Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN PEMASARAN

ETIKA BISNIS
(Bpk. Baharudin Husin)
Disusun Oleh

KELOMPOK 8

IRWANSYAH RAMADHAN

2113000004

ACHMAD YUSUF

2113000094

JL. KAYU JATI RAYA NO.11A, RT 8/RW 3 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR 13220
S.T.E.I
( SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA )

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan
hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk belajar dan memepelajari lebih lanjut
tentang mata kuliah etika bisnis.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan proses


belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat
optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mengetahui tentang latar belakang dan ruang lingkup
pembahasan dalam mata kuliah etika bisnis.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar
untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen mata kuliah dan juga
teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada
masa mendatang.

1. Pasar dan perlindungan konsumen


A. PASAR
Pasar mempunyai banyak arti selama ini. Pada mulanya pasar adalah tempat
fisik dimana pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang dan jasa.
Kota-kota abad pertengahan mempunyai pasar berbentuk persegi empat penjual
membawa barangmya dan pembeli mencari barang untuk dibelli. Di kota-kota zaman
modern ini, membeli dan menjual dilakukan di pertokoan bukannya di pasar. Bagi
seorang ahli ekonomi, pasar menggambarkan semua pembeli dan penjual yang
melakukan transaksi barang dan jasa.
Jadi pengertian pasar adalah kumpulan semua pembeli nyata dan pembeli
potensial dari suatu produk atau jasa.
Suatu pasar adalah kumpulan pembeli, dan suatu industri adalah kumpulan penjual.
Ukuran pasar tergantung dari jumlah pembeli yang mungkin ada untuk tawaran pasar
tertentu. Pembeli potensial untuk produk atau jasa mempunyai empat karakteristik :
minat, pendapatan, akses, dan kualifikasi.
MENGUKUR PERMINTAAN PASAR :
Untuk memperkirakan permintaan pasar saat ini. Pemasar pasti
memperkirakan tiga aspek berbeda dari permintaan pasar saat ini yaitu : permintaan
pasar total, permintaan pasar menurut wilayah, serta penjualan nyata dan pangsa
pasar.
Permintaan pasar total, akan suatu produk atau jasa adalah total volume yang
akan dibeli oleh kelompok konsumen tertentu di wilayah geografi tertentu dalam
periode waktu tertentu dalam lingkungan pemasaran tertentu dengan tingkat dan
bauran usahaPemasaran industri tertentu.
Permintaan pasar total bukan merupakan suatu angka pasti, melainkan merupakan
fungsi dari kondisi yang ditentukan. Misalnya, permintaan pasar total tahun depan
untuk es krim di amerika serikat akan tergantung pada berapa banyak pengeluaran
pemasaran dari pabrik es krim, seperti sealtest, breyers, dan lain-lain. Permintaan itu
juga tergantung pada banyak faktor lingkungan, mulai dari tingkat perhatian
konsumen pada kesehatan sampai cuaca di pasar utama. Permintaan akan merk es
krim premium akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Memperkirakan permintaan pasar wilayah, perusahaan menghadapi masalah
dalam memilih teritori penjualan terbaik dan mengalokasikan anggaran pemasaran
secara optimal di antara teritori yang digarap. Oleh karena itu mereka perlu
memperkirakan potensi pasar dari berbagai kota, negara bagian dan negara. Dua
metode utama tersedia : metode pasar yang dikembangkan bertahap, yang terutama
dipergunakan oleh perusahaan barang di pasar industri, dan metode indeks faktorpasar, yang terutama dipergunakan oleh perusahaan barang konsumen.
Metode pasar yang dikembangkan bertahap, mengharuskan pengenalan
semua pembeli potensial di setiap pasar dan memperkirakan pembelian

