Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN DAN ALASAN PEMBENTUKAN JOINT VENTURE DI

INDONESIA

Abstract
Not all business activities can be done alone, for various reasons, both from
a technical point of production or financial reasons. Then several parties
jointly set up a company, either by the parties within the country or to other
countries. In the era of globalization, it is unusual to see a joint venture with
shareholders who come from many countries. It is for conducting Joint Venture.
Joint Venture in Indonesia because of the limited capital held, also existing
skills and technology. Indonesian state is still required the presence of foreign
capitalists to invest. Because if only rely on natural resources and a large labor
force, but without sufficient capital and technology, economic growth in
Indonesia is difficult to increase.
Keyword: business activities, Joint Venture, Capital Held
Abstrak
Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan,
baik dari segi teknis produksi atau alasan keuangan. Maka beberapa pihak
bersama-sama mendirikan satu perusahaan, baik dengan pihak-pihak dalam satu
negara atau dengan lain negara. Pada era globalisasi seperti sekarang, sudah
biasa melihat perusahaan patungan dengan pemegang saham yang berasal dari
banyak negara. Hal tersebut yang mendasari dilakukannya Joint Venture.
Joint Venture di Indonesia dilakukan karena terbatasnya modal yang
dimiliki, juga skill dan teknologi yang ada. Negara Indonesia sampai saat ini
masih memerlukan kehadiran pemilik modal asing untuk menanamkan
1

modalnya. Karena bila hanya mengandalkan kekayaan alam dan tenaga kerja
yang besar, tetapi tanpa teknologi dan modal yang mencukupi maka
pertumbuhan ekonomi di Indonesia sulit meningkat.
Kata Kunci: Kegiatan Usaha, Joint Venture, Modal

LATAR BELAKANG
Semua kegiatan usaha tidak bisa dilakukan sendiri karena berbagai alasan,
baik alasan teknis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata
alasan keuangan. Maka beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama
mendirikan satu perusahaan, baik dengan pihak-pihak dalam satu negara
bahkan lintas negara. Pada era globalisasi seperti sekarang, sudah biasa melihat
perusahaan patungan dengan pemegang saham yang berasal dari banyak negara.
Karena itu sudah menjadi makin susah untuk menyebut negara asal mana yang
mendominasi satu perusahaan. Usaha patungan atau yang biasa disebut Joint
Venture merupakan suatu pengertian yang luas. Dia tidak saja mencakup suatu
kerja sama dimana masing-masing pihak melakukan penyertaan modal tetapi
juga bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang lebih longgar, kurang permanen
sifatnya serta tidak harus melibatkan partisipasi modal. Yang pertama mengarah
pada terbentuknya suatu badan hukum, sedangkan pola yang kedua
perwujudannya tampak dalam berbagai bentuk kontrak kerjasama (contractual
joint ventures) dalam bidang manajemen (management contract), pemberian
lisensi (license agreement), bantuan teknik dan keahlian (technical assistance
and know-how agreement), dan sebagainya. Dengan joint venture diharapkan
dapat menghimpun sinergi dari berbagai pihak, khususnya pihak yang
menguasai pasar dan pihak yang menguasai teknologi produksi.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Joint Venture
Joint venture di Indonesia biasa disebut usaha patungan, adalah entitas yang
dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk menyelenggarakan aktivitas ekonomi
bersama. Pihak-pihak yang terlibat sepakat untuk membentuk entitas baru,
masing-masing menyetorkan modal, berbagi risiko dan keuntungan, serta
kendali atas entitas tersebut. Joint venture bisa dibentuk hanya untuk satu
proyek tertentu, lalu dibubarkan. Akan tetapi, joint venture juga bisa saja
dibentuk untuk hubungan bisnis yang berkelanjutan.
Dalam peraturan perundang undangan secara umum dapat dikatakan bahwa
semua bentuk kerjasama antar perusahaan dapat ditampung kedalam bentuk
usaha joint venture, tanpa memandang besar kecilnya modal, kekuasaan
ekonomi ataupun lokasi masing masing partnership yang bersangkutan, seperti
yang terdapat dalam beberapa peraturan perundang yang mengatur tentang
kontrak joint venture antara lain:
a. Pasal 23 UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
b. PP Nomor 17 tahun 1992. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1993
tentang Pemilikan Saham Perusahaan Penanaman Modal Asing
c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham
dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal
Asing
d. Surat Keputusan Menteri Negara Penggerak dana Investasi/Ketua Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 15/SK/1994 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam
Rangka Penanaman Modal Asing.
Joint venture merupakan suatu kontrak antara dua perusahaan untuk
membentuk satu perusahaan baru (Peter Mahmud, 2000:10). Perusahaan baru
inilah yang disebut dengan perusahaan joint venture.

