ETIKA BISNIS
(Bpk. Baharudin Husin)
Disusun Oleh
KELOMPOK 8
IRWANSYAH RAMADHAN
2113000004
ACHMAD YUSUF
2113000094
JL. KAYU JATI RAYA NO.11A, RT 8/RW 3 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR 13220
S.T.E.I
( SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA )
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan
hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk belajar dan memepelajari lebih lanjut
tentang mata kuliah etika bisnis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar
untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen mata kuliah dan juga
teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada
masa mendatang.
B. PERLINDUNGAN KONSUMEN
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta perlindungan
hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan
yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh
produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen
akan hak-hak serta kewajiban mereka. Pemerintah sebagai perancang,pelaksana serta
pengawas atas jalannya hukum dan UU tentang perlindungan konsumen harus benarbenar memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan dengan
lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan konsumen yang
memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka dirugikan
karena kesalahan yang diaibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan
setandar berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah. Kesadaran produsen akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan agar
tercipta harmonisasi tujuan antara produsen yang ingin memperoleh laba tanpa
membahayakan konsumen yang ingin memiliki kepuasan maksimum.
Pengertian konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli
barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau seseorang yang
menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud
konsumen orang yang berststus sebagai pemakai barang dan jasa.
Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti,
perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme.
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi.
Alasannya, permasalahan yang diatur dalam hukum konsumen berkaitan erat dengan
pemenuhan kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun
diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april
1999.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan
perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat
(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa.
Hak-Hak Konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.
Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak
sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya
tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu.
Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya.
Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hakhaknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan
Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :
konsumen juga perlu dilindungi dari praktek-praktek iklan yang menyesatkan (ada
unsur kecurangan dan penipuan). Taufik H. Simatupang dalam bukunya Aspek
Hukum Periklanan dalam perspektif perlindungan konsumen, membagi iklan dalam,
sebagai berikut :
Iklan Pancingan (Bait and Switch adv) Sekarang banyak dilakukan oleh
pelaku usaha dengan mengedarkan undangan kecalon konsumen untuk
mengambil hadiah secara gratis kemudian konsumen dirayu untuk membeli
barang dengan discount yang spektakuler padahal harga dan mutu barang
sudah dimanipulasi.
Iklan Menyesatkan (Mock-up-adv) Pada iklan ini keadaan atau keampuhan
produk digambarkan dengan cara berlebihan dan menjurus kearah
menyesatkan dan akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh Perusahaan Seluler
melalui perang tarif yang menyesatkan. Begitu juga untuk produk jamu yang
banyak diiklankan, umumnya hanya menunjukkan/ mengeksploitasi hal-hal
yang bersifat kehebatan dan keberhasilan produk tanpa menginformasikan
akibat-akibat buruk dan efek samping yang dapat merugikan konsumen.
Sudah menjadi rahasia umum kalau konsumen enggan melakukan sesuatu atas
kerugian yang dideritanya karena ketidak percayaan terhadap Lembaga Pengadilan,
atau aparat penegak hukum terkait. Pasal 17 ayat (1) Secara khusus mengatur tentang
perbuatan yang diberikan pelaku usaha periklanan dengan memproduksi iklan yang
dapat lingkupnya dapat merugikan konsumen , Untuk penyelesaian sengketa
dimungkinkan tanpa melalui Lembaga Peradilan yaitu melalui Lembaga Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yang terdiri atas unsur-unsur pemerintah,
Konsumen, dan Pelaku Usaha. Sudah barang tentu keperluan adanya hukum untuk
memberikan perlindungan konsumen Indonesia merupakan suatu hal yang tidak bisa
dihindarkan, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional kita, yaitu pembangunan
manusia Indonesia yang seutuhnya. Prinsip Hukum tentang hak-hak konsumen,
tentang tanggung jawab produk dan upaya-upaya menyelesaikan sengketa konsumen
di Indonesia sebagian besar telah diakomodir di dalam Undang Undang No.8 tahun
1999 tentang Perlidungan Konsumen.
menentukan audiens mana yang paling mungkin untuk membeli, dan audiens mana
yang paling mungkin untuk dipengaruhi oleh promosi produk.
Tentu saja ada cara yang baik dan ada pula cara yang buruk secara etis untuk
memengaruhi orang lain. Di antara cara yang baik untuk memengaruhi orang lain
secara etis adalah membujuk/persuasi, bertanya, memberitahu, dan menasihati. Cara
memengaruhi yang tidak etis mencakup ancaman, paksaan, penipuan, manipulasi, dan
berbohong. Sayangnya begitu sering praktik penjualan dan periklanan menggunakan
cara-cara yang menipu atau manipulatif untuk memengaruhi, atau diarahkan pada
audiens yang dapat ditipu atau dimanipulasi. Berikut dibawah ini beberapa jabaran
tentang periklanan dan penjualan.
Pengertian Iklan dan Promosi Penjualan :
Pengertian Iklan
Menurut Kotler, Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan
promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu
yang memerlukan pembayaran.
Pengertian Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah semua kegiatan pemasaran yang mencoba
merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya
pembelian dalam waktu singkat. Promosi penjualan dapat digunakan untuk
menarik perhatian dan biasanya memberikan informasi yang dapat
mengarahkan konsumen agar melakukan transaksi pembelian. Alat promosi
penjualan terdiri dari kupon, kontes, harga premi dan lainnya.