potensial mereka. Jadi pengertian metode pasar yang dikembangkan bertahap


adalah suatu metode meramalkan yang mengharuskan pengenalan semua
pembeli potensial di setiap pasar dan memperkirakan pembelian potensial
mereka.
Metode indeks faktor-pasar adalah sebuah metode umum yang
berhubungan dengan potensi pasar daerah, yang mencari faktor-faktor pasar
yang berhubungan dengan potensi pasar dan menggabungkannya kedalam
indeks yang diberi bobot. Sebuah contoh bagus dari metode ini disebut indeks
daya beli, yang diterbitkan setiap tahun oleh majalah sales & marketing
management dalam survey of buying power. Survei ini memperkirakan daya
beli, atau kemampuan untuk membeli, bagi setiap wilayah, negara bagian,
dan metropolitan di Amerika Serikat.
Memperkirakan penjualan nyata dan pangsa pasar, di samaping memperkirakan
permintaan total dan wilayah, sebuah perusahaan juga ingin mengetahui penjualan
aktual industri di pasar. Dengan demikian, perusahaan harus mengenal siapa yang
menjadi pesaing dan memperkirakan penjualan mereka. Asosiasi perdagangan industri
sering kali mengumpulkan dan menerbitkan penjualan industri total, walaupun bukan
berupa penjualan setiap perusahaan. Dengan cara ini, setiap perusahaan dapat
mengevaluasi kinerjanya berhadapan dengan industri secara keseluruhan. Seandainya
penjualan perusahaan naik 5 persen setahun dan penjualan industri naik dengan
kecepatan 10 persen. Posisi relatif perusahaan ini dalam industri sebenarnya menurun.
Cara lain untuk memperkirakan penjualan adalah membeli laporan dari perusahaan
riset pemasaran yang mengaudit penjualan total dan penjualan merek. Misalnya,
nielsen, IRI dan perusahaan riset lainnya.

B. PERLINDUNGAN KONSUMEN
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta perlindungan
hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan
yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh
produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen
akan hak-hak serta kewajiban mereka. Pemerintah sebagai perancang,pelaksana serta
pengawas atas jalannya hukum dan UU tentang perlindungan konsumen harus benarbenar memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan dengan
lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan konsumen yang
memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka dirugikan
karena kesalahan yang diaibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan
setandar berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah. Kesadaran produsen akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan agar
tercipta harmonisasi tujuan antara produsen yang ingin memperoleh laba tanpa
membahayakan konsumen yang ingin memiliki kepuasan maksimum.

Pengertian konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli
barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau seseorang yang
menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud
konsumen orang yang berststus sebagai pemakai barang dan jasa.
Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme.
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi.
Alasannya, permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan
pemenuhan kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun
diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april
1999.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan
perlindungan adalah:

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat
(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa.

Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen


Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan

tujuan yang telah diyakini bias memberikan arahan dalam implementasinya di


tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan
konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar kuat.
Asas perlindungan konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan
Konsumen :
Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen,
serta Negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan perlindungan konsumen


Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuanperlindungan
konsumen adalah sebagai berikut :

Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.
mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hakhaknya sebagai konsumen.
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

Hak-Hak Konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.
Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak
sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya
tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu.
Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya.
Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hakhaknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan
Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :

Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.

2. Tanggung jawab terhadap produk


Kategori umum dari tanggung jawab bisnis untuk produk dan jasa yang
dijualnya meliputi topik-topik yang sangat beragam. Hanya sedikit isu yang menerima
cukup banyak pengawasan dari ilmu hukum, politik, dan etika jika dibandingkan
dengan tanggung jawab bisnis karena bahaya yang disebabkan oleh produknya. Bisnis

