disusun oleh:
(PUSDIKLAT MIGAS)
CEPU
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB 1: PENDAHULUAN
1. U M U M
1. SISTEM SATUAN
10
11
12
12
12
13
13
14
14
4. NERACA BAHAN
14
15
16
18
5. NERACA PANAS
19
iii
19
20
22
1. U M U M
22
23
23
28
28
33
35
1. U M U M
35
2. DESALTING
36
3. ELECTRICAL DESALTER
37
37
5. PENGALAMAN OPERASI
40
6. CHEMICAL DESALTING
43
7. NETRALISASI HCl
43
BAB 5: DISTILASI
44
1. U M U M
44
46
46
4. VARIABEL PROSES
48
4.1. Suhu
49
4.2. Tekanan
49
50
51
51
5.1. Tekanan
51
52
iv
56
63
65
66
67
68
68
6.4.2. Packing
72
6.5. Reboilers
7. DASAR-DASAR DISTILASI
73
75
75
76
77
78
81
81
82
82
84
85
86
88
89
92
92
92
93
95
95
95
BAB 6: EKSTRAKSI
96
1. U M U M
96
98
99
100
101
102
104
105
4. NERACA MASSA
110
BAB 7: ABSORPSI
114
1. U M U M
114
115
115
117
118
120
122
122
123
123
123
124
124
124
130
BAB 8: ADSORPSI
135
1. U M U M
135
136
3. MACAM-MACAM ADSORBENT
137
137
vi
3.2. Non-Activated-Carbon
138
140
4. MACAM-MACAM ADSORPSI
142
142
142
143
145
145
145
147
BAB 9: KRISTALISASI
153
1. U M U M
153
2. STRUKTUR KRISTAL
153
155
156
157
3. KESETIMBANGAN FASE
161
4. PROGRESSIVE FREEZING
163
5. METODA KRISTALISASI
164
166
1. U M U M
166
2. THERMAL CRACKING
166
168
2.2. Visbreaking
172
2.3. Coking
174
175
176
178
189
190
vii
194
197
199
201
203
203
3.9. Hydrocracking
206
210
1. U M U M
210
2. THERMAL REFORMING
210
3. CATALYTIC REFORMING
213
3.1. Katalis
216
218
225
1. U M U M
225
2. POLIMERISASI
225
228
229
3. ALKILASI
231
232
234
4. ISOMERISASI
235
237
238
241
1. U M U M
241
2. DESULFURISASI
241
3. DENITRIFIKASI
242
4. PEMISAHAN OKSIGEN
243
viii
5. PENJENUHAN OLEFIN
244
6. PEMISAHAN HALIDA
244
DAFTAR PUSTAKA
246
BAB 1
PENDAHULUAN
1. U M U M
Pada dasarnya Industri Migas di Indonesia yang diperankan oleh Pertamina
mempunyai fungsi ganda yang harus dilaksanakan dalam keterpaduan yang
optimal. Fungsi ganda tersebut dapat dikelompokan dalam 4 katagori, yakni:
a. Sektor Explorasi dan Produksi
b. Sektor Penyediaan Energi Domestik
c. Sektor Perdagangan Migas Internasional
d. Sektor Produksi Non-BBM ataupun Petrokimia
Sarana distribusi tidak lagi dapat dilayani dengan angkutan darat semata-mata,
tetapi harus ditunjang dengan jaringan pipa distribusi BBM yang semakin luas.
Jumlah tangki-tangki penimbun BBM juga harus selalu ditingkatkan kapasitasnya.
Sebagai gambaran kongkrit, pada tahun 1989 biaya operasi pengadaan dan
penyediaan BBM sekitar Rp. 9 - 10 trillium setahun. Perlu dicatat bahwa sekitar
70% biaya pengadaan BBM ini adalah merupakan biaya bahan baku minyak
mentah, sehingga pasang surut harga minyak didunia sangat mempengaruhi berat
ringannya beban Pemerintah atau Pertamina dalam mengadakan dan menyediakan
BBM.
Pada dasarnya, kecuali biaya modal, biaya operasi pengadaan BBM ini dibayar
kembali dari hasil penjualan BBM. Tetapi dalam kondisi harga minyak mentah
yang tinggi, Pemerintah harus menyediakan sejumlah subsidi BBM.
Dalam batas-batas lingkup tugasnya Pertamina telah merintis penggunaan CNG
(atau BBG) sebagai pengganti gasoline. Program ini diharapkan pada akhirnya
dapat mencapai tujuan penggantian bahan bakar transportasi (gasoline dan diesel)
dengan BBG. Sehingga pada gilirannya akan dapat membebaskan sejumlah
naphtha dan diesel dari komponen BBM dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku petrokimia atau komoditi eksport.
pengembangan
yang
dilakukan
Pertamina
disektor
perdagangan
sektor
kegiatan
tersebut
harus
berlangsung
secara
terpadu,
berkesinambungan dan dilaksanakan dengan hasil guna serta daya guna seoptimal
mungkin.
BAB 2
DASAR-DASAR PERHITUNGAN TEKNIK
1. SISTEM SATUAN
Ada tiga sistem satuan-satuan dasar yang dipakai didalam ilmu pengetahuan dan
keteknikan yakni:
SI
Perlu diingat bahwa dalam menggunakan persamaan harus hati-hati dan selalu
mengeceknya untuk kehomogenan dimensi. Untuk mengerjakannya, suatu sistem
satuan harus dipilih apakah akan menggunakan sistem satuan SI, CGS atau FPS.
Untuk selanjutnya dimasukkan kedalam masing-masing istilah yang digunakan
didalam persamaan.
Contoh 2-1:
Suatu persamaan untuk perpindahan panas dari suatu fluida ke suatu permukaan
dinyatakan seperti berikut:
q = h A (Tf - Tw)
dimana : q = laju perpindahan panas (energi/waktu)
h = koefisien perpindahan panas (energi/waktu-luas-suhu)
A = luas permukaan
T = suhu
Gunakan satuan SI dan cek jika persamaan tersebut adalah homogen secara
dimensi.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan kg.m2/s2 ebagai satuan energi yang dipilih dan dengan
mensubstitusikan satuan-satuan dasar SI kedalam persamaan energi, maka akan
diperolh:
kg. m 2 / s 2
kg. m 2 / s 2
2
q
= h
Am
/ ( Tf - Tw ) K
2
s
s. m
/ .K
Tampak dari persamaan diatas menunjukkan bahwa satuan yang ada di suku kiri
sama dengan yang ada di suku kanan, dan persamaan adalah homogen secara
dimensi. Jika diturunkan satuan J untuk energi, maka kedua suku akan
mempunyai satuan J/s atau W.
10
Fahrenheit
o
F
Kelvin
o
K
Rankin
o
R
100
212
373,15
671,7
Titik lebur es
32
273,15
491,7
-273,15
-459,7
Nol mutlak
Perbedaan antara titik didih air dan titik leleh es pada 1 atm adalah 100 oC atau
180 oF. Dengan demikian setiap perubahan 1,8 oF sama dengan perubahan 1 oC.
Biasanya harga -273,15 oC dibulatkan menjadi -273 oC dan -459,7 dibulatkan
menjadi -460 oF. Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengubah sekala suhu
dari satu sekala ke sekala yang lain.
o
F = 32 + 1,8 (oC)
R = oF + 460
K = oC + 273
Contoh 2-2:
Suatu gas didalam bejana mempunyai suhu 120 oC. Nyatakan suhu tersebut ke
dalam sekala oF, oR dan oK
11
Penyelesaian:
o
jumlah mol A
total mol (A + B + C)
wA =
jumlah masa A
total masa (A + B + C)
Contoh 2-3:
Suatu campuran terdiri dari 50 gram air (B) dan 50 gram NaOH (A). Hitung fraksi
massa dan fraksi mol NaOH, juga hitung massa (dalam lbm) NaOH.
Penyelesaian:
Total massa campuran = 50 + 50 = 100 gram.
wA (fraksi massa NaOH) = 50/100 = 0,5
12
13
SG =
densitas zat
densitas zat standard
Untuk gas: p V = n R T
karena: n = m/M
p V = (m/M) R T
= m/V
= (p M)/(R T)
dimana:
p=
Antoine Baume pada tahun 1768 telah membuat dua macam hydrometer yang satu
untuk cairan yang lebih ringan dari air dan yang satu lainnya untuk cairan yang
14
lebih berat dari air. Skala tersebut linier dan dikenal dengan istilah derajad Baume
(oBe). Skala tersebut ditetapkan berdasarkan persamaan berikut:
140
- 130
SG 60 o F / 60 o F
Be =
Be = 145 -
145
SG 60 o F / 60 o F
API =
141,5
- 131,5
SG 60 o F / 60 o F
Skala Twaddell yang digunakan di England hanya berlaku untuk cairan yang lebih
berat dari air. Skala tersebut ditetapkan berdasarkan persamaan berikut:
o
Tw = 200 SG 60 o F / 60 o F - 1
4. NERACA BAHAN
Salah satu hukum dasar pengetahuan fisika adalah konservasi masa. Hukum
tersebut dinyatakan secara sederhana, bahwa masa tidak dapat di hasilkan atau
dimusnahkan (sudah barang tentu tidak termasuk nuclear atau reaksi atom). Oleh
karena itu masa (atau berat) semua bahan yang memasuki proses harus sama
dengan total masa yang meninggalkan plus masa yang terakumulasi di dalam
proses.
15
Di dalam neraca bahan sederhana ini dianggap tidak terjadi reaksi kimia sehingga
perhitungannya sangat sederhana karena tidak terjadi pembentukan senyawa baru.
Satuan-satuan yang digunakan dalam persamaan harus konsisten agar tidak terjadi
kesalahan dalam perhitungan.
Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan neraca bahan disarankan dilakukan
dengan suatu urutan langkah-langkah yang telah ditetapkan seperti berikut:
(1). Sketch suatu diagram proses secara sederhana, yaitu dengan menggunakan
box diagram yang menunjukkan masing-masing aliran keluar maupun masuk
dengan menggunakan anak panah dan dilengkapi dengan keterangan
mengenai komposisi, suhu, laju alir, dan sebagainya. Semua data yang
terlibat harus tercantum dalam diagram tersebut.
(2). Tuliskan persamaan kimia jika ada
(3). Pilih basis yang digunakan untuk perhitungan.
(4). Buat suatu neraca bahan. Neraca bahan dapat berbentuk neraca total dan
neraca komponen.
Jenis proses yang tidak mengalami reaksi kimia adalah drying, eveporation,
dilution, distilation, extraction, dan sebagainya. Dalam persoalan seperti ini dapat
dipecahkan dengan dengan menetapkan neraca bahan yang mengandung besaranbesaran yang tidak diketahui dan menyelesaikan persaman untuk besaran-besaran
yang tidak diketahui.
16
V,
XVA
F (A,B)
XFA
L,
XLA
Neraca Total:
F = V + L
L = F - V
Neraca Komponen A:
F. X FA = V. X VA + L. X LA
F. X FA = V. X VA + F. X LA - V. X LA
V =
F. ( X FA - X LA )
X VA - X LA
L = F - V
17
Neraca Komponen A:
F. X FA = V. X VA + L. X LA
F. X FA = V. X VA + F. X LA - V. X LA
V =
F. ( X FA - X LA )
X VA - X LA
V1,
XVA1
V,
XVA
L1,
XLA1
1
F (A,B)
XFA
L,
XLA
Neraca Total:
V = V1 + L 1
L 1 = V - V1
Neraca Komponen A:
V. X VA = V1 . X VA1 + L 1 . X LA1
V. X VA = V1 . X VA1 + V. X LA1 - V1 . X LA1
V =
V. ( X VA - X LA1 )
X VA1 - X LA1
18
V1,
XVA1
V,
XVA
L1,
XLA1
F (A,B)
XFA
L,
XLA
Neraca Total:
F = V1 + L
L = F - V1
Neraca Komponen A:
F. X FA = V1 . X VA1 + L. X LA
F. X FA = V1 . X VA1 + F. X LA - V1 . X LA
V1 =
F. ( X FA - X LA )
X VA1 - X LA
Neraca Total:
V = V1 + L 1
19
Neraca Komponen A:
V. X VA = V1 . X VA1 + L 1 . X LA1
V1 . X VA + L 1 . X VA = V1 . X VA1 + L 1 . X LA1
L1 =
V1 . ( X VA1 - X VA )
X VA - X LA1
5. NERACA PANAS
Di dalam proses kimia, suatu perhitungan juga dibuat untuk semua panas yang
masuk maupun yang meninggalkan sistem. Perhitungan ini dikenal dengan istilah
"Neraca Panas", dan pada umumnya perhitungan-perhitungan yang dibuat
didasarkan pada jumlah panas karena jumlah panas tidak berubah meskipun
kondisi operasi berubah. Neraca panas adalah merupakan salah satu benrtu neraca
energi yang dapat digunakan untuk menghitung perubahan panas yang terjadi
pada setiap aliran di dalam sistem. Khusus di dalam neraca panas tidak
diperhitungkan (diabaikan) besarnya perubahan energi kinetik, potensial dan lain
sebagainya. Jika di dalam suatu sistem tidak terjadi akumulasi panas maka jumlah
seluruh panas yang masuk sama dengan jumlah seluruh panas yang meninggalkan
sistem.
Di dalam heat exchanger (HE) yang berlangsung proses perpindahan panas dapat
dihitung besarnya laju perpindahan panas dengan menggunakan perhitungan
neraca panas.
Sebagai contoh, anggap sebuah double pipe exchanger yang digunakan untuk
proses perpindahan panas antara fluida A (fluida panas) dan fluida B (fluida
dingin). Panas mengalir dari fluida panas ke fluida dingin selama kedua fluida
tersebut berada di dalam HE. Sebagai akibat perpindahan panas, fluida A akan
memberikan panas dan fluida B akan menerima panas. Jika di dalam sistem tidak
20
ada penambahan panas dari luar atau panas lepas keluar maka besarnya panas
yang diberikan oleh fluida A sama dengan panas yang diterima oleh fluida B.
Karena fluida A melepaskan panas maka suhu fluida A turun atau mengalami
perubahan fase dari uap menjadi cair, sedangkan fluida B yang menerima panas
suhunya naik atau mengalami perubahan fase dari cair menjadi uap.
Jika:
Seperti halnya pada neraca bahan, neraca panas pada suatu sistem yang mana
terjadi perubahan komposisi komponen-komponen di dalam aliran maka untuk
pemecahannya dapat dilakukan dengan cara membuat neraca panas keseluruhan
dan neraca panas komponen-komponennya. Untuk distilasi sederhana, bentuk
neraca panas dapat dinyatakan dalam persamaan seperti berikut:
21
22
BAB 3
CRUDE OIL & HASIL-HASILNYA
1. U M U M
Metoda ini digunakan karena ada kecenderungan bahwa jika API gravity crude oil
tinggi maka crude oil tersebut mengandung fraksi ringan dalam jumlah yang
besar. Oleh karena itu crude oil yang mempunyai API gravity yang tinggi harga
pasarannya lebih tinggi, sebab banyak mengandung fraksi ringan (seperti gasoline
dan kerosene) sedangkan residunya relative sedikit.
Berdasarkan API gravity, maka crude oil dibagi dalam 5 jenis:
Jenis
API Gravity
Ringan
> 39,0
Ringan-sedang
39,0 - 35,0
Berat-sedang
35,0 - 32,1
Berat
32,1 - 24,8
Sangat berat
< 24,8
API =
141,5
SG 60/60
131,5
23
Menurt klasifikasi ini maka crude oil dibagi menjadi 4 golongan seperti berikut:
Sifat-sifat
Dasar parafin
Dasar naften
API gravity
Tinggi
Rendah
Kandungan nafta
Rendah
Tinggi
Angka oktan
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Indeks viskositas
Tinggi
Rendah
Pada dasarnya minyak bumi terdiri dari dari senyawa hidrokarbon dan non
hidrokarbon yang dibagi seperti berikut:
a. Senyawa hidrokarbon
24
- Senyawa olefin
- Senyawa diolefin
- Senyawa naften
- Senyawa Aromat
Senyawa parafin adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan rantai lurus yang
mempunyai rumus molekul CnH2n+2 dan pada umumnya mempunyai sifat seperti
berikut:
- Stabil pada suhu kamar.
- Tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat, larutan alkali pekat, asam nitrat,
ataupun oksidator kuat seperti asam kromat, kecuali senyawa yang mempunyai
atom karbon tersier.
- Bereaksi lambat dengan Khlor dengan bantuan sinar matahari.
- Bereaksi dengan Khlor dan Brom dengan bantuan katalisator.
Senyawa parafin dengan 4 buah atom karbon atau kurang berupa gas pada suhu
kamar dan tekanan atmosfir. Metana dan etana merupakan gas alam, sedangkan
propana, butana dan isobutana merupakan komponen utama LPG (Liquified
Petroleum Gas).
Senyawa parafin dengan 5 sampai 15 atom karbon berupa cairan pada suhu kamar
dan tekanan atmosfir dan terdapat dalam fraksi nafta, bensin, kerosene, solar dan
minyak bakar. Sedangkan yang dengan atom karbon lebih dari 15 pada suhu
kamar dan tekanan atmosfir berbentuk kristal dan terdapat pada minyak parafin
(wax).
Senyawa olefin adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus molekul
CnH2n yang mempunyai sebuah ikatan rangkap dua.
Olefin tidak terdapat didalam crude oil, tetapi mungkin terbentuk pada saat proses
pengolahannya. Karena mempunyai ikatan rangkap maka olefin sangat reaktif dan
25
merupakan bahan dasar utama industri petrokimia seperti ethylene (C2H4) dan
propylen (C3H6).
a.3. Senyawa diolefin
Senyawa diolefin adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus molekul
CnH2n-2 yang mempunyai dua buah ikatan rangkap. Senyawa ini juga tidak
terdapat didalam crude oil, tetapi terbentuk pada saat proses pengolahannya.
Diolefin tidak stabil dan akan berpolimerisasi membentuk gum (damar).
a.4. Senyawa naften
Senyawa naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus molekul CnH2n.
Senyawa ini sering disebut senyawa sikloparafin karena sifat kimianya sama
dengan sifat kimia hidrokarbon parafin hanya saja struktur molekulnya melingkar.
Senyawa hidrokarbon naften yang terdapat dalam crude oil adalah siklopentan dan
sikloheksan, yang terdapat dalam fraksi nafta dan fraksi lain dengan titik didih
tinggi.
a.5. Senyawa aromat
Senyawa aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus molekul
CnH2n-6 dan ikatan rantainya melingkar. Senyawa ini mempunyai sifat kimia
reaktif mudah teroksidasi menjadi asam dan pada kondisi operasi tertentu dapat
mengalami substitusi maupun adisi. Hanya sedikit sekali crude oil yang
mengandung senyawa aromat dengan titik didih rendah.
b. Senyawa non hidrokarbon
Senyawa
non
hidrokarbon
yang
terdapat
dalam
minyak
bumi
dan
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 0,04% - 6,0% berat. Minyak
(crude oil) Indonesia terkenal sebagai minyak bumi berkadar belerang sangat
rendah, pada umumnya kurang dari 1 %.
26
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa senyawa belerang yang berbau tidak
enak. Senyawa tersebut mempunyai titik didih rendah, yaitu H2S, SO2 dalam gas
hasil pembakaran, RSH sampai dengan 6 atom karbon dalam metil disulfida.
Pencemaran udara juga terjadi karena gas SO2 yang terlarut dalam kabut yang
dikenal dengan nama smog dan terdapat di kota-kota industri yang berkabut. Gas
hidrogen sulfida disamping mempunyai bau tidak enak juga beracun.
* Korosi
Korosi yang disebabkan oleh senyawa-senyawa belerang terjadi pada suhu diatas
300 oF. Korosi ini akan merusakkan alat-alat pengolahan, khususnya alat-alat
yang bekerja pada suhu tinggi.
Senyawa belerang yang bersifat korosi pada suhu rendah adalah hidrogen sulfida,
beberapa senyawa alkil sulfida dan alkil disulfida serta merkaptan yang
mempunyai titik didih rendah.
Beberapa contoh peristiwa-peristiwa korosi yang disebabkan oleh senyawa
belerang diantara adalah:
- Hidrogen sulfida dalam udara lembab akan mengubah besi menjadi besi sulfida
yang rapuh.
- Dalam udara lembab gas belerang oksida dalam gas hasil pembakaran akan
merusakkan cerobong baja dan saluran pembuangan gas hasil pembakaran.
* Menurunkan susceptibility bensin
Susceptibility bensin terhadap TEL (Tetra Ethyl Lead) yaitu pengaruh terhadap
kemampuan TEL dalam menaikkan angka oktan yang diukur dalam mililiter TEL
27
untuk setiap US gallon bensin. Jika bensin mempunyai kandungan belerang yang
cukup tinggi maka akan memerlukan lebih banyak TEL untuk menaikkan angka
oktannya, berarti memerlukan biaya yang lebih tinggi dari pada bensin yang
kandungan belerangnya rendah.
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi dari sekitar 0,1 sampai 2 % berat.
Oksidasi minyak bumi dapat terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan
udara.
Oksigen terutama terdapat sebagai asam organik yang terdistribusi dalam semua
fraksi, dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi minyak fase gas. Asam organik
tersebut terutama terdapat sebagai asam naftenat dan sebagian kecil sebagai asam
alifatik. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan berbau tidak enak.
Pada umumnya senyawa oksigen yang ada didalam minyak bumi tidak
menimbulkan masalah yang serius.
Kadar nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar antara 0,01 sampai
2,0 % berat.
Minyak yang mempunyai kadar belerang dan aspal yang tinggi biasanya juga
mempunyai kadar nitrogen yang tinggi. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua
fraksi minyak bumi, tetapi konsentrasinya akan semakin tinggi dalam fraksi-fraksi
yang mempunyai titik didih tinggi.
Kerugian yang diakibatkan oleh adanya senyawa nitrogen dalam minyak bumi
adalah:
28
Praktis semua logam terdapat dalam minyak bumi, tetapi karena jumlahnya sangat
kecil maka pada umumnya tidak menimbulkan persoalan. Kecuali beberapa logam
seperti besi, nickel, vanadium dan arsen bersifat racun terhadap beberapa katalis.
Logam vanadium bisa menurunkan mutu barang pecah-belah dalam industri
keramik.
Dalam distilasi crude oil, logam-logam cenderung berkumpul dalam fase residu.
Walaupun crude oil mempunyai komposisi kimia dan sifat fisis yang sangat
beragam, tetapi mempunyai daerah komposisi elementer yang sempit. Komposisi
elementer crude oil adalah sebagai berikut:
Komposisi
Prosentase
Karbon
83,00 - 87,00
Hidrogen
11,00 - 15,00
Belerang
0,04 - 6,00
Oksigen
0,10 - 2,00
Nitrogen
0,01 - 2,00
Logam
0,00 - 0,10
minyak cair maupun gas. Minyak dan gas hasil pengolahan didapatkan dari
rentetan proses-proses pengolahan dan proses pencampuran untuk mendapatkan
29
produk minyak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh sarat-sarat
penggunaannya.
Adapun produk yang dihasilkan dari pengolahan crude oil adalah:
a. Liquified Petroleum Gas (LPG)
Sifat penguapan diukur dari pemeriksaan distilasi dan pemeriksaan tekanan uap
Reid (Reid Vapour Pressure Test), Sifat penguapan ini mengontrol sifat bensin
dalam pemakaiannya seperti:
30
Aviation gasoline (avgas) adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk mesin
pesawat terbang yang berbaling-baling (piston engine) yang pada prinsipnya
seperti mesin motor biasa.
31
Ada sedikit perbedaan antara mesin pesawat terbang dengan mesin motor yang
mempengaruhi sarat-sarat dari spesifikasi bahan bakarnya, yaitu:
- Pesawat terbang bekerja dengan kondisi yang berubah-ubah dimana pada saat
tinggal landas (take off) diperlukan tenaga yang sangat besar dan pada keadaan
jelajah (cruising) bekerja dengan sedkit tenaga.
- Pesawat terbang bekerja pada atmosfir yang tinggi, dimana kepadatan dan
temperatur udara cukup rendah sehingga memerluka supercharging yaitu
sistem pemompaan campuran udara-bahan bakar dari karburator kedalam
silinder yang lebih besar.
d. Aviation turbo fuel (Avtur)
Avtur adalah jenis bahan bakar untuk pesawat terbang yang bermesin jet (turbo
jet). Pada turbo jet proses pembakarannya tidak terjadi pada tekanan yang tinggi
seperti pada pesawat terbang baling-baling. Karena mesin jet bekerja pada suhu
biasa sampai sekitar 95oF, maka fraksi kerosene merupakan bahan yang paling
sesuai untuk mesin jet.
e. Kerosene
Kerosene adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari pada bensin dan
mempunyai daerah titik didih 150 - 250 oC. Kerosene dipakai sebagai bahan bakar
lampu penerangan dan bahan bakar kompor untuk rumah tangga. Karena
penggunaa utamanya untuk bahan bakar lampu penerangan, maka kerosene harus
memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit mungkin timbulnya asap.
f. Minyak diesel
Minyak diesel adalah fraksi minyak bumi yang mempunyai trayek titik didih
antara 200 - 350 oC dan digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
Mesin diesel sistem penyalaannya tidak menggunakan busi, tetapi penyalaannya
terjadi karena suhu tinggi yang dihasilkan dari pemampatannya dengan udara
didalam silinder mesin. Oleh karena itu mesin diesel dirancang dengan
perbandingan kompresi (compression ratio) yang tinggi (diatas 12 : 1). Tekanan
kompresi bisa mencapi 400 - 700 psi dan suhu udara setelah dimampatkan
mencapai 1000 oF atau lebih. Supaya bahan bakar diesel dapat masuk kedalam
32
silinder yang berisi udara bertekanan tinggi, maka bahan bakar harus ditekan
dengan pompa injektor sampai 20000 psi.
g. Minyak bakar residu
Minyak bakar residu terdiri dari residu-residu yang berasal dari hasil distilasi dan
proses perengkahan (cracking).
