Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya
manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan
dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang
berkualitas yang berlangsung di masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya
akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan
kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang
berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain
upaya peningkatan kualitas sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah
terhenti, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang
meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya
dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang
berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam
hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan
pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat

evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran


berlangsung (Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan
tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang
tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik,
guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal
dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa tumbuh sesuai
dengan potensinya masing-masing.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan
cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas
yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan
pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner
(Wetherington, 1986: 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan
hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan
pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan
pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan
yang konstruktif.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan
bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar
mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan e.....alusi dengan berbagai factor
yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan
persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.

Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang
mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah
taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau
kembali.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam
rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam
persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang
alat-alat evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek
tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non
formal apalagi tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan
perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,
dan sebagai calon manusia seutuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
senantiasa

memanfaatkan

teknologi

pembelajaran

yang

mengacu

pada

pembelajaran terstruktur dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta


didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran TIK, agar siswa dapat memahami materi
yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran terstruktur, guru
akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang
ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal
kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong
untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas terhadap
prestasi belajar siswa dengan mengambil judul Model Pembelajaran Terstruktur
Dengan

Pemberian

Tugas

Terhadap

Mutu

TIK

Pada

Siswa

Kelas

VIII. Tahun Pelajaran 20xx/20xx.

B. Perumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas berpengaruh
terhadap Mutu TIK siswa kelas VIII
2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas
terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII..

C. Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran terstruktur dengan pemberian
tugas terhadap Mutu TIK siswa kelas VIII..
2. Untuk mengungkap pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas
terhadap motivasi belajar TIK siswa kelas VIII..

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul . yang dilakukan oleh peneliti, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII. menggunakan
metode. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka
dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII akan lebih
baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
sebelumnya".

E.

Kegunaan Penelitian
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pembelajaran terstruktur dan pemberian tugas dalam pembelajaran TIK.

2. Guru-guru TIK perlu memanfaatkan teknik pembelajaran terstruktur dan


pemberian tugas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal
kualitas proses maupun kualitas hasil.
3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses
pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa
memerlukan perhatian guru.

F. Definisi Operasional variabel Penelitian


1. Pembelajaran Terstruktur, adalah suatu bentuk kegiatan kurikuler sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran terstruktur dimulai dengan
menyampaikan tujuan dan juga kata kunci, diteruskan dengan pemberian
materi yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian tugas berupa soal-soal yang
dikerjakan dirumah.
2. Pemberian Tugas, adalah catatan guru yang dicantumkan dalam lembar
jawaban siswa, setelah guru meneliti jawaban, yang dapat digunakan oleh
siswa di dalam memperdalam materi yang diberikan sesuai dengan materi
soal. Dalam pemberian tugas ini pekerajaan dikemtugas kepada siswa.
3. Mutu TIK, adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal atau
tes dari guru setelah proses mengajar berlangsung dalam satu pokok bahasan
selesai.

G. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VIII..
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun ajaran
20xx/20xx.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan membuat grafik dengan
microsoft excel.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
Sependapat

dengan

pernyataan

tersebut

Sutomo

(1993:

68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan


seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lainlain. (Soetomo, 1993: 120).
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
B. Bagaimanakah Otak Bekerja
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau .....ideo tape recorder.
Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti ini.

Pernahkan saya mendengar atu melihat informasi ini sebelumnya?


Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan
terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya
dapatkan kemarin atau bulan lalu atau tahun lalu?
Otak tidak sekedar menerima informasi, ia mengolah.
Untuk mengolah informsi secara efektif, ia akan terbantu dengan
melakukan perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan
melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi
dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu.
Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru
pada beberapa jeda waktu yang disediakan selama pelajaran berlangsung.
Dibandingkan dengan siswa dalam kelas pembanding yang tidak diselingi
diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi
itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus
pemahaman kita. Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika
siswa dinima untuk melakukan berikut ini.
1. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sindiri.
2. Memberikan contohnya.
3. Mengenalinya dalam bermacam-macam bentuk dan situasi.

4. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
5. Menggunakannya dengan beragam cara.
6. Memprekdisikan sejumlah konsekuensinya.
7. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer,
dan kita adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-on-kan untuk
bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif,
otak kita tidak on. Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk
menginterpretasikan data yang diasumsikan. Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan
kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan pengkaitan ini dengan
software pikiran kita. Ujung-ujungnya, computer tidak dapat mengakses kembali
informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu disimpan. Otak kita perlu
menguji informasi, mengikhtisarkannya, atau menjelaskan kepada orang lain
untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat
pasif, otak tidak menyimpan apa yang telah disajikan kepadanya.
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka
sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru
terlalu sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan (demonstrasi) yang
disertai ungkapan, begini lho caranya? Menuangkan fakta dan konsep ke dalam
benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang

kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan


informasi akan menimbulkan kesan langsung di otak, namun tanpa memori
fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama
maupun sebentar.
Tentu saja, proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan
menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam.
Memperlajari bukanlah menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah
diajarkan, siswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak
dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya,
mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang
untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktekan, dan barangkali
bahkan mengajarkannya kepada siswa yang lain, proses belajar yang
sesungguhnya tidak akan terjadi.
Lebih lanjut, belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar
berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi
yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga
memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan
atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran TIK bisa diajarkan dengan media yang
konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan mempraktekan dalam kegiatan
sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan
pemahaman siswa. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu
berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit

keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti


pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa
minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika
kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan
jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan
masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.
C. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik .....isual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggunakan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsi.....e, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,
mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan
sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.

Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya
rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegiatan
belajar yang berkombinasi antara .....isual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang
mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat
mulitsensori dan penuh dengan .....ariasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI
merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki
orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu
bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman
langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu
dan baru kemudian menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder,
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar

aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi
dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan,
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar
bersama.
Temuan-temuan ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita
mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.
D. Sisi Sosial Proses Belajar
Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan
yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami
kegelisahan dan bersikap defensif. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita
bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu
berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang
dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memiliki keamanan ketimbang
pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa
sepenuhnya kebutuhan untuk mencapai sesuatu mengambil resiko, dan menggali

hal-hal baru. Pertumbuhan berjalan dengan langkah-langkah kecil, menurut


Maslow, dan tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju
wilayah yang belum diketahui (Maslow, 1968).
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling
memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka
belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan
emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang
pengetahuan dan keterampilan mereka yang sekarang.
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya,
Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan, yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal
balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang
bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, Di mana dibutuhkan tindakan
bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai
suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam
pembelajaran membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan
dalam pembentukan kelompok (Bruner, 1966).
Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner mengurusi perkembangan metode
belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.

Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut
untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung
lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama
teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk
membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada
hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan
belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan
cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang
diajarkan

siswa kepada

teman-temannya

memungkinkan

mereka

untuk

memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar


bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar (jigsaw), memenuhi
persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama
lain.
E. Pembelajaran Terstruktur
1. Pengertian
Pembelajaran tersetruktur, adalah bentuk pembelajaran sistematis.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tersetruktur, guru menyampaikan tujuan
yang ingin dicapai dalam prose situ. Dapat juga pembelajaran terstruktur ini

disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin


dicapai.
2. Tugas Terstruktur
Tugas terstruktur adalah salah satu bentuk kegiatan kurikuler sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap proses kegiatan pasti ada
arah tujuan yang hendak dicapai, demikian halnya belajar mengajar yang
dilakukan guru. Guru diharapkan memiliki strategi tertentu dalam
melaksanakan pembelajaran, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
3. Tujuan dan Lingkup Tugas Tersetruktur
Tugas terstruktur dapat diberikan kepada siswa di luar proses
pembelajaran. Tujuan pemberian tugas terstruktur adalah untuk menunjang
pelaksanaan program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga agar siswa dapat
lebih menghayati bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta melatih
siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
Ruang lingkup kegiatan tugas terstruktur dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat), sebagai berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam
pelajaran tatap muka (di rumah)
b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap
muka suatu pokok bahasan.
c. Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok.

d. Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pemeriksaan, dan penilaian.


