Disusun Oleh:
Masromi Hendria W
G4A014140
Rahma Dewi A
G4A014141
Andika Pratiwi
G4A014049
2015
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 44 tahun
Jenis kelamin
: Laki - laki
Status
: Menikah
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Alamat
: Lobang RT 1 RW 3 Surengede
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tanggal datang
B. ANAMNESIS
Diambil melalui : Autoanamnesis
Tanggal : 2 November 2015
1.
Keluhan Utama :
Wajah, dada, perut dan kedua tangan kemerahan setelah terkena ledakan
tabung gas.
2.
: disangkal
Riwayat penyakit DM
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
4.
Riwayat pengobatan
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat penyakit DM
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
D. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum/kesadaran : sedang/ composmestis
2. Tanda Vital
a.
b.
Nadi
c.
RR
d.
: 88 x /menit
: 20 x/menit
3. Status gizi
BB
: 64 kg
TB
: 170 cm
4. Kepala
lebat
5. Mata
11. Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Skoliosis (-)
13. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Superior
Inferior
Status Lokalis
1. Wajah dan leher
Inspeksi :
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
F.
Nilai
Kesimpulan
Hemoglobin
13.8 g/dl
Normal
Leukosit
10460 u/L
Tinggi
Hematokrit
42 %
Normal
Eritrosit
Normal
Trombosit
154.000 /uL
Combusitio grade II-III 36%
Normal
G. Penatalaksanaan
1.
Non Medikamentosa
Diagno
sis
IGD
Medikamentosa
a. IVFD D5 2000 cc/ 24 jam
b. Ceftriaxon 2x1 gram
c. Ketorolac 3x30 mg
d. Ranitidin 2x1 ampul
H. Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
DOKUMENTASI
DASAR TEORI
1. Definisi
Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh termis, elektris, khemis dan
radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih dalam
(Syamsuhidayat, 2007).
2. Patofisiologi
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 4872 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b
6. Diagnosis
Diagnosis luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka
bakar, lokalisasi dan penyebab.
a. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of Wallace:
1)
2)
3)
4)
5)
: 9%
: 18%
: 36%
: 36%
: 1%
: 100 %
1) Derajat I (superficial)
Luka bakar derajat 1 umumnya eritematous dan nyeri. Contoh yang
sering terjadi yaitu sunburn akibat paparan ultraviolet. Luka bakar ini
melibatkan bagian luar epidermis sehingga tidak menimbulkan masalah
kehilangan cairan karena epidermis yang masih intak dan tidak
terbentuk blister. Derajat ini bisa pulih tanpa skar dalam 4 hingga 5
hari.
2) Derajat II (partial-thickness)
a. Derajat IIa (superficial partial-thickness)
Luka bakar ini melibatkan kerusakan pada sebagian dermis lapisan
atas sehingga kulit tampak merah, nyeri dan disertai blister.
Permukaan licin dan biasanya dapat pulih dengan skar minimal 7
hingga 10 hari. Pada orang yang berkulit gelap akan kehilangan
melanin sehingga terjadi hipopigmentasi pada penyembuhannya.
b. Derajat IIb (deep partial-thickness)
Luka bakar ini melibatkan lebih dari 50% ketebalan dermis, tampak
putih pucat, terdapat kerusakan neurovascular sehingga rasa nyeri
juga berkurang. Luka derajat ini biasanya membutuhkan waktu 2
hingga 3 minggu penyembuhan.. Luka bakar derajat ini sulit
dibedakan dengan derajat III karena sering menimbulkan skar yang
parah dan risiko kontraktur.
3) Derajat III (full-thickness)
Merupakan luka bakar dengan derajat paling parah. Tampak putih,
berlilin, halus, tidak berdarah atau tidak menunjukkan adanya capillary
refill. Luka bakar ini umumnya tidak nyeri karena telah merusak saraf
di dermis secara total. Pasien dengan luka bakar derajat ini memiliki
risiko besar terhadap infeksi dan dehidrasi berat.
4) Derajat IV
Klasifikasi derajat IV tidak umum digunakan, pada derajat ini terjadi
kerusakan yang melibatkan struktur-struktur yang lebih dalam seperti
tendon, saraf, otot, tulang. Derajat IV biasanya terjadi akibat sengatan
listrik.
7. Penatalaksanaan
cairan.
Perawatan luka
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda
infeksi, keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan
menggunakan medikasi topikal. Luka bakar wajah superficial dapat
diobati dengan ointment antibacterial. Luka sekitar mata dapat
diterapi dengan ointment antibiotik mata topical. Luka bakar yang
dalam pada telinga eksternal dapat diterapi dengan mafenide acetat,
karena zat tersebut dapat penetrasi ke dalam eschar dan mencegah
sesuai hasilnya
Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali
PEMBAHASAN
1. Derajat kedalaman luka dan hitung luas luka
Berdasarkan diagnosis masuk IGD, derajat kedalaman luka dan luas luka
tidak sesuai dengan teori. Pada diagnosis IGD disebutkan kedalaman luka pada
grade II-III, sedangkan menurut penampakan pasien menunjukan grade II.
Penampakan pada pasien yaitu kulit tampak kemerahan dan sebagian
mengelupas pada wajah, leher, dada depan, perut depan serta kedua tangan.
Pada pasien tidak tampak kulit yang putih, berlilin dan halus. Sehingga
diagnosis yang tepat untuk Tn. S adalah Combustio grade IIa.
Berdasarkan inspeksi pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada
pasien, dapat diukur luas permukaan menggunakan metode Rule of Nines
Wajah
: 9%
Badan bagian depan
: 18 %
Tangan kanan + kiri
: 18 %
Total
45 %
2. Penanganan fase sub akut luka bakar
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan badan terkena ledakan
tabung gas 4 hari yang lalu, yang berarti pasien sudah melewati fase akut.
Masalah yang terjadi pada fase sub akut adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Prinsip penanganan fase sub akut
adalah mencegah perburukan morbiditas dan risiko mortalitas. Terapi yang
diberikan oleh IGD RSMS adalah
a.
b.
c.
Ketorolac 3x30 mg
d.
e.
Ganti balut
Terapi yang diberikan oleh IGD RSMS sudah tepat karena sudah meliputi
pencegahan infeksi, managemen nyeri dan pengelolaan luka.