Sedangkan joint venture agreement adalah suatu kerja sama antara pemilik
modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan suatu perjanjian
kontraktual (Erman Rajagukuguk 2005:200). Di mana di dalam joint venture
agreement berisikan kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham,
peningkatan

kepemilikan

saham

penyertaan,

keuangan,

kepengurusan,

teknologi dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi,
dan berakhirnya joint venture agreement (Ita Kurniasih, 2008: 27).
Jadi pengertian tersebut lebih condong pada joint venture yang bersifat
internasional. Sedikitnya arus investasi yang masuk merupakan cerminan dari
rendahnya keunggulan kompetitif Indonesia (Lily Sudhartio dan Sari Wahyuni,
2011:224). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat kita ketahui unsur-unsur
yang terdapat dalam joint venture ialah :
a. Kerja sama antara pemilik modal asing dan nasional
b. Membentuk perusahaan baru antara pengusaha asing dan nasional
c. Didasarkan pada kontraktual atau perjanjian (Hulman Panjaitan,
2007:57).
Akan tetapi tidak semua usaha wajib didirikan joint venture antara pemilik
modal asing dengan pemilik modal nasional. Jenis perjanjian joint venture
antara lain:
a) Joint venture domestik
Joint venture domestik didirikan antara perusahaan yang terdapat di
dalam negeri.
b) Joint venture Internasional
Joint venture internasional ini didirikan di Indonesia oleh dua perusahaan
dimana salah satunya perusahaan asing.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12 Bagian
Partisipasi dalam Ventura Bersama, Ventura bersama adalah perjanjian
kontraktual dimana dua atau lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang
tunduk pada pengendalian bersama. Pihak dalam joint venture yang ikut
4

melakukan pengendalian - bersama terhadap joint venture disebut Venturer


(Sukarnen Suwanto, 2009:126).
2. Alasan Pembentukan Joint Venture
Alasan internal dalam pembentukan joint venture adalah untuk membangun
kekuatan perusahaan, untuk menyebarkan biaya, menambah akses ke sumber
daya keuangan, ekonomi skala dan keuntungan kekuatan, akses ke teknologi
dan pelanggan baru, akses ke praktek manajer inovatif (Suhud Margono, 2002:
42).
Unsur-unsur dalam joint venture, antara lain:
a. Kerjasama dua pihak atau lebih
Joint venture merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang sepakat
untuk membentuk perusahaan baru dengan nama baru.
b. Modal
Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal untuk
disetor dan dipakai bersama untuk mengoperasikan perusahaan baru.
c. Surat perjanjian
Sebagai bentuk adanya kerjasama antara dua belah pihak, maka dalam
joint venture harus ada surat perjanjian yang berfungsi untuk mengikat
kedua belah pihak tersebut (Ridwan Khairandy, 2007:74).
Tujuan persaingan adalah untuk mempengaruhi evolusi struktural industri,
kompetisi sebelum selesai, tanggapan defensif untuk menghapuskan batas-batas
industri, penciptaan unit kompetisi yang kuat, kecepatan pasar, dan untuk,
menambah ketangkasan.
Peningkatkan pemakaian joint venture disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
a.
b.
c.
d.