memiliki tanggung jawab etis untuk merancang, memproduksi, dan mempromisikan


produknya dalam cara yang menghindarkan timbulnya bahaya bagi konsumen.
Pengertian tanggung jawab produk
Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab secara hukum dari orang atau
badan hukum yang menghasilkan suatu produk, dan atau pihak yang menjual produk
tersebut dan atau pihak yang mendistribusikan produk tersebut, termasuk juga disini
pihak yang terlibat dalam rangkaian komersial tentang persiapan atau penyebaran dari
suatu produk, dan juga termasuk para pengusaha bengkel, pergudangan, para agen dan
pekerja dari badan-badan usaha di atas.
Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab diterapkan dalam hukum tentang
tanggung jawab produk adalah :
Diantara korban / konsumen di satu pihak dan produsen di lain pihak,
beban kerugian (resiko) seharusnya ditanggung oleh pihak yang
memproduksi / mengeluarkan barang-barang cacat/berbahaya tersebut
dipasaran.
Dengan menempatkan/mengedarkan barang-barang di pasaran, berarti
produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas untuk
digunakan, dan bila terbukti tidak demikian dia harus bertanggung jawab.
Sebenarnya tanpa menerapkan prinsip tanggung jawab mutlakpun
produsen yang melakukan kesalahan tersebut dapat dituntut melalui proses
penuntutan beruntun, yaitu konsumen kepada pedagang eceran, pengecer
kepada grosir, grosir kepada distributor, distributor kepada agen, dan agen
kepada produsen. Penerapan strict liability dimaksudkan untuk
menghilangkan proses yang panjang ini. Bahwa upaya-upaya perlindungan
konsumen adalah lebih dimaksudkan untuk meningkatkan martabat dan
kesadaran konsumen dan atau sekaligus dimaksudkan dapat mendorong
pelaku usaha di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dilakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Adapun perlunya pengaturan tentang perlindungan konsumen dilakukan dengan
maksud sebagai berikut :
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum.
Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan
seluruh pelaku usaha pada umumnya.
Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.
Memberikan perlindungan kepada konsumen dari paraktik usaha yang
menipu dan menyesatkan.
Memadukan
penyelenggaraan,
pengembangan
dan
pengaturan
perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidangbidang lain.
Upaya perlindungan konsumen khususnya melalui iklan :

konsumen juga perlu dilindungi dari praktek-praktek iklan yang menyesatkan (ada
unsur kecurangan dan penipuan). Taufik H. Simatupang dalam bukunya Aspek
Hukum Periklanan dalam perspektif perlindungan konsumen, membagi iklan dalam,
sebagai berikut :

Iklan Pancingan (Bait and Switch adv) Sekarang banyak dilakukan oleh
pelaku usaha dengan mengedarkan undangan kecalon konsumen untuk
mengambil hadiah secara gratis kemudian konsumen dirayu untuk membeli
barang dengan discount yang spektakuler padahal harga dan mutu barang
sudah dimanipulasi.
Iklan Menyesatkan (Mock-up-adv) Pada iklan ini keadaan atau keampuhan
produk digambarkan dengan cara berlebihan dan menjurus kearah
menyesatkan dan akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh Perusahaan Seluler
melalui perang tarif yang menyesatkan. Begitu juga untuk produk jamu yang
banyak diiklankan, umumnya hanya menunjukkan/ mengeksploitasi hal-hal
yang bersifat kehebatan dan keberhasilan produk tanpa menginformasikan
akibat-akibat buruk dan efek samping yang dapat merugikan konsumen.

Sudah menjadi rahasia umum kalau konsumen enggan melakukan sesuatu atas
kerugian yang dideritanya karena ketidak percayaan terhadap Lembaga Pengadilan,
atau aparat penegak hukum terkait. Pasal 17 ayat (1) Secara khusus mengatur tentang
perbuatan yang diberikan pelaku usaha periklanan dengan memproduksi iklan yang
dapat lingkupnya dapat merugikan konsumen , Untuk penyelesaian sengketa
dimungkinkan tanpa melalui Lembaga Peradilan yaitu melalui Lembaga Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yang terdiri atas unsur-unsur pemerintah,
Konsumen, dan Pelaku Usaha. Sudah barang tentu keperluan adanya hukum untuk
memberikan perlindungan konsumen Indonesia merupakan suatu hal yang tidak bisa
dihindarkan, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional kita, yaitu pembangunan
manusia Indonesia yang seutuhnya. Prinsip Hukum tentang hak-hak konsumen,
tentang tanggung jawab produk dan upaya-upaya menyelesaikan sengketa konsumen
di Indonesia sebagian besar telah diakomodir di dalam Undang Undang No.8 tahun
1999 tentang Perlidungan Konsumen.

