Desa Wanakaya
BAB III
ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN
3.1.
Indramayu
Berdasarkan pada materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Indramayu tahun 2011, Wilayah Kabupaten Indramayu terbagi menjadi 4 hirarki.
Setiap Hirarki memiliki fungsi kota atau distribusi kegiatan yang berbeda-beda.
Kawasan perencanan, Kota Haurgeulis, termasuk ke dalam hirarki III dengan fungsi
sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa SWPP, pusat sosial dan skala
SWPP, pusat permukiman, serta pusat perhubungan dan komunikasi. SWPP
Haurgeulis, meliputi Kecamatan Haurgeulis, Anjatan dan Sukra dengan pusatnya di
Kota Haurgeulis.
Kota Kecamatan Haurgeulis termasuk ke dalam Sistem Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
perkotaan Kabupaten Indramayu yaitu sebagai pusat pelayanan yang melayani
dalam lingkup beberapa kecamatan dalam kabupaten. PKL Haurgeulis berupa
kawasan perkotaan Haurgeulis yang mencakup Desa Haurgeulis, Desa Cipancuh,
Desa Sukajati, Desa Wanakaya, Desa Wanakaya, Desa Mekarjati dan Desa
Karangtumaritis
dengan
wilayah
layanan
Kecamatan
Haurgeulis,
sebagian
Kecamatan Anjatan yang terdiri dari Desa Bugis, Desa Lempuyang, Desa
Mangunjaya, Desa Salamdarma, Desa Bugistua, Desa Kedungwung dan Desa
Wanguk, sebagian Kecamatan Bongas yang terdiri dari Desa Cipaat, Desa Bongas,
3-1
Desa Sidamulya, dan Desa Cipedang, serta sebagian Kecamatan Kroya yang terdiri
dari Desa Jayamulya, Desa Sukamelang, Desa Temiyang dan Desa Temiyangsari.
3.1.1.
memadai.
Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim
di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan
kawasan
bagi
lindung,
baik
berupa
kawasan
perkotaan
maupun
hunian
dan
tempat
kegiatan
yang
mendukung
masyarakat,
dengan
tetap
pengembangan
dan
Perumahan di Perkotaan.
Sistem pembuangan air
perikehidupan
dan
penghidupan.
Karakteristik
lokasi
tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
ii.
berada
pada
wilayah
sempadan
tidak
terletak
pada
kawasan
budi
daya
mempunyai
yang
sampai
hujan
iii.
sambungan rumah
40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-
iv.
60
liter/orang/hari
dan
3-2
tangga
minimum
Penyediaan
kebutuhan
peruntukan
permukiman
sarana
yang
pendidikan
berkaitan
di
kawasan
dengan
jenis
Penyediaan
kebutuhan
peruntukan
permukiman
sarana
yang
kesehatan
berkaitan
di
kawasan
dengan
jenis
lokasi.
Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman
yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah
penduduk
pendukung,
luas
lahan
minimal,
radius
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa
untuk
pengembangan
semua
wilayah
di
tingkat
nasional,
dengan
Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 031733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan
Haurgeulis-Karangtumaritis,
Haurgeulis-Bantarwaru,
3-3
Tulungagung-Ciranggong,
air untuk kepentingan irigasi dilakukan dengan cara pengaturan dalam bentuk
lain yang tingkatannya lebih tinggi, dan juga tidak mengganggu layanan
Sistem prasarana lainnya adalah sistem jaringan sumber daya air yang meliputi
3-4
peningkatan pengelolaan wilayah sungai, cekungan air tanah (CAT), dan sistem
jaringan irigasi serta pengembangan jaringan air baku untuk air bersih, jaringan
air minum kepada kelompok pengguna serta sistem pengendalian daya rusak
waduk, dan lahan-lahan kritis. Normalisasi sungai meliputi wilayah sungai lintas
gelombang pasang, serta ruang evakuasi bencana alam. Jalur evakuasi rawan
bencana banjir dan gelombang pasang diarahkan pada jaringan jalan terdekat
menuju ruang evakuasi bencana meliputi 28 ruas jalan yang tersebar lokasinya.
