: EURO ART.
Effendi, Irzal dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lesmana, Darti Satyani dan Deden Daelami. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias Air Tawar
Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.
Liviawaty, Evi dan Eddy Afrianto. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Bandung:
Kanisius
Lingga dan Susanto. 2005. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mashudi. 2006. Maskoki untuk Kontes. Jakarta: CV. Citra Cipta Purwosari.
Ndilo, Yunias. 2011. Pembenihan Maskoki di BBPBAT. Artikel [Online]. Tersedia:
http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/10/pembenihan-ikan-mas-koki-di-bbpbat.html
[diunduh pada Sabtu 29 Oktober 2011 Pukul 14:21 WIB].
Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas. Bandung: Nuansa
Aulia.
20