3. Periklanan dan penjualan


Bersama dengan keamanan produk, wilayah dari etika periklanan telah
mendapatkan perhatian hukum dan filosofis yang signifikan di dalam etika bisnis.
Tujuan dari semua pemasaran adalah penjualan, pertukaran akhir antara penjual dan
pembeli. Sebuah unsur utama dari pemasaran adalah promosi penjualan, upaya untuk
mempengaruhi pembeli untuk menyelesaikan pembelian.pemasaran target dan riset
pemasaran adalah dua unsur penting dari penempatan produk, berusaha untuk

menentukan audiens mana yang paling mungkin untuk membeli, dan audiens mana
yang paling mungkin untuk dipengaruhi oleh promosi produk.
Tentu saja ada cara yang baik dan ada pula cara yang buruk secara etis untuk
memengaruhi orang lain. Di antara cara yang baik untuk memengaruhi orang lain
secara etis adalah membujuk/persuasi, bertanya, memberitahu, dan menasihati. Cara
memengaruhi yang tidak etis mencakup ancaman, paksaan, penipuan, manipulasi, dan
berbohong. Sayangnya begitu sering praktik penjualan dan periklanan menggunakan
cara-cara yang menipu atau manipulatif untuk memengaruhi, atau diarahkan pada
audiens yang dapat ditipu atau dimanipulasi. Berikut dibawah ini beberapa jabaran
tentang periklanan dan penjualan.
Pengertian Iklan dan Promosi Penjualan :
Pengertian Iklan
Menurut Kotler, Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan
promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu
yang memerlukan pembayaran.
Pengertian Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah semua kegiatan pemasaran yang mencoba
merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya
pembelian dalam waktu singkat. Promosi penjualan dapat digunakan untuk
menarik perhatian dan biasanya memberikan informasi yang dapat
mengarahkan konsumen agar melakukan transaksi pembelian. Alat promosi
penjualan terdiri dari kupon, kontes, harga premi dan lainnya.
Tujuan periklanan dibagi menajdi dua yaitu sebagai berikut :
Iklan Komersial
Disebut pula iklan bisnis bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi, taanya peningkatan penjualan dimana sasaran pesan yang
dituju adalah untuk seseorang atau lembaga yang akan mengolah dan
atau menjual produk yang diiklankan tersebut kepada konsumen akhir.
Iklan komersial dapat dibagi dalam tiga jeis iklan, yaitu iklan untuk
konsumen, untuk bisnis dan iklan untuk pofesional.

Iklan Non Komersial( Iklan Layanan Masyarakat)


Iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi
atau menidik khalayak dimana tujuan akhir bukan keuntungan
ekonomi melainkan keuntungan sosial yaitu seperti : Iklan Politik,
Iklan Pendidikan, Iklan Kesehatan, Iklan Pariwisata , dan lain
sebagainya.

Manfaat iklan dan promosi penjualan

Manfaat iklan yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin


disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai. Iklan menjangkau
berbagai daerah yang sulit dijangkau secara fisik oleh produsen melalui siaran
televisi atau radio. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nominal besar
sekali jumlahnya, bagi produsen yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam
dunia iklan, strategi iklan yang tepat menjadi murah. Supaya mampu
membujuk, mampu membangkitkan mempertahankan ingatan konsumen akan
produk yang ditawarkan, maka perlu adanya daya tarik untuk keberhasilan
komunikasi dengan konsumen.
Manfaat iklan :

Mengingatkan konsumen dan prospek konsumen


Mengenai manfaat dari produk atau jasa yang ditawarkan
Membangun dan mempertahankan identitas perusahaan
Meningkatkan reputasi perusahaan
Mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak
Menarik konsumen baru untuk mengganti konsumen yang hilang
Membantu meningkatkan penjualan
Mempromosikan dan memperkenalkan bisnis ke konsumen, investor,
dan pihak-pihak lainnya