4. Azas Pelaksanaan
Kegiatan terstruktur dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan atau
di tempat lain. Bentuknya juga dapat disesuaikan dengan materi pokok
bahasan yang sedang dipelajari. Misalnya dapat berupa membuat laporan,
mengarang, mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan azas-azas
sebagai berikut:
a. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler.
b. Hubungannya jelas dengan pokok bahasan yang diajarkan.
c. Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupannya.
d. Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat
mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis.
e. Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun
orang tua siswa.
f. Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur.
Jadi pemberian tugas terstruktur yang tidak berdasarkan azas-azas
tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh
sebab itu guru harus mempertimbangkan pelaksanaannya secara baik.
5. Bentuk Pelaksanaan Tugas Terstruktur

Kegiatan tugas terstruktur dapat dilaksanakan secara perorangan


maupun kelompok. Kerja kelompok mempunyai arti yang sangat penting
untuk mengembangkan sikap bergotong-royong, tenggang rasa, persaingan
sehat, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan memimpin.
Jenis tugas hendaknya juga disesuaikan dengan jumlah anggota
kelompok, sehingga tugas benar-benar dapat dilakukan secara kelompok. Jadi
tugas yang tidak seharusnya diberikan secara kelompok dapat menimbulkan
kesulitan-kesulitan baru bagi siswa, sedangkan tugas perorangan mempunyai
makna untuk mengembangkan sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian
kegiatan belajar dan minat serta kemampuan siswa.
6. Langkah-langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan tugas terstruktur meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:
persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Persiapan dilakukan oleh guru dengan
cara menyiapkan, merencanakan bahan atau materi yang akan ditugaskan
kepada siswa. Kemudian menginformasikan tugas tersebut kepada siswa
disertai penjelasan yang menyangkut pelaksanaan tugas tersebut. Pelaksanaan
dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara
perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki guru. Peyelesaian
tugas tersebut dapat dalam satu kali tatap muka (1 minggu) atau dalam
beberapa kali tatap muka (beberapa minggu).
Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan terutama terhadap hasil
kegiatan terstruktur. Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa

selesai

mengerjakan

tugas

terstruktur, dan hasil penilaian

tersebut

dipertimbangkan dalam menentukan nilai rapor.


F. Mutu TIK
Di dalam istilah Mutu, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan
unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam
kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya),
sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar TIK, (1995: 787). Dari pengertian
ini, maka Mutu adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai
sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang Mutu, maka hal itu
merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.
Istilah Mutu mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi
belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar
dengan Mutu. Ada yang berpendapat bahwa pengertian Mutu dianggap sama
dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak
pendapat yang mengatakan bahwa Mutu berbeda secara prinsipil dengan prestasi
belajar. Mutu menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya
satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar
menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali
ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai


berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah
pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan
penjelasan tentang Mutu sebagai berikut, Hasil yang dicapai oleh tenaga atau
daya kerja seseorang dalam waktu tertentu, sedangkan Marimba (1978: 143)
mengatakan bahwa hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang
secara langsung dapat diukur.
Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, Mutu dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
a.

Mutu yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di


dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya
keterampilan menggunakan alat.

b.

Mutu yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan


tentang apa yang dikerjakan.

c.

Mutu yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

G. Materi TIK
Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan pada pembelajaran TIK
dengan mengembangkan model-model yang sistematis. Pembelajaran dengan
ceramah dan tanya jawab merupakan strategi yang paling sering digunakan dalam
pembelajaran

TIK.