Tujuan periklanan dibagi menajdi dua yaitu sebagai berikut :
Iklan Komersial
Disebut pula iklan bisnis bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi, taanya peningkatan penjualan dimana sasaran pesan yang
dituju adalah untuk seseorang atau lembaga yang akan mengolah dan
atau menjual produk yang diiklankan tersebut kepada konsumen akhir.
Iklan komersial dapat dibagi dalam tiga jeis iklan, yaitu iklan untuk
konsumen, untuk bisnis dan iklan untuk pofesional.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang hal yang baik
maupun hal yang buruk dan tentang hak dan kewajiban dalam bermoral. Bisa juga
diartikan pada kasus ini, etika dalam periklanan adalah ilmu yang membahas tentang
baik atau buruk, hak dan kewajiban yang berkaitan dengan periklanan. Pada dasarnya
fungsi dasar kegiatan periklanan adalah informasi dan jembatan komunikasi tentang
suatu produk/jasa/ perusahaan/organisasi kepada target khalayaknya. Selain Itu, iklan
juga menjadi sarana edukasi, produk baru, inovasi, dan bagaimana cara menggunakan
produk dengan perubahan kognitif sampai perilaku. Iklan juga berfungsi sebagai
media persuasi untuk memengaruhi target khalayak agar mau mengakuisisi suatu
produk/jasa secara terus-menerus. Namun sayangnya tujuan mulia dunia periklanan
itu dicapai dengan cara-cara yang kurang etis. Iklan yang dibuat selain harus
berdasarkan etika yang ada tetapi juga harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
menimbulkan persepsi yang positif dari setiap kalangan. Disamping itu, etika
periklanan terdapat dua pedoman, yaitu :
A. Tata Krama ( code of conducts )
Tata karma terdiri atas kata tata yang berarti adat, norma atau aturan. Karma
yang berarti sopan santun atau tindakan. Jadi tata krama adalah norma kebiasaan
yang mengatur sopan santun, dan disepakati oleh lingkungan. Didalam periklanan
tidak boleh menunjukkan adegan kekerasan, merendahkan produk pesaing, seta
peniruan.
B. Tata Cara ( code of practices )
Segala bentuk peraturan yang harus ada didalam pembuatan sebuah iklan agar
tidak melanggar etika yang berlaku. Seperti halnya didalam pembuatan iklan harus
adanya izin produksi sebelum iklan tersebut diterbitkan. Karena kemungkinan
dipermainkannya kebenaran dan terjadinya manipulasi merupakan hal-hal rawan
dalam bisnis periklanan, maka perlu adanya kontrol yang tepat yang dapat
mengimbangi kerawanan tersebut (Bertens, 2000 : 274). Maka etika yang harus
diterapkan di dalam iklan adalah sebagai berikut :
Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan produknya, atau lebih ke
arah melebih lebihkan. Padahal produk iklan yang sebenarnya dilebih - lebihkan
tidak ada dalam produk.
Tidak memicu SARA : terlebih karena Indonesia memiliki ragam suku, adat, dan
budaya sehingga penayangan iklan diusahakan tidak ada yang menyindir kalangan
masyarakat di pelosok manapun.
Tidak mengandung pornografi : karena sulitnya mengontrol batasan umur dalam
konsumsi media, sehingga iklan yang berisi konten pornografi harus dihindari.
Tidak bertentangan dengan norma - norma yang berlaku : iklan tidak boleh
mengajak atau merujuk pada gaya hidup yang dilarang oleh norma setempat,
seperti konten minuman keras atau seks bebas.
Etika penjualan :
Tujuan Etika Penjualan
ini adalah supaya semua Agen Perusahaan
menitikberatkan sifat bertanggung jawab terhadap Pelanggan dan terhadap
masyarakat umum. Kode etik ini diterima serta digunakan pada latihan praktek
promosi dan penjualan yang digunakan dalam pemasaran produk dan mengacu hanya
kepada perhubungan perusahaan dan Salesman mereka dengan Pelanggan yang
membeli produk-produk tersebut. Kode etik penjualan ini bukan bertujuan dan tidak
membuat kontrak pekerjaan antara Agen Perusahaan dengan Perusahaan, dan tidak
juga menjamin bahwa layanan mereka dengan Perusahaan akan diteruskan selama
mereka mematuhi dasarnya.
Prinsip Dasar Etika Penjualan.
Semua Agen Perusahaan wajib mematuhi prinsip persaingan yang adil yang
diterima umum dalam bisnis serta perhatikan:
menghancurkan nama mereka sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita
jumpai iklan-iklan di media cetak dan media elektronik menyindir dan menjelekjelekkan produk lain. Dan hal tersebut masih saja terjadi dan berulang hingga
sekarang. Seolah hal tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk
dihilangkan. Iklan tidak bisa lepas dari etika, karena iklan seharusnya menyatakan
kebenaran dan kejujuran. Di dalam etika tidak dibenarkan menyatakan suatu
kebohongan ataupun ketidakjujuran, karena makna iklan sebagai fungsi utamanya
dalah sebagai media informasi. Produsen juga memperhatikan nilai edukasi dan nilai
manfaat bagi masyarakat, bukan sebagai keuntungan saja. Selain itu pemerintah juga
turut memperhatikan perkembangan periklanan di Indonesia agar tidak terlalu
membawa dampak negatif bagi konsumen atau masyarakat. Iklan dari luar negeri
yang masuk ke Indonesia seharusnya bisa disaring mana yang memberikan dampak
baik dan mana yang memberikan dampak buruk.. Iklan juga harus dapat melindungi
dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara dan golongan,
serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.