PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan
maupun pegal linu, bahan apa saja yang diperlukan dan bagaimana takarannya, kita
harus tahu dan benar-benar memahaminya. Dengan begitu, kita tidak salah meramu
jamu. Jika salah meramu, bisa jadi bukan kesembuhan yang di dapat, melainkan
pasien justru bertambah sakit (Mursito, 2002; Suyono, 1996).
Mengetahui jamu yang beredar di pasaran, yang telah dicemari oleh bahan
kimia obat ialah jamu pegal linu dan asam urat. Bahan kimia obat tersebut salah
satunya adalah fenilbutazon. Fenilbutazon digunakan untuk pengobatan simptom
nyeri yang berhubungan dengan encok, untuk mengobati rheumatoid arthritis dan
sejenisnya, yang biasanya ditambahkan pada jamu yang klaim kegunaannya
ditunjukkan untuk mengobati pegal linu dan asam urat. Efek samping dari
fenilbutazon sendiri yaitu reaksi kulit, anemia aplastik serta dapat menyebabkan
iritasi lambung sampai menimbulkan pendarahan lambung. Menyadari hal tersebut,
bahwa BKO dalam jamu dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin
sekali melakukan identifikasi bahan kimia obat Fenilbutazon dalam jamu linurat
secara Kromatografi Lapis Tipis. Adapun pengujian dilakukan oleh penulis di Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari identifikasi bahan kimia obat Fenilbutazon dalam jamu
linurat secara Kromatografi Lapis Tipis adalah untuk mengetahui apakah pada salah
satu jamu linurat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat
fenilbutazon.
1.3
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari identifikasi bahan kimia obat
Fenilbutazon dalam jamu linurat secara Kromatografi Lapis Tipis adalah agar
mengetahui bahwa pada salah satu jamu linurat yang beredar di pasaran mengandung
bahan kimia obat Fenilbutazon sehingga masyarakat lebih hati-hati dalam memilih
jamu yang akan dikonsumsi.