Guru

mendominasi

pembicaraan

dan

buku-buku

kon.....ensional masih merupakan sumber belajar yang primer. Dengan cara yang
seperti ini tidak mengherankan kalau siswa cenderung secara umum apatis
terhadap gejala sosial. Karena yang ditemukan dalam pembelajaran TIK hanya
fakta-fakta dan bukan ide-ide (Armento: 1986) sebagai mana dikutip Karwono
(1993: 61).
Sebagian besar penelitian tentang pembelajaran TIK telah mengkaji
hubungan antara teknik-teknik pembelajaran dan pengaruhnya terhadap Mutu
siswa. Penelitian banyak dilakuakn untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang
stabil antara fenomena-fenomena pembelajaran yang dipilih. Penelitian pada
variabel pembelajaran cenderung untuk menggambarkan perhatian umum di
bidang teknik penyelidikan ino.....atif dan reflektif. Topik-topik yang lain
menggambarkan refleksi sifat dari pembelajaran TIK dan kurangnya konsensus
pada definisi yang jelas dari tujuan TIK. Perilaku siswa dianggap sebagai hasil
pembelajaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi
sosial ekperimental.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai guru bekerja sendirian, tidak
berkolaborasi dengan siapapun. Hal ini peneliti lakukan agar dalam penelitian ini
siswa tidak tahu kalau sedang diteliti. Kehadiran peneliti sebagai guru dalam kelas
dilakukan seperti biasanya tanpa ada perbedaan dari hari biasa.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
.
2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat


penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September semester ganjil 20xx/20xx.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII pada
pokok bahasan membuat grafik dengan microsoft excel.

B.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki


kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:
3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu

seperangkat

rencana

dan

pengaturan

tentang

kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Mutu.


1. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Mutu, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman konsep TIK pada pokok bahasan ...... Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
guru (objektif).

D. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan belajar aktif, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X

X
N

Dengan

: X

= Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa


N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar


Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama
dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
P

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alatalat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolaan pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 6 September ..... di kelas VIII dengan jumlah siswa 34 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan

(observasi)

dilaksanakan

bersamaan

dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa


diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut

Table 4.2. Nilai Tes Formatif Siklus I


No. Urut

Nilai

Keterangan
T
TT

12
5

1
70
2
70
3
60
4
70
5
60
6
80
7
70
8
60
9
80
10
80
11
80
12
60
13
70
14
70
15
60
16
70
17
80
Jumlah
1190
Jumlah Skor 2400
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 70,58

Keterangan:

No. Urut

Nilai

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah

80
80
60
80
60
80
70
70
60
80
70
60
80
80
60
80
60
1210

Keterangan
T
TT

11
6

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 23

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 11

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus I
70,58
23
67,65

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 70,58 dan ketuntasan belajar mencapai
67,65% atau ada 23 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya
sebesar 67,65% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih metode belajar
yang diterapkan masih baru dan sebagian anak masih belum bisa
menyesuaian diri dengan metode pembelajaran yang baru tersebut.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

II

dilaksanakan pada tanggal 13 September ..... di Kelas VIII dengan jumlah


siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan
pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah


tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.

Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II


No. Urut

Nilai

Keterangan
T
TT

14
3

1
80
2
60
3
80
4
80
5
80
6
60
7
70
8
90
9
70
10
80
11
80
12
70
13
80
14
60
15
80
16
80
17
80
Jumlah
1280
Jumlah Skor 2520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 74,11

Keterangan:

No. Urut

Nilai

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah

80
60
80
70
70
70
60
90
80
60
80
80
80
60
80
70
70
1240

Keterangan
T
TT

13
4

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 27

Jumlah siswa yang belum tuntas

:7

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus II
74,11
27
79,41

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa


adalah 74,11 dan ketuntasan belajar mencapai 79,41% atau ada 27 siswa
dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Mutu
siswa ini karena siswa sudah mulai beradaptasi dan mulai mengerti
dengan cara pembelalajaran baru tersebut. Disamping itu siswa yang lebih
pandai juga mulai mengajari temanya yang kurang mampu dalam
penguasan materi pelajaran.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat


kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

III

dilaksanakan pada tanggal 20 September ..... di Kelas VIII dengan jumlah

siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut

Table 4.6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III


No. Urut

Nilai

1
60
2
80
3
80
4
70
5
70
6
90
7
80
8
60
9
80
10
90
11
70
12
80
13
60
14
80
15
80
16
70
17
70
Jumlah
1270
Jumlah Skor 2600

Keterangan
T
TT

14
3

No. Urut

Nilai

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah

80
90
80
70
80
60
80
90
80
70
80
70
80
90
80
70
80
1330

Keterangan
T
TT

16
1

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400


% Skor Tercapai 76,47

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 30

Jumlah siswa yang belum tuntas

:4

Klasikal

: Tuntas

Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus III


76,47
30
88,23

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif


sebesar 76,47 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan
4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,23% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan Mutu pada siklus III ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Hal ini dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan

pada

siklus-siklus

sebelumnya

sudah

mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.