Minyak bakar jenis ini terutama digunakan untuk furnace industri.
h. Minyak pelumas
33
j. Malam (wax)
Senyawa hidrokarbon yang terdapat didalam minyak bumi dengan jumlah atom
karbon antara 20 - 75 buah mempunyai titik lebur sekitar 90 - 200 oF. Malam
(wax) dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Malam parafin.
- Malam mikro kristal.
Malam parafin diperoleh dari hasil distilasi parafin ringan, sedangkan malam
mikro kristal diperoleh dari hasil distilasi parafin berat.
k. Aspal
Aspal adalah bitumen setengah padat atau padat yang berwarna hitam yang
berasal dari minyak bumi.
Aspal terdiri dari partikel-partikel koloid yang disebut aspalten yang terdispersi
didalam resin dan konstituen minyak.
Aspal dapat dipisahkan dengan jalan melaritkan nafta. Aspalten yang tidak larut
akan mengendap sebagai serbuk berwarna coklat atau hitam.
Aspal mempunyai sifat adhesif/lengket dan kohesif (melawan tarikan), tahan
terhadap air, tidak terpengaruh oleh asam maupun basa.
Aspal digunakan untuk perekat pada konstruksi pengerasan jalan, untuk atap,
melapisi saluran pipa sebagai bahan pelindung.
l. Bahan-bahan Petrokimia
Banyak
bahan
petrokimia
yang
dapat
dihasilkan
untuk
menunjang
34
Proses fisis:
- Distilasi
- Extraksi
- Absorpsi
- Adsorpsi
- Kristalisasi
- Dsb.
Proses kemis/konversi:
- Cracking
- Polimerisasi
- Alkilasi
- Isomerisasi
- Reformasi
- Hydrotreating
- Dsb.
Proses fisis adalah proses yang berlangsung dengan peristiwa fisika, sedangkan
proses kemis adalah proses yang berlangsung dengan peristiwa kimia dimana
selama proses berlangsung terjadi reaksi kimiawi dalam bentuk peruraian,
penggabungan, perubahan struktur kimia, dsb.
35
BAB 4
CRUDE OIL DESALTING
1. U M U M
Crude oil yang diperoleh dari perut bumi banyak mengandung garam-garam yang
terlarud di dalam minyak seperti nickel dan vanadium. Disamping garam-garam
yang terlarut di dalam minyak terdapat juga garam-garam yang terlarut di dalam
air seperti sodium, magnesium, dan calsium yang berupa senyawa klorida dan
sulfat (perhatikan gambar (4-1). Kandungan garam-garam yang terlarut
dinyatakan sebagai ppm berat NaCl dan kandungan air dinyatakan dalam % berat.
Kandungan BS + W (Bottom Sediment plus Water) biasanya berkisar antara 50
150 ppm wt dan 0,1 0,5 % berat. Meskipun demikian kadang-kadang juga
dijumpai kandungannya sampai 1000 ppm dan 1,2 % berat. Garam-garam tersebut
dapat menimbulkan kerak dan korosi pada peralatan unit distilasi maupun unnitunit pengolahan lain. Korosi terjadi setelah crude oil dipanaskan (sekitar suhu 130
o
36
2. DESALTING
Medan listrik menimbulkan muatan listrik pada butiran-butiran air dan mulai
terjadi getaran, getaran tersebut mempunyai dua pengaruh sebagai berikut:
37
(a) Lapisan antar permukaan (interfacial film) di sekitar butiran air dipecahkan
dan menambah luas permukaan butiran yang kemudian diubah bentuknya
menjadi ellipsoida.
(b) Terjadinya tumbukan menjadi lebih sering sehingga butiran-butiran akan
menyatu membentuk butiran yang berukuran lebih besar
Air garam (salty water) yang telah menyatu meninggalkan desalter melalui bagian
dasar dan melepaskan panasnya di dalam sebuah alat penukar panas untuk
memanaskan air proses atau air segar yang akan diumpankan ke desalter. Air
garam yang keluar dari desalter biasanya dikirim ke sour water stripper (SWS)
untuk diturunkan kandungan H2S dan kontaminan lainnya sebelum dibuang ke
perairan bebas. Crude oil bebas garam (desalted crude oil) meninggalkan desalter
melalui bagian puncak dikirim menuju ke satu atau lebih alat penukar panas atau
langsung ke sebuah preflah vessel.
3. ELECTRICAL DESALTER
Electrical desalter umumnya dibuat oleh Petrolite, Marsco, atau Howe-Baker. Dua
macam electrical desalter yang banyak tersedia di pasaran adalah high-velocity
cylectric desalter (dibuat oleh petrolite) dan low-velocity desalter (dibuat oleh
Petrolite, Marsco dan Howe-Baker).
Perbedaan antara kedua type tersebut adalah terletak pada konstruksi dan posisi
elektroda dan crude inlet nozzles. Pada Cylectric desalter emulsi crude-air
didispersikan langsung ke medan listrik melalui bagian atas vessel dengan
menggunakan nozzle khusus, yakni aliran masuk diarahkan secara horisontal di
antara elektroda. Pada low velocity desalter emulsi di masukkan di bawah
elektroda melalui bagian dasar vessel dengan menggunakan pipa distributor.
Ada lima variabel yang harus betul-betul diperhatikan dalam operasi desalting
secara rinci dapat dijelaskan seperti berikut:
38
Jumlah air proses dapat divariasikan antara 3 dan 7 % vol pada crude intake,
laju air ditentukan oleh jumlah garam yang ada di dalam crude oil dan
kandungan garam yang tersisa memenuhi syarat dalam desalted crude oil.
Dimanapun sedapat mungkin sour water dari catalytic cracking unit, crude
distilling unit, hydrotreater dan hydrodesulfurizer harus digunakan untuk
desalting. Jenis air lain misalnya dari high vacuum unit, bitumen blowing
unit, steam naphtha cracker dan thermal cracker water dapat meningkatkan
untuk emulsi, oleh karena itu harus dihindari. Untuk menjamin tidak
terjadinya kerak dan dapat memberikan hasil pemisahan garam dianjurkan
harus menggunakan air lunak. Petrolite menetapkan maksimum kandungan
garam sadah tetap dalam air 85 ppm wt. Sebagai CaCO3.
39
Komposisi maksimum yang diijinkan pada air jernih untuk desalting adalah
sebagai berikut:
Total dissolved solid
: max. 63 ppm wt
PH
: 6,7 7,0
Untuk menjamin kontak yang baik antara air dan crude oil minimum jumlah
air yang diperlukan adalah 5 % vol. dari total air pada crude intake. Jika
jumlah air tersebut tidak tersedia, sirkulasikan sebagian dari air effluent
(direkomendasikan tidak lebih dari 1 : 1).
d). Demulsifier
40
Jenis
demulsifier
Jumlah
ppm wt. On crude
1,5 2,0
(continuously)
Nalco 537-D
Tretolite R-35
1,5 7,0
5,0
2,5 4,0
(intermittently)
Nalco 537-D
5,0 10,0
Jika crude oil dan/atau air mendidih di dalam desalter vessel akan
menimbulakn turbulensi tinggi dan pencampuran berulang crude oil dan air,
dengan demikian akan menyulitkan pengendapan; selanjutnya pembentukan
gelembung gas akan memicu pembentukan electrical flash over. Untuk
mencegah terjadinya hal ini, tekanan operasi di dalam vessel biasanya diatur
sekurang-kurangnya 1,7 kg/cm2 di atas tekanan sistem. Yang dimaksud
tekanan sistem adalah jumlah dari tekanan uap crude oil dan tekanan uap air.
5. PENGALAMAN OPERASI
Berdasarkan pengalaman operasi telah menunjukkan bahwa banyak keuntungankeuntungan dan persoalan-persoalan yang timbul baik terhadap peralatan maupun
operasinya.
41
42
43
(5). Pembentukan kerak di dalam alat penukar panas setelah desalter. Pada
suhu sekitar 150 oC semua air bebas akan terlarut dan meninggalkan
kristal garam dalam bentuk suspensi di dalam crude oil. Kristal garam
yang terbentuk akan menempel pada dinding tube sebagai kerak yang
akan menghambat proses perpindahan panas.
(6). Kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan penentuan garam dan
repeatability of the analysis. Persoalan analisis adalah terletak pada
penentuan kandungan garam dalam crude oil. Tahapan kritis adalah pada
saat ekstraksi garam-garam dari crude oil.
6. CHEMICAL DESALTING
Jika waktu penyimpanan di dalam tangki cukup lama, maka harus dilengkapi
dengan coil pemanas dan fasilitas-fasilitas untuk menambahkan demulsifier dan
sekitar 1 % vol air yang memenuhi syarat untuk desalting. Meskipun cara
chemical desalting ini dapat menjadi lebih murah daripada electrical desalting,
namun harus diingat bahwa biaya pemeliharaan bisa menjadi lebih mahal.
7. NETRALISASI HCl
Ketika crude oil dipompakan ke crude desalting unit masih mengandung sejumlah
tertentu air yang mengandung garam, hal ini dapat menimbulkan korosi pada
bagian atas desalter. Adanya garam-garam MgCl2, CaCl2, NaCl sebagian akan
terhidrolisa pada suhu sekitar 120 oC, dan HCl akan terbentuk di dalam alat
penukar panas dan furnace. HCl tidak akan menimbulkan korosi sepanjang dalam
keadaan kering, tetapi pada lokasi dimana terjadi pengembunan uap air seperti
pada bagian puncak kolom distilasi asam klorida akan terbentuk dan korosi akan
terjadi. Untuk menghindari hal tersebut, bahan konstruksi yang digunakan harus
terbuat dari Monel atau logam paduan tahan korosi, dan cara yang paling murah
adalah dengan menetralkan HCl yang terbentuk. Bahan kimia yang dapat
digunakan untuk menetralisir adalah caustic soda atau ammonia.
44
BAB 5
DISTILASI
1. U M U M
Distilasi adalah salah satu teknik pemisahan yang didasarkan atas perbedaan
volatility atau titik didih komponen-komponen dalam campuran. Proses ini
dilakukan didalam sebuah kolom yang didalamnya dilengkapi alat kontak yang
tersusun diatas tray dengan jarak antara tray tertentu. Untuk pemisahan yang
sangat komplek sering kali digunakan lebih dari satu kolom, dan untuk
mendapatkan kemurnian yang tinggi pada hasil puncak dapat dilakukan dengan
cara mengembalikan sebagian kondensat melalui puncak kolom tersebut sebagai
reflux. Karena dari kolom ini diperoleh produk dalam berbagai fraksi maka proses
ini dikenal sebagai distilasi fraksional atau fraksinasi. Di dalam proses distilasi
mencakup kegiatan proses penguapan dan pengembunan.
Proses penguapan:
Proses pengembunan:
Uap yang terbentuk didinginkan kemudian berubah fasenya menjadi cair kembali
dan kemudian ditampung di dalam tempat penampungan. Didalam proses distilasi
terjadi dua kejadian lain yaitu transfer panas dan transfer masa. Transfer panas
berlangsung pada saat campuran diberi panas dari sumber panas tertentu. Transfer
masa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase cair menjadi uap dan demikian juga
sebaliknya, berkurangnya masa cairan sebanding dengan bertambahnya masa uap.
Fase uap kontak dengan fase cair dan sekaligus terjadi transfer masa dari cairan ke
uap dan dari uap ke cairan. Di dalam fase cair dan uap biasanya mengandung
komponen-komponen sama tetapi berbeda jumlahnya.
Sebagai contoh distilasi sederhana untuk memisahkan larutan yang terdiri dari dua
komponen A dan B (biner) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar (5-1).
45
46
Menurut tekanan kerjanya proses distilasi dibedakan dalam tiga macam sebagai
berikut:
tekanan
atmosfir.
Cara
ini
diterapkan
untuk
memisahkan
Banyak macam peralatan yang digunakan dalam unit distilasi, beberapa peralatan
utama yang perlu dikenal diantaranya adalah:
47
a. Kolom distilasi
Kolom distilasi yang berbentuk bejana silinder yang terbuat dari bahan baja
dimana di dalamnya dilengkapi dengan alat kontak yang berfungsi untuk
memisahkan komponen-komponen campuran larutan. Beberapa sambungan yang
dipasang pada kolom adalah untuk saluran umpan, hasil puncak, reflux, reboiler,
hasil samping, steam serta hasil bawah.
b. Kolom stripper
Bentuk dan konstruksi stripper seperti kolom distilasi hanya pada umumnya
ukurannya lebih kecil. Peralatan ini berfungsi untuk menajamkan pemisahan
komponen-komponen dengan cara mengusir atau melucuti fraksi-fraksi yang lebih
ringan di dalam produk yang dikehendaki. Prosesnya adalah penguapan biasa,
yang secara umum untuk membantu penguapan diinjeksikan steam dari bagian
dasar stripper.
c. Furnace (dapur)
Furnace yang dimaksud disini adalah berfungsi sebagai tempat mentransfer panas
yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar. Di dalam dapur terdapat pipa
pemanas yang etrsusun sedemikian rupa sehingga proses perpindahan panas dapat
berlangsung sebaik mungkin. Minyak yang dialirkan melalui pipa-pipa tersebut
akan menerima panas dari hasil pembakaran di dalam dapur hingga suhunya
o
mencapai sekitar 300 C - 350 C, kemudian masuk kedalam kolom distilasi untuk
dipisahkan komponen-komponennya.
Heat exchanger atau alat penukar panas berfungsi untuk berlangsungnya proses
perpindahan panas antara fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai
kepentingan.
Sebagai contoh crude oil dengan residu, dimana crude oil membutuhkan panas
sedangkan residu perlu melepaskan panas. Dengan demikian melalui pertukaran
panas ini dapat dimanfaatkan panas yang seharusnya terbuang, dan apabila dinilai
dari segi ekonominya hal ini akan memberikan penghematan biaya operasi.
48
e. Condenser
Sebagaimana hasil puncak yang berupa uap kiranya tidak dapat ditampung dalam
bentuk demikian, oleh karena itu perlu diembunkan hingga bentuknya berubah
menjadi kondensat. Untuk mengembunkan uap tersebut harus dilewatkan kedalam
condenser, dan umumnya yang digunakan sebagai media pendingin adalah air.
Panas yang diserap didalam condenser sebagaimana panas pengembunannya
(untuk merubah fase uap menjadi fase cair) dalam hal ini setara dengan panas
latennya. Secara teoritis penyerapan panas didalam condenser tanpa diikuti
dengan perubahan suhu.
f. Cooler
Bentuk dan konstruksi cooler seperti halnya pada condenser, hanya fungsinya
yang berbeda. Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk
yang masih mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk disimpan di dalam
tangki. Jika condenser fungsinya untuk mengubah fase uap hingga menjadi bentuk
cair, maka cooler lain halnya, yaitu hanya untuk menurunkan suhu hingga
mendekati suhu sekitarnya atau suhu yang aman. Jika didalam condenser yang
diserap adalah panas latennya, lain halnya di dalam cooler yang diserap adalah
panas sensibelnya, yaitu panas untuk perubahan suhu tanpa diikuti perubahan
fase.
g. Separator
Sesuai dengan namanya, peralatan ini berfungsi untuk memisahkan dua zat yang
tidak saling melarutkan, misalnya gas dan cairan, minyak dan air dan lain
sebagainya. Prinsip pemisahannya adalah berdasarkan pada perbedaan densitas
antara kedua fluida yang akan dipisahkan. Semakin besar perbedaan densitas
antara kedua fluida maka akan semakin mudah dalam pemisahannya.
4. VARIABEL PROSES
49
Suhu
Tekanan
4.1. Suhu
Pengaruh suhu di dalam suatu proses distilasi merupakan faktor yang sangat
menentukan, karena pada proses ini terjadi pemisahan atas komponen-komponen
campuran berdasarkan titik didihnya.
Pengaruh suhu operasi yang terlalu tinggi pada crude oil akan menimbulkan
perengkahan (cracking) di dalam tube yang kemudian dapat berkelanjutan
pembentukan coke (coking) didalam tube yang efeknya dapat menghambat
transfer panas, dan bahkan dapat merusak tube karena panas yang berlebihan
(overheating) pada dinding tube.
Pengaruh suhu operasi yang terlalu tinggi pada kolom fraksinasi dapat dilihat
dengan mudah melalui hasil analisis laboratorium. Jika suhu didalam kolom
fraksinasi terlalu tinggi akan mengakibatkan naiknya titik didih akhir (Final
Boiling Point) hasil puncak atau naiknya titik didih awal (Initial Boiling Point)
hasil bawah (bottom product). Demikian pula sebaliknya jika suhu di dalam
kolom fraksi nasi terlalu rendah.
4.2. Tekanan
Untuk distilasi atmosferik, pengaruh tekanan tidak begitu tampak, tidak seperti
distilasi hampa atau distilasi bertekanan. Pengaturan tekanan biasanya bervariasi
dengan pengaturan suhu operasi. Pengaruh tekanan di dalam kolom fraksinasi
50
51
tube (tube bending), bergesernya tube (tube sagging) yang semuanya itu dapat
menimbulkan kerusakan fatal bahkan kebocoran dan kebakaran.
Ada tiga cara untuk menyatakan tekanan yang bekerja di dalam fluida atau sistem.
Tekanan udara atmosfir yang dinyatakan sebagai 1 atm adalah sama dengan 760
mm Hg pada 0 oC, 29,921 inch Hg, 0,760 m Hg, 14,696 lb force per square inch
(psi), atau 33,90 ft H2O pada 4 oC. Tekanan lebih (gage pressure) adalah tekanan
di atas tekanan atmosfir sebagaimana umumnya yang ditunjukkan oleh alat
pengukur tekanan. Tekanan mutlak (absolute pressure) adalah tekanan yang
sekalanya diukur mulai dari tekanan udara 0 atm, dengan kata lain tekanan absolut
sama dengan tekanan lebih ditambah 1 atm. Sebagai contoh jika suatu bejana
mempunyai tekanan yang ditunjukkan oleh alat pengukur sebesar 2 atm gage
52
Gas ideal dinyatakan sebagai gas pada kondisi atmosfir berupa gas sempurna
(tidak sebagianpun yang menyusut volumenya karena tekanan, apa lagi
terkondensasi). Dengan kata lain gas ideal adalah gas yang menduduki volume
ruangan sebagaimana volume molekul-molekulnya sendiri. Perilaku gas ideal
mengikuti hukum-hukum gas ideal. Gas nyata (real gas) dinyatakan gas yang
53
tidak mengikuti hukum-hukum gas ideal karena volume ruangan yang diduduki
tidak menggambarkan volume molekul-molekulnya sendiri. Umumnya gas pada
kondisi tekanan yang cukup tinggi dikatakan sebagai gas tidak sempurna, oleh
karena itu diperlukan koreksi dalam melakukan perhitungan-perhitungan.
Hukum gas ideal yang oleh Boyle keadaannya dinyatakan bahwa volume gas
berbanding langsung terhadap suhu absolutnya dan berbanding terbalik terhadap
tekanannya absolutnya. Secara matematis dinyatakan seperti berikut:
pV = nRT
dimana:
p = tekanan absolut, N/m2
V = volume gas, m3
n = jumlah molekul, kgmol
T = suhu absolut, K
R = konstanta gas, 8314,3 kg.m2/kgmol.s2.K
Jika volume gas dinyatakan dalam satuan ft3, n dalam lbmol, dan T dalam oR,
maka R mempunyai harga 0,7302 ft3.atm/lbmol.oR. Untuk satuan cgs, V = cm3, T
= K, R = 82,057 cm3.atm/gmol.K, dan n = gmol.
Besaran gas biasanya dinyatakan dalam volume (m3) pada kondisi standar dengan
tujuan agar dapat dibandingkan. Mengacu pada rekomendasi AGA dan API,
keadaan standard yang disebut standard condition of temperature and pressure
(disingkat STP atau SC) yang dalam sistem satuan internasional (SI) dinyatakan
pada tekanan 101,325 kPa (1,0 atm) absolute dan suhu 288,15 K (15 oC). Dalam
satuan British volume dinyatakan ft3, tekanan 14,73 psia (101,563 kPa) dan suhu
60 oF (15,56 oC).
Dalam acuan juga sering menggunakan keadaan normal yang disebut normal
condition of temperature and pressure (disingkat NTP atau NC) yang dalam
system satuan international (SI) dinyatakan pada tekanan 101,325 kPa absolute
dan suhu 273,15 K (0 oC). Dibawah kondisi ini volume gas dinyatakan sebagai
berikut:
54
Contoh 5-1:
Hitung harga konstanta gas R jika tekanan dinyatakan dalam satuan psia, mol
dalam lbmol, voulme dalam ft3, dan suhu dalam oR. Ulangi untuk satuan SI.
Penyelesaian:
pV
nT
(1,01325 x 10
Pa
= 10,73
) (22,414 m )
(1 kgmol) (273,15 K)
ft 3 . psia
lbmol. o R
= 8314
m 3 . Pa
kgmol. K
Jika dibandingkan:
T
p 1 V1
= 1
T2
p 2 V2
55
Contoh 5-2:
10 liter gas nitrogen (N2) mempunyai tekanan 1,2 atm absolute dan suhu 100 oC
ditekan hingga mencapai 3,0 atm absolute dan kemudian didinginkan hingga
suhunya menjadi 50 oC. Hitung jumlah molekul gas nitrogen tersebut dan volume
akhir dalam satuan liter dan m3.
Penyelesaian:
p 1 V1
R T1
Gunakan persamaan: n =
dimana:
p1 = 1,2 atm
V1 = 10 liter
T1 = 273,2 + 100 = 373,2 K
R = 0,08205 liter.atm/gmol.K
n =
liter. atm
0,08205
( 373,2 K)
gmol. K
= 0,393 gmol
n R T2
p2
dimana:
p2 = 3,0 atm
T2 = 273,2 + 50 = 323,2 K
liter. atm
(323,2 K)
gmol. K
3,0 atm
= 3,46 liter
Alternatif lain:
V2 =
T2 p 1 V1
=
T1 P2
56
5.3.
Konsep gas ideal, cairan ideal, campuran gas ideal, dan campuran cairan
ideal telah membentuk basis untuk berbagai hubungan kuantitatif dalam
membahas kesetimbangan. Prinsip dasar yang berkaitan dengan distilasi adalah
hukum Dalton yang menjelaskan tentang tekanan parsial, dan hukum Raoult yang
mengkaitkan tekanan yang ditimbulkan oleh suatu komponen dalam fase uap dari
suatu campuran gas terhadap konsentrasi dalam fase cair dan tekanan uapnya.
Dalam keadaan ideal, hukum Raoult dapat didefinisikan untuk fase uap-cairan
dalam kesetimbangan seperti berikut:
p i = p *i x i
dimana: pi = tekanan parsial komponen i dalam fase uap
p *i = tekanan uap komponen i
xi = fraksi mol komponen i dalam fase cair
Hukum ini hanya berlaku untuk larutan ideal seperti methane-ethane, ethanepropane, propane- butane, dan sebagainya.
Banyak sistem berupa larutan ideal atau non ideal mengikuti hukum Henry jika
dalam larutan encer. Dalam hukum Henry dinyatakan
pi = H x i
pi
H
dan = K , maka persamaan tersebut menjadi
p
p
yi = K x i
57
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas sama dengan
jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponen gas dalam campuran.
Secara matematis dinyatakan
n
p = p i = p1 + p 2 + p 3 + ...... + p n
1
Dalton juga menyatakan bahwa tekanan parsial gas ideal sebanding dengan
jumlah relatif molekul-molekul gas dalam campuran (atau fraksi mol) yang
dinyatakan seperti berikut.
58
pi = yi p
Sedangkan Roult menyatakan bahwa tekanan parsial dalam fase uap berkaitan
dengan tekanan uap dan komposisinya (fraksi mol) dalam fase cair sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan sebelumnya.
pi = xi pi*
59
p = p i = y i p = x i .p *i
dan untuk komponen tunggal
yi p = xipi*
Jika suatu cairan ditempatkan dalam sebuah wadah yang tertutup rapat, molekulmolekul cairan akan menguap ke atas permukaan cairan dan memenuhi seluruh
ruangan di atas cairan tersebut. Setelah beberapa saat kesetimbangan akan
dicapai. Uap tersebut akan memberikan tekanan seperti halnya gas, dan ini disebut
sebagai tekanan uap cairan. Besarnya tekanan uap tidak tergantung pada jumlah
cairan dalam wadah tersebut. Dengan demikian tekanan uap dapat dinyatakan
sebagai tekanan yang diberikan oleh uap yang dalam kesetimbangan dengan
cairannya (dalam keadaan jenuh) pada suhu tertentu.
