Tugas Etno 2016
Tugas Etno 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak pulau mempunyai berbagai macam suku ras,
adat, bahasa serta kekayaan alam. Indonesia juga kaya akan seni budaya.
Namun seiring dengan perkembangan zaman seni budaya Indonesia mulai
luntur. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi .Dengan demikian
pola pikir Indonesia menjadi terpengaruh kehidupan barat atau pola budaya
barat, sehingga mereka melupakan kebudayaannya sendiri. Sebagai usaha
untuk menindak-lanjuti masalah tersebut, pemerintah seharusnya membekali
masyarakat dengan ilmu pengetahuan budaya, agar manusia Indonesia dapat
menjadi manusia yang berbudaya dan agar tidak melupakan budayanya sendiri.
Sir Edward Taylor (dari buku Edward Taylor. Primitive Culture. New York: J.P.
Putnams Sons.1920. hal 410)
Seni budaya tradisi yang penulis paparkan ialah suatu realitas sastra Aceh
( hikayat ) menuju realitas seni pertunjukan. Dewasa ini tanpa sengaja berangkat
dari perkembangan jaman kesenian tradisi mulai bergeser fungsinya, pada
awalnya
menjadi
alat
komunikasi
dalam
ruang
sosial
bagi
kehidupan
bermasyarakat di Aceh. Seni tradisi ini memang masih tetap bertahan di Aceh,
walau terasa sudah mulai langka. Dan bisa dikatakan nyaris punah. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya konflik bersenjata yang begitu panjang antara
Gerakan Atjeh Merdeka dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
melahirkan kondisi psikologis buruk terhadap masyarakat Aceh. Tindakan sosial
yang terjadi di Aceh sebelum dilaksanakan perdamaian saling berinteraksi dan
saling melahirkan kekejaman dari pihak-pihak yang bertikai, tentu melahirkan
perubahan terhadap tingkah laku masyarakat.
Interaksi sosial melalui seni tradisi membuat prilaku masyarakat Aceh,
terwujud
dari
keharusan
normatif
yang
terlahir
dari
kesantunan,
rasa
sebagai violis (syech) yang merangkap vokalis, pemimpin grup sekaligus sebagai
sutradara yang menyusun dialog untuk menyanyi. Penabuh gendang atau rapai,
penyanyi, dan dua orang lagi sebagai penari dan pelawak, berperan sebagai
Linto Baro dan Dara Baro (Suami Istri atau Marapulai kalau di Minangkabau)
yang melakukan gerak tari dan banyolan sesuai irama Biola dan pukulan Rapai.
Pertunjukannya membutuhkan panggung hanya 6 X 6 meter.
Perkembangan Mob-Mob
Kesenian biola ini telah cukup lama berkembang di Lamno, Pidie dan Aceh
Utara.
Dan
sekarang
yang
tertinggal
hanya
di
Aceh
Utara.
Setelah
berkembangnya Tari Seudati, kesenian biola di Aceh Utara pada saat ini telah
menjadi satu jenis hiburan rakyat yang sangat diminati. Ciri khasnya adalah
adanya tarian,
cerita (dialog),
ungkapan-ungkapan
lucu,
nyanyian
menggelikan,
lewat berbalas
dan
penuh
pantun
humor,
dengan
serta
para
terbalik,
terkadang
juga
memakai
sepatu
yang
kebesaran.
Jadi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelestarian Seni Budaya Tradisi
dan
kekaguman
disebarkan
melalui
berbagai
cara,
bentuk
upacara,
penelitian
dan
pemugaran
peninggalan
(Bahasa
Latin:
traditio
"diteruskan")
atau
kebiasaan,
dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal
yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa
adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
B. Penting Untuk Dilestarikan
Khusus untuk kesenian Mop-Mop, saat ini para pelaku seni tersebut sudah
mulai beranjak tua. Hal ini harus menjadi perhatian yang utama mengingat
proses
kelanjutan
kesenian
ini
sudah
dalam
tingkat
mengkhawatirkan.
memiliki
kekuatan
tradisi
yang
tidak
bisa
dipisahkan
dari
kebudayaan
masyarakat Minang Kabau. Kesenian Randai itu sendiri adalah kesenian Teater
Tradisional dari Sumatera Barat. Randai bagi masyarakat Sumatera Barat
dianggap sebagai sebuah kesenian yang mampu memberikan kekuatan lokal
dimana dalam pertunjukannya selalu menyuguguhkan pesan-pesan moral dalam
membangkitkan semangat Minang Kabau artinya ada semangat yang sangat
kuat didalam kesenian Randai itu. Bagaimana dengan Mob-Mob bagi masyarakat
Aceh yang sampai hari ini masih dinilai sebagai bagian yang tidak bermanfaat
dan sia-sia?
Seni tradisi Aceh selalu bersentuhan secara aktual dan universal lewat
konsep kebersamaan, dan mampu mengikuti kemajuan jaman. Seni tradisi Aceh,
tidak
mempertentangkan
kontemporer.
Sebab
konsepsi
pertunjukan
pertunjukan
seni
tradisi
antara
Aceh
tradisi
dengan
sesungguhnya
telah
daerah sedikitpun. Miris sekali, tradisi Mop-Mop yang hampir punah tidak di
pedulikan oleh pemerintah daerahnya sendiri.
Ini hanya salah satu kasus. Persoalan lain adalah kurangnya buku-buku yang
mencatat kebudayaan lokal, kalaupun ada tidak mudah diperoleh. Boleh jadi ada
yang mencatat dan menulis secara mendalam tentang karya-karya budaya,
namun entah di mana buku-buku dan referensi itu berada . Sudah saatnya para
seniman harus dibekali ilmu penulisan tentang karyanya. Beberapa informasi
tersedia di Internet, tapi sering tak ada sumber rujukannya. Dengan demikian,
secara
akademis,
tulisan-tulisan
itu
tidak
bisa
dikutip
kecuali
sekadar
memperkaya informasi.
Lalu tugas Lembaga Pendidikan Tinggi Seni, dan Dinas Pariwisata dan
Budaya, serta senimannya, atau Kementerian Dinas Pendidikan Nasional
berkenan menjadikan seni lokalitas ini menjadi mata kuliah untuk kurikulum
nasional, agar seni tradisi populer ini dapat menjadi media komunikasi sosial.
Sekaligus dapat terus hidup dan berkembang.
Namun yang lebih penting adalah pencatatan kekayaan budaya lokal yang
dilakukan
secara
sungguh-sungguh,
dengan
metodologi
yang
bisa
penyampaikan informasi.
Mulai di perkenalkan ke tingkat nasional dan internasional, yang
pada muaranya menambah seni tradisi Mop-Mop Aceh menjadi di
kenal luas seperti seni lainnya.
2. Aspek negatif
-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa kesenian Mop-Mop sangat erat kaitannya dengan sendi-sendi
kehidupan masayarakat. Seni ini sarat dengan pesan moral dan informasi
bermanfaat yang di kemas dengan pertunjukan musik biola,gendang atau rapai
dan komedi.
B. Saran
Permasalahan yang perlu diselesaikan saat ini ialah bagaimana seni tradisi
Aceh dapat dihidupkan kembali. Maka pemerintah daerah hendak perlu terus
menggelar event-event kesenian yang bertaraf nasional, dan internasional
seperti; Pekan Kebudayaan Aceh, Festival Baiturrahman, Diwana Cakradonya,
dan lainnya. Kegiatan-kegiatan yang serupa ini jelas mampu menumbuhkan
seni-seni tradisi yang akan mulai punah. Jika seni ini hilang maka tanpa kita
sadari budaya Aceh yang sarat dengan muatan penyadaran moral, agama, adat
dan sosial akan terkikis dan hilang lenyap dari kehidupan bermasyarakat.
Kesenian tradisi di Aceh tidak hanya dianggap sebagai media hiburan sematamata, tetapi mampu menjadi sebagai media komunikasi. Semoga seni tradisi
Aceh ini tetap hidup dan berkembang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Daham, Basri. 2007. Gelitik Biola Aceh Makin Langka. Banda Aceh: Serambi
Indonesia. 30 Agustus 2008 Efendy. 1999. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek.
Bandung: Rosda Karya
Juned,Sulaiman. 1999. Teater Tutur Aceh: Adnan P.M.T.O.H Trobadour yang
Menulis di atas Angin. Jurnal Palanta Padangpanjang: STSI Padang Panjang
( http://kuflet.com/2011/09/seni-tradisi-populer-aceh-sebagai-media-komunikasisosial/ )
Hamzah, A.Adjib. 1984. Pengantar Bermain Drama. Bandung:CV Rosda
Herwanfakhrizal. 1996/1997. Ekspresi dalam Seni Teater. Jurnal Ekspresi Seni
Program Studi Pascasarjana. Yogyakarta: UGM
Kartomi, Margaret J. 2005. dalam Asvi Warman Adam. Peneliti Musik Aceh
Pasca Tsunami. Jakarta: Harian Kompas. 18 Desember 2005
Mohammad Sahimi bin Hj. Chik. Pariwisata dan Seni di Sumatera Utara,Aceh, dan
Semenanjung Malaysia. Medan: 1990
Noor,Agus. 2006. Monolog, Aktor di Panggung Teater. Jakarta: Harian Kompas 26
Maret 2006
Sulaiman,Budiman. 1988. Kesusastraan Aceh. Banda Aceh: Unsyiah Press
Sandro Fernando, Permasalahan Budaya di Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/82942280/Permasalahan-Budaya-Di-Indonesia, di akses
tanggal 12 Maret
2015
11