Kelangkaan sumber daya dalam lingkungan bisnis global


Semakin cepatnya perubahan teknologi
Meningkatnya kebutuhan modal
Semakin banyaknya pertanyaan joint venture dan cooperative

arrangement mana yang cocok


e. Semakin banyaknya pertanyaan tentang bagaimana me-manage joint
venture yang paling efektif
5

Dalam joint venture karena melibatkan orang lain, maka perlu diperhatikan
dan diteliti apakah pihak yang akan diajak kerjasama tersebut adalah pihak yang
bisa dipertanggungjawabkan (Safira Dewi, 2011: 54).
3. Perusahaan yang Tergabung Dalam Joint Venture
a. ASUS dengan Gigabyte
Meningkatnya persaingan bisnis di bidang perangkat keras (hardware)
untuk produk-produk komputer, mendorong beberapa perusahaan untuk
melakukan kerja sama guna mempertahankan posisinya di antara para
pesaingnya. Hal ini juga dilakukan oleh dua perusahaan besar asal Taiwan,
yaitu Gigabyte dan ASUS, yang selama ini berkompetisi ketat di kategori
produk motherboard, graphics card,dan beberapa komponen lain. Kedua
perusahaan tersebut pada tahun 2007 melakukan kerja sama untuk membuat
strategi baru dalam pembuatan dan pemasaran produk motherboard dan
graphics card, dan beberapa komponen lain. Produk-produk hasil kerja sama
ini akan menyandang nama Gigabyte.
b. Indofood dengan Nestle
Memantapkan

penetrasi

pasar

di

industri

consumer

goods,

duaperusahaan papan atas yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk


(Indofood) dan Nestle S.A (Nestle), Switzerland, membentuk perusahaan
patungan (joint venture).Perusahaan joint venture itu adalah PT Nestle
Indofood Citarasa Indonesia. Perusahaan joint venture itu akan fokus di
bisnis kuliner (bumbu penyedap makanan). Menurut CEO PT Indofood
Anthoni Salim, pendirian usaha patungan baru ini, akan menciptakan
peluang memperbesar pangsa pasar. Sebab, dua perusahaan besar ini akan
saling memanfaatkan dan mengembangkan kekuatanyang dimiliki.
6

c. PT. Kimia Farma dan PT. Tigakarsa Satria


Joint Venture seperti yang terjadi pada PT. Kimia Farma dan PT.
Tigakarsa Perkasa yang menghasilkan PT. Sari Husada. Konsorsium ini
menyatukan pemerintah dan industri yang notabene bergerak dalam bidang
penjualan dan distribusi berskala nasional. PT. Sari Husada adalah
perusahaan Joint Venture dari dua perusahaan pemerintah dan swasta, PT.
Kimia Farma dan PT. Tigakarsa Satria dengan komposisi modal Kimia
Farma sebesar 55% dan Tigakarsa sebesar 45%. Pada tahun 1983 PT. Sari
Husada go public dan komposisi modalnya berubah menjadi PT. Tiga Karsa
39,5%, PT. Kimia Farma menjadi 33% dan masyarakat 27%.
PT. Kimia Farma sebagai perusahaan farmasi besar yang memiliki
kompetensi tinggi dalam bidangnya dan PT. Tigakarsa Satria sebagai
perusahaan penjualan dan distribusi berskala nasional dengan PT. Sari
Husadanya melahirkan visi dan misi bersama dimana segala perbedaan telah
dieliminir hingga nyaris habis dan menjadi sebuah fakta baru, persamaan.
Visi PT. Sari Husada adalah menjadi pemimpin pasar produk nutrisi bergizi
untuk bayi dan anak di Indonesia.dengan misi:
a) Memperbaiki nutrisi masa pertumbuhan anak-anak Indonesia.
b) Mengurangi Impor makanan yang telah diproses khususnya produk
susu bubuk.
c) Turut serta membangun kesehatandan kecerdasan bayi dan anak-anak
Indonesia dengan menyediakan produk nutrisi terpercaya dan
terjangkau.
d) Menghasilkan pertumbuhan perseroan yang berkesinambungan
melalui sistimmanajemen berkualitas tinggi dan pendekatan inovatif
dalam budaya integritas tinggi.
e) Mengutamakan kepuasan seluruh stakeholders.
4. Manajemen dan Tata Kerja Joint Venture