Tekanan uap pi* suatu komponen adalah sifat fisis yang unik dari komponen
(tidak ada duanya) dan merupakan suatu fungsi dari suhu. Tekanan uap meningkat
harganya dengan meningkatnya suhu. Komponen yang mempunyai tekanan uap
lebih tinggi dari komponen lainnya dinyatakan bahwa komponen tersebut relatif
lebih mudah menguap (lebih volatile). Tekanan uap untuk brbagai zat dapat
ditentukan dari tabel atau grafik dalam berbagai pustaka. Hubungan antara
tekanan uap dan suhu, Oleh Antoine dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut.
log p *i = A -
B
C+t
dimana A, B, dan C adalah konstanta untuk suatu komponen tertentu pada rentang
suhu yang relatif sempit (biasanya tidak lebih dari 100 oC). Harga konstanta
tersebut untuk berbagai macam senyawa dapat ditentukan berdasarkan data
tekanan uap pada berbagai suhu. Dreisbach, API Project Report, Perry, dan
beberapa ilmuwan lainnya telah menurunkan konstanta Antoine berdasarkan data
60
tekanan uap pada berbagai suhu. Konstanta Antoine untuk beberapa senyawa
dapat dilihat dalam tabel (5-1).
Acetylene
Benzene
1,2-Butadiene
1,3-Butadiene
n-Butane
i-Butane
1-Butene
cis-2-Butene
trans-2-Butene
Ethane
Ethanol
Ethylbenzene
Ethylene
n-Hexane
n-Heptane
2-Heptene
1-Hexene
Methane
Methanol
n-Nonane
n-Octane
1,3-Pentadiene
1,4-Pentadiene
n-Pentane
i-Pentane
1-Pentene
Propane
n-Propanol
i-Propanol
Propylene
Toluene
Water
2-Xylene
3-Xylene
4-Xylene
Nitrogen
CO2
H2S
Oksigen
A
8.28096
6.96477
6.77025
6.90060
6.80835
6.78433
6.84242
6.90140
6.84190
6.78960
8.10872
6.95670
6.88202
6.91038
6.95620
6.88929
6.87447
6.94083
7.81604
7.03465
7.01704
6.93627
6.85674
6.85685
6.80518
6.84532
6.81021
8.22986
8.26422
6.85455
6.93637
7.90050
6.96063
6.96645
6.95064
7.35335
8.97082
7.42363
7.14510
Konstanta Antoine
B
923.449
1240.810
988.103
946.081
937.107
895.586
926.468
972.941
949.613
653.819
1581.831
1423.700
619.855
1187.179
1298.944
1278.428
1167.596
437.614
1440.028
1501.408
1409.155
1107.372
1035.508
1066.400
1026.136
1044.375
805.180
1702.136
1646.386
796.074
1332.421
1599.836
1452.541
1436.981
1428.740
357.674
1070.445
862.544
386.253
C
254.960
223.781
235.485
239.855
239.095
241.223
240.197
238.297
238.829
255.834
224.104
213.120
258.703
225.947
220.304
220.285
226.460
269.685
226.707
210.348
215.136
231.001
234.041
232.141
233.718
233.281
246.999
220.418
223.325
248.063
217.986
220.000
211.564
212.571
212.723
276.202
253.858
250.476
273.789
61
persamaan
Antoine
menjadi
persamaan
yang
dapat
B
C+t
y=A-x
y=A-x
x=
B
U
dy = - dx
dx = - B U -2 dU
U=t+C
dU = dt
t2
U1
t1
dU = dt
U2 U1 = t2 t1
(t2 + C) (t1 + C) = t2 t1
y2
U2
y1
U1
-2
dy = B U dU
y 2 - y 1 = - B (U -21 - U 1-1 )
1
1
y 2 - y1 = B (U1-1 - U -21 ) = B
t +C t +C
2
1
y -y
log p *2 log p1*
2
1
=
B=
1
1
+
+
t
C
t
C
2
1
t1 + C t 2 + C
62
B12 =
log (p 2 /p1 )
1
1
t1 + C t 2 + C
Contoh 5-3:
Berikut adalah data suhu dan tekanan uap ethane dan propane.
Suhu didih, oC
Tekanan, mmHg
Ethane
Propane
40
-129,8
-92,4
100
-119,3
-79,6
760
-88,6
-42,1
Tentukan suhu didih kedua senyawa tersebut pada tekanan 3000 mmHg dengan
menggunakan persamaan Antoine.
Penyelesaian
log (p 2 /p1 )
log (100/40)
=
= 652,164
1
1
1
1
t 1 + C t 2 + C - 129,8 + 255,834 - 119,3 + 255,834
B13 =
log (p 3 /p1 )
log (760/40)
=
= 654,187
1
1
1
1
t 1 + C t 3 + C - 129,8 + 255,834 - 88,6 + 255,834
B 23 =
log (p 3 /p 2 )
log (760/100)
=
= 655,105
1
1
1
1
t 2 + C t 3 + C - 119,3 + 255,834 - 88,6 + 255,834
B AV =
log p *i = A -
B
t+C
A = log p *i +
B
t+C
63
A1 = log 40 +
653,819
= 6,78970
- 129,6 + 255,834
A 2 = log 100 +
653,819
= 6,78869
- 119,3 + 255,834
A 3 = log 760 +
653,819
= 6,79042
- 88,6 + 255,834
A AV =
Konstanta Antoine untuk propane dapat dihitung dengan cara yang sama dan
hasilnya ditunjukkan dalam tabel berikut:
Konstanta Antoine
Senyawa
Ethane
Propane
A
6,78960
6,81021
B
653,819
805,180
C
255,834
246,999
B
653,819
-C=
- 255,834 = - 58,45 o C
*
6,78960 - log 3000
A - log p i
B
805,180
-C=
- 246,999 = - 5,43 o C
*
6,81021 - log 3000
A - log p i
64
komponen
yang
titik
komponen
yang
titik
uap
didinginkan
dan
Pada saat yang sama, campuran semula yang didistilasi akan berkurang
kandungan komponen ringannya, dalam hal ini sering dikenal dengan istilah
residu.
Untuk mendapatkan tingkat kemurnian yang tinggi, kolom distilasi harus
dirancang untuk mendapatkan hasil pemisahan yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu banyak kolom distilasi yang dirancang dengan menggunakan sistem
pemisahan bertingkat.
Meskipun banyak orang telah mengetahui apa arti distilasi, namun perlu diktehui
juga aspek-aspek penting yang berikut ini, bahwa:
Jenis kolom
65
Reboiler
Kesetimbangan uap-cairan
Banyak jenis kolom distilasi yang dirancang untuk melakukan pemisahan dengan
tujuan tertentu dan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Salah satu cara yang
digunakan untuk mengklasifikasikan kolom distilasi adalah berdasarkan cara
operasinya, yakni batch-column atau continuous-column.
Batch-Column
Continuous-Column
66
bawah (bottom).
Azeotropic distillation: letak masuknya umpan berada di daerah aliran produk atas
(top).
komponen.
Reboiler: untuk menguapkan kembali produk bawah yang akan dikembalikan lagi
ke dalam kolom.
Condenser: untuk mengembunkan uap yang meninggalkan puncak kolom.
Reflux drum: untuk menampung kondensat yang akan di kembalikan lagi kedalam
kolom.
67
Sebuah
yang
vertical
di
shell
dalamnya
dan
reboiler
distilasi
secara
ditunjukkan
yang
skematik
dalam
Gambar (5-6).
Campuran cairan yang diproses dikenal sebagai umpan (feed) dan biasanya
diumpankan dekat dengan pertengahan kolom menuju ke sebuah tray yang
dikenal sebagai feed tray. Feed tray berada di antara dua bagian, bagian di atas
feed tray dikenal dengan istilah enriching atau rectification section, dan bagian di
bawah feed tray dikenal dengan istilah stripping section.
Feed yang mengalir ke bawah dan terkumpul di bagian dasar kolom ditarik keluar
dan sebagian menuju ke reboiler untuk dikembalikan lagi ke dalam kolom,
perhatikan Gambar (5-7).
68
Panas dipasok ke reboiler untuk menguapkan cairan yang berada di dalam reboiler
sebelum menuju ke kolom. Sumber panas yang digunakan sebagai pemanas di
dalam reboiler biasanya steam. Di dalam refinery banyak dijumpai steam bekas
(exhaust steam) dan lebih ekonomis jika steam ini yang digunakan sebagai media
pemanas. Sebagian cairan yang ditarik dari bagian dasar kolom dan tidak
dikembalikan lagi ke kolom melalui reboiler dikenal sebagai bottom product atau
simply bottom.
tampung di dalam sebuah bejana yang dikenal sebagai reflux drum. Sebagian dari
cairan dikembalikan ke bagian puncak kolol dan dikenal sebagai reflux.
Sedangkan sebagian lainnya yang tidak dikembalikan dikenal sebagai distillate
atau top product.
Dengan demikian ada internal flow yang berupa uap dan cairan di dalam kolom
dan external flow berupa umpan dan produk di luar kolom.
Istilah tray dan plate digunakan secara bergantian. Ada berbagai macam
rancangan tray yang tersedia di pasaran, tetapi salah satu yang paling banyak
digunakan di antaranya adalah bubble cap tray, valve tray dan sieve tray. Tidak
semua jenis tray cocok untuk menangani berbagai macam cairan yang akan
didistilasi, tetapi harus dipilih yang sesuai dengan karakteristik campuran cairan
69
yang akan didiatilasi dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah dengan
mempertimbangkan hidrodinanikanya.
Sebuah bubble cap tray seperti yang terlihat dalam Gambar (5-9) mempunyai riser
atau chimney yang terpasang pada setiap lubang, dan sebuah cap (mangkok) yang
menutupi riser.
Cap dipasang sedemikian rupa sehingga ada suatu jarak antara riser dan cap untuk
memberikan jalan uap yang melewatinya. Uap naik melalui chimney dan
diarahkan oleh cap untuk membelok ke bawah menuju ke lubang kecil (slot) yang
terdapat di ujung bibir cap. Di dalam slot inilah uap melakukan kontak dengan
cairan dan menimbulkan gelembung-gelembung uap, dan di sini pula transfer
panas dan transfer masa terjadi.
Valve tray
Di dalam valve tray seperti yang terlihat dalam Gambar (5-10), terdiri dari
lubang-lubang yang ditutupi oleh liftable caps (yaitu mangkok-mangkok yang
dapat terangkat karena tekanan uap.
Jika tekanan uap cukup akan mengankat valve, tetapi jika tekanan uap tidak
mencukupi valve akan turun merapat dengan lubang tray. Dengan demikian
kemungkinan cairan mengalir melalui lubang-lubang tray dapat dihindari. Uap
naik melalui lubang-lubang tersebut dan mengangkat cap, dengan demikian akan
menimbulkan luasan celah aliran untuk lewatnya tersebut.
70
Dengan
terangkatnya
mengarahkan
uap
cap
untuk
akan
mengalir
Sieve tray
Sieve tray seperti yang terlihat dalam Gambar (5-11) adalah pelat biasa yang
diberikan lubang-lubang kecil sebagai jalan lewatnya uap. Uap naik ke atas lurus
melalui lubang-lubang tersebut dan kontak dengan cairan yang berada di atas
plate. Supaya tidak terjadi tetesan cairan melalui lubang tersebut maka tekanan
uap harus cukup untuk melawan tekanan hidrostatis yang ditimbulkan sesuai
dengan ketinggian cairan di atas plate.
Susunan, jumlah, dan ukuran lubang
merupakan parameter penting dalam
perancangan.
Karena
rentang
pemeliharaannya
yang
cukup
Gambar (5-12) dan (5-13) menunjukkan arah aliran uap dan cairan pada
penampang sebuah tray dan sebuah kolom. Setiap tray mempunyai dua buah
saluran (satu pada setiap sisi), saluran tersebut dikenal dengan istilah downcomer.
Cairan mengalir turun secara gravitasi melalui downcomer dari satu tray ke tray di
bawahnya.
Sebuah weir (tanggul) juga dipasang di atas tray yang digunakan untuk menjamin
agar di atas tray selalu ada genangan cairan (liquid holdup). Dengan
71
Aliran uap di dalam kolom yang mendesak cairan melalui lubang-lubang tray
efektifitasnya tergantung pada luasnya seluruh lubang yang dilaluinya. Luasnya
seluruh lubang yang dilalui uap setiap tray dikenal sebagai active tray area.
dengan
pipa
kecil
lubang-lubang tray.
Uap yang lebih panas menembus cairan di atas tray sambil mentrasfer panasnya
ke cairan yang lebih rendah suhunya. Oleh karena itu sebagian uap akan
mengembun dan sebagian cairan ikut menguap. Hal ini dapat dikatakan bahwa
72
komponen berat didalam uap dan komponen ringan di dalam cairan akan
berkurang jumlahnya. Sebagian uap yang belum terkondensasi bersama-sama
dengan uap yang dihasilkan dari cairan terus menuju ke tray di atasnya,
sedangkan cairan yang tidak teruapkan bersama-sama dengan kondensat yang
dihasilkan dari pengembunan uap terus menuju ke tray di bawahnya. Demikian
seterusnya kontak antara caairan dan uap dilakukan pada setiap tray, sehingga
pemisahan komponen semakin tajam untuk mendapatkan hasil distilasi dengan
tingkat kemurnian yang tinggi.
Sebuah tray sesungguhnya merupakan sebuah kolom mini, yang masing-masing
melakukan tugas pemisahan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak jumlah tray akan semakin banyak tingkat pemisahannya, dan semakin
tinggi tingkat kemurnian hasilnya, dan efisiensi secara keseluruhan secara
signifikan tergantung pada perancangan tray.
Tray dirancang untuk memaksimalkan kontak antara uap dan cairan dengan
mempertimbangkan distribusi cairan dan distribusi uap pada tray. Karena,
semakin baik kontak antara uap dan cairan akan semakin baik pemisahan pada
setiap tray, dan semakin baik pula kinerja kolom. Semakin sedikit jumlah tray
yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pemisahan yang sama, semakin kecil
energi yang dibutuhkan, dan semakin murah biaya konstruksinya.
Dewasa ini ada kecenderungan untuk memperbaiki tingkat pemisahan (kinerja
kolom) dengan cara menambahkan packing dalam pemakaian tray. Hal ini sudah
banyak dilakukan dan menunjukkan keberhasilannya.
6.4.2. Packing
Packing, beberapa diantaranya seperti yang terlihat dalam Gambar (5-14) adalah
peralatan pasive (passive devices) yang dirancang untuk meningkatkan luas
permukaan antara uap dan cairan yang saling melakukan kontak.
Bentuk packing dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk mendapatkan
kontak antara uap dan cairan lebih baik ketika sejumlah packing ditempatkan di
packed section di dalam sebuah kolom. Ketebalan tumpukan packing yang
73
Hal ini harus betul-betul diperhatikan karena semakin tinggi pressure drop akan
mengakibatkan semakin besar energi yang dibutuhkan untuk mendorong uap naik
di dalam kolom distilasi.
Sebuah tray column yang menghadapi persoalan terbatasnya kapasitas untuk
memisahkan komponen-komponennya, dapat diatasi dengan mengganti sebagian
atau seluruh tray dengan packing. Hal ini dikarenakan:
Packing menyediakan luas permukaan kontak antara uap dan cairan lebih
besar
6.5. Reboilers
74
gambar (5-15) dan (5-16) berikut menunjukkan contoh beberapa macam reboiler
yang banyak digunakan dalam proses distilasi.
Dalam perkembangan perancang reboiler telah mengalami kemajuan pesat.
Sebagai contoh misalnya, Klarex Technology telah mengembangkan sebuah
reboiler yang dikenal dengan nama self-cleaning shell-and-tube heat exchanger
yang mana untuk membersihkan permukaan pemanasnya dapat dilakukan secara
mudah dengan menggunakan partikel yang dimasukkan ke dalam reboiler
bersama-sama dengan cairan.
75
yang berada diantara control channel dan inlet channel, yang selanjutnya menuju
inlet channel.
Jika
juga
dikehendaki,
dapat
dilakukan
7. DASAR-DASAR DISTILASI
konsentrasi komponen-
komonen yang ada. Oleh karena itu, proses distilasi tergantung pada karakteristik
tekanan uap campuran.
Tekanan uap suatu cairan pada suatu sushu tertentu adalah tekanan kesetimbangan
yang ditimbulkan oleh molekul-molekul yang meninggalkan dan memasuki
permukaan cairan, atau dapat dikatakan bahwa jumlah masa cairan yang diuapkan
76
sama dengan jumlah masa uap yang diembunkan. Di sini ada beberapa hal penting
yang berkaitan dengan tekanan uap yang perlu difahami, yakni:
Cairan dengan tekanan uap tinggi (cairan yang mudah menguap) akan
mendidih pada suhu yang lebih rendah.
Tekanan uap dan titik didih suatu campuran cairan tergantung pada
komposisi campuran tersebut.
Apa yang terlihat di dalam diagram titik didih menunjukkan bagaimana komposisi
kesetimbangan dari komponen-komponen dalam suatu campuran cairan berubah
dengan perubahan suhu pada tekanan tertentu. Sebagai contoh, misalnya suatu
campuran cairan mengandung 2 komponen (A dan B) yang dikenal dengan istilah
campuran biner, yang mana komponen A lebih mudah menguap (volatile)
disbanding komponen B, mempunyai diagram titik didih seperti yang terlihat
dalam Gambar (5-17).
Titik didih komponen A diibaratkan sebagai suhu didih yang harga fraksi mol
komponen A sama dengan 1 (satu), dan titik didih komponen B diibaratkan
sebagai suhu didih yang harga fraksi mol komponen A sama dengan 0 (nol).
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa komponen A lebih mudah
menguap (volatile), maka komponen A mempunyai titik didih relative lebih
rendah dari pada komponen B. Kurva yang berada di atas pada diagram ini
disebut sebagai garis uap jenuh dimana titik-titik embun (dew points) berbagai
komposisi dalam fase uap terletak pada garis tersebut, sedangkan kurva yang ada
77
di bawah disebut sebagai garis cairan jenuh dimana titik-titik didih (boiling
points) berbagai komposisi dalam fase cair terletak pada garis tersebut.
embun
menunjukkan
daerah
di
bawah
Sebagai contoh, jika suatu cairan lewat jenuh dengan fraksi mol komponen A =
0,4 (titik A) dipanaskan, maka konsentrasinya tetap konstan sampai mencapai titik
didihnya (titik B), dan pada saat ini pula ia mulai mendidih. Uap secara
berangsur-angsur terus dihasilkan tanpa diikuti perubahan suhu sampai mencapai
komposisi kesetimbangannya di titik C, dan menunjukkan fraksi mol komponen A
di dalam fase uap sekitar 0,8. Perbedaan komposisi antara uap dan cairan inilah
yang digunakan sebagai dasar operasi distilasi.
Volatilitas relatif (relative volatility) adalah suatu tolok ukur untuk menunjukkan
perbedaan bolatilitas dan sekaligus perbedaan titik didih dari kedua komponen
dalam suatu campuran. Hal ini menunjukkan juga tingkat kesulitan atau
kemudahan untuk dipisahkan dengan cara distilasi. Volatilitas relatif komponen
i terhadap komponen j dinyatakan sebagai berikut.
78
ij =
y i /x i
y j /x j
dimana:
yi = fraksi mol komponen i di dalam fase uap
xi = fraksi mol komponen j di dalam fase cair
Jika volatilitas relatif kedua komponen tersebut mendekati satu, maka ini suatu
indikasi bahwa kedua komponen tersebut mempunyai tekanan uap yang hampir
sama. Ini berarti bahwa kedua komponen tersebut mempunyai titik didih yang
hampir sama, dan sudah barang tentu sulit untuk memisahkannya dengan cara
distilasi.
Kolom distilasi dirancang berdasarkan pada titik didih yang dimiliki oleh
komponen-komponen yang ada dalam suatu campuran yang akan dipisahkan.
Oleh karena itu diameter dan tinggi kolom distilasi ditentukan oleh data
kesetimbangan uap-cairan (vapor liquid equilibrium, VLE) dalam campuran.
Data
kesetimbangan
uap-cairan
kesetimbangan
uap-cairan
79
pada tekanan konstan. Garis lengkung dalam plot tersebut dikenal sebagai garis
kesetimbangan (equilibrium line) dan menjelaskan komposisi cairan dan uap
dalam kesetimbangan pada tekanan tertentu. Dalam gambar (5-18) tersebut juga
menunjukkan suatu campuran biner yang mempunyai suatu kesetimbangan uapcairan yang seragam, yaitu reltif mudah untuk dipisahkan karena bentuk kurva
kesetimbangannya berupa garis lengkung yang beraturan.
Tampak dalam gambar berikutnya, yaitu Gambar (5-19) yang menunjukkan dua
buah plot kesetimbangan uap-cairan untuk sistem non-ideal yang lebih sulit
pemisahannya, hal ini ditunjukkan oleh bentuk kurva yang meruncing di bagian
ujung bawah maupun ujung atas. Sempitnya daerah yang dibatasi antara garis
kesetimbangan dan garis diagonal menunjukkan tingkat kesulitan pemisahannya.
Semakin sempit berarti semakin sulit pemisahannya.
Ada satu istilah lagi yang cukup penting untuk difahami adalah istilah sistem
azeotopik, bahwa untuk sistem azeotropik mempunyai kurva kesetimbangan uap-
cairan yang berbeda dengan sistem yang telah dibahas sebelumnya. Kurva
kesetimbangan uap-cairan sistem azeotropik ditunjukkan seperti yang terlihat
dalam Gambar (5-20).
Pengertian sistem azeotropik adalah suatu campuran cairan yang apabila diuapkan
menghasilkan komposisi di dalam fase uapnya yang sama sebagaimana komposisi
di dalam fase cairannya. Dua buah plot kesetimbangan uap-cairan seperti yang
terlihat dalam Gambar (5-20) tersebut menunjukkan dua sistem azeotropik yang
80
berbeda. Yang satu (disebelah kiri) mempunyai titik didih maksimum dan yang
satu lainnya (di sebelah kanan) mempunyai titik didih minimum.
Seperti
yang
terlihat
jelas
sistem
dalam
hal
dengan
ini
istilah
heteronenous azeotropic.
tidak
dapat
diketahui
dari
kurva kesetimbangannya.
Jika pada kurva kesetimbangannya terdapat bagian yang mendatar, maka sistem
tersebut dikenal sebagai heterogenous azeotropic, perhatikan Gambar (5-21).
81
Titik didih (boiling point) zat murni nilainya sama dengan titik embunnya (dew
point). Titik didih suatu campuran dapat dicapai apabila memenuhi criteria
berikut:
Z
yi
= y A + y B + y C + .......... + y Z = 1
i=A
xi
= x A + x B + x C + .......... + x Z = 1
i=A
82
Pendekatan
metoda
McCabe-Thiele
adalah
dengan
cara
grafis,
yaitu
Untuk setiap mol uap yang diembunkan mengembunkan satu mol cairan
Garis operasi untuk bagian rektifikasi (garis operasi enriching) dibuat dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
83
Untuk menarik garis operasi rektifikasi juga dapat dilakukan dengan cara
menetapkan intersep garis operasi rektifikasi yang tentunya juga diperoleh
dari persamaan neraca bahan komponen di bagian puncak kolom yang
besarnya sama dengan xD/(R+1).
menentukan seberapa banyak masa yang mengalir menuju bagian puncak kolom
dikembalikan lagi ke kolom sebagai reflux.
Besar-kecilnya harga R akan menentukan seberapa banyak jumlah tray atau
tingkat kontak uap-cairan yang dibutuhkan. Jika garis operasi rektifikasi
84
Garis operasi untuk bagian pelucutan dibuat dengan cara yang sama seperti
pembuatan garis operasi rektifikasi. Tetapi, titik awalnya adalah ditentukan dari
komposisi produk dasar (bottom product) yang diinginkan, kemudian dari titik
tersebut ditarik garis vertikal hingga memotong garis diagonal. Dari titik
perpotongan ini di tarik garis operasi pelucutan dengan slope Ls/Vs sebagaimana
diilustrasikan dalam Gambar (5-23).
Ls adalah laju alir cairan yang menuju ke daerah pelucutan (stripping section),
sedangkan Vs adalah laju alir uap yang meninggalkan daerah pelucutan. Dengan
85
demikian slope garis operasi pelucutan adalah harga perbandingan laju alir cairan
terhadap laju alir uap pada bagian dasar kolom distilasi (Ls/Vs).
Metoda McCabe-Thiele menganggap bahwa cairan pada sebuah tray dan uap yang
di atasnya dalam keadaan setimbang. Bagaimana keterkaitan antara garis
kesetimbangan dan garis operasi dijelaskan secara grafis seperti yang terlihat
dalam Gambar (5-24).
