Jump 3 Skenario 2 Blok Geriatri
Jump 3 Skenario 2 Blok Geriatri
1. Mengapa keluhan yang awalnya susah menahan kencing menjadi sulit kencing?
2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan usia pasien dengan keluhan yang
muncul?
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan :
a. Vital sign
b. Hasil laboratorium
c. Rectal toucher
4. Apakah ada hubungan antara sering mengonsumsi obat tidur dengan keluhan?
5. Apakah ada hubungan keluhan sering marah, gaduh, gelisah, tidak bisa tidur dan
riwayat istri yang telah meninggal satu tahun yang lalu dengan timbulnya keluhan
sulit kencing?
6. Bagaimana patofisiologi gangguan tidur pada geriatri?
7. Apa tujuan dari dilakukan pemeriksaan :
a. Geriatric Depression Scale (GDS)
b. Mini Mental State Examination (MMSE)
c. Konsultasi ke bagian psikiatri?
8. Bagaimana mekanisme terjadinya sulit kencing dan sulit menahan kencing?
9. Apa saja kemungkinan obat tidur yang diberikan kepada pasien?
a. Apa saja indikasinya?
b. Apa saja kontra indikasi?
c. Serta apa saja efek samping pemberian obat tidur yang dapat muncul?
10. Apakah indikasi dari pasien perlu dirawat di rumah sakit?
11. Apa sajakah :
a. Differential Diagnosis
b. Diagnosis
c. Tatalaksana
d. Komplikasi
e. Faktor risiko pada kasus skenario?
2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan usia pasien dengan keluhan
yang muncul?
Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia, seperti
halnya rambut yang memutih. Oleh karena itulah dengan meningkatnya usia
harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH. Office of Health Economic
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan
Wales beberapa tahun ke depan. Pasien BPH bergejala yang berjumlah sekitar
80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah
kalinya pada tahun 2031.
Bukti histologis adanya benign prostatic hyperplasia (BPH) dapat diketemukan
pada sebagian besar pria, bila mereka dapat hidup cukup lama. Namun demikian,
tidak semua pasien BPH berkembang menjadi BPH yang bergejala (symptomatic
BPH). Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai
hampir 15%. Angka ini me-ningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada
usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 yahun
mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum
pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit
besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997)
terdapat 1040 kasus.
3. Interpretasi pemeriksaan
a) Vital Sign
Tekanan darah pasien 150/90 mmHg
Berdasarkan JNC VII, tekanan tersebut masuk dalam kategori hipertensi stage
I. Pada pasien geriatri dengan hipertensi, disarankan untuk diberi terapi
farmakologi anti hipertensi dari golongan diuretik tiazid.
Pada kasus hipertensi pada lansia, ada beberapa faktor yang berperan, antara
lain :
sudah
dijelaskan
bahwa
karena
adanya
disfungsi
endotel,
Gula darah
Glukosa darah sewaktu 350 mg/dL
Secara umum kita gunakan kriteria menurut Konsensus PERKENI tahun 2006
Bukan
Belum
DM
pasti
DM
DM
Kadar
Plasma
glukosa
vena
darah
Darah
sewaktu
kapiler
< 100
<90
100
199
200
90 99
200
(mg/dl)
Kadar
Plasma
glukosa
vena
darah
Darah
puasa
kapiler
< 100
< 90
100
125
126
90 99
100
(mg/dl)
DM. Bila kadar gula darah mencapai >200 mg/dL maka pasien ini masuk dalam kelas
Diabetes Melitus (DM). Gangguan metabolisme karbohidratpada lansia meliputi tiga
hal yaitu resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin fase pertama sehingga
lonjakan awal insulinpostprandial tidak terjadi pada lansia dengan DM,peningkatan
kadar glukosa postprandial dengan kadar gula glukosa puasa normal (Kurniawan,
2010).
jadi eyang yoso telah kehilangan hampir 30% nefron ginjalnya. Sedangkan,
fungsi nefron adalah filtrasi dan reabsorbsi. Terutama protein, dia akan di filtrasi
oleh glomerolus dan jika masih ada yg lolos, maka protein dengan diameter <
20kDal akan direabsorbsi oleh tubulus. Jika jumlah glomerolus dan tubulus
berkurang, kemungkinan akan terjadi peningkatan ekresi protein melalui urin.
Begitu pula dengan kreatinin, karena produk metabolisme kreatin ini lebih besar
dari ureum dan impermeabel dengan membran tubulus, maka langsung
dieksresikan melalui urin. (Guyton, 2007).
Proteinuria (+3)
Proteinuria (albuminuria) adalah suatu kondisi dimana terlalu bantak protei dalam
urin. Ginjal yang bekerja dengan benar akan menyaring limbah keluar dari darah
dan tetap menyimpan unsur penting seperti albumin untuk mencegah air keluar
dari darah ke jaringan. Nilai proteinuria dengan dipstik:
(-): 10-20 mg/dl
(+1): 50 mg/dl
(+2): 100 mg/dl
(+3): 300 mg/dl
(+4): 1000-2000 mg/dl
c) Rectal toucher
Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan pemeriksaan
yang penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan fisik pada regio
suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari
pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat,
konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari
keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung
tidur. Aktivias
ARAS
ini
sangat
dipengaruhi
oleh
aktifitas
di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis dinukleus raphe
dorsalis dengan tidur REM.
Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinephrin terletak di nukleus
cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang
mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem Kholinergik
Pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM.
Stimulasi jalur kholinergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti
dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan
pada fase awal dan penurunan REM.
Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone
seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem
ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin,
dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun.
Gangguan tidur itu dapat berupa insomnia (sukar tidur, biasanya karena sebab
psikologi), berjalan sewaktu tidur (somnambulisme), mimpi buruk (nightmare)
atau pavor nocturnus, sering pada anak-anak dan biasanya hilang dengan
sendirinya, dan narkolepsi (serangan tidur bersamaan dengan kataplexi,
kelumpuhan tidur atau halusinasi hipnagogik).7
Faktor Psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian
individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik
konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya. Kepribadian dasar seseorang amat ditentukan
pada masa kanak-kanak. Salah satunya adalah lingkungan sosial. Peristiwa tidak
menyenangkan pada masa kecil dapat mempengaruhi perilaku dan kepribadian
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya, ketidakpedulian orangtua terhadap anak,
juga tekanan dan penyiksaan yang dialaminya. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar
pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain
keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan.
Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri
merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
7. Apa tujuan dari dilakukan pemeriksaan :
a. Geriatric Depression Scale (GDS)
Geriatric Depression Scale adalah sebuah skala yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar tingkat depresi seorang lansia. Meskipun ada
banyak instrumen yang tersedia untuk mengukur depresi, Depresi Skala
Geriatri (GDS), pertama kali diciptakan oleh Yesavage et al., Telah diuji dan
digunakan secara luas dengan populasi yang lebih tua. Ini adalah kuesioner
singkat di mana peserta diminta untuk menanggapi 30 pertanyaan dengan
menjawab ya atau tidak mengacu pada apa yang mereka rasakan pada hari
Sensasi
Nyeri
Pada
Ureter
Rasa
dan
Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh, oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan
rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis
kembali ke ginjal untuk mengkonstriksi arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal and
bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan ke dalam pelvis
ginjal yang ureternya tersumbat.
Refleks Berkemih
Keinginan berkemih disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari
reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung
kandugn kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara
spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Mekanisme refleks berkemih
Dimulai dengan kontraksi otot polos dinding vesica urinaria:
Serabut afferent dan efferent n.pelvicus.
Pusat Pons dan Medula oblongata
Pengaliran urine ke dalam uretra:
Serabut afferent : n. pudendus
Serabut efferent n. pelvicus
Peregangan pangkal uretra
Serabut afferent dan efferent : n. hypogastricus
Relaksasi m. sphincter urerethrae externus
Serabut afferent dan efferent : n. pudendus
Relaksasi otot polos bagian 1/3 atas urethra:
Serabut afferent dan efferent: n. pelvicus
Pusat refleks: segmen sacral medulla spinalis.
Mekanisme berkemih pada usia dewasa dan usia lanjut tidak jauh berbeda. Hanya
saja, akibat proses penuaan, fungsi dan fisiologis berkemih mengalami penurunan.
Pada usia tua terjadi penurunan kadar hormon estrogen pada wanita dan androgen
pada pria. Akibatnya, terjadi perubahan anatomis dan fisiologis termasuk pada
struktur saluran kemih. Misalnya, penurunan elastisitas pada otot polos uretra
sehingga menurunkan tekanan penutupan uretra dan tekanan outflow. Melemahnya
otot dasar panggul yang berperan dalam mempertahankan tekanan abdomen dan
dinamika miksi menyebabkan prolapsnya kandung kemih dan melemahnya tekanan
akhiran pengeluaran urin.Oleh karena itu, pada lansia biasanya akan mengalami
kesulitan menahan kencing (inkontinensia urine).
Mekanisme gangguan sulit berkemih pada lansia sering dikaitkan dengan
pembesaran prostat. Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan
lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan
tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya
perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada bulibuli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau
Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter.
Jika
berlangsung
terus
akan
mengakibatkan
hidroureter,
Gejala: kombinasi dari gejala pada inkontinensia urgensi dan inkontinensia stress.
Kurlowicz L dan Wallace M. 1999. The Mini Mental State Examination (MMSE).
Hartforf Institute for Geriatric Nursing.
Martono H, Pranarka K (editor). 2011. Buku ajar boedhi-darmojo geriatri (ilmu
kesehatan usia lanjut). Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Yesavage A, Brink T. 1983. Development and Validation of a Geriatric Depression
Screening Scale: a Preliminary Report. J. psychial. Rex.. Vol. 17, No. I. pp.
3749.
NOTE:
(sudoyo 2006)
(Kurniawan.2010)
(Guyton. 2007)
Belum ada dafpus nya. Bisa dilengkapi yoo hehe ^^