Manfaat Promosi Penjualan :

Peningkatan uji coba dan pengulangan pembelian


Peningkatan frekuensi dan kuantitas
Menghitung penawaran-penawaran dari pesaing
Cross-selling dan perluasan dari penggunaan dari suatu merk
Memperkuat brand image dan Memperkuat brand relationship

ETIKA PERIKLANAN DAN PENJUALAN


Etika periklanan :
Untuk mempromosikan produknya, iklan dibuat dengan dramatis sehingga
menonjolkan kelebihan dari produknya saja. Dan iklan tersebut ditayangkan tidak bisa
hanya untuk target marketnya saja (secara khusus dan langsung ), tetapi pasti ditonton
atau dilihat oleh banyak kalangan (seluruh masyarakat bahkan yang bukan target
marketnya). Oleh karena itu, dalam periklanan harus mempunyai etika dan tata krama
agar dapat diterima oleh masyarakat dan tidak menjadi iklan yang kontroversial.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang hal yang baik
maupun hal yang buruk dan tentang hak dan kewajiban dalam bermoral. Bisa juga
diartikan pada kasus ini, etika dalam periklanan adalah ilmu yang membahas tentang
baik atau buruk, hak dan kewajiban yang berkaitan dengan periklanan. Pada dasarnya
fungsi dasar kegiatan periklanan adalah informasi dan jembatan komunikasi tentang
suatu produk/jasa/ perusahaan/organisasi kepada target khalayaknya. Selain Itu, iklan
juga menjadi sarana edukasi, produk baru, inovasi, dan bagaimana cara menggunakan
produk dengan perubahan kognitif sampai perilaku. Iklan juga berfungsi sebagai
media persuasi untuk memengaruhi target khalayak agar mau mengakuisisi suatu
produk/jasa secara terus-menerus. Namun sayangnya tujuan mulia dunia periklanan
itu dicapai dengan cara-cara yang kurang etis. Iklan yang dibuat selain harus
berdasarkan etika yang ada tetapi juga harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
menimbulkan persepsi yang positif dari setiap kalangan. Disamping itu, etika
periklanan terdapat dua pedoman, yaitu :
A. Tata Krama ( code of conducts )
Tata karma terdiri atas kata tata yang berarti adat, norma atau aturan. Karma
yang berarti sopan santun atau tindakan. Jadi tata krama adalah norma kebiasaan
yang mengatur sopan santun, dan disepakati oleh lingkungan. Didalam periklanan
tidak boleh menunjukkan adegan kekerasan, merendahkan produk pesaing, seta
peniruan.
B. Tata Cara ( code of practices )
Segala bentuk peraturan yang harus ada didalam pembuatan sebuah iklan agar
tidak melanggar etika yang berlaku. Seperti halnya didalam pembuatan iklan harus
adanya izin produksi sebelum iklan tersebut diterbitkan. Karena kemungkinan
dipermainkannya kebenaran dan terjadinya manipulasi merupakan hal-hal rawan
dalam bisnis periklanan, maka perlu adanya kontrol yang tepat yang dapat
mengimbangi kerawanan tersebut (Bertens, 2000 : 274). Maka etika yang harus
diterapkan di dalam iklan adalah sebagai berikut :

Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan produknya, atau lebih ke
arah melebih lebihkan. Padahal produk iklan yang sebenarnya dilebih - lebihkan
tidak ada dalam produk.
Tidak memicu SARA : terlebih karena Indonesia memiliki ragam suku, adat, dan
budaya sehingga penayangan iklan diusahakan tidak ada yang menyindir kalangan
masyarakat di pelosok manapun.
Tidak mengandung pornografi : karena sulitnya mengontrol batasan umur dalam
konsumsi media, sehingga iklan yang berisi konten pornografi harus dihindari.
Tidak bertentangan dengan norma - norma yang berlaku : iklan tidak boleh
mengajak atau merujuk pada gaya hidup yang dilarang oleh norma setempat,
seperti konten minuman keras atau seks bebas.