86
Dengan menarik garis vertikal dan horisontal diperoleh titik-titik pada kurva
kesetimbangan, dan setiap satu titik menunjukkan kesataraannya dengan satu tray
(tahap kesetimbangan). Dengan cara ini digunakan sebagai dasar untuk
menentukan ukuran kolom distilasi dengan menggunakan metoda grafis yang
dikembangkan oleh McCabe-Thiele sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar (525). Dengan mengetahui kedua garis operasi pada bagian pelucutan dan bagian
rektifikasi, maka pembuatan grafik dengan menarik garis tahapan seperti yang
dijelaskan di atas dapat dilakukan. Dari Gambar (5-25) menunjukkan bahwa 7
tahapan teoritis diperlukan untuk mencapai hasil pemisahan yang dikehendaki.
Jumlah tray teoritis yang diperlukan adalah satu tahap lebih kecil dari jumlah
tahapan yang dihitung, karena jumlah tahapan yang dihitung sudah termasuk satu
tahap yang diperhitungkan untuk reboiler.
Jumlah tray sebenarnya yang diperlukan dihitung berdasarkan jumlah tray teoritis
dibagi dengan efisiensi yang dirumuskan dalam bentuk persamaan seperti berikut
berikut:
87
NA =
N T n -1
=
dimana:
NA = jumlah tray yang sebenarnya
NT = jumlah tray teoritis
n = jumlah tahapan
= efisiensi tray
Harga efisiensi tray tertentu berkisar antara 0,5 0,7 (50% - 70%) dan tergantung
pada sejumlah faktor seperti misalnya jenis tray yang digunakan, dan kondisi
internal aliran uap dan cairan. Kadang-kadang tambahan tray diberikan sampai
10% untuk menjamin kemungkinannya kolom mengalami pembebanan yang
berlebihan.
88
(5-26).
Jika kita mempunyai informasi tentang kondisi umpan, maka kita dapat menarik
garis q dan menggunakannya dalam menentukan jumlah tingkat pemisahan
dengan
menggunakan
metoda
McCabe-Thiele.
Tetapi,
di
luar
garis
kesetimbangan, kita dapat menggunakan dua pasang gais saja dari tiga pasang
garis yang dapat ditarik untuk menetapkan jumlah tingkat pemisahan, yakni:
89
Umpannya
berupa
campuran
komponen
ringan
Jika jumlah tray ditambah atau dikurangi maka akan mengakibatkan perubahan
komposisi produk di bagian puncak maupun di bagian dasar kolom. Sebagai
ilustrasi berikut ini di berikan contoh-contoh dalam bentuk simulasi dengan
memvariasikan jumlah tray.
90
Dari sini kita melihat bahwa komposisi dalam produk puncak menurun sedangkan
dalam produk bottom meningkat. Dapat dikatakan pemisahannya kurang baik.
Terlihat jelas bahwa dalam produk puncak lebih banyak lagi kandungan
komponen ringannya, sedangkan untuk produk bottom mempunyai kandungan
komponen ringan lebih sedikit. Di sini kita melihat bagaimana posisi masuknya
umpan mempengaruhi efisiensi pemisahan.
91
Anggap kolom mempunyai 20 buah tray yang akan memisahkan suatu campuran
biner yang mempunyai kandungan komponen ringan 50 % mol. Kemudian,
seperti apa komposisi produk puncak maupun bottom yang diperoleh jika
umpannya dimasukkan pada tray yang ke 5, 10 dan 15 dengan laju reflux maupun
reboiling yang tetap sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar (5-30), (5-31) dan
(5-32).
komposisi
di
dalam
produk bottom.
Dari contoh-contoh tersebut mengilustrasikan apa yang dapat terjadi jika posisi
pengumpanannya digeser-geser untuk sistem tertentu. Tetapi kejadian ini tidak
dapat digunakan untuk menyama-ratakan untuk sistem distilasi lain.
92
Kinerja sebuah kolom distilasi ditentukan oleh banyak faktor, sebagai contoh:
Kondisi umpan
Keadaan umpan
Komposisi umpan
Kondisi cuaca
Keadaan campuran umpan dan komposisi umpan mempengaruhi garis operasi dan
selanjutnya akan mempengaruhi jumlah tahapan pemisahan yang diperlukan. Di
samping itu juga mempengaruhi lokasi tray untuk umpan. Selama operasi, jika
penyimpangan cukup besar dari spesifikasi perancangannya, maka kan
menimbulkan kesulitan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Untuk mengatasi
persoalan yang berkaitan dengan umpan, beberapa kolom dirancang dengan
mempunyai beberapa tempat pengumpanan (multiple feed points) jika di dalam
umpannya mengandung komponen-komponen yang jumlahnya bervariasi.
Sebagaimana reflux ratio semakin tinggi, maka slope garis operasi bagian
rektifikasi akan semakin besar (maksimum 1), perhatikan Gambar (5-33. Dengan
kata lain bahwa cairan yang banyak mengandung komponen ringan semakin
banyak yang disirkulasikan kembali ke dalam kolom.
Pemisahan menjadi lebih baik dan selanjutnya tray yang diperlukan untuk
mencapai derajat pemisahan yang sama menjadi lebih sedikit. Jumlah tray yang
dibutuhkan akan mencapai minimum jika seluruh kondensat dikembalikan lagi ke
dalam kolom (total reflux).
93
Sebaliknya, jika reflux semakin berkurang, maka slope garis operasi bagian
rektifikasi semakin kecil atau mendekati garis kesetimbangan uap-cairan, dan
sebagai akibatnya jumlah tray yang diperlukan semakin banyak. Hal ini mudah
difahami dengan menggunakan metoda McCabe-Thiele. Kondisi batas terjadi
pada minimum reflux ratio, dan jumlah tray yang dibutuhkan menjadi tak terbatas.
karena
pertimbangan
itu,
dengan
pengalaman
yang
kecil
biaya
investment
Foaming
Entrainment
Weeping/dumping
Flooding
Foaming
94
Entrainment
Weeping/dumping
Kejadian ini disebabkan oleh laju alir uap yang rendah. Tekanan yang ditimbulak
oleh uap tidak mampu untuk menahan cairan pada tray di atasnya, akibatnya
cairan akan merembas melalui lubang tray. Weeping yang berlebihan akan
menimbulkan dumping, yaitu mengucurnya cairan memalui lubang tray dan
berlangsung seperti domino effect. Weeping ditandai dengan menurunnya tekanan
secara tajam di dalam kolom dan menurunkan efisiensi pemisahan.
Flooding
Flooding adalah peristiwa membanjirnya cairan sebagai akibat desakan uap yang
sangat berlebihan, dan hal ini mengakibatkan terbawanya cairan ke dalam uap.
Meningkatnya tekanan dari uap yang berlebihan juga dapat menimbulkan desakan
kepada cairan di dalam downcomer, yang mengakibatkan cairan yang tertahan di
dalam tray di atasnya terus menumpuk. Flooding dapat mengakibatkan turunnya
kapasitas kolom dan menurunnya efisiensi pemisahan. Terjadinya flooding
ditandai oleh meningkatnya perbedaan tekanan kolom.
95
Perlu diingat bahwa jumlah tray yang diperlukan untuk beban pemisahan tertentu
ditentukan oleh efisiensi tray, dan packing jika menggunakan packing. Dengan
demikian ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya efisiensi tray dan juga
akan menurunkan kinerja kolom. Efisiensi tray dipengaruhi oleh kerak, korosi dan
laju alir yang mana terjadinya tergantung pada sifat-sifat cairan yang ditangani.
96
BAB 6
EKSTRAKSI
1. U M U M
97
Terlihat dalam gambar tersebut, solvent memasuki extracting unit melalui bagian
atas dan feed masuk dari bagian bawah. Raffinate keluar dari bagian atas dan
extract keluar dari bagian bawah. Alat kontak yang terpasang di dalam extractor
98
membuat kontak antara solvent dan feed lebih intim. Demikian pula reflux yang
diperlukan untuk memperoleh kemurnian produk yang tinggi.
Didalam industri migas dan petrokimia, proses ekstraksi banyak digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa hidrokarbon seperti parafin, aromatik, naphthene,
dsb. Proses ekstraksi pertama kali banyak digunakan untuk memperbaiki mutu
kerosene, tetapi sekarang untuk memperbaiki mutu minyak pelumaspun
kebanyakan menggunakan proses ini.
Senyawa-senyawa aromatik yang terdapat di dalam kerosene dapat menimbulkan
smoke point yang tinggi, sehingga kurang baik untuk lampu penerangan maupun
untuk bahan bakar pesawat terbang yang bermesin jet.
Komponen-komponen aromatik yang terkandung di dalam fraksi minyak pelumas
dari hasil distilasi vakum sangat tidak disukai karena dapat membentuk sludge
setelah teroksidasi. Disamping itu senyawa tersebut mempunyai viscosity index
rendah. Di dalam proses ekstraksi dikenal beberapa istilah yang sering digunakan
dalam operasi sehari-hari, yakni:
Solvent
Solut
Extract
Raffinate
Extract phase
Raffinate phase
Reflux
Lean solvent
Rich solvent
Khususnya di dalam Industri Minyak dan Gas Bumi, beberapa macam proses
ekstraksi yang digunakan diantaranya adalah:
a. Ekstraksi Edeleanu
b. Ekstraksi Furfural
99
c. Ekstraksi Udex
d. Ekstraksi Propane Deasphalting
e. Distilasi Ekstraktif
Bahan pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi ini adalah cairan belerang
dioksida (SO2) dan dikenal dengan nama Edeleanu. Jika proses ini digunakan
untuk memperbaiki mutu gasoline, suhu operasinya sekitar -20 oF, tetapi jika
untuk lubricating oil, suhu operasinya berkisar antara 50 - 75 oF. Biasanya
perbandingan volume solvent terhadap volume feed sekitar 1 : 1.
Gambar (6-2) menunjukkan proses ekstraksi Edeleanu, proses ini digunakan untuk
memisahkan senyawa aromatik yang terdapat di dalam fraksi kerosene. Adanya
senyawa aromatik yang cukup tinggi kadarnya di dalam kerosene akan
mengakibatkan sifat pembakarannya jelek, yaitu kecenderungan kerosene
membentuk jelaga apabila dipakai sebagai bahan bakar.
100
Karena kerosene mempunyai densitas lebih rendah, maka diumpankan dari bagian
bawah mengalir ke atas dan kontak dengan solvent (belerang dioksida) yang
mengalir kebawah karena densitasny lebih berat. Selama kontak berlangsung,
solvent melarutkan senyawa-senyawa aromatik yang terkandung di dalam
kerosene. Dalam proses ekstraksi ini diperoleh dua macam aliran produk yang
disebut ekstrak dan rafinat. Ekstrak yang keluar dari bagian bawah ekstraktor
adalah larutan solvent yang banyak mengandung senyawa aromatik, sedangakn
rafinat yang keluar dari bagian puncak ekstraktor adalah kerosene yang telah
diambil senyawa aromatiknya dengan sedikit solvent yang terikut.
Untuk meningkatkan efisiensi proses, solvent di dalam ekstrak dan rafinat dapat
dimurnikan kembali dengan cara distilasi atau evaporasi yang selanjutnya dapat
digunakan kembali di dalam ekstraktor, dan demikian seterusnya proses ekstraksi
Edeleanu berlangsung.
101
Tingkat keberhasilan proses ekstraksi ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat
pencampurannya. Derajat pencampuran antara kedua fluida tersebut dapat diatur
dengan mengatur kecepatan putaran disk.
Solvent yang digunakan untuk proses ekstraksi ini adalah larutan Udex, yaitu
berupa larutan yang terdiri dari campuran glycol dan air. Dalam proses ini
biasanya suhu operasinya ditetapkan berkisar antara 170 - 358 oF, yang tepatnya
sangat tergantung dari karakteristik umpannya maupun konsentrasi larutan solvent
yang digunakan.
102
Udex adalah solvent yang sangat baik untuk mengekstrak light aromatic. Jika
produk dari proses ekstraksi ini digunakan sebagai bahan baku petrokimia yang
memerlukan kemurnian yang tinggi, maka untuk keperluan tersebut di dalam
operasi ekstraksi harus menggunakan reflux.
Rich solvent dari extractor menuju ke solvent stripper untuk dipisahkan dari
solvent-nya dengan bentuan steam, extract keluar dari bagian puncak stripper dan
lean solvent keluar dari bagian bawah stripper. Sebagian dari extract
dikembalikan ke extractor sebagai reflux. Raffinat yang keluar dari bagian puncak
extractor dicuci dengan air untuk mengambil glycol. Larutan glycol-water yang
dihasilkan dicampur bersama-sama dengan lean solvent dikembalikan lagi ke
extractor.
Proses ekstraksi ini diterapkan untuk memisahkan asphalt (bitumen) dari minyak
yang mengandung asphalt atau untuk membersihkan minyak lumas dari asphalt
yang terkandung di dalamnya. Sebagai bahan pelarut yang digunakan berupa
cairan propane, dimana propane akan melarutkan minyak (biasanya senyawa
103
paraffinic) dan sekaligus memisahkan asphalt. Proses ini sangat popular di dalam
industri minyak karena hampir seluruhnya menggunakannya.
propane
melalui
bagian
dasar
kolom.
Propane
akan
melarutkan
senyawa-senyawa paraffinic dan keluar dari bagian puncak kolom. Asphalt yang
telah terpisahkan turun ke bagian dasar dan keluar menuju furnace untuk
dipanaskan yang selanjutnya dipisahkan dari propane di dalam flash drum dan
stripper. Sedangkan minyak yang keluar dari bagian puncak kolom dipisahkan
propanenya di dalam evaporator bertingkat dan stripper.
Minyak lumas yang dihasilkan telah bebas dari asphalt, dan propane yang telah
dipisahkan dapat digunakan kembali. Demikian selanjutnya proses ini
berlangsung. Suhu operasi ekstraksi ditetapkan berdasarkan tekanan operasi,
semakin tinggi tekanannya semakin tinggi suhu operasinya. Proses ini biasanya
diikuti dengan proses ekstraksi furfural untuk mendapatkan tingkat kemurnian
produk yang tinggi.
104
Pengembangan proses ini adalah dengan menggunakan dua macam solvent, yaitu
propane dan campuran phenol-cresol atau selecto. Dua macam solvent ini dikenal
dengan nama duo-sol. Propane dalam hal ini digunakan untuk melarutkan
paraffinic hydrocarbons, sedangkan campuran phenol-cresol digunakan untuk
melarutkan naphthenic hydrocarbon.
Suatu proses yang digunakan untuk memisahkan senyawa aromatik murni dari
fraksi gasoline adalah dikenal sebagai distilasi ekstractif (extractive distillation).
Aromatik-aromatik tersebut adalah benzene, toluen dan xylene (BTX). Ketiga
macam senyawa aromat tersebut adalah banyak digunakan sebagai feed stock
untuk industri petrokimia.
Fraksi gasoline, apakah dari straight run, thermally cracked, catalytically cracked
atau catalytically reformed digunakan dalam proses ini. Feed yang mengandung
senyawa-senyawa aromatik dan aliphatic dipanaskan hingga mencapai suhu yang
dikehendaki dan diumpankan ke dalam kolom distilasi. Solvent yang mana
senyawa aromatik lebih mudah dilarutkan dari pada senyawa yang lain
diumpankan dekat dengan bagian puncak kolom. Solvent mengekstrak senyawa
aromatik dan keluar melalui bagian dasar kolom menuju ke kolom yang kedua
(kolom distilasi). Pada kolom yang kedua senyawa aromatik dipisahkan dari
solvent yang melarutkannya dengan cara distilasi. Dalam hal ini solvent yang
digunakan adalah phenol, disirkulasikan kembali ke kolom ekstraksi. Jenis solvent
lain yang dapat digunakan untuk proses ini diantaranya adalah sulfolane dan
acetonitrile.
Jika hydrogen fluoride (HF) yang digunakan sebagai solvent-nya, maka suhu
operasinya diatur berkisar antara 100 - 125oF. Laju sirkulasi solvent sekitar 0,15 0,3 volume solvent per volume feed. Hydrogen fluoride dapat memisahkan
senyawa belerang dan senyawa-senyawa aromatik komplek secara efektif. Asam
sulfat digunakan untuk mengekstrak isobutene. Konsentrasi asam sulfat untuk
keperluan ini sekitar 65%. Isobutene diekstrak dari campuran butane-butene.
Isobutene murni sangat berguna di dalam pembuatan karet sintetis.
105
Solvent jenis lain yang disebut dengan nama ammoniacal copper acetate banyak
digunakan untuk mengekstrak butadiene. Produk butadene dapat dipisahkan dari
solvent dengan cara fraksinasi pada tekanan sekitar 15 psig dan suhu pada bagian
dasar kolom sekitar 175 oF.
106
Dalam Gambar (6-7a) menunjukkan suatu campuran yang terdiri dari dua
komponen, yakni A (carrier) dan C (solute) yang keduanya saling melarut.
Campuran tersebut ditambahkan zat B (solvent) dan diaduk seperti yang terlihat
dalam Gambar (6-7b) sampai mencapai keadaan setimbang, dimana transfer
massa sudah tidak terjadi lagi. Misalkan komposisi dalam campuran tersebut
terdiri dari 40 % komponen A, 40 % komponen B, dan 20 % komponen C, maka
titik koordinat komposisi campuran tersebut terletak pada diagram segitiga sama
sisi seperti yang terlihat dalam gambar (6-8), dalam hal ini ditunjukkan sebagai
titik K.
107
Setelah pengadukan dihentikan maka akan terjadi dua lapisan yang tidak saling
melarut (rafinate dan extract) seperti yang terlihat dalam Gambar (6-7c). Jika
dilakukan analisis terhadap kedua lapisan tersebut maka masing-masing
mengandung ketiga komponen (A, B dan C), namun komposisi di dalam rafinate
berbeda dengan komposisi yang berada di dalam extract. Jika komposisi
komponen yang ada di dalam kedua lapisan tersebut diplot di dalam diagram
segitiga sama sisi maka akan diperoleh dua titik koordinat komposisi dalam
kesetimbangan. Dari kedua titik kesetimbangan tersebut dapat ditarik garis yang
disebut sebagai garis penghubung (tie line). Seperti yang terlihat dalam Gambar
(6-8), garis RE adalah tie line garis menghubungkan titik koordinat komposisi di
dalam rafinate (R) dengan titik koordinat komposisi di dalam extract (E).
Sedangkan titik M adalah titik koordinat komposisi campuran.
Jika salah satu komponen ditambahkan lagi dari keadaan semula, maka setiap
penambahannya akan mengakibatkan perubahan komposisi kesetimbangannya
pada lapisan rafinate maupun lapisan extract dan titik koordinat komposisinya
akan bergeser. Jika titik-titik koordinat komposisi yang ada di lapisan rafinat
dihubungkan akan membentuk garis kesetimbangan rafinate (rafinate equilibrium
108
line), dan yang ada pada lapisan extract disebut sebagai garis kesetimbangan
extract (extract equilibrium line), seperti yang terlihat dalam Gambar (6-9).
Daerah yang dibatasi oleh garis kesetimbangan rafinate dan extract disebut
sebagai daerah terjadinya dua lapisan.Sedangkan daerah yang berada di luar garis
kesetimbangan disebut daerah tidak terjadi lapisan (ketiga komponen saling
melarutkan).
Dalam proses ekstraksi misalnya ada larutan yang terdiri dari dua komponen,
yakni 60 % A dan 40 % C maka titik koordinatnya berada pada garis AC. Dengan
menambahkan komponen B secara terus-menerus maka akan diperoleh titik-titik
koordinat komposisi campuran yang membentuk garis lurus yang menuju titik B,
perhatikan Gambar (6-10). Titik koordinat rafinate dan extract ditentukan dengan
melakukan perhitungan neraca massa dan berada pada garis lurus X1B. Melalui
titik koordinat komposisi campuran (M) dengan menarik tie line secara interpolasi
109
untuk menentukan titik koordinat komposisi rafinate dan extract (R dan E). Dari
titik B ditarik garis lurus melalui titik E untuk menetapkan harga y2, dan melalui
titik R untuk menetapkan harga x2.
Jika: A = carrier
B = solvent
C = solute
C1 = fraksi massa solut di dalam extract
C2 = fraksi massa solut di dalam rafinate
C
C1 =
A + B + C E
dan
Koefisien distribusi : K =
C2 =
A + B + C R
C1
C2
110
4. NERACA MASSA
Proses ekstraksi sederhana yang dapat dilihat dalam Gambar (6-11) memberikan
penjelasan bahwa umpan yang akan diekstrak dan solvent sebagai bahan
pengekstrak dikontakkan di dalam sebuah ekstraktor dengan arus yang
berlawanan arah (counte rcurrent extraction).
Rafinate
R, x2, C2
Solvent
S, y1
Extractor
M, xm
Minyak
F, x1
Extract
E, y2, C1
111
M (x M - x 2 )
y2 - x 2
dan
S x1 - x M
=
F x M - y1
Dimana:
F = laju massa umpan
R = laju massa rafinate
E = laju massa extractsolut
M = laju massa campuran di dalam ekstraktor
x1 dan x2 = fraksi massa solut berturut-turut dalam umpan dan rafinate
y1 dan y2 = fraksi massa solut berturut-turut dalam solvent dan extract
xM = fraksi massa solut dalam campuran
Contoh 6-1 :
Hitung besarnya rafinate dan extract serta masing-masing konsentrasi solutnya (x2
dan y2) untuk sistem extraksi seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.
Penyelesaian :
Tarik garis lurus dari x1 ke titik B, dan kemudian harga xM seperti berikut:
xM =
F x1
=
M
(1000) (0,45)
3000
= 0,15
Tetapkan itik potong antara tie line dengan garis x1-B di xM.
112
Tarik garis dari titik B melalui titik potong garis kesetimbangan dengan tie line
pada garis extract dan rafinate untuk menentukan harga x2 dan y2.
Diperoleh x2 = 0,1 dan y2 = 0,62.
E =
M (x M - x2 )
y2 - x2
(3000) (0,15
- 0,1)
0,62 - 0,1
= 288,5 kg / jam
Di dalam diagram
terdapat tiga sekala persentase yang dapat dibaca dari 0 % sampai dengan 100 %.
Pada setiap titik dalam diagram tersebut menggambarkan komposisi komponen
(carrier, solute, solvent).
Hubungn phase untuk sistem petroleum-oil dapat diilustrasikan misalnya dalam
ekstraksi furfural (atau dengan jenis solvent lain yang biasa digunakan). Ketika
furfural ditambahkan ke dalam heavy lubricating oil stock, maka akan diperoleh
dua phase (layer). Pertama adalah extract yang relatih lebih banyak mengandung
furufural dan asphaltic material yang terlarut di dalamnya, dan kedua adalah
raffinate yang banyak mengandung lube oil yang viscosity index-nya tinggi.
113
xA =
SG F - SG C
SG A - SG C
114
BAB 7
ABSORPSI
1. U M U M
115
tetapi untuk keperluan industri disyaratkan total sulfur content harus dibawah 0,25
grain/Cscf.
Kandungan carbon dioxide (CO2) di dalam gas alam umumnya berkisar antara 0,1
- 6 %, namun di Indonesia seperti dilapangan Natuna kandungan carbon dioxide
di dalam gas alam mencapai 70 %. CO2 tidak begitu berpengaruh terhadap
peralatan operasi tetapi cukup berpengaruh terhadap nilai kalori bahan bakar.
Proses absorpsi dapat dikatakan hampir mirip dengan proses distilasi, gas yang
mengandung komponen-komponen berat diumpankan melalui bagian bawah
(bottom) kolom absorpsi dan solvent (lean solution) diumpankan dari bagian atas
(top) kolom. Gas kering sebagai hasil proses absorpsi meninggalkan kolom
melalui bagian puncak dan sementara solvent beserta komponen yang terlarut
(rich solution) keluar melalui bagian dasar kolom.
Suhu di dalam unit absorpsi dikendalikan oleh jumlah dan suhu lean solution.
Operasi absorpsi akan lebih baik fleksibilitasnya jika digabung dengan stripping
dalam satu menara, dan menara untuk keperluan ini disebut "rectifying
absorber".
Didalam industri migas dan petrokimia, proses absorpsi banyak diterapkan untuk
pemurnian misalnya pemisahan CO2 dan H2S dari gas alam atau pengambilan
kembali (recovery) suatu komponen/bahan tertentu misalnya benzene, toluene,
dsb.
Absorpsi juga banyak digunakan secara luas untuk proses pemisahan
hidrokarbon-hidrokarbon dengan 3 atau 4 atom karbon (C3 dan C4) misalnya
propan, propylen, butan, butylen dan hidrokarbon dengan 1 atau 2 atom karbon
(C2 dan C2) seperti metan, etylen, acetylen, atau gas-gas ringan lainnya.
Karbon dioksida (CO2) yang terbawa oleh gas alam dapat dihilangkan dengan
cara absorpsi, dan karena yang digunakan sebagai solvent jenis organic amine,
116
maka proses ini sering disebut "amine process". Solvent yang digunakan bisa
berupa monoethanol amnine (MEA), diethanolamine (DEA), atau triethanolamine
(TEA).
Dalam proses ini beberapa reaksi kimia antara gas asam yang ada di dalam gas
alam dan amine dapat terjadi. Dari reaksi yang terjadi menghasilkan amine
carbonate, bicarbonate dan hidrosulfida. Konsentrasi amine untuk keperluan ini
direkomendasi antara 15 - 25% dalam air.
