I. Tinjauan Teori
A. Definisi
PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah Gangguan kejiwaan
pada seseorang yang dialami dan berkembang setelah pengalaman traumatik, atau
menyaksikan suatu kejadian yang mengancam jiwa, mencederai luka, atau
ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi dengan ketidakmampuan
seseorang untuk beradaptasi (klikdokter.com). Pengertian lain dari PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder) adalah kecemasan patologis yang umumnya terjadi
setelah seseorang mengalami atau menyaksikan trauma berat yang mengancam
secara fisik dan jiwa orang tersebut. Pengalaman traumatic ini dapat berupa:
1. Trauma yang disebabkan oleh bencana seperti bencana alam (gempa bumi,
banjir, topan), kecelakan, kebakaran, menyaksikan kecelakaan atau bunuh
1 atau sahabat secara mendadak.
diri, kematian anggota keluarga
2. Trauma yang disebabkan individu menjadi korban dari interperpersonal
attack seperti: korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual,
penyerangan atau penyiksaan fisik, peristiwa kriminal (perampokan
dengan kekerasan), penculikan, menyaksikan perisiwa penembakan atau
tertembak oleh orang lain.
3. Trauma yang terjadi akibat perang atau konflik bersenjata seperti: tentara
yang mengalami kondisi perang, warga sipil yang menjadi korban perang
atau yang diserang, korban terorisme atau pengeboman, korban
penyiksaan (tawanan perang), sandera, orang yang menyaksikan atau
mengalami kekerasan.
4. Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita individu seperti
kanker, rheumatoid arthritis, jantung, diabetes, renal failure, multiple
sclerosis, AIDS dan penyakit lain yang mengancam jiwa penderitanya.
B. Etiologi
1. Psikodinamika
Ego klien telah mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman
terhadap integritas fisik atau konsep diri. Hal ini menyebabkan ansietas berat yang
tidak dapat dikendalikan oleh ego dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku
simtomatik. Karena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan
menyebabkan individu merasa bersalah terhadap kejadian traumatik tersebut. Id
dapat menjadi domianan, menyebabkan perilaku impulsif tidak terkendali.
2. Biologis
Dari hasil penelitin, abnormalitas dalam penyimpanan, pelepasan, dan
eliminasi katekolamin yang memengaruhi fungsi otak di daerah lokus seruleus,
amigdala dan hipokampus. Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. Amigdala sebagai penyimpan
memori. Hipokampus menimbulkan koheren naratif serta lokasi waktu dan ruang.
Hiperaktivitas dalam amigdala dapat menghambat otak membuat hubungan
perasaan dalam memorinya sehingga menyebabkan memori disimpan dalam
2 gejala-gejala fisik lain.
bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan
3. Dinamika Keluarga
Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan
perkiraan yang signifikan terjadinya PTSD. Keberhasilan dalam pendidikan yang
di bawah rata-rata, perilaku orang tua yang negatif, dan kemiskinan orang tua
merupakan prediktor perkembangan PTSD.
C. Gejala
Klien dengan PTSD dapat saja tidak menunjukkan gejala-gejala khas
PTSD secara kontinu dan dalam kurun waktu yang tentu. Gejala dapat timbul
sewaktu-waktu bergantung pada stimuli yang diterima klien. Gejala PTSD,
meskipun tidak spesifik, meliputi indikasi yang khas. Terdapat tiga tipe gejala,
flight, fight, dan freeze. Ansietas dan penghindaran merupakan gejala flight.
Meningkatnya amarah dan perilaku kekerasan merupakan gelaja fight, sedangkan
kekebasan, disasosiasi, dan alterasi dalam persepsi diri merupakan karakteristik
freeze (APA, 2000). Tiga tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD adalah
1. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan:
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami
flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan
terulang kembali)
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang
membuatnya sedih)
reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
3
menghindari
aktivitas, tempat, berpikir, merasakan,
atau percakapan yang berhubungan dengan trauma.
D. Akibat
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
1. Gejala gangguan fisik:
pusing,
gangguan pencernaan,
sesak napas,
tidak bisa tidur,
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
2. Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
4
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
3. Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan,
berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
4. Gangguan perilaku :
gangguan tidur
mimpi buruk
hipersomnia
mudah letih
keletihan kronis
Sirkulasi
palpitasi
terasa panas
Integritas ego
Neurosensori
kewaspadaan tinggi
ketakutan berlebihan
Pernapasan
dispneu
Keamanan
8
Seksualitas
hilangnya gairah
impotensi
Interaksi sosial
B. Diagnosa Keperawatan
9
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik yaitu ketidaksiapan dan
ketidakmampuan meningkatkan koping berhubungan dengan PTSD.
C. Rencana dan Intervensi Keperawatan
Tujuan Pemulangan
DAFTAR PUSTAKA
APA. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th edition
(DSM-IV). Washington, D.C.: American Psychiatric Association (APA).
11
Fagan, N., & Freme, K. (2004). Find out how to help a disturbed patient cope
during real or perceived threats.1
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3689/is_200402/ai_n9386332/pg_3/
?tag=content;col1. (diunduh pada 14 Oktober 2010 pukul 14.04 WIB).
1 Nancy Fagan dan Kathleen Freme staf perawat di Baystate Medical Center in
Springfield, Mass.