Joint Venture dapat dilakukan dalam bentuk dan struktur. Dalam


PSAK no.12, diatur dalam 3 jenis yaitu Perjanjian Kontraktual,
Pengendalian Bersama Operasi, Pengendalian Bersama Aset.
a. Perjanjian Kontraktual ( Contractual Arrangement )
Keberadaan Perjanjian Kontraktual membedakan joint venture
dengan investasi dalam perusahaan asosiasi yang investornya
mempunyai pengaruh signifikan. Perjanjian kontraktual dapat
dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya dengan suatu kontrak
antara para venturer atau dengan notulen rapat antara venturer.
b. Pengendalian Bersama Operasi ( Jointly Controled Operation )
Dalam Pengenendalian Bersama Operasi, kegiatan joint venture
meliputi pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari para
venturer dan tidak memerlukan pembentukan suatu perseroan
terbatas (PT), firma, atau badan usaha lain. Masing-masing
venturer menggunakan aktiva tetapnya, dan mengelola sendiri
persediaannya.

Masing-masing

venturer

juga

memikul

pengeluarannya, menyelesaikan kewajiban serta mencari sumber


pendanaan untuk aktivitasnya sendiri.
c. Pengendalian Bersama Aset ( Jointly Controled Assets )
Dalam Pengendalian Bersama Aset, para venturer melakukan
pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau
lebih aset yang diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk
digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint venture. Aset
tersebut digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi para
venturer. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya atas
output yang dihasilkan oleh aset tersebut dan masing-masing
memikul bagiannya atas beban yang terjadi.
5. Joint Venture Dalam Praktik Bisnis

Joint ventures dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (forms) dan


struktur (structures). Dalam PSAK No. 12, hanya diatur dua jenis umum
joint ventures, yaitu pengendalian bersama operasi (jointly controlled
operation), dan pengendalian bersama aset ( jointly controlled asset ), yang
secara umum memenuhi definisi joint venture. Ciri-ciri umum joint venture:
a)
Dua atau lebih venturer diikat oleh suatu perjanjian kontraktual
(contractual arrangement)
Keberadaan perjanjian kontraktual membedakan joint venture
dengan investasi dalam perusahaan asosiasi yang investornya
mempunyai pengaruh signifikan aktivitas yang tidak disertai dengan
perjanjian kontraktual yang menciptakan pengendalian bersama (joint
control) bukanmerupakan joint ventures menurut PSAK No. 12.
Perjanjian kontraktual dapat dinyatakan dengan berbagai cara,
misalnya dengan suatu kontrak antara para venturer atau dengan
notulen rapat antara para venturer. Apapun bentuknya, perjanjian
kontraktual biasanya tertulis dan mengatur hal-hal tertentu seperti:
a. aktivitas, jangka waktu dan kewajiban pelaporan dari joint
venture tersebut
b. penunjukan pengurus joint venture dan hak suara para venture
c. partisipasi finansial masing-masing venture
d. cara pembagian output, pendapatan, beban atau hasil usaha joint
b)

venture kepada venturer.


Perjanjian kontraktual tersebut menciptakan pengendalian

bersama (joint control)


a. Pengendalian Bersama Operasi (Jointly Cotrolled Operation)
Dalam pengendalian bersama operasi (PBO) kegiatan joint
venture meliputi pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari
para venturer dan tidak memerlukan pembentukan suatu perseroan
terbatas, firma, atau badan usaha lain atau suatu pengelolaan
keuangan yang terlepas dari ventures. Masing-masing venturer
9

menggunakan

aktiva

persediaannya.

tetapnya,

Masing-masing

dan
venture

mengelola
juga

sendiri
memikul

pengeluarannya, menyelesaikan kewajibannya serta mencari


sumber

pendanaan untuk aktivitasnya sendiri.

Aktivitas joint

venture dapat dilakukan oleh karyawan venturer yang juga


melakukan aktivitas lainnya dari venture sendiri. Perjanjian joint
venture biasanya mengatur cara pembagian pendapatan dari
penjualan produk bersama (joint product) dan pembagian beban
bersama lainnya yang terjadi.
Contoh dari PBO adalah bila dua atau lebih venturer
menggabungkan operasi, sumber daya dan keahliannya dalam
rangka memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan bersama
suatu produk tertentu, misalnya pesawat terbang. Proses produksi
komponen pesawat tertentu dilakukan oleh masing-masing
venturer.