Tidak melanggar etika dalam berbisnis: maksudnya iklan harus menerapkan


persaingan sehat dan tidak menjatuhkan produk pesaing. Contohnya saja iklan
minuman bersoda yang menyindir/menjatuhkan produk minuman bersoda lainnya.
Tidak adanya unsur plagiat: plagiarism merupakan tindakan ilegal dan melanggar
hak cipta. Baik secara langsung maupun tidak.

Etika penjualan :
Tujuan Etika Penjualan
ini adalah supaya semua Agen Perusahaan
menitikberatkan sifat bertanggung jawab terhadap Pelanggan dan terhadap
masyarakat umum. Kode etik ini diterima serta digunakan pada latihan praktek
promosi dan penjualan yang digunakan dalam pemasaran produk dan mengacu hanya
kepada perhubungan perusahaan dan Salesman mereka dengan Pelanggan yang
membeli produk-produk tersebut. Kode etik penjualan ini bukan bertujuan dan tidak
membuat kontrak pekerjaan antara Agen Perusahaan dengan Perusahaan, dan tidak
juga menjamin bahwa layanan mereka dengan Perusahaan akan diteruskan selama
mereka mematuhi dasarnya.
Prinsip Dasar Etika Penjualan.
Semua Agen Perusahaan wajib mematuhi prinsip persaingan yang adil yang
diterima umum dalam bisnis serta perhatikan:

Ketentuan penawaran dan metode serta bentuk kontrak dengan Pelanggan;


Metode penyampaian dan demontrasi serta informasi tentang produk;
Memenuhi kewajiban yang timbul dari penawaran atau operasi yang terkait
dengannya termasuk layanan penjualan (sebelum dan setelah penjualan).

Etika penjualan ini mencerminkan janji semua Agen Perusahaan untuk


menjalankan kegiatan mereka dengan mematuhi Kebijakan-Kebijakan Perusahaan,
asosiasi industri serta hukum Indonesia. Kode ini adalah ukuran kepada peraturan
yang diatur sendiri oleh Agen Perusahaan. Ini bukanlah suatu hukum dan
kewajibannya mungkin memerlukan integritas dan perilaku etis yang melampaui
persyaratan hukum. Ketidakpatuhan Kode tidak akan mengakibatkan apa-apa
tanggung jawab perdata atas Agen Perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan dalam
Kode akan tetap diterimapakai dalam semua transaksi atau transaksi yang dilakukan
saat mereka menjadi Agen Perusahaan.
4. KESIMPILAN
Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk
menarik konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap
kondisi ekonomi suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan
beretika. Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang.
Tidak adanya etika dalam beriklan akan sangat merugikan bagi masyarakat, selain itu
juga bagi ekonomi suatu negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak beretika akan

menghancurkan nama mereka sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita
jumpai iklan-iklan di media cetak dan media elektronik menyindir dan menjelekjelekkan produk lain. Dan hal tersebut masih saja terjadi dan berulang hingga
sekarang. Seolah hal tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk
dihilangkan. Iklan tidak bisa lepas dari etika, karena iklan seharusnya menyatakan
kebenaran dan kejujuran. Di dalam etika tidak dibenarkan menyatakan suatu
kebohongan ataupun ketidakjujuran, karena makna iklan sebagai fungsi utamanya
dalah sebagai media informasi. Produsen juga memperhatikan nilai edukasi dan nilai
manfaat bagi masyarakat, bukan sebagai keuntungan saja. Selain itu pemerintah juga
turut memperhatikan perkembangan periklanan di Indonesia agar tidak terlalu
membawa dampak negatif bagi konsumen atau masyarakat. Iklan dari luar negeri
yang masuk ke Indonesia seharusnya bisa disaring mana yang memberikan dampak
baik dan mana yang memberikan dampak buruk.. Iklan juga harus dapat melindungi
dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara dan golongan,
serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai