Pengendali jarak jauh (Inggris: remote control) adalah sebuah alat elektronik yang
digunakan untuk mengoperasikan sebuah mesin dari jarak jauh.
Istilah remote control juga sering disingkat menjadi "remote" saja. Remote juga sering
kali mengacu pada istilah "controller", "donker", "doofer", "zapper" "click-buzz", "box",
"flipper", "zippity", "clicker", or "changer". Pada umumnya, pengendali jarak jauh digunakan
untuk memberikan perintah dari kejauhan kepada televisi atau barang-barang elektronik lainnya
seperti sistem stereo dan pemutar DVD. Remote control untuk perangkat-perangkat ini biasanya
berupa benda kecil nirkabel yang dipegang dalam tangan dengan sederetan tombol untuk
menyesuaikan berbagai setting, seperti misalnya saluran televisi, nomor trek, dan volume suara.
Malah, pada kebanyakan peranti modern dengan kontrol seperti ini, remote controlnya memiliki
segala kontrol fungsi sementara perangkat yang dikendalikan itu sendiri hanya mempunyai
sedikit kontrol utama yang mendasar. Kebanyakan remote berkomunikasi dengan perangkatnya
masing-masing melalui sinyal-sinyal infra merah dan beberapa saja melalui sinyal radio. Remote
control biasanya menggunakan baterai AAA yang kecil atau AA sebagai catu dayanya.
Remote control menggunakan LED(Light Emitting Diode) infra merah yang berfungsi
sebagai pengirim(transmitter) pola sinar infra merah. LED infra merah adalah sejenis lampu
kecil yang memiliki dioda yang akan memancarkan cahaya infra merah apabila diberi arus.
Keterangan :
A. Deret Pulsa
B. Sinyal 27.9 MHz
C. Sinyal Transmisi
D. Pola sinkronisasi 4, masing-masing 2.1 mili detik,
dengan spasi 700 mikro detik
E. Pola pulsa, masing-masing 700 mikro detik, dengan spasi 700 mikro detik juga
F. Pola Sinkronisasi ulang
Sinyal infra merah yang dikirimkan tidak akan dapat dilihat oleh mata kita, karena sinar
infra merah tidak termasuk gelombang elektromagnetik pada spectrum cahaya tampak. Namun
sinar tersebut dapat terbaca oleh receiver yang ada pada peralatan elektronik yang menerima
sinyal tersebut. Receiver yang digunakan adalah sebuah foto transistor infra merah. Jika pola
sinyal infra Red yang diterima bersesuaian dengan salah satu instruksi, seperti instruksi
menaikkan volume suara pada pesawat televisi, maka volume suara pesawat televisi tersebut
akan dinaikkan. Jika pola sinar infra merah yang dibaca tidak dapat dikenali maka pesawat
televisi akan mengabaikannya. Hal ini mungkin saja terjadi jika sebuah pesawat remote control
untuk peralatan lain yang berada tidak jauh dari pesawat televise tersebut sedang digunakan.
Bentuk kode sinyal tersebut untuk masing-masing tombol tergantung kepada perusahaan
produsen peralatan elektronika. Pada dasarnya setiap perusahaan bebas menentukan kode sinyal
untuk setiap tombol pada pesawat remote control.
Penggunaan sinyal sinar infra merah ini memang hanya cocok untuk keperluan di dalam
ruang, seperti pada peralatan elektronik rumah atau kantor, karena selain memiliki keterbatasan
jarak yang pendek(maksimal sekitar 10 meter), sudut pengiriman juga sangat kecil sehingga
remote control harus diarahkan ke tepat ke alat elektronik tersebut. Sinar infra merah juga tidak
bisa tembus dinding, sehingga harus berada di ruang.
Sejarah Remote TV
Sebelum menjadi alat pengendali TV seperti yang dikenal saat ini, tidak banyak yang
tahu kalau perangkat ini mengalami banyak perubahan sejak pertama dibuat. Ini jelas menjadi
bukti kemajuan teknologi.
Pada
1950,
pengendali
pertama
'Lazy
Bone' ini
terhubung
dengan
perangkat
berfrekuensi
akan
tinggi
otomatis
yang
mengirim
hanya
suara
dikenali
TV.
Di era 1970, tombol 'klik' yang ada di balik 'Space Commander' masih bertahan, dengan
teknologi yang makin 'cantik'. Kemampuannya ternyata cukup diakui, sehingga pada 1990,
Zenith dibeli perusahaan asal Korea Selatan, LG.
Kemudian, pada 1980, perusahaan asal Kanada Viewstar mulai mengembangkan
pengendali inframerah pertama. Perangkat ini memungkinkan banyak pesan bisa dikirim ke TV.
Inilah awal pengendali TV memiliki banyak tombol.
Pengendali inframerah pun segera menjadi standar untuk TV, Hi-Fi stereo dan gadget
lain. Selain itu, perangkat inilah yang menjadi inspirasi iklan pada era 1980an. Pada 1985,
ditemukan masalah pada pengendali inframerah, yakni bahwa perangkat ini hanya bisa
digunakan untuk satu TV.
Terkait hal tersebut, Magnavox merilis pengendali yang mampu bekerja dengan TV-nya
sendiri dan TV dari pesaing. Perusahaan asal AS ini sebelumnya terkenal setelah
memperkenalkan konsol video game rumah Odyssey pada 1972. Pada 1974, perusahaan ini
dibeli Philips, perusahaan asal Belanda.
Perkembangan pengendali TV tidak berhenti sampai disini. Pada 1987, Steve Wozniak
dari Apple melakukan gebrakan. Perusahaan miliknya, CL 9, membuat pengendali universal
yang diberi nama 'CORE'. Alat ini mampu berinteraksi dengan banyak perangkat. Namun,
sayang, ketika itu CORE terlalu sulit digunakan banyak orang, sehingga sukses besar gagal
diraih.
Padahal, pada era 2000, setelah kegagalan CORE, pengendali TV universal justru makin
mudah dijumpai dan digunakan. Setelah meluncurkan iPhone pada 2007, sejumlah aplikasi
dibuat untuk mengubah perangkat ini menjadi pengendali TV. Karena iPhone tak memiliki
inframerah, maka sebagian besar aplikasi tergantung pada alat tambahan.
Pada 2010, terinspirasi Nintendo Wii dan generasi baru TV 'pintar' yang memiliki banyak
menu pada layarnya, pengendali TVB menjadi makin gesit. Tahun lalu, LG mengumumkan
jajaran TV barunya yang akan disertai 'tongkat sihir'. Alat ini memungkinkan pengguna
menunjuk pada titik berbeda di layar cukup dengan melambaikannya.