Setiap

venturer

memikul

biayanya

sendiri

dan

memperoleh bagian dari hasil penjualan pesawat terbang sesuai


dengan cara pembagian yang telah disepakati dalam perjanjian
kontraktual.
Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer pada
PBO, setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan
keuangannya masing-masing :
a) aktiva yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang
timbulatas aktivitasnya sendiri; dan
b) beban (expenses) yang terjadi atas aktivitasnya sendiri
danbagiannya (its share) atas pendapatan bersama dari
penjualan barang dan jasa oleh joint venture tersebut.
Laporan keuangan tersendiri untuk joint venture wajib
disusun apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama
10

diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi


laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer
dan perjanjian kontraktual.
b. Pengendalian Bersama Aset (Jointly Controlled Assests)
Dalam Pengendalian Bersama Aset (PBA), para venture
melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas
satu atau lebih aset yang diserahkan oleh venturer, atau dibeli
untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint venture. Aset
tersebut digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi para
venturer. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya atas
output yang dihasilkan oleh aset tersebut dan masing-masing
memikul bagiannya atas beban yang terjadi.
Dalam pelaksanaan joint venture tidak perlu didirikan suatu
perseroan terbatas, firma, atau bagian usaha lain. Masing-masing
venture dapat menikmati bagiannya atas hasil pemanfaatan aset
tersebut pada masa mendatang melalui bagiannya dalam
pengendalian bersama aset tersebut.
Banyak aktivitas dalam industri penambangan minyak, gas dan
mineral yang dilaksanakan melalui PBA. Misalnya, beberapa
perusahaan minyak dapatmengendalikan dan mengoperasikan
bersama saluran minyak. Masing-masing venturer menggunakan
saluran tersebut untuk mengangkut produknya dan memikul
bagiannya atas beban pengoperasian salurantersebut dalam
proporsi yang telah disetujui. Contoh lain pengendalian bersama
aset adalah bila dua perusahaan mengendalikan bersama suatu
properti,

masing-masing

venturer

mendapat

bagian

atas

pendapatan sewa dan memikul bagiannya atas beban yang terjadi.

11

Sehubungan

dengan

bagian

partisipasi

venture

dalam

pengendalian bersama aset, setiap venturer membukukan dan


menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing :
a. bagian atas aset yang dikendalikan bersama diklasifikasikan
menurut sifat dari aset tersebut, bukan sebagai investasi. Sebagai
contoh bagiannya atas saluran minyak diklasifikasikan sebagai
aktiva tetap.
b. setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misalnya
pinjaman bank yang digunakannya untuk membiayai partisipasinya
pada joint venture
c. bagian atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama
oleh para para venturer sehubungan dengan joint venture
d. bagian atas output joint venture, dan bagiannya atas beban bersama
yang terjadi pada joint venture tersebut, dan
e. beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan
partisipasinya dalam joint venture, misalnya bunga atas pinjaman
bank yangdigunakan untuk membiayai partisipasinya pada joint
venture.
Perlakuan akuntansi PBA mencerminkan substansi dan
realitas ekonomidan bentuk formal joint venture. Pembukuan
tersendiri untuk joint venture tersebut dapat dibatasi misalnya pada
beban bersama yang terjadi yang akhirnyaharus ditanggung
bersama oleh para para venturer sesuai dengan pembagian
yangtelah disepakati. Laporan keuangan tersendiri wajib disusun
untuk joint venture tersebut apabila jumlahnya material dan proyek
kerja sama diselesaikandalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi
laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan
perjanjian kontraktual.
6. Transaksi Antara Venturer Dan Joint Venture
12