Gambar
(7-1)
menunjukkan
diagram
sederhana
aliran
proses
untuk
Gas alam diumpankan melalui bagian bawah menara absorber sedangkan MEA
melalui bagian puncak menara. Di dalam menara dipasang alat kontak, dan
kebanyakan untuk jenis gas yang korosif menggunakan bahan inert seperti
117
sulfida (H2S) yang terkandung didalam gasoline, kerosine, dll. Jenis pelarut yang
digunakan adalah diethanol amine (DEA).
Untuk menghilangkan hydrogen sulfide (H2S) dalam gas alam dapat dilakukan
dengan berbagai cara proses, Beberapa proses yang dapai diterapkan diantaranya
adalah sebagai berikut:
Amine process
118
Hingga dewasa ini jika dibanding dengan proses-proses yang lain, amine process
masih cukup dikenal dan banyak diterapkan karena mempunyai banyak
keuntungan. Amine process lebih fleksibel untuk menangani gas alam yang
mempunyai kandungan sulfur maupun corbon dioxide dengan variasi yang tinggi.
119
menurun secara cepat dengan sedikit naiknya temperatur dan melepaskan gas
tersebut. Proses semacam ini termasuk proses absorpsi yang disertai dengan reaksi
kimia. Reaksi tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan berikut dimana RNH2
menunjukkan monoethanol amine (MEA) dan R menunjukkan gugus HOCH2CH2.
1. 2 RNH2 + H2S
100 oF
(RNH2) 2.H2S
240 oF
2. 2 RNH2 + CO2
120 oF
+ H2O (RNH2) 2.H2CO2
300 oF
atau
3. 2 RNH2 + H2S
100 oF
(RNH3) 2.S
o
240 F
4. 2 RNH2 + CO2
120 oF
+ H2O (RNH3) 2.CO3
300 oF
Setiap kelompok persamaan yang sama dapat dipakai untuk diethanol amine dan
triethanol amine.
Perlu diingat bahwa berdasarkan persamaan reaksi tersebut, reaksi akan membalik
ke arah kiri dan diawali oleha H2S dan amine pada temperatur yang lebih rendah
dibanding untuk CO2. Oleh karena itu temperatur kontak untuk menghilangkan
H2S harus sama atau lebih rendah dari 100 oF. Juga, temperatur disosiasi untuk
CO2 lebih tinggi dari pada untuk H2S. Oleh karena itu untuk proses stripping
nantinya temperatur yang ditetapkan harus lebih besar dari 300 oF.
Karena proses ini proses secara fisika yang disertai dengan reaksi kimia, maka
naiknya kekuatan larutan atau rate of flow akan dapat meningkatkan kapasitas
penghilangan gas asam. Namun demikian kenaikan tersebut harus betul-betul
dievaluasi secara cermat karena larutan yang lebih kuat atau naiknya flow rate
120
Sodium carbonate process (soda ash trater) seperti yang terlihat dalam gambar 467 umumnya digunakan untuk pemurnian gas buatan. Tekanan operasi absorber
sangat rendah dan kemampuan menghilangkan H2S sekitar 85 % jika dioperasikan
untuk gas buatan, sedangkan jika untuk gas alam tekanan operasinya bisa sampai
500 psig. Gas meninggalkan absorber dengan kandungan H2S sekitar 1 - 5
grain/Cscf. Konsentrasi larutan biasanya sekitar 3 - 3,5 % sodium carbonate.
Gas asam bereaksi dengan larutan sodium carbonate dengan persamaan reaksi
seperti berikut:
H2S + Na2CO3
2 NaHS + NaHCO3
2 NaHCO3
Secara teoritis absorbent dapat menyerap H2S sampai tekanan uap H2S sama
dengan tekanan parsial uap di dalam inlet gas, namun dalam kenyataannya tidak
mungkin hal itu dapat dicapai.
Flow rate larutan sodium carbonat (absorbent) yang digunakan untuk keperluan
ini pada umumnya berkisar antara 60 sampai150 gal/Mscf gas, dan hal ini sangat
tergantung pada konsentrasi H2S dan CO2 dalam gas.
Untuk jenis oven gas (atau gas buatan) yang mengandung H2S berkisar antara 3 5 grain/scf, CO2 antara 1,5 - 2,0 %, flow rate larutan yang diperlukan untuk
pemurnian gas tersebut jumlahnya sekitar 60 - 70 gal/Mscf dengan carrying
121
122
Proses-proses yang lain yang dapat digunakan untuk keperluan sulfur removal
banyak jenisnya. Amine process dapat digabung dengan hot potash atau glycol
dengan tujuan untuk menurunkan biaya operasi, demikian juga modifikasi yang
dilakukan pada dasarnya adalah untuk menekan biaya operasi tanpa mengurangi
target hasil yang diinginkan.
Hot potasium carbonate dapat menyerap CO2 dan H2S, dan untuk memulihkannya
dapat diregenerasi dengan menggunkan steam. Jumlah steam yang diperlukan
umumnya lebih kecil dibanding dengan untuk amine process.
123
Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4-68, H2S dapat dihilangkan dengan
menggunakan Iron oxide sekitar 5 - 10 lb/cuft dalam campuran dengan serpihan
kayu. Penghilangan H2S akan lebih efisien pada tekanan tinggi.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini seperti berikut:
Fe2O3 + 3 H2S
Fe2S3 + 3H2O
2 Fe2S3 + 3 O2
2 Fe2O3 + 6 S
2 H2S + O2
2 H2O + 2 S
Proses ini ditunjukkan dalam gambar 4-69 dan jarang digunakan untuk mengolah
gas alam karena efisiensinya rendah. Disamping itu konsumsi steam yang
diperlukan sangat tinggi.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini seperti berikut:
NaOC6H5 + H2S
NaHS + C6H5OH
NaHCO3 + C6H5OH
Jenis proses ini kebanyakan digunakan untuk menangani refinery gas. Dengan
menggunakan proses seperti ini kandungan H2S dapat diturunkan dari 3000
menjadi 15 grain/Cscf dengan menggunakan larutan yang mengandung 32 %
K3PO4.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini seperti berikut:
K3PO4 + H2S
KHS + K2HPO4
KHCO3 + K2HPO4
124
Carbon dioxide (CO2) yang terkandung di dalam gas alam dapat dipisah bersamasama dengan hydrogen sulfide dengan menggunakan amine process atau proses
yang lainnya sebagaimana dibahas sebelumnya. Proses yang dibahas sebelumnya
pada umumnya hanya sekedar menurunkan kandungan CO2 dalam gas alam,
sedangkan yang akan dibahas disini adalah untuk menghilangkan CO2 dalam
jumlah yang besar. Pada prinsipnya proses yang diterapkan untuk keperluan ini
adalah absorpsi dengan menggunakan organic solvent. Tekanan operasi bervariasi
antara 300 - 1000 psig dengan kandungan CO2 di dalam gas alam cukup tinggi,
yaitu sekitar 5 - 60 %.
Di dalam proses ini tidak terjadi reaksi kimia dan murni proses fisika dengan
menggunakan absorbent seperti propylene carbonate, glycol triacetate, butoxy
diethylene glycol acetate, dan methoxy triethylene glycol acetate. Jenis solvent ini
juga dapat menghidrasi air yang terdapat di dalam gas alam. Sebagai contoh
penerapan cara ini yaitu pada sebuah plant yang dirancang untuk memurnikan gas
alam dengan kandungan CO2 dari konsentrasi 53 % menjadi 2 % pada kapasitas
operasi berkisar 220 MMscfd gas alam. Solvent yang digunakan adalah jenis
propylenen carbonate. Untuk meregenerasikan solvent dilakukan dengan cara
flash operation, yaitu dengan memisahkan fase uap dan fase cair dalam campuran
di dalam flash chamber. Hydrocarbon yang terlarut di dalam solvent dipisahkan di
dalam flash camber tingkat pertama dengan cara menurunkan suhu. Hydrocarbon
yang terpisah keluar melalui bagian puncak kemudian ditekan dan dikirim
kembali ke absorber bersama-sama dengan feed.
Gas CO2 yang masih terbawa oleh solvent dipisahkan di dalam flash chamber
tingkat kedua dengan cara yang sama. Dengan cara regenerasi seperti ini
diharapkan tingkat kemurnian solvent dapat dijaga tetap tinggi.
125
tergantung pada kesetimbangan antara uap dan cairan. Oleh karena itu
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengontakkan secara berlawanan arah di
dalam sebuah kolom. Perbedaannya adalah bahwa di dalam absorber suhunya
relatif konstan.
Neraca Komponen:
G y 1' - y '2
= L x '2 - x 1'
di mana:
L = Jumlah mol cairan absorbent murni
G = Jumlah mol inert gas murni
x = Jumlah mol komponen per mol absorbent murni (mol ratio)
y = Jumlah mol komponen per mol gas murni
Jika fraksi mol komponen dalam gas dan liquid diketahui, maka
x' =
x
1 - x
dan
y' =
y
1 - y
126
Proses absorpsi sebagian gas ke dalam nonvolatile liquid pada dasarnya sama
seperti fraksinasi.
tergantung pada kesetimbangan antara uap dan cairan (yaitu didasarkan pada
hukum Raoult).
p *i x i
pi
=
y =
pt
pt
Liquid/Gas ratio (L/G) adalah konstan di setiap titik disepanjang kolom absorber
sehingga slopenya konstan. Garis dengan slope konstan ini disebut sebagai garis
operasi (operating line). Garis operasi ini mempunyai titik terminal pada ( x '2 ; y 1' )
dan ( x 1' ; y '2 ), yaitu garis A-B. Perpindahan masa komponen dari gas ke cairan
adalah kejadian diffusi, dan oleh karena itu laju perpindahan tergantung pada
perbedaan konsentrasi komponen di dalam gas dan di dalam cairan. Dengan
demikian perpindahan akan terjadi hanya jika ada perbedaan konsentrasi, dan
perpindahan masa akan terhenti jika kesetimbangan tercapai.
Kebutuhan
127
Dalam kondisi seperti ini akan membutuhkan jumlah plate yang tak
terhingga.
Contoh 7-1:
Udara dari sebuah solvent plant mengandung 2 % n-pentane. Konsentrasi npentane akan diturunkan hingga mencapai 0,1 % dengan mengontakkan gas pada
suhu 80 oF dan tekanan 147 psia, minyak yang digunakan sebagai absorbent
sebanyak 6.950 lb/jam dan mengandung 0,05 % berat n-pentane.
Gas yang
Penyelesaian:
Jumlah mol gas memasuki absorber:
100.000 x 0,98
= 259 lbmol / jam
379
(pada 32 oF: 1 lbmol = 359 ft3)
128
100.000 x 0,02
= 5,28 lbmol / jam
379
Mole ratio:
y 1' =
C5
5,28
=
= 0,0204
G
259
0,1
= 0,26 lbmol / jam
99,9
Mole ratio:
y '2 =
C5
0,26
=
= 0,001
G
259
6.950 x 0,9995
= 31,6 lbmol / jam
220
6.950 x 0,0005
= 0,05 lbmol / jam
72
Mole ratio:
x 1' =
C5
0,05
=
= 0,00158
L
31,6
129
(C5)dlm absorbent keluar = (C5)dlm gas masuk - (C5)dlm gas keluar + (C5)dlm absorbent masuk
5,28 - 26 + 0,05 = 5,07 lbmol/jam
Mole ratio:
x '2 =
C5
5,07
=
= 0,161
L
31,6
Garis Kesetimbangan
B
C + t
atau
A = 6,85685 B = 1066,4
*
p = 10
1066,4
6,85685
232,141 + 26,667
A -
p * = 10
C + t
C = 232,141
= 545,02 mm Hg
545,02
xi
7.600
x
1 - x
dan
y' =
y
1 - y
0 0,015 0,030 0,045 0,060 0,075 0,090 0,105 0,120 0,135 0,150 0,165 0,180
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,008 0,009 0,010 0,011 0,012 0,013
130
x'
0 0,015 0,031 0,047 0,064 0,081 0,099 0,117 0,136 0,156 0,176 0,198 0,220
y'
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,008 0,009 0,010 0,011 0,012 0,013
Tarik garis siku antara garis operasi dan garis kesetimbangan dan hitung jumlah
siku yang terbentuk. Nt = 3,9.
Steam stripping mempunyai tugas sama seperti sebuah reboiler, ia digunakan jika
suhu bottom yang tinggi tidak dikehendaki. Dalam operasi sebuah menara
absorpsi, suhu dipertahankan dan/atau tekanan dipertahankan tinggi, tetapi di
dalam stripping sebaliknya, yaitu suhu dipertahankan tinggi dan/atau tekanan
rendah.
131
132
Neraca Komponen:
S y 1' - y 2'
= L x 2' - x 1'
y'
L
= ' 1 '
S
x 2 - x1
Contoh 7-2:
Penyelesaian:
S =
180
= 10 lbmol / jam
18
C5 = 0 lbmol/jam
y 'S2 = 0
133
S = 10 lbmol/jam
C 5 = L x '2 - x 1'
y 'S1 =
C5
5,0182
=
= 0,50182
S
10
L = 31,575 lbmol/jam
C5 = 0 lbmol/jam
x '2 = 0,1605
C5 = 0,0483 lbmol/jam
x 1' = 0,00158
Titik-titik kordinat garis operasi:
A = ( x 1' ; y 'S2 ) = (0,00158 ; 0)
B = ( x '2 ; y 'S1 ) = (0,161 ; 0,50182)
Tarik garis operasi dari titik A ke B
Garis Kesetimbangan
yi =
B
log p = A C + t
*
atau
A = 6,85685 B = 1066,4
*
p = 10
1066,4
6,85685
232,141 + 130,56
p = 10
A
C + t
C = 232,141
= 8253,7 mm Hg
F (130,56
C)dengan
134
p = 1 psig = 812 mm Hg
yi =
545,02
xi
7.600
x
1 - x
dan
y' =
y
1 - y
x: 0 0,002 0,005 0,008 0,011 0,014 0,016 0,019 0,022 0,025 0,028 0,030 0,033
y: 0 0,028 0,056 0,085 0,113 0,142 0,170 0,199 0,227 0,256 0,284 0,313 0,341
x': 0 0,002 0,005 0,008 0,011 0,014 0,017 0,02 0,022 0,025 0,028 0,031 0,034
y': 0 0,029 0,060 0,093 0,128 0,165 0,205 0,248 0,294 0,344 0,397 0,455 0,518
Tarik garis siku antara garis operasi dan garis kesetimbangan dan hitung jumlah
siku yang terbentuk. Nt = 3,4.
135
BAB 8
ADSORPSI
1. U M U M
Adsorpsi adalah proses pemisahan suatu zat dalam campuran/larutan dengan cara
penyerapan melalui permukaan zat padat berpori yang disebut adsorbent.
Campuran/larutan yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa gas atau cairan.
Molekul-molekul yang terakumulasi di dalam pori-pori dan interface atau yang
diserap oleh adsorbent disebut adsorbat.
Adsorbent adalah zat padat alami ataupun synthesis yang mempunyai porositas
dan luas permukaan tinggi (misalnya activated charcoal, silica gel, molecular
sieve). Hasil adsorpsi sangat dipengaruhi oleh luas permukaan adsorbent, semakin
luas semakin besar daya serapnya, namun tergantung juga pada efektifitasnya.
Contoh penerapan adsorpsi yang banyak dilakukan di dalam industri diantaranya
adalah untuk:
a. Pemisahan bahan dari fase gas:
Pengeringan udara
Pengeringan gas
Penghilangan bau atau warna
Penghilangan impurities
Pengambilan uap yang bermanfaat dari udara/gas
b. Pemisahan bahan dari cairan:
136
Perpindahan massa pada proses adsorpsi berlangsung setelah terjadi kontak antara
larutan yang berbentuk gas ataupun cairan pada permukaan adsorbent sehingga
zat-zat yang mempuyai daya difusi lebih besar akan menembus interface dan poripori adsorbent akan terikat pada permukaan tersebut.
Dalam operasi pemisahan solid-liquid dengan cara adsorpsi ada juga yang
mekanismenya melalui pertukaran ion (ion exchange). Ion-ion yang dapat
bertukar secara reversible antara solid dan larutan elektrolit dapat memisahkan zat
terlarut elektrolitik (electrolitic solute). Mekanisme pertukaran ion seperti ini
tidak hanya karena interaksi antara ion dan solid, tetapi juga karena diffusi ion-ion
ke dalam fase padat (solid phase).
137
3. MACAM-MACAM ADSORBENT
3.1. Activated Carbon
138
(2). Powdered Activated Carbon (PAC). PAC dibuat dari pecahan karbon atau
partikel karbon tanah yang diserbukkan. American Water Works Association
Standard (AWWA, 1997) menyatakan GAC (Granular Activated Carbon)
sebagai bahan yang tertahan pada 50-mesh sieve (0.297 mm) dan PAC
sebagai bahan yang lebih halus, sedangkan American Society for Testing and
Materials (ASTM D5158) mengklasifikasikan ukuran partikel sesuai dengan
80-mesh sieve (0.177 mm) dan yang lebih halus sebagai PAC. PAC biasanya
digunakan secara langsung pada raw water intakes, rapid mix basins,
clarifiers, dan gravity filters.
(3). Granular Activated Carbon (GAC). GAC dapat dibuat apakah dalam bentuk
granular atau extruded. GAC diproduksi dengan ukuran 8 20, 20 40, or 8
3.2. Non-Activated-Carbon
Dewasa ini banyak pilihan adsorbent (media adsorpsi) yang digunakan untuk
menghilangkan zat-zat organic yang terkandung di dalam cairan maupun gas.
Organically modified clays, polymeric adsorbents, and zeolite molecular sieves
139
Bentuk
partikel
ALUMINA
Low porosity (fluoride sorbent)
High porosity (drying,
separation)
Desiccant, CaCl2-coated
G,S
40
0,70
0,32
0,20
37
0,85
4 - 14
0,30
0,30
30
0,91
4-5
0,2
0,22
35
0,85
G,P,S
30
0,93
0,14
- Type 3A (dehydration)
S,C,P
30
0,65
0,3
0,70
0,22
- Type 4A (dehydration)
S,C,P
32
0,65
0,4
0,70
0,24
- Type 5A (dehydration)
S,C,P
34
0,65
0,5
0,70
0,25
S,C,P
38
0,60
1,0
0,60
0,30
G,P
38 - 48
0,75
2-5
0,70
0,45
G,P
33
0,50
0,25
75 - 80
0,30
0,10
Activated bauxite
Chromatographic alumina
0,15
0,85
G,P
0,50
0,45
0,002
CARBONS
Shell-based
60
Wood-based
80
G,C
80
Petroleum-based
Peat-based
2
2
1,2
0,40
1,3
0,70
1,1
0,35
G,C,P
55
1,2
0,50
Lignite-based
G,P
70 - 85
0,5
0,30
Bituminous-coal-based
G,P
60 - 80
1,1
0,40
20 - 60
40 - 50
0,64
4-9
0,50
G,S
20 - 60
50 - 55
0,65
10 -25
0,50
16 - 50
45
0,42
ORGANIC POLYMERS
Polystyrene
(removal
of
organics)
Polyacrylic ester (purification)
Phenol (decolorizing,
deodorizing)
Catatan:
C = cylindrical pallets
G = granular P = powder
S = spheres nm = nano meter = 10-9 meter
140
Silica gel dan charcoal dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tulang, kayu,
lignite, dsb. yang sangat efektif sebagai bahan adsorbent. Bahan-bahan tersebut
mempunyai struktur yang sangat berpori dan permukaannya sangat luas sehingga
daya serapnya sangat besar. Untuk meningkatkan daya adsorpsi adsorbent dapat
dilakukannya dengan mengaktifkannya melalui berbagai cara. Salah satu contoh,
arang kayu dapat diaktifkan dengan cara memanaskannya antara suhu 350 1000oC di ruang vakum. Dengan cara ini untuk mengadsorp carbon tetra chloride
pada suhu 24oC dapat meningkat dari 0,011 kg/kg arang menjadi 1,48 kg/kg.
Pengaktifan tersebut sesungguhnya meliputi penguapan impurities sehingga
permukaan bebasnya menjadi sangat luas. Pada dasarnya jumlah gas yang dapat
diadsorp tergantung pada sifat adsorbent dan sifat gas yang diadsorp. Sedangkan
variabel lain yang mempengaruhi adalah luas permukaan adsorbent, suhu dan
tekanan gas. Tabel (8-1) berikut menunjukkan beberapa adsorbent yang sering
digunakan secara komersial.
Hubungan antara jumlah zat yang diadsorp oleh adsorbent dan tekanan
kesetimbangan atau konsentrasi pada suhu konstan disebut "adsorption isotherm".
Karena adsorpsi merupakan suatu peristiwa yang terjadinya pada permukaan,
maka adsorbent yang baik harus mempunyai porositas yang besar dan luas
permukaannya, misalnya lignite mempunyai luas permukaan bisa sampai
1.000.000 m2/kg. Sifat lain bagi adsorbent yang penting adalah diffusion rate-nya,
yaitu laju perpindahan masa antara cairan atau gas dan adsorbent solid. Semakin
pendek lintasan difusinya, maka akan semakin tinggi transfer rate-nya.
standar untuk particle size distribution (PSD) dinyatakan dalam ASTM D2862.
Informasi yang diberikan dari uji tersebut digunakan untuk menetapkan
141
milligram suatu larutan 0.02 normal iodine yang adapat diserap selama
dilakukan uji standar (ASTM D4607). Iodine number adalah suatu ukuran
persen volume dalam pori-pori yang berukuran diameter dari 10 hingga 28
(1010 m). Karbons dengan persentase tinggi ukuran pori-porinya, pada
umumnya bcocok untuk penggunaan dalam fase uap. Untuk fase cair, biasanya
mempunyai iodine number 1000.
142
e. Abrasion
Number
(Angka
Abrasi).
Abrasion
number
menunjukkan
4. MACAM-MACAM ADSORPSI
Secara umum adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu adsorpsi fisik
dan adsorpsi kimia.
Adsorpsi fisika (van der Waals adsorption) adalah suatu peristiwa reversible
(timbal
balik)
secara
cepat
yang
dihasilkan
oleh
gaya
tarik
antara
molekul-molekul adsorbent dan zat yang diadsorp. Sebagai contoh, jika gaya tarik
intermolekular antara adsorbent dan gas lebih besar dari yang ada di dalam gas itu
sendiri, maka gas akan mengembun pada permukaan adsorbent meskipun
tekanannya lebih rendah dari tekanan uap pada suhu dimana ia beroperasi.
143
besar. Proses adsorpsi secara kimia ini biasanya bersifat irreversible, dan pada
desorpsi-nya sering didapati telah mengalami perubahan kimia.
kualitas
produknya
mencari
mencari
kecocokan
dalam
144
Persamaan
Fruendlich
isotermis
menganggap
bahwa
adsorbent
X
= a Cn
M
dimana: X = satuan impurities yang diserap (mg, g)
M = massa adsorbent (mg, g)
C = konsentrasi impurities di dalam minyak atau gas yang berada
dalam kesetimbangan dengan adsorbent (mg/liter)
a,n = konstanta empiris yang nilainya tergantung dari jenis adsorbent,
impurities, suhu serta minyak/gas dalam sistem.
Khusus untuk gas, konsentrasi impurities dapat dinyatakan sebagai tekanan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
PV=nRT
PV=
C=
dimana : n =
m
RT
BM
karena C =
m P BM
=
V
RT
m
, maka
V
X
P BM n
= a Cn = a
M
RT
1
m
BM
dan
BM n
k=a
RT
1
X
= k Pn
M
145
1). Bagaimana panjangnya rentetan waktu yang harus diamati (diusahakan harus
cukup panjang).
2). Waktu permulaan dan akhir pengamatan harus bersamaan (untuk gerak yang
berulang misalnya keduanya diambil yang dekat pada daerah lembah).
3). Jika terjadi perubahan yang menyolok dan terjadi hanya satu kali sepanjang
pengamatan seluruhnya, maka hal ini dapat diabaikan (dilewati).
Adalah cara yang paling sederhana. Mula-mula dibuat scatter diagram, kemudian
dengan perasaan saja ditarik garis trend. Cara ini hanya untuk menunjukkan gerak
dan arah rentetan waktu secara umum.
(b). Cara semi average
Cara ini juga sangat sederhana. Mula-mula dibagi dua rentetan waktu dengan
sama panjang. Dari setiap bagian dihitung harga rata-rata hitungnya dan
ditetapkan dua buah titik kemudian ditarik garis melalui dua titik tersebut.
146
Cara ini lebih obyektif dibandingkan dengan cara sebelumnya. Bentuk trend yang
diperoleh seluruhnya ditentukan oleh rentetan waktu itu sendiri dengan memakai
harga rata-rata bergerak. Dalam menghitung harga rata-rata bergerak diambil
setiap tiga harga Y yang kemudian dijumlahkan yang hasilnya disebut jumlah
bergerak, selanjutnya dibagi dengan tiga dan hasilnya disebut harga rata-rata
bergerak. Demikian seterusnya harga rata-rata bergerak dihitung. Dengan
menghubungkan titik-titik dari harga rata-rata bergerak diperoleh garis trend.
(d). Cara least square
Pemakaian cara least square akan menghasilkan trend yang berupa garis lurus atau
lengkung, bergantung pada bentuk mana yang paling sesuai dengan rentetan
waktu yang sedang diamati. Pada dasarnya mencari trend dengan cara ini
prinsipnya sama seperti cara mencari garis regresi yaitu dengan meminimumkan
simpangan-simpangan antara garis trend dan garis pengamatan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, trend yang ditentukan dengan cara ini dinamakan juga garis trend
yang terbaik (the line of the best fit). Tetapi haruslah diperhatikan bahwa cara
least square didasarkan pada beberapa asumsi yang sebenarnya sangat sulit
dipenuhi oleh rentetan waktu.
Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1). Nilai-nilai perobah tidak bebas (y) harus terpencar secara normal.
2). Variance dari pencaran-pencaran normal pada setiap nilai x harus sama.
3). Setiap pengamatan dan simpangannya dari garis regresi (trend) harus
independent dari pada pengamatan-pengamatan dan simpangan-simpangan
yang lain.
4). Tidak ada hubungan fungsional antara data sebelumnya dengan yang akan
datang.
Dengan demikian dapat dianggap bahwa analisa rentetan waktu (time series)
terlebih-lebih penentuan trend sebagai bentuk istimewa dari analisa regresi.
Didalam analisa rentetan waktu, variabel yang diamati dinyatakan dengan simbul
y dan variabel bebas yaitu waktu dinyatakan dengan simbul x. Untuk
memudahkan perhitungan, angka-angka yang menunjukkan waktu perlu dirubah
147
Kurva regresi dapat dicari dengan menggunakan metode jumlah kwadrat terkecil
(least square method). Metoda ini dapat memberi gambaran terbaik tentang
hubungan suatu variabel. Cara ini berpangkal pada pemikiran bahwa jumlah
pangkat dua dari pada jarak antara titik-titik dengan kurva regresi yang sedang
dicari harus sekecil mungkin. Metoda "least square" ini dapat digunakan untuk
mencari kurva regresi yang berupa kurva garis lurus, parabola dan fungsi
eksponen.
(a). Garis lurus sebagai garis regresi
Jika variabel x dan y mempunyai hubungan berupa garis lurus, maka dapat
dimisalkan persamaan umumnya adalah
y = a + bx
Dengan xi sebagai variabel bebas dan yi sebagai variabel tak bebas, dimana i = 1,
2, 3, ....... n dan n menyatakan jumlah sampel, maka konstanta a dan b dapat
dihitung dengan rumus:
b =
n ( xy) - x y
( )
n x 2 - ( x)
a =
r =
y - b ( x)
n
n ( xy) - x y
[n (x ) - ( x) ] [n (y ) - ( y) ]
2
148
x y = a x + b x2 + c x3
x2 y = a x2 + b x3 + c x4
(c). Fungsi power sebagai kurva regresi
149
Contoh 8-1:
Berikut adalah data empiris yang diperoleh dari hasil adsorpsi aromatic
hydrocarbon di dalam fraksi minyak dengan menggunakan silica gel pada suhu
180 oC.
C, mg/liter
2,34
2,080
2,880
Penyelesaian:
C, mg/lt
X/M, mg/g
ln C
(x)
ln X/M
(y)
xy
x2
y2
2,340
0,208
0,8502
-1,5702
-1,3349
0,7228
2,4656
14,650
0,618
2,6844
-0,4813
-1,2919
7,2062
0,2316
41,030
1,075
3,7143
0,0723
0,2686
13,7961
0,0052
88,620
1,500
4,4844
0,4055
1,8183
20,1095
0,1644
177,690
2,080
5,1800
0,7324
3,7937
26,8328
0,5364
268,970
2,880
5,5946
1,0578
5,9179
31,2995
1,1189
22,5079
0,2165
9,1716
99,9669
4,5221
1/n = 0,5382
ln a = -1,98287
n = 1,85806
r = 0,99832
a = 0,13767
1.50
1.00
y = 0.5382x - 1.9829
Y = ln X/M
0.50
0.00
-0.50
-1.00
-1.50
-2.00
0.00
1.00
2.00
3.00
X = ln C
4.00
5.00
6.00
150
Contoh 8-2:
Berikut adalah data empiris yang diperoleh dari hasil adsorpsi CO dalam gas alam
dengan menggunakan 10 g wood charcoal pada 0 oC. Tekanan dalam mmHg dan
X adalah volume gas dalam cc yang diukur pada kondisi standard.
P, mmHg
73
X, cc
180
309
540
882
Penyelesaian:
X, cc
X/M, cc/g
ln p
(x)
ln X/M
(y)
x2
xy
y2
73,00
37,50
3,750
4,290
1,322
5,671
18,408
1,747
180,00
82,50
8,250
5,193
2,110
10,958
26,967
4,453
309,00
125,50
12,550
5,733
2,530
14,504
32,871
6,399
540,00
190,50
19,050
6,292
2,947
18,542
39,584
8,685
882,00
261,50
26,150
6,782
3,264
22,136
45,998
10,653
28,291
12,173
71,811
163,828
31,937
1/n = 0,78162
ln k = -1,98796
n = 1,27940
r = 0,99837
k = 0,13697
3.50
3.00
y = 0.7816x - 1.988
Y = ln X/M
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
4.00
4.50
5.00
5.50
X = ln p
6.00
6.50
7.00
151
Contoh 8-3:
Berikut adalah data empiris yang diperoleh dari hasil adsorpsi aromatic
hydrocarbon di dalam fraksi minyak dengan menggunakan 50 gram silica gel pada
suhu 95 oC.
C, mg/liter
X, mg
9,40
58,70
Penyelesaian:
C, mg/lt
X, mg
X/M, mg/g
ln C
(x)
ln X/M
(y)
xy
x2
y2
9,40
103,30
2,066
2,241
0,726
1,626
5,021
0,527
58,70
250,60
5,012
4,072
1,612
6,564
16,585
2,598
164,10
425,39
8,508
5,100
2,141
10,920
26,015
4,584
314,50
610,38
12,208
5,751
2,502
14,389
33,074
6,260
677,60
761,44
15,229
6,519
2,723
17,751
42,492
7,416
975,80
928,72
18,574
6,883
2,922
20,111
47,379
8,537
30,566
12,625
71,362
170,565
29,921
1/n = 0,47435
ln k = -0,31226
n = 2,10817
r = 0,99799
k = 0,73179
3.50
3.00
y = 0.4743x - 0.3123
Y = ln X/M
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2.00
3.00
4.00
5.00
X = ln C
6.00
7.00
8.00
152
Contoh 8-4:
Berikut adalah data empiris yang diperoleh dari hasil adsorpsi aromatic
hydrocarbon di dalam fraksi minyak dengan menggunakan 50 gram silica gel pada
suhu 95 oC.
C, mg/liter
9,40
58,70
X, mg
91,89
X, mg
X/M, mg/g
ln C
(x)
ln X/M
(y)
xy
x2
y2
9,40
91,89
1,838
2,241
0,609
1,364
5,021
0,370
58,70
191,20
3,824
4,072
1,341
5,462
16,585
1,799
164,10
288,45
5,769
5,100
1,752
8,939
26,015
3,071
314,50
374,18
7,484
5,751
2,013
11,575
33,074
4,051
677,60
508,65
10,173
6,519
2,320
15,121
42,492
5,381
975,80
588,54
11,771
6,883
2,466
16,972
47,379
6,079
30,566
10,500
59,432
170,565
20,752
1/n = 0,40001
ln k = -0,28772
n = 2,49996
r = 1,00000
k = 0,74997
3.00
2.50
y = 0.4x - 0.2877
Y = ln X/M
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2.00
3.00
4.00
5.00
X = ln C
6.00
7.00
8.00
153
BAB 9
KRISTALISASI
1. U M U M
2. STRUKTUR KRISTAL
Zat dalam keadaan padat umumnya terdiri dari suatu susunan atom, molekul, atau
ion-ion yang teratur. Suatu bentuk geometric dari zat tertentu yang disebut kristal
berbeda dengan zat lain. Konfigurasi partikel berkembang pada seluruh arah
melalui kristal disebut sebagai space lattic (kisi-kisi permukaan). Bagian terkecil
dari space lattic yang menunjukkan pola untuk seluruh kisi-kisi disebut unit cell.
Unit cell ini dapat dinyatakan sebagai unit structur yang apabila diulang secara
tidak menentu disebut sebagai kristal. Jumlah tetangga terdekat suatu partikel di
154
dalam sebuah kisi kristal disebut sebagai jumlah koordinasinya. Beberapa prinsip
dasar dan sering dijumpai dalam membahas struktur kristal akan dipelajari di sini.
Untuk membantu dalam penjelasan, bola-bola styreofoam akan digunakan untuk
menggambarkan atom-atom kristal.
Unit Cell adalah volume terkecil yang berulang dalam kristal. Sebagai contoh
misalnya, untuk kristal kubik konstanta kisi (a) sama dalam ketiga arah koordinat,
perhatikan Gambar (9-1).
cell.
Di
dalam
kristal
Kristal
kubik
memiliki
a1 = a2 = a3
a2
a1
Gambar (9-1): Unit Cell
pola
(cubic
yang
crystal)
sama
di
untuk
(non-cubic
kristal
crystal),
bukan
pola
Bahan tertentu mulai membentuk kristal ketika bahan tersebut membeku atau
mencapai titik jenuh kelarutannya. Dengan pengertian ini dimaksudkan bahwa
155
atom-atom mengatur diri secara teratur dan berulang dalam pola tiga dimensi,
struktur semacam ini disebut kristal.
Selain ikatan antar atom, yang tidak kalah pentingnya dalam mebahas masalah
kristal adalah menelaah pola susunan atom. Hal ini cukup sederhana untuk bahan
padat kristalin karena terdapat sel satuan berulang dalam tiga dimensi. Setiap sel
satuan memiliki karakteristik geometrik seluruh kristal. Dalam pembahasan ini
akan dibahas secara khusus pengaturan atom dalam struktur yang sederhana dan
menelaahnya dari segi perhitungan berat jenis.
Bentuk geometris kristal sederhana ditunjukkan secara detail seperti yang terlihat
dalam Gambar (9-2)dan (9-3). Dalam gambar terlihat tiga macam struktur kubik
(body-centered cubic, dan face-centered cubic structures) yang masing-masing
dapat memberikan gambaran secara jelas untuk difahami. Susunan bola
sebagaimana seluruh atom-atom ditunjukkan pertama kali, kemudian diikuti
dengan gamar-gambar yang menunjukkan secara lebih jelas konfigurasi kubik
atom-atom tersebut.
Satu hal penting yang berbeda antara jenis-jenis struktur kristal adalah efisiensi
kemasan dalam susunan tertentu. Jumlah kedudukan atau ruang yang terisi
sebagai partikel terhadap ruang kosong dihitung sebagai efisiensi kemasan.
Volume yang diduduki dapat dihitung dengan menghitung volume bola-bola yang
156
ada untuk menunjukkan volume kemasan atom. Total volume, adalah jumlah
volume seluruh bola dan volume ruang kosong, ditentukan dengan menghitung
volume unit cell. Ruang kosong adalah perbedaan antara total volume dan volume
yang diduduki oleh seluruh bola. Perlu diingat bahwa unit cell hanya menuju ke
pusat atom-atom yang terdiri dari sudut masing-masing unit cell.
Ruang kosong dapat memainkan suatu bagian penting dalam menentukan sifatsifat zat. Sebagai contoh misalnya, atom-atom karbon yang secara intensif
menyisip kedalam beberapa ruang kosong pada struktur body-centered cubic (bcc)
besi, yang hasilnya akan memadatkan dan mengeraskan besi yang disebut sebagai
besi baja.
Diantara kisi-kisi kubik, efisiensi kemasan meningkat dari simple through bodycentered ke face-centered cubic. Istilah closest packing mengacu pada suatu tata
menyusun bola yakni ruangan yang terisi yang paling efisien, dengan demikian
setiap bola kontak dengan bola-bola yang lain sebanyak mungkin. Sebuah sarang
tawon adalah suatu contoh kongkrit dari closest packing.
Ada beberapa kemungkinan untuk membuat susunan close-packed yang diperoleh
dengan cara menyusun lapisan-lapisan atom secara sempurna. Sebagai contoh
susunan close-packed yang paling sederhana adalah hexagonal closest packing
(hcp) dan cubic closest packing (ccp), dicapai dengan menumpuk lapisan A dan B
157
Perlu diketahui bahwa lapisan A, B, dan C adalah gabungan dari bola-bola yang
identik. Dalam ccp, lapisan B berada di atas satu set lobang-lobang pada lapisan
A, dan lapisan C diatas satu set lobang-lobang yang berbeda pada lapisan A. Unit
cells susunan hcp dan ccp ditunjukkan dan diilustrasikan secara grafik bahwa ccp
adalah struktur yang terdahulu disebut face-centered cubic (fcc). Gambaran
seperti ini memungkinkan untuk menyusun struktur hcp untuk mendapatkan
struktur ccp.
158
sedemikian
rupa
yang
mana
besarnya
sudut-sudut
antara
permukaannya sama dan panjang ketiga sumbunya juga sama.. Sebagai contoh
misalnya, kristal yang berbentuk kubus (cubic).
Kristal trigonal adalah kristal yang ketiga sumbunya sama panjang, ketiga
sumbunya sama besar tetapi tidak sama dengan 90o.
Kristal tetragonal adalah kristal yang salah satu sumbunya panjangnya tidak sama
dengan panjang dua sumbu lainnya, sedangkan ketiga sudutnya besarnya sama
yaitu 90o.
159
Kristal hexagonal adalah kristal yang salah satu sumbunya panjangnya tidak
sama dengan panjang dua sumbu lainnya, sedangkan salah satu sudutnya besarnya
120o dan dua lainnya sama besar yaitu 90o.
Kristal orthorhombic adalah kristal yang ketiga sumbunya tidak sama panjangnya,
sedangkan ketiga sudutnya sama besar yaitu 90o.
Kristal monoclinic adalah kristal yang ketiga sumbunya tidak sama panjangnya,
sedangkan salah satu sudutnya besarnya tidak sama dengan dua sudut lainnya
(kedua sudutnya masing-masing besarnya 90o).
Kristal triclinic adalah kristal yang ketiga sumbunya panjangnya tidak sama, dan
ketiga sudutnyapun tidak sama besar. Istilah "crystal habit" (sifat/adat kebiasaan
kristal) digunakan untuk perkembangan relatif dari jenis permukaan yang berbeda.
Sebagai contoh sodium chloride (NaCl) mengkristal dari larutan berair hanya
160
dengan permukaan yang berbentuk kubus. Disamping itu, jika sodium chloride
dikristalkan dari suatu larutan berair yang mengandung sedikit urea, maka kristal
yang dihasilkan permukaannya akan berbentuk octahedral. Kedua kristal tersebut
termasuk sistem kubus tetapi berbeda sifatnya.
Sesuai dengan bentuk kisi-kisinya, secara rinci kristal dapat dibedakan dalam
empat belas maca seperti yang terlihat dalam Gambar (9-6).
161
3. KESETIMBANGAN FASE
Jika impurities atau minor component dapat larut secara sempurna atau sebagian
dalam fase solid atau komponen yang dimurnikan, maka untuk menentukan
koefisien distribusi "k" dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
k=
Cs
Cl
162
163
4. PROGRESSIVE FREEZING
Impurities dipisahkan pada fase cair dengan melalui interface padatan. Teknik ini
dapat dilakukan terhadap consetrat impurities atau dengan solidifikasi berulang
dan pemisahan cairan untuk mendapatkan produk dengan tingkat kemurnian
tinggi. Gambar (9-9) mengilustrasikan peralatan progressive freezing. Laju
solidifikasi dan posisi interface dikendalikan oleh laju gerakan tube dan suhu
164
media pendingin. Bagian cairan residu dapat diagitasi dan arah pembekuan dapat
dilakukan secara vertical atau horizontal. Biasanya ada suatu redistribusi solute
ketika campuran komponen dibekukan secara langsung.
Ketika koefisien distribusi kurang dari 1, maka padatan yang mengkristal
mengandung sedikit solute disbanding cairan yang terbentuk. Sebagaimana fraksi
yang membeku meningkat, maka konsentrasi impurities di dalam cairan yang
tertinggal meningkat, dan oleh karena itu fase padat meningkat (for k < 1).
Gradien konsentrasi berbalik untuk k > 1. Dengen demikian, dengan tidak adanya
difusi pada fase padat maka gradient konsentrasi ditetapkan pada bagian yang
beku. Suatu yang menyolok dari progressive freezing adalah equilibrium freezing
(pembekuan dalam keadaan setimbang). Dalam hal ini laju pembekuan harus
diatur cukup pelan untuk memungkinkan berlangsungnya difusi dalam fase padat
untuk menghindari terjadinya gradient konsentrasi. Ketika hal ini terjadi, maka
tidak akan terjadi pemisahan jika seluruh tube tersolidifikasi. Pemisahan akan
dapat dicapai , namun dengan menghentikan pembekuan sebelum seluruh cairan
tersolidifikasi.
Jika fase cair bercampur dengan baik dan tidak ada difussi yang terjadi di dalam
fase padat maka suatu pernyataan sederhana yang berkaitan dengan komposisi
fase padat terhadap fraksi yang membeku dapat diperoleh untuk kasus dimana
koefisien distribusi tidak tergantung komposisi dan fraksi yang membeku.
5. METODA KRISTALISASI
Banyak metoda yang dapat digunakan dalam proses kristalisasi, pada dasarnya
pengelompokannya menurut metoda supersaturation (kelewat jenuhan) yang
diterapkan. Supersaturation yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Supersaturation dengan pendinginan
Supersaturation dengan penguapan solvent
Supersaturation dengan pendinginan adiabatis (cooling dan evaporation)
Salting out dengan menambahkan bahan yang dapat menurunkan kelarutan.
165
Metoda pertama dapat digunakan hanya untuk zat-zat yang mempunyai kurva
kelarutan menurun tajam dengan menurunnya suhu. Secara umum kristalisasi
dengan cara ini banyak diterapkan untuk kebanyakan zat. Supersaturation dengan
penguapan solvent banyak diterapkan untuk pengkristalan garam, yang mana
kurva kelarutannya mendatar dan tidak mungkin dikristalkan dengan cara
pendinginan. Metoda ketiga yang disebut supersaturation dengan pendinginan
adiabatis yaitu pengkristalan dengan penguapan tetapi tetap dengan pendinginan.
Penguapan dapat terjadi karena tekanan didalam bejana dibuat vakum. Jika
larutan panas dimasukkan ke dalam bejana vakum dimana tekanannya lebih kecil
dari tekanan uap solvent pada suhu larutan, maka solvent akan menguap.
Gabungan antara pendinginan dan penguapan memungkinkan menghasilkan
supersaturation sebagaimana yang dikehendaki.
Metoda terakhir (salting out) tidak banyak digunakan, penerapan metoda ini
dijumpai dalam penguapan larutan soda elektrolitik dan penguapan glyserin. Hal
ini menunjukkan bahwa caustic soda atau glyserin dalam konsentrasi tinggi akan
menurunkan kelarutan solut sehingga konsentrasi komponen-komponen yang
dapat larut sangat tinggi, sedangkan kelarutan komponen-komponen yang lebih
sukar larut (misalnya NaCl) turun hingga mencapai titik dimana ia mulai
mengkristal.
166
BAB 10
CRACKING
1. U M U M
2. THERMAL CRACKING
Minyak bila dipanaskan pada suhu dan tekanan yang cukup tinggi akan
mengalami perubahan struktur kimianya. Pada umumnya senyawa hidrokarbon
jika dipanasi akan mengalami perengkahan (cracking). Didalam peristiwa
perengkahan rantai molekul hidrokarbon yang panjang akan pecah menjadi dua
atau lebih rantai-rantai molekul hidrokarbon yang lebih pendek. Proses cracking
yang hanya dilakukan dengan panas saja disebut "Thermal Cracking", sedangkan
yang menggunakan katalisator untuk mempercepat laju reaksi disebut "Catalytic
Cracking".
Untuk merengkah minyak berat dengan cara thermal suhunya berkisar antara 450
- 730oC dan tekanan sekitar 70 atm. Reaksi yang terjadi dalam proses cracking
untuk mengkonversikan fraksi berat menjadi gasoline kemungkinannya adalah
seperti berikut:
Isomerisasi
: n-parafine isoparafine
Fragmentasi
Dehidrogenasi
Siklodehidrogenasi
Aromatisasi
167
b). Isomerisasi
168
c). Polimerisasi
Aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang paling sulit direngkah. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa semakin kecil hidrogen/karbon (H/C) ratio semakin
sulit untuk direngkah. Pembentukan coke selama thermal cracking merupakan
hasil dari degradasi molekul-molekul berat yang berkelanjutan. Olefin yang
terbentuk cenderung berpolimerisasi dan jika polimer tersebut terengkah dan
berpolimerisasi kembali maka kandungan hidrogen akan terus menurun, dan
akhirnya akan membentuk coke. Demikian pula senyawa-senyawa aromat dapat
membentuk polisiklik yang akhirnya akan membentuk coke. Beberapa reaksi
kondensasi dengan senyawa siklis juga dapat terjadi. Kemudian senyawa tersebut
terkonversi menjadi tar yang mempunyai berat molekul tinggi dan coke yang
mempunyai H/C ratio sangat rendah.
Hasil cracking sangat tergantung pada temperatur, tekanan, dan jenis bahan
bakunya. Dekomposisi akan meningkat secara cepat jika suhu operasi naik.
Pengaruh tekanan pada thermal cracking menentukan fase reaksi yang ditetepkan.
Sebagai contoh pada tekanan rendah sekitar 1 - 100 psig dan suhu lebih tinggi dari
1000oF dipilih sebagai kondisi operasi dalam fase gas, sedangkan pada tekanan
200 - 1000 psig dan suhu lebih rendah dari 900oF dipilih sebagai kondisi operasi
dalam fase campuran atau cair.
Dalam gambar (10-1) menunjukkan salah satu jenis thermal cracking unit.
Reduced crude diumpankan kedalam fractionation tower yang secara langsung
mendapatkan pemanasan dari hasil cracking. Cracked gasoline dan heating oil
diambil dari bagian atas kolom, sedangkan light dan heavy oil diambil dari bagian
169
ringan
dan
komponen-komponen
berat.
170
1
100
ln
t
100 - X
dimana:
K = konstanta laju reaksi order satu, 1/sec
t=
residence time, sec (berdasarkan volume feed cairan dan volume dari
reaction section)
dimana:
T = suhu perengkahan, oK
Q = panas aktivasi, cal
R = konstanta gas, 1,987 cal/gmol. oK
Q
R T2
171
d ( ln K) =
Q
+ C
RT
dimana: C = konstanta
Berdasarkan
hubungan
garis
lurus
(linear),
untuk
perengkahan
gasoil
menggunakan harga
Q = 53.400 cal
C = 28,8
Laju reaksi berlipat dua kali untuk setiap kenaikan 12oC pada suhu antara 370 425oC. Pada suhu 600oC kelipatannya terjadi pada setiap kenaikan 17oC.
Biasanya feed stock yang lebih berat akan lebih mudah direngkah dan gasoline
yang dihasilkan lebih banyak untuk periode waktu yang sama. Untuk operasi
komersial, suhu yang lebih tinggi biasanya diterapkan jika feed stocknya berupa
hidrokarbon ringan. Oleh karena waktu yang diperlukan berkurang, namun
demikian konversi ke gasoline pada suhu tertentu dapat menaikkan waktu reaksi.
Karena ada kemungkinan terjadinya reaksi samping seperti kondensasi dan
polimerisasi yang dapat menurunkan hasil gasoline. Untuk menghindari terjadinya
reaksi-reaksi demikian dapat dilakukan dengan mensirkulasikan kembali gasoil
yang belum terkonversi. Dalam praktek hasil gasoline per pass dijaga pada
konversi 40% dengan maksud untuk mengurangi terjadinya reaksi-reaksi
sampingan yang tidak dikehendaki. Naiknya konversi per pass dapat
menimbulkan:
Jumlah gasoline yang dihasilkan berkurang
Angka oktan gasoline lebih tinggi
Tendensi terbentuknya coke naik
Produksi gas meningkat
Daya penguapan (volatility) gasoline meningkat
172
2.2. Visbreaking
Rentang suhu untuk operasi visbreaking berkisar antara 850 - 900oF dan
tekanannya 200 - 500 psig. Produk meninggalkan heater kemudian didinginkan
secara mendadak (quenching) dengan maksud untuk mencegah terjadinya
perengkahan yang berkelanjutan, perhatikan gambar (10-4). Quench stream dapat
berupa make-up gasoil atau gasoil hasil dari proses itu sendiri. Reaksi visbreaking
adalah dalam fase cair dan produk utamanya adalah fuel oil meskipun gas,
gasoline, dan gasoil juga dihasilkan.
Gas dan gasoline yang dihasilkan biasanya tidak akan lebih dari 10%, demikian
pula light distillate yang dihasilkan juga tidak akan lebih dari 10%.
173
174
2.3. Coking
reduced
crude
dikonversikan
secara
sempurna
Yield, %
Gas
5 wt
Gasoline
20 vol
Gasoil
60 - 70 vol
Coke
10 - 15 wt
menjadi
175
Kelebihan coking dibanding visbreaking adalah bahwa hasil yang berupa distillate
lebih banyak pada jenis feed yang sama. Gasoil dan distillate yang dihasilkan
biasanya diperbanyak dengan menggunakan tekanan menengah. Pada tekanan
tinggi akan menghasilkan gas dan coke yang lebih banyak, dan produk cairnya
lebih banyak ke gasoline component.
Demikian juga pengaruh suhu, semakin tinggi suhu operasi akan semakin banyak
produk berupa gas dan gasoline sedangkan gasoil menurun. Angka oktan gasoilne
naik secara linear dengan kenaikan suhu. Sebagai contoh pada suhu 930oF angka
oktan yang dicapai 72 dan pada suhu 1050oF angka oktan 87.
Coke dihasilkan dari proses ini dapat digunakan sebagai bahan keperluan
pembuatan berbagai bahan kimia dan metalurgical coke.
Proses coking dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu "Delayed Coking" dan
"Fluid Coking".
Delayed coking adalah proses semi kontinyu yang mana pemberian panasnya
ditransfer dalam coking drum yang besar dengan membiarkannya dalam waktu
yang cukup lama untuk reaksi cracking. Feed yang digunakan umumnya adalah
residu termasuk reduced crude, asphalt dan cracked tar. Hasil coking meliputi gas,
gasoline, gasoil, dan coke, perhatikan gambar (10-6). Coke yang dihasilkan dari
proses ini umumnya digunakan untuk industri aluminium dan baja.
Residu diumpankan memasuki bagian dasar kolom fraksinasi, demikian juga uap
panas yang datang dari coke drums juga memasuki bagian dasar kolom tersebut.
Campuran dari kedua aliran tersebut difraksinasikan dan menghasilkan gas,
gasoline, gasoil, dan heavy residue. Selanjutnya heavy residue yang keluar
melalui dasar kolom dipompakan menuju ke sebuah direct fired heater untuk
dipanaskan dan keluar dari heater suhunya sekitar 950oF. Cairan yang sangat
panas ini kemudian dimasukkan kedalan coke drum yang tekanannya berkisar
antara 20 - 50 psig, dan recycle ratio-nya berkisar antara 0,1 - 1 berdasarkan
equivalent fresh feed.
176
Didalam coke drum cairan terpisah dari uapnya, dan coke terbentuk ketika ia
lepas dari cairannya dan mengendap. Uap yang terpisah meninggalkan coke drum
dan memasuki fractionator tower. Sementara itu coke terus terbentuk dan setelah
mencapai level tertentu maka aliran masuk ke coke drum dihentikan.
Untuk mengeluarkan coke dari drum dapat dilakukan dengan menggunakan
high-pressure water-jet system. Namun ada juga beberapa refinery yang
menggunakan cara mekanik misalnya drilling shaft.
Sebuah coke drum biasanya beroperasi selama 24 jam untuk mencapai drum
penuh coke. Demikian pula untuk keperluan cleaning dibutuhkan waktu sekitar 24
jam juga.
177
perhatian operasi ini adalah pada fluidized bed panas yang berupa
partikel-partikel coke yang sangat halus dari hasil proses itu sendiri.
Gambar (10-7) menunjukkan aliran proses fluid coking, residue diumpankan
dalam bentuk spray (pancaran) ke dalam reactor dan langsung kontak dengan
fluidized bed panas. Reaksi coking terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan
pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan cara delayed coking. Karena
kondisi tersebut maka coke yang dihasilkan lebih sedikit, tetapi jumlah
komponen-komonen hidrokarbon ringan lebih banyak.
Partikel-partikel coke yang sangat halus terus mengalir diantara dua vessel (yaitu
burner dan reactor). Sebagian dari coke yang disirkulasikan dibakar didalam
burner untuk membangkitkan panas yang diperlukan untuk penguapan dan
cracking. Partikel coke panas tersebut bertemu dengan feed (residu) didalam
reactor dan terjadilah coking.
Ukuran partikel coke dijaga berkisar antara 75 - 150 , dimana pada ukuran
tersbut fluiditasnya didalam reactor dapat dijamin. Pada bagian dasar reactor
178
179
antara
molekul-molekul
carbon
dan
menaikkan
kecepatan
180
MACAM-MACAM KATALIS
Cat. Cracking
Aluminum silicate
Processed clay
Durabeads
Processed clay
Cat. Reforming
Replacement
Platinum on alumina
New
Platinum on alumina
Hydrotreating
Alkylation
Sulfuric
Sulfuric acid
Hydrofluoric
Hydrofluoric acid
Polymerization
Isomerization
Aluminum chloride
Katalis yang tersedia di pasaran dalam berbagai bentuk yang dibuat apakah secara
alami atau sintetis. Pemilihan katalis tergantung pada operasi dan target kwalitas
181
produk. Sebagai contoh misalnya, gasoline yang dihasilkan dari operasi ini
biasanya mempunyai angka oktan 95 dan yield-nya berkisar antara 40 - 65%.
Persiapan feed biasanya dilakukan untuk menghilangkan aspal dan garam-garam
berat. Untuk menghilangkan impurities semacam ini dapat dilakukan melalui
beberapa operasi diantaranya termasuk propane deaspalting, coking, furfural
extracting, thermal cracking dan hydrodesulfurization. Vacuum distillation dan
visbreaking juga dapat digunakan sebagai langkah persiapan penyediaan feed.
Variabel proses yang selalu dikendalikan ialah tekanan, suhu, catalyst-to-oil ratio,
dan space velocity (yaitu volume atau berat minyak yang diumpankan per jam per
volume
atau
berat
katalis
di
dalam
reaction
section).
Pengendalian
lightend-nya sedikit.
Isomerisasi olefin dapat lebih ditingkatkan
Penjenuhan ikatan rangkap lebih terkendali
Produk diolefin lebih sedikit
Produk aromtiknya lebih baik
Kemampuan mentolerir kadar sulfur meningkat
182
Katalis yang tersedia umurnya lebih panjang sehingga kwalitas produk tidak
Selama operasi catalytic cracking, hidrokarbon yang kurang reaktif adalah aromat,
dan yang lebih reaktif adalah olefin. Oleh karena itu reaksi cracking yang lebih
prevalent untuk paraffin adalah pembelahan ikatan antara carbon-carbon menjadi
paraffin pendek dan olefin. Pada thermal cracking, pemecahan rantai terjadi
secara acak, sedangkan dalam catalytic cracking pemecahan terjadi pada lokasi
tertentu. Paraffin cenderung terengkah disekitar pusat molekul. Rantai yang
panjang akan terengkah di beberapa tempat secara serempak. Pada thermal
183
184
tinggi dari apa yang terbentuk dalam thermal cracking. Reaksi olefin tertentu
adalah polimerisasi dan kondensasi yang menghasilkan molekul-molekul aromat.
Naphthene lebih mudah terengkah secara catalytic dari pada paraffin, tetapi tidak
secepat olefin. Aromat umumnya susah direngkah, benzene adalah senyawa yang
sangat sulit direngkah, sedangkan naphthalene, anthracene, dan senyawa-senyawa
sejenis yang lain dapat terengkah tetapi pada kecepatan yang sangat rendah,
disamping itu kecenderungan terbentuknya coke cukup tinggi.
Alkyl benzene dengan gugus alkyl C2 atau yang lebih besar akan terengkah
membentuk benzene dan olefin. Methyl benzene kurang reaktif dibanding alkyl
benzene yang lain. Hidrogen yang biasanya terbentuk dalam catalytic cracking
adalah hasil dari proses dehidrogenasi dari beberapa molekul. Beberapa molekul
lainnya juga ada yang terkonversi menjadi coke atau senyawa-senyawa yang
mempunyai berat molekul tinggi melalui reaksi kondensasi.
Pada thermal cracking, mekanisme reaksinya melalui rantai radikal bebas,
sedangkan pada catalytic cracking melalui pembentukan ion-ion carbonium.
Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi, sedangkan bahan yang disebut
inhibitor digunakan untuk memperlambat reaksi-reaksi yang tidak diinginkan.
Katalis bekerja melalui salah satu dari dua mekanisme sebagai berikut:
Penggabungan dengan reactant untuk membentuk senyawa intermediate yang
185
atau
CH3-CH=CH2 + H+ CH3-C+H-CH3
CH3-CH=CH2 + H+
(C3H7+)
3). Pelepasan ion hidrida (H-) dari hidrokarbon jenuh oleh ion carbonium yang
lain
Ion carbonium sangat reaktif dan dapat melakukan berbagai reaksi seperti berikut:
1). Pertukaran ion hidrida dengan paraffin dan naphthene membuatnya lebih
reaktif
C3H7 + CH3-CH2-(CH2)n-CH3
C3H8 + CH3-C+H-(CH2)n-CH3
186
1
100
ln
t
100 - X
Katalis akan mempercepat laju reaksi dan memperbesar konversi seperti terlihat
pada tabel (10-2) dan (10-3).
Deposisi karbon atau coke pada katalis adalah fungsi residence time.
C = K. n
dimana: C = coke yang terdeposit pada permukaan katalis, % wt
K = konstanta, fungsi dari jenis katalis, feedstock dan proses yang
diterapkan
= Residence time, sec
n=
187
CATALYTIC
THERMAL
Temperature, oF
842
842
6,4
75
Percent Conversion
97
k x 103
550
0,67
- Gas, %
21,2
0,3
62,3
4,7
- Remainder, %
16,5
95
- H2, %
2,8
- Olefins
68,1
29
- Saturated compounds
29,1
71
58
Products:
Gas Analysis:
- Molecular weight
Catalyst used
THERMAL
CRACKING
CATALYTIC
CRACKING
Single pass
Recycle
None
Silica - Al
Silica - Al
38,9
57,2
75,3
40,0
40,0
4,5
20,1
nil
7,8
- Coke, % wt
nil
3,5
10,6
- Dry gas, % wt
4,3
5,6
7,6
- ASTM, clear
72,6
81,1
83,1
82,5
95,7
95,7
- CFR reasearch,
clear + 1,5 ml TEL/gal
89,0
99,0
98,5
Yields:
188
Thermal reforming
Thermal cracking
Visbreaking
Coking, ultimate
Coking, partial recycle
Coking, low pressure
Coking, needle
Catalytic cracking
FEED
Naphtha
Gasoil
Reduced crude
Decant oil
Furfural extract
Coke gas
Vacuum gasoil
Reduced crude
Vacuum bottom
Gasoil
Reduced crude
Reduced crude
Reduced crude
Vacuum bottom
Decant oil
Thermal tar
Pyrolysis tar
Furfural extract
Light and heavy gasoil
Raw oil
Berbagai jenis feed yang digunakan pada berbagai operasi kilang tertentu
ditunjukkan dalam tabel (10-4). Berbagai macam proses catalytic cracking yang
banyak digunakan secara luas diantaranya adalah:
189
Proses industri pertama untuk catalytic cracking dikembangkan pada tahun 1936
oleh E. Houdry pada Sun Oil Refinery, Pennsylvania yang selanjutnya dikenal
dengan Houdry process. Houdry process menggunakan tiga buah reactor, dan
katalis ditempatkan didalam fixed bed, perhatikan gambar (10-11). Suatu sistem
automatis disertakan untuk siklus regenerasi.
Feed memasuki proses dipanaskan didalam heater hingga seluruhnya menjadi uap
pada suhu 800oF, kemudian didalam separator dipisahkan residu-nya. Sebagai
heat transfer medium adalah lelehan garam. Feed yang telah menjadi uap
190
Moving-bed units biasanya terdiri dari packed beds yang bergerak secara vertikal
melalui sebuah vessel. Katalis yang digunakan mempunyai ukuran diameter
sekitar 1/8 inci, namun demikian ada juga katalis yang ukuran diameternya
sampai 3/4 inci telah digunakan. Perbandingan katalis terhadap minyak
(catalyst-to-oil ratio) sekitar 1 - 5.
191
Sebuah thermofor kiln telah dikembangkan oleh Socony Vacuum Oil Company
untuk meregenerasi katalis. Regenerasi katalis dilakukan dengan menggunakan
thermo kiln semacam ini, oleh karena itu proses cracking ini disebut Thermofor
Catalytic Cracking (TCC) sebagaimana ditunjukkan dalam gambar (10-12).
Dalam proses ini katalis yang berbentuk pellet bergerak secara gravitasi dari
hopper ke reactor yang beroperasi pada tekanan sekitar 10 psig dan suhu antara
850 - 925oF. Katalis yang sudah menurun keaktifannya (spent catalyst) dari
reactor dengan menggunakan elevator dikirim ke regenerator kiln. Didalam kiln
tersebut coke dibakar dengan menginjeksikan udara panas.
Feed sebelum memasuki reactor dipanaskan didalam pemanas dan keluar sebagai
uap yang kemudian kontak dengan katalis didalam reactor. Hasil perengkahan
dari reactor selanjutnya dipisahkan fraksi-fraksinya didalam fractionator.
Ada dua hal yang membatasi TCC process jenis ini, yakni:
Feed memasuki reactor harus dalam fase uap
192
Katalis yang akan diregenerasi diangkat keatas oleh udara yang diinjeksikan dari
bagian dasar regenerator, perhatikan dalam gambar (10-13) . Setelah katalis
sampai di surge separator, katalis terpisah dari udara yang membawanya dan jatuh
193
194
195
Lebih stabil
Mampu menahan suhu tinggi
Struktur kristalnya menunjang pengembangan reaksi
Cracking activity-nya tinggi
Waktu kontak cracking yang diperlukan relative singkat.
Dengan demikian secara umum waktu kontak banyak berkurang dan reaksi
cracking sangat efisien. Adanya kemungkinan additive yang ditambahkan sebagai
pasivator di dalam feed, sebagaimana kebanyakan additive tersebut mengandung
metal-metal seperti nickel, vanadium dan iron, maka metal-metal tersebut dapat
meracuni katalis.
Pasivator menurunkan pengaruh katalis akibat keracunan. Demikian pula
minyak-minyak berat yang akan direngkah dengan cara ini sebelumnya harus
diberikan perlakuan (treatment) terlebih dahulu. Karena di dalam minyak berat
banyak terkandung logam-logam berat.
Pada dasarnya sebuah fluid catalytic cracking process terdiri dari tiga bagian
penting yakni reactor, stripper dan regenerator. Feed memasuki reactor melalui
bagian dasar sebuah vertical reactor riser, perhatikan gambar (10-15). Katalis
panas menguapkan feed, dan uap yang terbentuk membawa serta serbuk-serbuk
katalis naik menuju reactor vessel. Keadaan fluidisasinya tergantung pada ukuran
partikel, densitas partikel, kecepatan dan densitas uap. Reaksi cracking sudah
dimuali sejak di dalam reactor riser dan seterusnya sampai di dalam fluidized bed
reactor. Hasil perengkahan selanjutnya dikirim ke fractionator untuk dipisahkan
fraksi-fraksinya.
Spent catalyst meninggalkan reactor secara terus menerus melalui sebuah pipa
yang kemudian didorong oleh steam menuju ke stripper. Steam yang mendorong
katalis tersebut juga sekaligus membebaskan sisa-sisa hidrokarbon yang ada di
permukaan katalis, dan uap hidrokarbon yang telah lepas dari stripper bergabung
dengan produk rengkahan yang keluar dari bagian puncak reactor. Katalis dari
stripper turun menuju regenerator, di dalam regenerator katalis bertemu dengan
udara panas yang dimasukkan dari bagian bawah regenerator. Udara panas ini
akan membakar deposit hidrokarbon yang ada di permukaan katalis.
196
tertentu,
catalytic
cracking
bertingkat
(lebih
dari
satu
stage)
197
198
memasuki reactor bertemu dengan umpan yang masuk dan bersama-sama menuju
ke reactor.
Di dalam reactor terjadi reaksi exothermis yang akan menaikkan suhu katalis dari
100oF menjadi sekitar 1.100oF. Panas yang dilepas di dalam regenerator
memanasi katalis yang selanjutnya untuk menguapkan feed dan untuk reaksi di
dalam reactor.
Produk dari catalytic cracking selanjutnya menuju ke kolom fraksinasi untuk
dipisahkan fraksi-fraksinya yang berupa gas, gasoline, light gasoil, heavy gasoil,
dan fuel oil. Panas yang terbawa oleh produk dari reactor dapat dimanfaatkan
untuk pemanasan awal feed sebelum memasuki reactor atau untuk keperluan
pemanasan yang lain.
Fuel gas sebelum meninggalkan regenerator terlebih dahulu dilewatkan cyclone
separator untuk menangkap serbuk katalis yang terikut agar tidak mencemari
udara atmosfir.
199
Kelebihan dari unit ini adalah ringkasnya peralatan sehingga tidak banyak
memakan tempat. Fresh feed atau gas oil memasuki reactor melalui reactor riser
yang ada di bagian dasar menara berupa cairan. Panas ditransfer dari katalis dan
menguapkan feed yang kemudian mendorong katalis menuju ke reaktor yang ada
dibagian puncak menara (diatas regenerator). Gabungan uap minyak dan katalis
meninggalkan regenerator dan menuju reactor dimana kecepatan menurun karena
luasnya reactor, dan kemudian katalis membentuk fluid bed yang padat. Uap
minyak mendorong catalyst bed tersebut dan menjaganya dalam keadaan tetap
200
201
Fresh feed bercampur dengan beberapa recycle cracked gasoil memasuki riser,
perhatian gambar (10-19). Kemudian feed tersebut bertemu dengan katalis
202
(regenerated catalyst) yang baru saja diregenerasi dari regenerator. Melalui riser
tersebut campuran feed dan katalis menuju ke separator yang berada di dalam
reactor zone untuk dipisahkan. Meskipun dipisahkan, namun masih ada beberapa
katalis yang terbawa oleh uap minyak.
203
204
mengembangkan proses ini yang dapat mengolah residu dengan baik. Beberapa
perusahaan seperti Gulf Oil, Arco dan UOP mempunyai lisensi proses ini untuk
mengolah heavy residue.
205
coke. Level katalis di dalam reactor dijaga tetap pada ketinggian yang diperlukan
untuk menjaga space velocity yang dikehendaki. Uap hidrokarbon meninggalkan
reaction zone menuju frctionator dan katalis yang terbawa dalam uap dipisahkan
dengan cyclone.
Di dalam Kellogg Orthoflow Unit, stripping section untuk katalis ditempatkan di
pusat reactor. Katalis yang telah diperlakukan dengan stripping dibawa ke
regenerator dan oleh udara panas deposit karbin yang ada dipermukaan katalis
dibakarnya, perhatikan gambar (10-22).
206
Beberapa model rancangan orthoflow telah dibuat, seperti model A dan model C
yaitu yang generatornya ditempatkan dibawah reactor, dan model B generatornya
diatas reactor. Walaupun demikian dalam semua hal catalyst stripping section
ditempatkan diantara reactor dan regenerator. Di dalam rancangan ini juga
memperhatikan prinsip-prinsip heat balance yang termasuk fresh feed dan recycle
feed cracking. Suhu operasi reactor antara 880 - 950oF pada tekanan antara 8 - 20
psig, sedangkan suhu regenerasi di dalam regenerator berkisar antara 1.050 1.200oF pada tekanan 15 - 30 psig, dan katalis-to-oil ratio berkisar antara 6-21 : 1
sementara space velocity 1-16 : 1.
Beberapa fluid catalytic cracking process yang lain telah banyak dikembangkan
misalnya: Flexicracking yang dikembangkan oleh Exxon Research and
Engineering, Ultra-Orthoflow yang dikembangkan oleh Kellogg, dan Shell two
stage catalytic cracking yang dikembangkan oleh Shell.
3.9. Hydrocracking
HHH
HHHHH
H-C-C-C-H + H-C-C-C-C-C-H
HHHHH
HHH
(propane)
(pentane)
Paraffin dengan titik didih rendah mempunyai angka oktan tinggi, oleh karena itu
hydrocracking bertujuan untuk memperbaiki angka oktan. Tekanan operasi yang
diperlukan untuk proses ini cukup tinggi yaitu sekitar 1.400 - 2.100 psig.
Hidrogen yang diperlukan untuk proses ini kebanyakan berasal dari steam
reforming methane atau naphtha.
207
Heavy crude oil biasanya banyak mengandung sulfur, metal dan nitrogen.
Disamping itu umumnya viskositas, pour point dan densitasnya tinggi. Satu hal
lagi yang kurang menguntungkan adalah kandungan hidrogen-nya rendah.
Kandungan metal yang tinggi dapat menimbulkan kesulitan dalam operasi,
sedangkan kandungan sulfur dapat menimbulkan persoalan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan unit tambahan yang digunakan untuk
perlakuan awal (pretreatment) sebelum diolah di unit utamanya.
Suatu proses khusus yang disebut "LC-Fining" telah dirancang untuk menangani
heavy crude, proses tersebut adalah hidrogenasi heavy crude, residue dan heavy
oil. Dengan lisensi dari CE Lummus Company, proses tersebut dirancang mampu
menghilangkan metal dan sulfur dalam heavy crude, reduced crude, vacuum
bottom, deasphalted bottom, tar, dsb. Proses tersebut didasarkan pada teknologi
208
yang dikembangkan pada tahun 1963 oleh Cities Service yang pertama kali untuk
residual hydrocracker yang berlokasi di Lake Charles, Lousiana.
Reactor semacam expanded-bed yang digunakan dalam proses tersebut
ditunjukkan dalam gambar (10-23). Feed dan hidrogen diumpankan melalui
bagian dasar reactor, kemudian bergerak keatas bercampur dengan katalis yang
diekspansikan (expanded catalyst). Effluent product meninggalkan reactor melalui
recycle pump yang ada di dasar reactor. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
kecepatan yang cukup agar expansi katalis yang dikehendaki dapat dicapai.
Campuran feed dan hidrogen memasuki reactor pada suhu 100oF atau lebih tetapi
masih dibawah suhu reactor. Panas reaksi yang cukup tinggi akan menaikkan suhu
feed secara cepat di dalam reactor. Sementara operasi tetap berjalan, katalis dapat
dimasukkan dan dikeluarkan dari reactor. Ukuran katalis yang digunakan untuk
proses ini sekitar 1/32 inci. Hidrogenasi heavy hydrocarbon sesungguhnya suatu
proses
difusi.
Penggunaan
partikel-partikel
kecil
mempunyai
beberapa
209
210
BAB 11
REFORMING
1. U M U M
yang besar.
Isomerisasi: yaitu mengkonversikan normal-paraffin menjadi iso-paraffin.
Siklisasi: yaitu pembentukan senyawa siklis (cincin) dari senyawa alifatik.
Proses reforming dapat dilakukan secara thermal ataupun secara catalytic yang
sering disebut Thermal Reforming dan Catalytic Reforming.
2. THERMAL REFORMING
211
tekanan yang cukup tinggi akan dikonversi menjadi amylene (C5H10) yang
mempunyai angka oktan 92, ethylene (C2H4) dengan angka oktan 81 dan hidrogen
(H2) yang banyak digunakan di dalam proses treating.
Produk dari hasil reaksi tersebut mempunyai rantai pendek dan ikatannya tidak
jenuh. Amylene adalah komponen gasoline yang baik sedangkan ethylene dan
propylene sebagai monomer yang banyak digunakan sebagai feedstock dalam
pabrik pembuatan produk petrokimia (petrochemical plant) khususnya untuk
pembuatan polymer seperti polyethylene. Reaksi lain yang dapat terjadi adalah
isomerisasi yaitu pembentukan senyawa hidrokarbon bercabang, misalnya normal
hexane menjadi iso-hexane.
Dalam pembentukan senyawa siklis (rantai cincin) juga akan terjadi misalnya
reaksi dehidrogenasi dan siklisasi dari normal heptane menjadi methyl
cyclohexane dan hidrogen seperti berikut:
212
Hidrodealkilasi juga dapat terjadi, yaitu reaksi penghilangan gugus alkil dengan
bantuan hidrogen, sebagai contoh misalnya toluene (methyl benzene) akan
dikonversi menjadi benzene melalui proses hidrodealkilasi yang reaksinya dapat
dilihat sebagai berikut:
Operasi thermal reforming memerlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu reaksi
lebih lama jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan dalam operasi thermal
cracking. Perbedaan tersebut dikarenakan molekul-molekul hidrokarbon dalam
feed untuk thermal reforming lebih kecil dan lebih stabil dibandingkan feed untuk
thermal cracking.
Skema sederhana proses thermal reforming ditunjukkan dalam gambar (11-1) dan
salah satu tipe diagram alir proses thermal reforming ditunjukkan dalam gambar
(11-2). Feedstock yang berupa straight-run naphtha atau gasoline diumpankan
melalui heater dimana reaksi reforming terjadi. Produk meninggalkan heater
langsung didinginkan secara tiba-tiba dengan menggunakan quenching oil
sebelum dipisahkan fraksi-fraksinya didalam fractionator. Pendinginan yang
213
3. CATALYTIC REFORMING
214
Katalis
yang
digunakan
dapat
terbuat
dari
platinum-alumina
atau
Hydroforming unit telah digunakan pada awal perang dunia kedua, catalytic
reforming tersebut untuk menghasilkan aviation gasoline yang banyak digunakan
untuk keperluan militer. Sekitar tahun 1955, Universal Oil Product (UOP) telah
mendemonstrasikan
bahwa
katalis
platiunum
dapat
mendorong
reaksi
215
Didalam straight-run naphtha pada umumnya masih banyak impurities yang dapat
meracuni katalis. Agar supaya tidak meracuni katalis, maka terlebih dahulu
dilakukan hydrotreating terhadap naphtha tersebut. Hydrotreating adalah proses
penghilangan impurities seperti senyawa sulfur, nitrogen dan arsenik dengan
melalui proses hidrogenasi. Hidrogen yang digunakan untuk keperluan treating ini
berasal dari reforming unit itu sendiri.
216
dipahami lebih dalam lagi dengan melihat gambar (11-3) yang menunjukkan
perbedaan hasil reforming secara thermal dan catalytic. Kelihatan dari sini bahwa
senyawa aromat lebih banyak dihasilkan pada catalytic reforming dan olefin
hanya ada pada hasil thermal reforming.
Di dalam catalyic reforming, hidrogen dihasilkan sebagai hasil samping. Sebagian
dari hidrogen yang dihasilkan disirkulasikan kembali untuk menjaga tekanan
didalam reactor dan mencegah terjadinya pembentukan coke. Disamping itu
hidrogen ini banyak dimanfaatkan untuk proses yang lain seperti hydrotreating,
hydrocracking dan isomerization plant, bahkan tidak sedikit yang digunakan
untuk keperluan industri petrokimia. Meskipun reaksi isomerisasi juga
kemungkinan terjadi, namun tidak banyak mempengaruhi kenaikan angka oktan
karena jumlahnya relatif kecil.
3.1. Katalis
217
Katalis yang paling disukai adalah katalis yang memacu produksi aromatik dan
menekan terjadinya proses hidrocracking.
Jika katalis lain yang dikenal dengan nama bimetallic catalyst adalah katalis yang
mengandung platinum dan metal promotor lain seperti misalnya rhenium. Katalis
semacam ini umumnya untuk operasi pada tekanan rendah dan suhu tinggi dengan
siklus regenerasi menengah.
Selectivity adalah merupakan bentuk persaingan kecepatan reaksi yaitu
dehidrogenasi
untuk
menghasilkan
aromatik
dan
hidrocracking
untuk
menghasilkan paraffin yang lebih ringan. Katalis platiunum umumnya yang paling
aktif dan juga sangat mahal harganya. Katalis seperti ini mempunyai fungsi
ganda, platinum beraksi sebagai dehydrogenating agent, dan zat asam seperti
fluorine atau chlorine beraksi sebagai isomerization agent.
Olefin merupakan hasil reaksi intermediate, meskipun demikian pada kondisi
reforming hanya sedikit sekali olefin yang ada. Variabel operasi yang sangat
penting adalah tekanan, sedangkan variabel-variabel lain yang perlu diperhatikan
adalah suhu, space velocity, recycle gas rate, dan ukuran partikel katalis. Space
velocity dinyatakan sebagai perbandingan feed rate yang masuk terhadap jumlah
katalis didalam reactor. Satuan space velocity dinyatakan sebagai wt/hr/wt atau
vol/hr/vol.
Operasi catalytic reforming biasanya terjadi pada tekanan tinggi dan hidrogen
yang dihasilkan disirkulasikan kembali ke dalam reactor. Kondisi operasi untuk
katalis tertentu ditunjukkan dalam tabel (11-1).
Feedstock untuk catalytic reforming biasanya adalah naphtha atau straight-run
gasoline yang mempunyai angka oktan rendah, konversi naphtha paling tidak
adalah menjadi butane dan bahan-bahan yang lebih ringan. Lebih baik lagi jika
naphtha banyak mengandung naphthene karena dapat menghasilkan aromat yang
tinggi.
Butane yang dihasilkan dari catalytic reforming mengandung isobutane sekitar 40
- 50%, dan pentane mengandung iso-pentane sekitar 50 - 65%.
Pretreatment terhadap feedstock mutlak diperlukan untuk operasi yang
menggunakan katalis platinum. Katalis tersebut sangat sensitif terhadap nitrogen,
chloride, sulfur, air (water), lead dan arsenic. Proses yang digunakan untuk
218
pretreatment
adalah
hydrotreating
dengan
menggunakan
katalis
JENIS KATALIS
Platinum
500
900
1,5
Cobalt molybdate
400
850
1,0
Molybdena
200
925
0,5
Chromia
175
1.000
0,7
Berbagai unit yang digunakan dalam catalytic reforming process ada yang
menggunakan tekanan tinggi dan ada juga yang menggunakan tekanan rendah.
Gambar (11-4) menunjukkan unit yang beroperasi pada tekanan tinggi, unit ini
relatif murah tetapi kurang fleksibel dibandingkan dengan yang bertekanan
rendah. Keterbatasan unit ini ialah angka oktan dan jumlah hasilnya rendah.
Proses yang menggunakan tekanan tinggi diantaranya termasuk platforming,
catforming, houdriforming, salvaforming dan Sinclair-Baker Process. Katalis
yang digunakan adalah platinum, catalyst deposit biasanya sedikit.
Proses lain yang meregenerasi katalis dan sementara operasi tetap berjalan
diantaranya adalah ultraforming dan powerforming yang menggunakan katalis
platinum (Pt), fluid hydroforming dan hydroforming menggunakan katalis
molybdena on alumina (Mo dalam Al2O3), thermoforming menggunakan katalis
chromia on alumina (Cr dalam Al2O3) dan hyperforming menggunakan katalis
molybdate on alumina (Mo dalam Al2O3).
Berbagai macam proses yang dikembangkan oleh beberapa perusahaan
diantaranya adalah seperti yang terlihat dalam tabel (11-2).
Gambar (11-5) menunjukkan proses catalytic reforming yang dikenal sebagai
platforming. Feed memasuki prefractionator untuk menghilangkan light ends
219
termasuk juga disolved oxygen dan H2O. Disamping itu prefractionator ini juga
unuk mengatur boiling range. Boiling range yang dikehendaki adalah 100 - 360oF
yang selanjutnya bercampur dengan recycle hydrogen gas dan bersama-sama
memasuki heater pertama. Recycle gas rate sekitar 8.000 scf/bbl of feed. Dari
heater pertama kemudian memasuki reactor pertama dan keluar dipanasi lagi pada
heater kedua, begitu seterusnya sampai tiga tingkat.
Reactor berupa bejana berbentuk silinder yang di dalamnya berisi katalis. Uap
mengalir melalui setiap reactor dan kontak dengan katalis kemudian bereaksi
sebagaimana yang diinginkan. Karena reaksinya menyerap panas, maka setiap
akan memasuki reactor dipanasi terlebih dahulu di dalam reheater. Aliran
220
TYPE OF PROCESS
Atlantic Richfield
Catforming
Chevron Research
Rheniforming
Powerforming
Houdriforming
Sinclair-Baker Reforfing
Ultraforming
Powerforming, hydroforming,
and fluid hydroforming
Union Oil
Hyperforming
Platforming
Regenerasi katalis yang dilakukan ketika keaktifan katalis turun hingga dibawah
batas yang telah ditetapkan. Meskipun keaktifan katalis dapat dipulihkan dengan
cara regenerasi, namun lama-kelamaan katalis akan mengalami degradasi, dan
meskipun dapat diregenerasi tetapi hasilnya akan berada di bawah batas
ekonomis. Oleh karena itu katalis yang demikian harus diganti dengan yang baru.
Proses dengan cara konvensional ini, untuk melakukan regenerasi harus
221
menghentikan operasi. Dewasa ini banyak dilakukan inovasi terhadap proses yang
dapat dioperasikan secara kontinyu dan tanpa menghentikan proses sewaktu
regenerasi.
reactor
tambahan
seperti
yang
disebut
swing
reactor
yang
222
Ultra forming proses seperti yang terlihat dalam gambar (11-7) merupakan lisensi
dari Standard Oil of California, dalam proses ini menggunakan beberapa reactor
dan swing reactor dengan suatu fixed bed catalyst. Swing reactor adalah pusat
untuk meregenerasikan katalis. Ultraforming dapat menhasilkan produk yang
mempunyai angka oktan 95 - 103 (research octane number). Xylene dengan
kemurnian tinggi juga dapat dihasilkan melalui fraksinasi ultraformate. Di dalam
ultraforming, katalis yang digunakan dapat diregenerasi sampai 600 kali atau
lebih tanpa kehilangan selektivitasnya yang signifikan dan tanpa diperlukan
penggantian dalam jangka waktu pendek.
Proses lain yang sangat populer disebut houdriforming berlisensi dari Houdry
Division of Air Product and Chemicals seperti yang terlihat dalam gambar (11-8)
menggunakan dua buah atau lebih fixed bed reactor yang masing-masing
dilengkapi dengan heater. Dan naphtha yang diumpankan bercampur dengan
recycle gas yang banyak mengandung hidrogen.
223
224
Jika kandungan sulfur di dalam naphtha tinggi, maka sebelumnya harus dilakukan
hidrodesulfurisasi yang hidrogennya dapat diperoleh secara langsung dari
houdriforming. Disamping dengan cara tersebut, sulfur juga dapat dihilangkan
dengan cara absorpsi dengan menggunakan ethanolamine sebagai solvent-nya.
Houdriforming menggunakan katalis platinum dalam alumina atau bimetallic. Jika
houdriforming digunakan untuk menghasilkan aromatik, konversi naphtha
menjadi benzene, toluene dan xylene mendekati 100% dari harga teoritis benzene.
Kondisi operasi proses ini suhunya berkisar antara 900 - 1.000oF dan tekanan 100
- 400 psig.
225
BAB 12
POLIMERISASI DAN ALKILASI
1. U M U M
2. POLIMERISASI
226
sebagai monomer karena secara sederhana ia merupakan satu bagian yang dapat
diduplikasikan dalam proses. Produk akhir dari proses ini disebut polymer.
Beberapa produk dapat diperoleh tetapi tergantung dari titik pemberhentian reaksi
(termination point).
Penggabungan dua molekul monomer sederhana akan membentuk dimer, tiga
molekul monomer membentuk trimer, dan begitu seterusnya untuk banyak
molekul monomer membentuk polymer. Di dalam reaksi tersebut, jika reaksi
polimerisasi membentuk molekul lurus, maka polymer yang terbentuk disebut
linear polymer. Tetapi jika rantai cincin dibentuk dari reaksi polimerisasi maka
polymer yang dihasilkan disebut cyclic polymer. Demikian pula jika polymer
yang terbentuk mempunyai ikatan rantai yang tersusun dalam tiga dimensi disebut
cross linked polymer. Dalam hal tertentu, ribuan molekul monomer dapat
bergabung
membentuk
molekul
besar,
maka
produk
tersebut
disebut
kondisi operasi seperti suhu, tekanan dan konsentrasi katalis yang digunakan.
Dalam era perang dunia kedua, polimerisasi dan alkilasi memberikan kontribusi
yang besar dalam menyediakan aviation gasoline dalam jumlah yang sangat besar.
Disamping itu polimerisasi adalah suatu proses yang penting di dalam industri
petrokimia, khususnya dalam pembuatan polymeric solid seperti plastik dan karet.
Sebagai contoh polimerisasi sederhana dari ethylene dapat dinyatakan dalam
persamaan reaksi seperti berikut:
227
Sebagai contoh misalnya reaksi antara dua molekul isobutylene menjadi satu
molekul di-isobutylene.
Pada kondisi tertentu dan katalis dalam jumlah tertentu, olefin mengalami
penggabungan dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah association
polymerization atau addition polymerization. Dalam hal seperti ini produk yang
terbentuk mempunyai berat molekul beberapa kali dari berat molekul semula.
Berat molekul polymer secara sederhana selalu merupakan kelipatan berat
molekul monomernya. Sebagai contoh benzene (C6H6) adalah sebuah cyclic
trimer dari acetylene (C2H2). Karet dengan rumus umum (C5H8)n adalah sebuah
polymer dari isoprene (C5H8).
Isoprene adalah monomer yangdigunakan untuk membuat 90% dari karet alam
(C5H8)n. Meskipun n tidak diketahui secara pasti, namun berat molekul karet
berkisar antara 130.000 - 400.000.
Satuan-satuan isoprene menggabung melalui ujung-ujungnya membentuk sebuah
polymer lurus (linear polymer) dan rantai panjang seperti berikut.
228
polymerization
telah
dikembangkan
sejak
tahun
1930
untuk
mengkonversi gas paraffin dan olefin menjadi gasoline. Proses ini tidak bertahan
lama karena beberapa dekade kemudian telah dikembangkan catalytic
polymerization yang lebih efisien dan lebih praktis. Katalis yang dapat digunakan
untuk proses ini adalah sulfuric acid dan phosphoric acid (asam sulfat dan asam
phosphat).
Dengan menggunakan sulfuric acid sebagai katalis, maka polimerisasi ini juga
dikenal sebagai cold acid process, dimana isobutene dipolimerisasikan secara
selektif.
Modifikasi
lain
yang
dikenal
sebagai
cold
acid
process
229
peranannya selama perang dunia kedua, dan sampai sekarang masih digunakan
untuk mempersiapkan feedstock untuk pembuatan butadiene.
Sebuah skema diagram alir untuk sulfuric acid process ditunjukkan dalam gambar
(12-1). Suatu campuran butane-butene (sebagai feed) memasuki unit ekstraksi
tingkat pertama. Ekstraksi dilakukan dalam dua tingkat dengan 65% sulfuric acid
pada suhu antara 70 - 100oF. Polimerisasi terjadi pada suhu sekitar 220oF dengan
konversi menjadi isobutene sekitar 90%, dan produk dipisahkan dari acid catalyst
dengan cara pengendapan (settling). Produk akhir sekitar 75% adalah
di-isobutene.
Gambar (12-2) menunjukkan phosporic acid catalyst dalam bentuk pellets yang
digunakan dalam proses polimerisasi ini. Feed umumnya terdiri dari propane dan
propylene menuju ke sebuah heat exhanger agar supaya memanfaatkan panas dari
230
aliran yang meninggalkan reactor. Sebuah reheater akan menaikkan suhu hingga
mencapai batas yang diinginkan. Dari sini kemudian feed memasuki catalytic
reactor.
Reaksi polimerisasi adalah exothermis, dan panas yang dihasilkan dimanfaatkan
untuk membuat steam yang akan digunakan sebagai media pemanas di dalam
preheater. Aliran yang meninggalkan reactor menuju ke menara depropanizer
dimana propan yang tidak terkonversi akan dipisahkan. Propane keluar dari
bagian puncak depropanizer, sedangkan yang berupa cairan keluar melalui bagian
dasar depropanizer terus menuju ke menara debutanizer. Disini butane yang tidak
terkonversi keluar melalui bagian puncak debutanizer, sedangkan polymer
gasoline keluar melalui bagian dasar. Sisa propane -propylene dapat digunakan
sebagai liquified petroleum gas (LPG). Suhu dan tekanan dalam operasi ini
berkisar antara 300 - 440oF dan 900 - 1.200 psig tergantung pada produk yang
diinginkan.
Jika cairan phosphoric acid yang digunakan sebagai katalis, maka khusus bahan
konstruksi yang digunakan harus tahan terhadap serangan korosi. Umur katalis
rata-rata adalah 100 - 200 gal polymer/ lb of phosphoric acid. Konversi olefin
menjadi gasoline sekitar 85%, dan panas reaksi yang dihasilkan sekitar 400 Btu/lb
butene yang bereaksi atau sekitar 670 Btu/lb propene yang bereaksi.
Feed untuk proses ini terlebih dahulu harus di-treat untuk menghilangkan
hidrogen sulfida dan mercaptan. Jika zat-zat ini tidak dihilangkan dapat berakibat
menurunnya angka oktan dan pencemaran lingkungan. Untuk menghilangkan
senyawa-senyawa ini biasanya dilakukan pencucian dengan menggunakan caustic
soda yang kemudian dicuci dengan air untuk menghilangkan zat-zat organik yang
terbawa oleh caustic soda. Karena oksigen dapat menimbulkan deposit dan tar
pada katalis, maka feed dan air yang digunakan untuk pencucian harus bebas dari
okasigen. Kadang-kadang untuk treating ini digunakan regenerative absorbent
sebagai ganti caustic soda washing. Regenerative absorbent yang digunakan
biasanya terdiri dari ethanolamine dan tripotasium phosphate.
Meskipun sederetan olefin dapat dipolimerisasikan menjadi gasoline, namun
hanya butene dan yang lebih ringan saja yang digunakan. Olefin yang lebih berat
(sampai C10) dapat dicampur secara langsung menjadi gasoline. Butene sebagai
231
3. ALKILASI
Alkilasi dapat diartikan sebagai reaksi penambahan gugus alkil ke suatu senyawa
tertentu. Tetapi di dalam industri pengolahan minyak bumi istilah tersebut
mengacu pada reaksi antara olefin dan isoparaffin yang rantainya lebih panjang.
Reaksi alkilasi tersebut dapat terjadi tanpa menggunakan katalis, tetapi
memerlukan suhu dan tekanan tinggi, disamping itu peralatan yang digunakan
cukup mahal. Karena alasan tersebut, maka sekarang banyak dikembangkan
proses alkilasi yang menggunakan bantuan katalis. Katalis yang digunakan untuk
proses ini biasanya sulfuric acid dan hydrogen fluoride jika feed-nya berupa
isobutane dengan propene dan butene. Aluminum chloride juga digunakan sebagai
katalis dalam proses alkilasi jika feed-nya berupa isobutane dan ethylene. Reaksi
alkilasi adalah reaksi exothermis yang dapat menghasilkan panas sekitar 700
Btu/lb isobutane.
Proses alkilasi telah diterapkan semenjak tahun 1938. Di dalam proses ini suatu
alkylate bercabang atau isoparaffin ditambahkan ke olefin yang mempunyai
ikatan rangkap akan menghasilkan gasoline yang berangka oktan tinggi. Sumber
utama olefin pada umumnya adalah dari cracking unit atau dari dehidrogenasi
paraffin. Dengan demikian butane dapat didehidrogenasi untuk membuat feed
dalam proses alkilasi. Butane juga dapat di isomerisasikan menjadi isobutane
232
yang kemudian direngkah untuk feed dalam proses alkilasi. Disamping dari proses
yang disebutkan tadi, isobutane juga dapat diperoleh crude oil langsung, cracking,
catalytic reformer dan gas alam.
Pada tekanan atmosfir proses alkilasi dapat berlangsung pada suhu rendah jika
menggunakan bantuan katalis. Katalis akan berperan sebagai pemacu reaksi
sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Dengan sulfuric acid atau
anhydrous hydrogen fluoride isobutane bereaksi dengan campuran isobutylene
akan menghasilkan campuran iso octane (C8H18) yang biasanya mempunyai angka
oktan berkisar 92 - 94. Reaksi tersebut adalah seperti berikut:
Proses alkilasi adalah proses yang dipandang sangat penting di dalam petroleum
processing karena senyawa-senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut
mempunyai angka oktan tinggi sebagai bahan bakar motor.
Gambar (12-3) menunjukkan diagram alir dari salah satu jenis proses alkilasi yang
menggunakan katalis sulfuric acid. Feed yang banyak mengandung isobutane
233
234
Reaksi yang terjadi juga sama, perbedaannya adalah ada pada cara penanganan
katalis. Anhydrous hydrofluoric acid dalam kondisi biasa adalah gas, tetapi ia
digunakan dalam bentuk dicairkan. Spent hydrofluoric acid dapat diregenerasi
secara kontinyu dan mudah dengan cara distilasi sederhana. Penanganan
hydrofluoric acid lebih sulit karena sifatnya yang sangat korosif, oleh karena itu
235
diperlukan perhatian khusus dan lebih berhati-hati. Suhu reaksinya lebih tinggi
dibanding jika menggunakan sulfuric acid, yaitu sekitar 75 - 115oF.
4. ISOMERISASI
Karena isobutane sebagai bahan dasar yang digunakan di dalam proses alkilasi
maka penyediaan isobutane yang cukup harus dapat dipenuhi. Gas-gas yang
dihasilkan dari catalytic cracking tidak banyak mengandung isobutane sehingga
perbandingannya terhadap butylene dan propylene yang diharapkan tidak dapat
memadai. Oleh karena karena kendala tersebut, maka diperlukan suatu proses
yang dapat menghasilkan isobutane lebih banyak.
236
Suhu reactor untuk reaksi ini berkisar antara 200 - 300oF, dan tekanan sekitar 200
- 300 psig. Isomerisasi pentane memberikan konversi sekitar 60% dengan
selektivitas sekitar 97%. Selektivitas dalam hal ini dinyatakan seperti persamaan
berikut:
Selectivitas =
237
Light, straight naphtha diketahui mempunyai angka oktan rendah yaitu rata-rata
sekitar 70. Angka oktan ini dapat dinaikkan hingga lebih dari 80 dengan
menambahkan TEL. Tetapi, proses isomerisasi adalah salah satu alternatif yang
lebih baik untuk menaikkan angka oktan karena normal pentane dan normal
hexane dapat diisomerisasikan sehingga membentuk senyawa isoparaffin yang
mempunyai angka oktan lebih tinggi.
Dengan berbagai feedstock, melalui proses ini dapat menaikkan angka oktan
seperti berikut:
238
FEEDSTOC
RON
Pentane
86,5
Hexane
81,0
Pentane - Hexane
84,5
UOP Penex Process dirancang untuk isomerisasi pentane, hexane dan campuran
pentane-hexane dengan menggunakan katalis yang pengoperasinya berlangsung
secara kontinyu. Reaksi terjadi di dalam sebuah fixed bed catalyst pada tekanan
menengah, suhu rendah, dan space velocity tinggi. Tekanan di dalam reactor
berasal dari hydrogen yang sengaja diinjeksikan. Reaksi isomerisasi biasanya
lebih disukai pada suhu rendah dan perbandingan isoparaffin terhadap normal
paraffin dalam produk keluar reactor sekitar 3 : 1 untuk pentane dan 9 : 1 untuk
hexane sebagai fedd-nya. Untuk feed berupa campuran pentane-hexane pada batas
kesetimbangannya dapat mencapai angka oktan 83 - 84 RON berdasarkan sekali
jalan. Produk dengan angka oktan tinggi (92 - 93 RON) dapat dicapai dengan cara
memisahkan normal paraffin dari reactor effluent untuk disirkulasikan kembali.
239
Gambar (12-7) adalah suatu diagram alir untuk proses sekali jalan (once through
process).
UOP Molex Process adalah cocok untuk memisahkan n-C5 dan n-C6. Molex
process memisahkan komponen-komponen dengan selektive adsorption di dalam
sebuah fixed solid adsorbent.
RON
No recycle
83
Recycle of n-C5
86
89
240
Penex system biasanya menggunakan dua buah reactor yang tersusun seri dengan
beban katalis sama untuk setiap reactor. Diantara kedua vessel dilengkapi dengan
perpipaan dan valve yang memungkinkan untuk mengoperasikan secara timbal
balik dan penggantian katalis secara parsial.
Proses isomerisasi lain diantaranya adalah Dimersol Process dan Total
Isomerization Process (TIP). Dimersol Pocess dikembangkan oleh Institute
Franais du Ptrole (IFP). Dimersol Process mendemerisasikan propylene menjadi
isohexane atau dimate yang mempunyai angka oktan 97. Total Isomerization
Process (TIP) dikembangkan oleh Union Carbide, menggunakan molecular-sieve
adsorbent dan katalis.
241
BAB 13
HYDROTREATING
1. U M U M
2. DESULFURISASI
Untuk melindungi katalis pada catalytic platforming dari keracunan maka kadar
belerang yang terkandung didalam napthnene harus diturunkan hingga maksimum
0,5 ppm, agar diperoleh hasil optimal selektivitas dan stabilitas katalis.
Senyawa-senyawa seperti sulfida, mercaptan, disulfida, sulfida siklik, theophenik
terdapat pada distillate yang mempunyai titik didih sekitar 200 oC.
Reaksi desulfurisasi yang terjadi pada proses hydrotreating adalah seperti berikut:
(1). Sulfida:
242
(2). Mercaptan:
(3). Disulfida:
(5). Thiophenik:
3. DENITRIFIKASI
Naphtha yang mengandung sedikit senyawa Nitrogen dijaga maksimum 0,5 ppm.
Nitrogen yang terbawa ke platformer akan menimbulkan endapan atau deposit
ammonium chlorida pada aliran recovery gas atau dalam sistem stabilizer
overhead, karena itu akan mengganggu operasi.
Reaksi denitrifikasi adalah sebagai berikut:
243
(1). Pyridine:
(2). Quinoline:
(3). Pyrine:
4. PEMISAHAN OKSIGEN
244
5. PENJENUHAN OLEFIN
Crack naphtha mengandung lebih banyak olefin, sehingga proses ini digunakan
untuk menjenuhkan olefin menjadi olefin jenuh yang reaksinya seperti berikut:
(1). Olefin lurus:
6. PEMISAHAN HALIDA
Senyawa organik halida dalam proses NHT dapat terurai menjadi hidrogen halida
yang akan larut dalam aliran air pencuci atau akan terbawa stripper gas ke
overhead.
Penghilangan senyawa halida maksimum yang dapat dicapai 90 %.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
245
246
DAFTAR PUSTAKA