4) Mutu siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta Mutu siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah
ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan
1. Ketuntasan Mutu Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
terstrutur dengan pemberian tugas memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,
dan III) yaitu masing-masing 67,65%, 79,41%, dan 88,23%. Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat
kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran TIK dengan pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas
yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan

untuk

aktivitas

guru

selama

pembelajaran

telah

melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,65%), siklus II
(79,41%), siklus III (88,23%).
2. Penerapan pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat terhadap pembelajaran terstruktur dengan pemberian
tugassehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar TIK lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan


pembelajaran terstruktur dengan pemberian balikan dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang
sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu


memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik Untuk Keperluan Penelitian
Pendidikan. Malang: Swadaya.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan
LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. ...... Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Uni.....ersitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.


Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. .....ictoria
Dearcin Uni.....ersity Press.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Uni.....ersitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. ...... Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.

MODEL PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN


PEMBERIAN TUGAS TERHADAP MUTU TIK
PADA SISWA KELAS VIII..
..
TAHUN 20xx/20xx

KARYA ILMIAH

OLEH

NIP: ..

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN .

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan ...
.hasil karya dari:

Nama

NIP

Unit Kerja

: ...

Judul

: Model Pembelajaran Terstruktur Dengan Pemberian Tugas


Terhadap Mutu Bidang Studi TIK Pada Siswa Kelas
VIII.Tahun 20xx/20xx

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit


Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.
Mengetahui
Ketua PD PGRI II
.

NPA:

Kepala ..
..

NIP: ..

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan

Pada Hari

Tanggal

Pustakawan
.
.

Kepala

.
NIP: ..

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul Model Pembelajaran Terstruktur Dengan Pemberian
Tugas Terhadap Mutu Bidang Studi TIK Pada Siswa Kelas VIII. Tahun Pelajaran
20xx/20xx, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di
perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan
karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam
rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kab..
2. Yth. Ketua PD II PGRI Kab..
3. Yth. Rekan-rekan Guru .
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis

ABSTRAK
, 2005. Model Pembelajaran Terstruktur Dengan Pemberian Tugas Terhadap
Mutu Bidang Studi TIK Pada Siswa Kelas VIII.. Tahun
Pelajaran 20xx/20xx
Kata Kunci: belajar TIK, pembelajaran terstruktur
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan
itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode
mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena
itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus
memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes
dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Penelitian berdasarkan permasalahan, (a) Apakah pembelajaran terstruktur
dengan pemberian tugas berpengaruh terhadap Mutu TIK? b) Bagaimanakah
pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas terhadap motivasi belajar
siswa?
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh
pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap Mutu TIK. (b) Untuk
mengungkap pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap motivasi
belajar TIK siswa kelas .
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas
VIII. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi
kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (67,65%), siklus II (79,41%),
siklus III (88,23%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran terstruktrur
dengan pemberian tugas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran TIK.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan .......................................................................................

ii

Kata Pengantar ................................................................................................. i.....


Abstrak .............................................................................................................

.....

Daftar Isi .......................................................................................................... .....i


BAB

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
D. Kegunaan Penelitian .........................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................
F. Definisi Operasional variabel Penelitian ..........................
G. Batasan Masalah ................................................................

BAB

II

KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran ............................................................
B. Bagaimana Otak Bekerja.........................................................
C. Gaya Belajar............................................................................
D. Sisi Sosial Proses Belajar ..
E. Pembelajaran Terstruktur...
F. Mutu TIK.. ...................
G. Materi TIK.....

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .............................
B. Rancangan Penelitian ........................................................
C. Instrumen Penelitian ........................................................
D. Metode Pengumpulan Data ................................................
E. Teknik Analisis Data ........................................................

BAB

I.....

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal ....................................................
B. Analisi Data Penelitian Persiklus ......................................
C. Pembahasan .......................................................................

BAB

.....

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

Anda mungkin juga menyukai