Apabila venturer menyerahkan atau menjual suatu aset kepada joint


venture, pengakuan keuntungan atau kerugian harus merefleksikan
substansi dari transaksi tersebut. Apabila aset tersebut masih dalam
penguasaan joint venture, dan venturer telah mentransfer resiko dan
manfaat yang signifikan atas aset tersebut, maka venturer tersebut hanya
mengakui keuntungan penjualan sebesar bagian partisipasi (interest)
venturer lainnya. Venturer harus mengakui seluruh kerugian apabila akibat
penyerahan atau penjualan aset tersebut terdapat bukti terjadinya
penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancer atau
penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai
tercatat (carrying amount) aset jangka panjang (Subekti, 2002: 73).
Apabila venturer membeli aset dari suatu joint venture, venturer tidak
boleh mengakui bagiannya baik atas keuntungan maupun kerugian joint
venture dari transaksi tersebut sampai saat aset tersebut dijual oleh
venturer kepada pihak lain yang independen. Apabila akibat pembelian
aset tersebut terdapatbukti bahwa terjadi penurunan nilai realisasi neto (net
realisable value) aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat
sementara (other than temporary) nilai tercatat (carrying amount) aset
jangka panjang, maka venturer harus mengakui segera bagiannya atas
kerugian tersebut.
KESIMPULAN
Untuk perusahaan yang mempunyai modal yang cukup besar, dengan
jangkauan pemasaran yang luas mungkin tidak masalah bila ingin menambah jenis
usahanya. Tetapi bagi perusahaan yang memiliki kendala misalnya dalam bidang
modal. Hal itu dapat menjadi masalah untuk mengembangkan usahanya. Tetapi ada
satu cara yaitu dengan melakukan Joint Venture. Arti dari Joint Venture adalah
13

bentuk usaha bersama, kongsi, atau kerjasama. Joint Venture adalah satu kerjasama
yang mekibatkan dua atau lebih peserta aktif sebagai mitra atau disebut aliansi
strategis. Dalam kerjasama tersebut tentu untuk mendapatkan keuntungan (bidang
ekonomi) merupakan alasan utama. Hal- hal yang mendukung terjadinya
kerjasama tersebut yaitu tersedianya bahan baku yang melimpah, tenaga kerja yang
banyak, dan pasar yang prospektif. Joint venturedapat bersifat nasional dan
internasional. Dalam Joint Venture terdapat perjanjian dalam hal kerjasama
berdasarkan pada kontraktual.
Alasan dilakukannya Joint Venture di Indonesia karena terbatasnya modal
yang dimiliki, juga skill dan teknologi yang ada. Negara Indonesia sampai saat ini
masih memerlukan kehadiran pemilik modal asing untuk menanamkan modalnya.
Karena bila hanya mengandalkan kekayaan alam, tenaga kerja yang besar tetapi
tanpa teknologi dan modal yang mencukupi maka pertumbuhan ekonomi di
Indonesia sulit meningkat. Disini sebenarnya peluang bagi negara Indonesia untuk
dapat menciptakan lapangan kerja, membangun daerah tertinggal, juga
meningkatkan sarana dan prasarana yang ada.

14

Daftar Pustaka
Peter Mahmud. 2010. Joint Venture. Jakarta : Prenada Media.
Suhud Margono. 2002. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa.
Erman Rajagukguk. 2005. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Sukarnen Suwanto. 2009. Ventura Bersama (Joint Venture). Jakarta : Salemba
Empat.
Hulman Panjaitan. 2007. Hukum Pananaman Modal Asing. Jakarta : CV.
INDHILL.CO
Lily Sudhartio dan Sari Wahyuni. 2011. Peran Penting Kekuatan Tawar dan
Kapasitas Penyerapan Dalam Joint Venture. Jurnal Hukum. Volume XIX
No. 20
Ridwan Khairandy. 2007. Kompetensi Absolut Dalam Penyelesaian Sengketa Di
Perusahaan Joint Venture. Jurnal Hukum Bisnis.Volume 10 No. 2
Safira Dewi. 2011. Penerapan Pajak Penghasilan Pada Perusahaan Joint Venture.
Jurnal Hukum. Volume XIV No. 4
Ita Kurniasih. 2008. Kedudukan Para Pihak Dalam Joint Venture Agreement.
Jurnal Equality. Volume 3 No. 3

15

PENERAPAN DAN ALASAN PEMBENTUKAN


JOINT VENTURE DI INDONESIA
Untuk memenuhi tugas Hukum Dagang Internasional

Oleh:
Albi Aria Padmanaba
E0009023

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
16

Anda mungkin juga menyukai