Anda di halaman 1dari 4

A.

DEFINISI
Karsinoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel
epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel didaerah nasofaring
(american cancer asosiety,2011).
Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah nasofaring
(area diatas tengorokan dibelakang hidung).
Karsinoma nasofaring adal tumor gans yang berasal dari epitl mukosa nasofaring
atau kelenjaryang terdapat di nasofaring. Tumor ini tumbuh dari epitel yang meliputi
jaringan limfoit, dengan predileksi di fosa Rossenmuller pada nasofaring yang
merupakan daerah transisional dimana epitel kubid berubah menjadi skuamosa dan
atap nasofaring.
B. ETIOLOGI
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah:
1. Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu
relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi
menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian
besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
2. Infeksi Virus Eipstein-Barr
Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma
nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV). Serum
pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring primer
maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G terhadap
antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap antigen dini
(EA); antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap antigen
dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering dengan titer
yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di Amerika yang
mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini
berhubungan
dengan
karsinoma
nasofaring
tidak
berdifrensiasi
(undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (nonkeratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak
berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam
limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
3. Faktor Lingkungan
Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di
dalam rumah juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF. (gangguly,2003)
selai itu juga serng kontang dengan zat-zat yang bersifat karsinogen seperti
gas kmia, asap industri, dll.

C. KLASIFIKASI
Penentuan Stadium
TUMOR SIZE (T)
T
:Tumor primer
T0
:Tidak tampak tumor
T1
:Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2
:Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas
pada rongga nasofaring
T3
:Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4
:Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak
atau saraf-saraf otak
Tx
:Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0
: Tidak ada pembesaran
N1
:Terdapat pembesarantetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2
: Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat
digerakkan
N3
: Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun
bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0
: Tidak ada metastase jauh
M1
: Metastase jauh
Penggolongan stadium klinis, antara lain :
1. Stadium I : T1N0M0
2. Stadium II : T2N0 1M0, T0 2N1M0
3. Stadium III : T3N0 - 2M0, T0 3N2M0
4. Stadium IVa : T4N0 3M0, T0 4N3M0
5. Stadium IVb :T apapun, N Apapun, M1
D. FATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala dini
a. Gejala telinga
Rasa penuh pada telinga
Tinitus
Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
Epistaksis
Obstruksi hidung
c. Gejala mata dan saraf
Diplopia
Gerakan bola mata terbatas
Juling

2. Gejala lanjut
Limfadenopati servikal
Gejala akibat perluasan kedaerah sekitar.ex : sakit kepala hebat krn meluas
kedaerah kranial.
Gejala akibat metastasis jauh .ex : pada femur , hati , paru , ginjal, dan limpa
F. PEMERIKSAAN DIAGOSTK
1. Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta gejala
mestatasis.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi
fiber/rigid
3. Pemeriksaan laboraturium
Hematologik
SGOT dan SGPT
Serologi Ig A VCA,Ig A EA
4. Pemeriksaan radiologi
Ct-scan
MRI
Pencitraan seluruh tubuh
Chest x-ray
5. Pemeriksaan patologi anatomi
Biopsi nasofaring
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
G. PENATALASANAN MEDIS
1. Radioterapi :
merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis
jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula.
Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi
intravena
2. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan, kemotrapi
konkomitan
3. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi.
4. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah

dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan


serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada
kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil
diterapi dengan cara lain.
H. KOMPLIKASI
Hipotiroidsme
Hilangnya jangkauan gerak
Hipoplasia struktur otak dan tulang
Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai
organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati dan
paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain
ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paruparu dan tulang, masing-masing 20 %, sedangkan ke hati 10 %, otak 4 %, ginjal 0.4
%, dan tiroid 0.4 %. Komplikasi lain yang biasa dialami adalah terjadinya
pembesaran kelenjar getah bening pada leher dan kelumpuhan saraf kranial.
I. ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai