4. Etiologi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (pernefri) tahun 2000 mencatat
penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia.
Penyebab gagal ginjal di Indonesia
5. Manifestasi Klinik
Ada beberapa manifestasi klinik gagal ginjal kronik (Schrier RW,
2004):
a. Gangguan keseimbangan elektrolit : hipernatremia, huiperkalemia
b. Asidosis metabolic (ditemukan jika LFG<25%)
c. Gangguan metabolism karbohidrat dan lemak
d. Anemia normokrom mormositer
e. Hipertensi
f. Gangguan neurologi
g. Osteodistrofi ginjal
h. Gangguan pertumbuhan
i. Gangguan perdarahan
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) LED: meninggi, yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah
retikulosi yang rendah.
2) Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi
oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein,
dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia:
biasanya
menurunnya dieresis.
4) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya
sintesis vitamin D3 pada GGK.
5) Phosphat alkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
6) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan
gangguan metabolism dan diet rendah protein.
7) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat
pada gagal ginjal (resitensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).
8) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan
peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
9) Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH
yang menurun, BE menurun, HCO3 menurun, PCO2 menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
b. Pemeriksaan lain
1) Foto polos abdomen: untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya
batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk
keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
menurunnya
sebagian
fungsi
ginjal,
GFR
60-
89mls/min/1.73m2
Pengkajian Awal pada CKD stage 1+2:
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi resiko peningkatan
kelainan ginjal pada klien, dan untuk mengurangi resiko terkait. Yang
perlu dikaji adalah
1) Hematuria
2) Proteinuria
Jika pengkajian pertama menemukan adanya peningkatan
kreatinin maka penting bagi kita untuk memastikan kestabilan
nilainya. Ulangi test 14 hari berikutnya.
Managemen CKD stage 1+2 :
Dalam 12 bulan pencapaian yang harus didapat adalah :
1) Kreatinin : perubahan signifikan pada eGFR telah ditentukan
sebagai short-term eGFR fall >15% atau [creatinine] meningkat
>20%; atau yang terbaru berdasar NICE guideline adnya
kehilangan GFR 1y dari 5ml/min, atau kehilangan dalam 5y dari
10ml/min.
dilakukan
sebagai
upaya
memperpanjang
usia
penderita.
A. GASTRITIS
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat
sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam
lambung berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau
virus), pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009).
Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005), gastritis adalah suatu
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa
lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya
makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin,
refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).
B. DIABETES MELITUS
Menurut American Diabetes Association (2003) dalam Soegondo
(2005) diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus
dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air
kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala tersebut
dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian orang
tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya (Waspadji,
1996).
C. HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi
(Mansjoer, 2001). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi
dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut
juga hipertensi renal (Sidabutar, 1998).
D. HIPERKOLESTROL ATAU HIPERLIPIDEMIA
Dislipidemia berhubungan dengan penyakit kardiovaskular pada
pasien-pasien dengan dan tanpa diabetes mellitus, dan sering berhubungan
dengan nefropati diabetik. Kadar lipid yang tidak normal berperan dalam
terjadinya penyakit aterosklerosis mikro dan makrovaskular. Pasien yang
awalnya dengan fungsi ginjal yang normal dengan hiperlipidemia
umumnya tidak berkembang menjadi insufisiensi ginjal, karena
glomerulus yang normal memiliki mekanisme untuk mencegah
penumpukan lipoprotein. Namun, gangguan ginjal yang telah ada
sebelumnya dengan adanya gangguan fungsi mesangial merupakan suatu
keadaan yang menyebabkan terjadinya penumpukan lipoprotein di
glomerulus ginjal.
Hiperlipidemia umum terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit
ginjal. Jenis lipid dan lipoprotein yang tidak normal pada penyakit ginjal
bervariasi, termasuk hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia, dan
peningkatan LDL dengan HDL yang rendah , normal, atau meningkat.
DATA
KLINIK
NILAI
NORMAL
HASIL
PEMERIKSA
AN
Ket
Pemeriksaan Laboratorium
Glukosa puasa
70-110 mg/dL
200 mg/dL
Tinggi
Glukosa PP
100-140
mg/dL
300 mg/dL
Tinggi
Trigliserida
34-143 mg/dL
165 mg/dL
Tinggi
LDL kolestrol
170 mg/dL
Tinggi
Kolestrol total
280 mg/dL
Tinggi
Asam urat
3-7 mg/dL
12 mg/dL
Tinggi
BUN
10-50 mg/dL
43 mg/dL
Normal
Sr Cr
0,5-1 mg/dL
10 mg/dL
Tinggi
GFR
>90
12
mL/menit/1,73
m2
Rendah
Pemeriksaan Urin
Proteinurea
330 mg/hari
protein
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah
120/80 mmHg
170/100
mmHg
Tinggi badan
160 cm
Berat badan
60 kg
ANALISA SOAP
1. SUBJECTIF
Tinggi
Mual, muntah, badan merasa lemah lemah dan lesu, rasa sakit pada
seluruh anggota badan.
2. OBJEKTIF
DATA
NILAI
HASIL
KLINIK
NORMAL
PEMERIKSAAN
Keterangan
Pemeriksaan Laboratorium
Glukosa puasa 70-110 mg/dL
200 mg/dL
Tinggi
Glukosa PP
100-140 mg/dL
300 mg/dL
Tinggi
Trigliserida
34-143 mg/dL
165 mg/dL
Tinggi
LDL kolestrol
170 mg/dL
Tinggi
Kolestrol total
280 mg/dL
Tinggi
Asam urat
3-7 mg/dL
12 mg/dL
Tinggi
BUN
10-50 mg/dL
43 mg/dL
Normal
Sr Cr
0,5-1 mg/dL
10 mg/dL
Tinggi
GFR
>90
12 mL/menit/1,73 m2
Rendah
Pemeriksaan Urin
Proteinurea
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah 120/80 mmHg
170/100 mmHg
Tinggi badan
160 cm
Berat badan
60 kg
Tinggi
3. ASSESMENT
a. Problem 1
Glimepirid merupakan antidiabetic oral golongan sulfonilurea,
eliminasi sulfonilurea dan metabolitnya sangat dipengaruhi oleh fungsi
ginjal, sehingga pada gangguan fungsi ginjal waktu eliminasinya
menurun dan dapat menyebabkan efek samping hipoglikemia.
Metformin dapat menyebabkan risiko asidosis laktat, sehingga
kontraindikasi terhadap wanita dengan klirens kreatinin >1,4 mg/dL,
sedangkan klirens kreatinin dari pasien adalah 10mg/dL.
b. Problem 2
Penggunaan CCB harus diperhatikan karena dapat menyebabkan
progresivitas perburukan penyakit ginjal karena efek kerjanya
menyebabkan vasodilatasi pada arteriol aferen pada glomerolus.
c. Problem 3
Kadar asam urat pasien tinggi dan belum mendapatkan terapi.
d. Problem 4
Pasien yang menderita gagal ginjal rentan mengalami anemia, karena
ginjal merupakan salah satu organ yang memproduksi eritropoietin
yang merupakan pembentuk sel darah merah. Jadi, bila ginjal
mengalami gangguan maka produksi sel darah merah juga menurun
4. PLAN
a. Problem 1
Diganti dengan golongan sulfoniluea lain yang tidak menimbulkan
efek samping hipoglikemia yaitu glipizide, karena metabolitnya tidak
aktif dan resiko hipoglikemia jauh lebih rendah. Metformin dapat
diganti
dengan
golongan
thiazolidindiones
yang
diduga
pengecekan
hemoglobin
dan
ASUHAN KEFARMASIAN
OBAT
PROBLEM
TINDAKAN
glimepiride
mengganti
dengan
yang
tidak
efek
samping
waktu
eliminasinya menimbulkan
500 mg
risiko
asidosis
kontraindikasi
laktat,
terhadap
dan untuk
wanita dengan
mengganti
metformin
pioglitazone
yang
bahkan
mencegah
progesivitas CKD.
Amlodipine 5mg Waspadai jika merasa lelah atau Tidak disarankan
meminum
pusing,
proteksi
jantung
berdegup banyak
jus
grapefruit.
dibagian
Furosemid
pasien
untuk
sakit Mengistruksi
pasien
untuk
Ny. JK usia 55 tahun mengeluh mual, muntah, badan merasa lemah dan
lesu, rasa sakit di seluruh anggota badan. Setelah beberapa hari dirawat di rumah
sakit, hasil diagmose dokter menunjukkan bahwa pasien mengalami gagal ginjal
kronik dan harus menjalani hemodialisa secara rutin. Pasien mempunyai riwayat
penyakit gastritis, diabetes mellitus, hipertensi dan hiperkolesterol.
Data laboratorium menunjukkan adanya nilai GFR yang rendah yakni 12
ml/menit/1,873 m2, Sr Cr yang tinggi yakni 10 mg/dL, kadar asam urat 12 mg/dL
serta terjadi proteinuria 330 mg/hari. Data ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami gagal ginjal kronik. Pasien dengan nilai GFR <15 ml/menit/1,873 m2,
menunjukkan kalau pasien sudah mengalami gagal ginjal terminal. Pad0a gagal
ginjal terminal sudah tidak mungkin dilakukan pengobatan konservatif sehingga
untuk mempertahankan kelangsungan hidup, penderita tersebut harus melakukan
dialysis dan mempersiapkan terapi penggantian ginjal (transplantasi ginjal).
17,18
yang akan mengakibatkan gagal ginjal. Nefropati diabetik adalah suatu penyakit
menahun dari diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya mikro atau
makroproteinuri, penurunan glomerular filtration rate, peningkatan tekanan darah
yang pada stadium akhir berupa gagal ginjal terminal 18. Selain itu gagal ginjal
juga dapat disebabkan karena pada penderita DM kebanyakan memiliki
kolesterol, LDL, dan trigliseride yang tinggi, dan hipertensi yang dapat
merangsang terjadinya aterosklerosis. Adanya aterosklerosis menyebabkan
terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya
suplai darah ke ginjal, sehingga mengganggu proses filtrasi di glomerulus yang
dapat menyebabkan kerusakan ginjal 18. Adanya asam urat yang tinggi di dalam
darah dapat menimbulkan penimbunan pada ginjal yang dapat mengakibatkan
nefropati urat atau gangguan ginjal akibat asam urat.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa gagal ginjal, riwayat
hipertensi dan hiperkolesterol pasien merupakan akibat dari komplikasi diabetes.
Sehingga perlu dilakukan pengontrolan dari kadar gula darah pasien sehingga
komplikasi tidak menjadi semakin parah. Untuk pengontrolan gula darah, pasien
diberikan antidiabetic oral berupa glimepirid dan metformin. Glimepirid
merupakan antidiabetic oral golongan sulfonilurea, eliminasi sulfonilurea dan
metabolitnya sangat dipengaruhi oleh fungsi ginjal, sehingga pada gangguan
fungsi ginjal waktu eliminasinya menurun dan dapat menyebabkan efek samping
hipoglikemia, penggunaan pada pasien CKD tahap 3-5 digunakan dosis rendah 1
mg/ hari dan pada pasien dialisis harus dihindari. Golongan sulfoniluea lain yang
tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia adalah glipizide, karena
metabolitnya tidak aktif dan resiko hipoglikemia jauh lebih rendah. Metformin
tidak dapat diberikan pada pasien ini karena, metformin dapat menyebabkan risiko
asidosis laktat, sehingga kontraindikasi terhadap wanita dengan klirens kreatinin
>1,4 mg/dL, sedangkan klirens kreatinin dari pasien adalah 10mg/dL. Metformin
dapat diganti dengan golongan thiazolidindiones yang diduga memperlihatkan
efek proteksi bahkan mencegah progesivitas CKD. Obat ini dimatabolisme di hati
sehingga dapat diberikan pada pasien diabetes yang menjalani dialisis tanpa perlu
penyesuaian dosis (Cavanaugh, 2007). Sehingga metformin diganti dengan
pioglitazone.
Obat antihipertensi yang diberikan pada pasien yaitu amlodipin 1x5 mg
dan furosemid 2x40 mg. Furosemid (loop diuretics) merupakan drug of choice
bagi penyakit hipertensi dengan gagal ginjal karena dapat meningkatkan
pengeluaran sodium hingga 20% dan karena efikasinya tidak tergantung GFR.
Selain itu, efek samping yang muncul pada penggunaan furosemid sangatlah
jarang ditemui (Dussol et al, 2012). Kombinasi terapi yang dianjurkan oleh
American Family Physician (AFP) adalah beta blocker dan diuretik, Angiotensin
Converting Enzym Inhibitor dan diuretik, Calcium Channel Blocker dan
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (Skonik et al, 2000). Sehingga tetap
digunakan kombinasi forosemid dengan amlodipin.
Fenofibrat diberikan sebagai antikolesterol, karena kadar kolesterol darah
yang tinggi yakni trigliserida 165 mg/dL, LDL 170 mg/dL, dan koleaterol total
280 mg/dL, kolesterol yang tinggi dapat memicu terjadinya aterosklerosis yang
dapat mengakibatkan kegagalan ginjal menjadi semakin parah.
Ranitidin dan lansoprazole diberikan karena pasien mempunyai riwayat
gastritis dan mengeluh mual muntah. Tetapi kombinasi dari dua obat ini tidak
terlalu diperlukan, karena dengan hanya menggunakan lansoprazole yang
merupakan golongan PPI sudah efektif untuk mengatasi gastritis. Selain itu,
kombinasi antara H2 blocker dan PPI tidak menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas.