Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

DISUSUN OLEH:

GIRI ANGGA SETIA


H1C009049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
2011

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

I.

PENDAHULUAN
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian
dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat
dirasakan sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama
orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan
umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan
secara luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian,
peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan,
bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu
pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan
secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga
nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak
mencemari lingkungan.
Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial
sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN
air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe.
Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor
berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara
maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang
tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan
total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap
kontruksi di 18 negara.

II.

PEMBAHASAN
a. Definisi PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40
MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya
600-1200 MWe. Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia, dengan 441
diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai
17% daya listrik dunia.
b. Proses Kerja PLTN
Proses kerja PLTN sebenarnya sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sedah dikenal
secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas

yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedangkan PLTU
mendapatkan panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalu PLTN. Reaktor daya
hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari rekasi fisi, sedang kelebihan neutron
dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena
memanfaatkan panas hasil fisi, maka rekator daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde
ratusan hingga ribuan MW.
Proses pemanfaatan hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai
berikut :
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk
panas yang sangat besar
Panas hasil reaksi tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tiper reaktor nuklir yang
digunakan
Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik)
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik
c. Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN
Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui
pembakaran bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uang yang dihasilkan dialirkan ke turbin
uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan
untuk menggerakkan generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik. Pembangkit listrik
dengan bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat menimbulkan
dampak lingkungan dan masalah transportasi bahanbakar dari tambang menuju lokasi
pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO2
(karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang
mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan
bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global.

PLTN berperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan untuk
menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi
pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir. Tenaga panas tersebut
digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap ( Steam Generator)
dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin generator
sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang
disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkitan listrik ini

tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke
lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan,
sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif
yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk
padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum
dilakukan penyimpanan secara lestari.
d. Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN
yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang
berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan
mempunyai sistem keamanan pasif.
# Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil
uranium dan plutonium.
Selanjutnya reaktor daya fisi dikelompokkan lagi menjadi:

Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau memoderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya.
Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam
keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh
moderator sehingga dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan
dengan jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron
lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fissi.

Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator


neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang berbeda dengan
reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna
menjamin reaksi fissi tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal
menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam
proses reaksi fissi masing-masing.

Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi


berantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep
teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan
listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji
kelayakan sudah dilaksanakan.

* Reaktor thermal

Light water reactor (LWR)


o Boiling water reactor (BWR)
o Pressurized water reactor (PWR)

o SSTAR, a sealed, reaktor untuk jaringan kecil, mirip PWR

Moderator Grafit:
o Magnox
o Advanced gas-cooled reactor (AGR)
o High temperature gas cooled reactor (HTGR)
o RBMK
o Pebble bed reactor (PBMR)

Moderator Air berat:


o SGHWR
o CANDU

* Reaktor cepat
Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi perkembangan reaktor
nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor thermal.
Keuntungan reaktor cepat diantaranya adalah siklus bahan bakar nuklir yang
dimilikinya dapat menggunakan semua uranium yang terdapat dalam urainum alam, dan juga
dapat mentransmutasikan radioisotop yang tergantung di dalam limbahnya menjadi material
luruh cepat. Dengan alasan ini, sebenarnya reaktor cepat secara inheren lebih menjamin
kelangsungan ketersedian energi ketimbang reaktor thermal. Lihat juga reaktor fast breeder.
Karena sebagian besar reaktor cepat digunakan untuk menghasilkan plutonium, maka reaktor
jenis ini terkait erat dengan proliferasi nuklir.
Lebih dari 20 purwarupa (prototype) reaktor cepat sudah dibangun di Amerika Serikat,
Inggris, Uni Sovyet, Perancis, Jerman, Jepang, India, dan hingga 2004 1 unit reaktor sedang
dibangun di China. Berikut beberapa reaktor cepat di dunia:

EBR-I, 0.2 MWe, AS, 1951-1964.

Dounreay Fast Reactor, 14 MWe, Inggris, 1958-1977.

Enrico Fermi Nuclear Generating Station Unit 1, 94 MWe, AS, 1963-1972.

EBR-II, 20 MWe, AS, 1963-1994.

Phnix, 250 MWe, Perancis, 1973-sekarang.

BN-350, 150 MWe plus desalination, USSR/Kazakhstan, 1973-2000.

Prototype Fast Reactor, 250 MWe, Inggris, 1974-1994.

BN-600, 600 MWe, USSR/Russia, 1980-sekarang.

Superphnix, 1200 MWe, Perancis, 1985-1996.

FBTR, 13.2 MWe, India, 1985-sekarang.

Monju, 300 MWe, Jepang, 1994-sekarang.

PFBR, 500 MWe, India, 1998-sekarang.

Daya listrik yang ditampilkan adalah daya listrik maksimum, tanggal yang ditampilkan adalah
tanggal ketika reaktor mencapai kritis pertama kali, dan ketika reaktor kritis untuk teakhir kali
bila reaktor tersebut sudah di dekomisi (decommissioned).
# Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya
sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik.
Namun demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan
ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal ini masih
menjadi bidang penelitian aktif dengan skala besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Z
machine.

e. Keselamatan Nuklir
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin
agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik selama
operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar
PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap
dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini
panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan
bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor. Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan
sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang
tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga
reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan
menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
Penghalang Ganda
PLTN mempunyai sistem pengaman yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga
kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkannya sangat kecil. Sebagai
contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar
(> 99%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai
penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, kelongsongan bahan
bakar akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif

tersebut keluar kelongsongan. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam
kelongsongan, masih ada penghalang ketiga yaitu sistem pendingin. Lepas dari sistem
pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal
20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5-2 m. Bila zat radioaktif itu
masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem
pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal 7 cm dan beton setebal 1,5-2 m yang kedap
udara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan
dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yang
terlepas jumlahnya sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadap lingkungan tidak
berarti.

Gb. Sistem Keselamatan Reaktor dengan Penghalang Ganda


Pertahanan Berlapis
Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in
depth). Pertahanan berlapis ini meliputi : lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang,
dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan
teknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem
pengaman/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-aibat dari
kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN dan lapis keselamatan ketiga,
PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diperkirakan dapat terjadi
pada suatu PLTN. Namun demikian kecelakaan tersebut kemungkinan terjadinya sedemikian
sehingga tidak akan pernah terjadi selama umu uperasi PLTN.
f. Keuntungan dan Kerugian PLTN
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah :
Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit
menghasilkan gas).
Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon
monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap
fotokimia.
Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal).
Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.

Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan
bakar yang diperlukan.
Baterai nuklir - (lihat SSTAR).
Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN :
Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl
(yang tidak mempunyai containment building).
Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga
ribuan tahun.
III.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan mengenai Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir :
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik
thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir
pembangkit listrik.
Pada proses kerja dari PLTN hampir sama dengan proses kerja dari Pembangkit Listrik
Konvensional, hanya saja yang membedakannya adalah sumber panas yang
digunakan. Pada PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir.
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan, yaitu reaktor fisi dan
reaktor fusi.
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil
uranium dan plutonium. Reaktor daya fisi dibagi menjadi : reaktor thermal, reaktor
cepat dan reaktor subkritis.
Reaktor daya fusi menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan
hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang
lebih baik.
Beberapa usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN diantaranya dengan
penghalang ganda dan pertahanan berlapis.
PLTN memiliki keuntungan dan kerugian dalam pelaksanaannya, diantara beberapa
keuntungan salah satunya adalah Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama
operasi normal) gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat
dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas. Dan salah satu kerugiannya adalah
Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl
(yang tidak mempunyai containment building).

Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_nuklir
www.warintek.ristek.go.id/nuklir/pengenalan_pltn.pdf
http://students.ee.itb.ac.id/~ikbal04/PLTN.pdf
http://supertechno.wordpress.com/2006/11/23/mengenal-pembangkit-listriktenaga-nuklir-pltn/

Anda mungkin juga menyukai