Haurgeulis.
Sistem jaringan air limbah non domestik dan domestik merupakan sistem
prasarana lainnya yang direncanakan. Sistem jaringan air limbah non domestik
Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) pada kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan
terdapat pada ruas jalan Patrol Haurgeulis. Selain itu terdapat pula ruas jalan
restoran yang berada di seluruh wilayah kabupaten. Sistem jaringan air limbah
lainnya yaitu ruas jalan Haurgeulis Gantar yang merupakan jalur evakuasi
domestik berupa pembangunan jamban umum dan mandi cuci kakus (MCK)
3-5
3.1.4.
seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan
Gantar, Terisi, Kroya, Cikedung, dan Tukdana. Salah satu kriteria umum dan kaidah
30 persen dari luas DAS, mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan
Salah satu bentuk dari kawasan lindung yang terdapat dalam perkotaan Haurgeulis
yaitu berupa kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya.
Kawasan tersebut berupa kawasan sekitar waduk dan situ yang terletak pada
kawasan waduk Cipancuh di Kecamatan Haurgeulis. Kondisi kawasan waduk
Cipancuh diarahkan agar daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya
50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. RTH perkotaan Haurgeulis
diarahkan disediakan tersebar disetiap kecamatan. Kriteria penyediaan RTH
disetiap kecamatan tersebut yaitu dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi,
berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Kementerian Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus
3.1.5.
memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang.
Kegiatan pada kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
Kawasan peruntukan hutan produksi yang terdapat pada wilayah daerah Indramayu
adalah areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk
produksi harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang
3-6
adalah lahan milik rakyat, tanah adat atau lahan di luar kawasan hutan yang
memiliki potensi untuk untuk pengembangan hutan rakyatm dapat berupa lahan
tegalan dan lahan pekarangan yang luasnya memenuhi syarat sebagai hutan
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan
di kawasan peruntukan hutan produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya
bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan
tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan hutan
dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau memiliki luas minimal 30%
dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan
kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah
luas hutannya.
3.1.7.
3.1.6.
Kawasan hutan rakyat yang terdapat di Kabupaten Indramayu yaitu kurang lebih
seluas 38.516 Ha berada di setiap kecamatan. Pengembangan kawasan
peruntukan hutan rakyat dapat memanfaatkan kawasan lain berdasarkan daya
dukung lingkungan dan nilai ekonomis. Melalui pembangunan hutan rakyat
berkelanjutan dari tahun ke tahun serta pengelolaannya diarahkan sebagai usaha
kelompok tani secara mandiri, diharapkan akan mempercepat upaya rehabilitasi
lahan, perbaikan lingkungan, pemenuhan kebutuhan kayu sekaligus meningkatkan
3-7
domba, sapi potong, kerbau, ayam pedaging, kuda, ayam buras pedaging, dan
3.1.8.
Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.
Kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu pengelola tertentu. Dalam hal
ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu tersebut disebut kawasan
industri. Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain memfasilitasi
kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan
biaya investasi prasarana yang efisien, mendukung upaya penyediaan lapangan
kerja, meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan, serta
mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan. Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan peruntukan industri :
masyarakat
melalui
peningkatan
nilai
tambah
dan
aglomerasi,
dengan
tetap
mempertahankan
kelestarian
fungsi
lingkungan hidup.
3-8
dan komponen ruang penunjang. Komponen ruang utama yaitu pemerintahan dan
perkantoran skala regional, koleksi, dan distribusi (sub terminal agrobisnis),
pelayanan umum skala regional. Komponen ruang penunjang meliputi rumah sakit,
fasilitas pendidikan, perumahan kepadatan sedang, komplek perkotaan skala
pelayanan
lingkungan.
Penggunaan
di
wilayah
perencanaan,
Kecamatan
perencanaan
dimanfaatkan
sebagai
lahan
dengan
guna
lahan
3.2.
Haurgeulis
Desa Wanakaya merupakan wilayah dengan kategori BWK B dan BWK C yang
memiliki fungsi sebagai lahan cadangan, pusat pemerintahan,
dan pelayanan
umum skala SWPP. Rencana pengembangan BWK B dan BWK C yaitu diarahkan
pada pengembangan kawasan pemerintahan dan pelayanan umum skala regional
dan komponen ruang yang akan dikembangkan meliputi komponen ruang utama
3-9
konservasi waduk cipancuh. Lahan-lahan yang terdapat dalam kawasan prioritas ini
diperuntukan sebagai lahan konservasi, permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, perumahan kepadatan sedang, dan kawasan pelayanan lingkungan.
Dalam
pemanfaatannya,
sebagian
besar
lahan
Desa
Wanakaya
berupa
No.
Luas (Ha)
Persentase (%)
1.
Permukiman
5,66
40,24 %
2.
Fasilitas Umum
0,08
0,56 %
3.
Perdagangan
0,17
1,21 %
4.
6,89
48,98 %
5.
Industri Kecil
0,21
1,48 %
6.
Pertanian
1,06
7,53 %
3.3.
3.3.1.
Peruntukan Lahan
3 - 10
3 - 11
3 - 12
Permukiman
Intensitas : 45%
Perdagangan &
Fasilitas
permukiman
Umum
Intensitas: 16 %
(KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB).
Pengaturan kepadatan bangunan dipengaruhi oleh fungsi yang akan dikembangkan
KDB berdasarkan
Standar Kepmen
Standar Intensitas
Pemanfaatan Lahan
rendah. Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luasan lahan
berdasarkan RDTR
bangunan dengan luasan lahan pada setiap persil lahan. Berdasarkan Kepmen
Kec. Haurgeulis
Analisis
Permukiman 47 %
Perdagangan dan jasa 16,75 %
Fasilitas Pendidikan 11,6 %
Kesahatan 4,5%
Pemerintahan 0,97%
Pada
kawasan
perencanaan
Desa
Wanakaya
KDB.
Intensitas
bangunan
setiap
Haurgeulis.
Sehingga
masih
catatan
Kecamatan
pengembangan
bangunan
hunian
Selain koefisien dasar bangunan ditetapkan pula koefisien lantai bangunan yang
Tabel 3.2. Analisis Koefisien Dasar Bangunan
Fungsi Bangunan
Kondisi Eksisting
Permukiman
KDB : 45-60%
merupakan perbandingan antara total luas lantai pada bangunan dengan luas lahan
Perdagangan &
Fasilitas
permukiman
Umum
KDB : 55-60%
KDB : 45-50%
Intensitas : 12
3 - 13
Tabel 3.3. Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Jalan Lokal Sekunder
No
Fungsi Alokasi
KDB
Maksimal
Jumlah lantai
75%
13
60%
12
pelayanan umum
3
70%
12
60%
12
30%
3 - 14
lingkungan.
3 - 15
dan
elevasi
lantai
bangunan,
yang
dapat
menciptakan
dan
juga
merupakan
sistem
perencanaan
sebagai
bagian
dari
3 - 16
potensi view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan unsur alam atau
merupakan unsur fisik bangunan atau ruang terbuka diperkotaan yang dianggap
penting atau menonjol pada wilayah tersebut. Penataan kavling eksisting di
Wanakaya yang berbentuk grid dan tertata rapi memungkinkan view yang cukup
baik. Setiap rumah yang dilewati jalan poros desa saling berhadapan. Posisi kavling
pemukiman di kawasan ini dapat menjadi view yang cukup bagus dengan jalan
lingkungan menghadap jalan utama dimana di tengahnya
jalan penghubung ke semua jalan, sehingga membentuk suatu pola tata masa
bangunan yang kompak dan terpadu dan menghubungkan antar massa bangunan
yang dapat dipadukan dengan sistem penghubung dan berpotensi memperkuat
karakter
kawasan
dan
mendukung
aktivitas
perekonomian
warga
dan
3 - 17
Skyline atau garis langit merupakan garis maya yang terbentuk dari batasan
ketinggian sekelompok bangunan dengan langit. Dengan garis langit tersebut, maka
dalam sederetan bangunan dapat diciptakan suatu bentuk jenjang hirarkis antar
masa bangunan yang satu dengan masa bangunan yang lain. Pada wilayah
perencanaan garis langit atau skyline terkesan datar, sehingga terlihat monoton. Hal
ini disebabkan oleh ketinggian bangunan serta jumlah lantai bangunan yang
seragam. Oleh karena itu, diperlukan penataan skyline bangunan, sehingga dapat
memberikan kesan visual yang khas pada wilayah perencanaan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang ditetapkan untuk memberi batasan
keamanan bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan
bangunan ini antara lain adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan,
Gambar 3.3. Garis Sempadan Bangunan
memberikan ruang bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah dan
juga berguna pada keadaan darurat, misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk
kawasan terbangun yang berada di tepi jalan dan sungai yang penentuannya
setengah dari lebar badan jalan. Garis sempadan bangunan ditetapkan berdasarkan
Kondisi GSB pada kawasan perencanaan ini sangat bervariasi dan belum
sepenuhnya teratur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penataan GSB sangat
diperlukan terutama bangunan yang berlokasi di tepi jalan utama yaitu jalan kolektor
sekunder. Untuk Garis Sempadan Muka (GSM) yang berada di jalan kolektor
sebagian besar tidak sesuai dengan aturan yaitu 12 meter dari as jalan, sedangkan
untuk jalan lingkungan sebagian besar memenuhi aturan antara 3-5 meter. Untuk
garis sempadan samping dan belakang bangunan ditetapkan untuk bangunan
tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau minimal 1,5 m, untuk bangunan deret
dapat berimpit.
3 - 18
Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan berpola linier sesuai dengan
perencanaan terdiri dari Jalan Kabupaten, jalan desa, jalan lingkungan. Kondisi
jalan kabupaten berupa jalan tanah dan berbatu, jalan desa sebagian besar
diinginkan.
berupa jalan tanah, sedangkan untuk jalan lingkungan sebagian besar sudah
terdiri atas jalan kolektor sekunder dan jalan lokal atau jalan lingkungan. Jalan
perdagangan dan jasa yang sebagian besar tidak dilengkapi dengan area parkir
Perma
Kondisi jalan provinsi yang kurang baik berbanding
salaha
terbalik dengan banyaknya kendaraan bermuatan
nbesar.
Kondisi jalan lingkungan yang tidak memadai
mengurangi kenyamanan dan kebersihan lingkungan
disekitar jalan-jalan lingkungan tersebut.
menghubungkan antar bangunan dengan lebar 1-1,5 meter. Jalan kolektor ini
berfungsi sebagai jalur sirkulasi untuk kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi yang menghubungkan kawasan perencanaan dengan kawasan lainnya
baik masuk maupun keluar kawasan. Sirkulasi kendaraan pada kawasan
perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan umum dan sirkulasi kendaraan
pribadi. Kendaraan yang melalui jalan provinsi dan kawasan didalam
3 - 19
No
Jenis Jalan
Kondisi
Panjang
(m)
Tanah
berbatu
Pekerasan
450,0
4,6
450,0
4,6
510,0
5,0
100,0
1,6
124,0
1,6
98,0
1,6
98,0
1,6
27,0
1,4
99,0
1,4
122,0
1,6
100,0
1,6
sudah rusak
pada tepi jalan dibedakan berdasarkan fungsi yang akan ditentukan untuk jalur
tersebut, misalnya jalur pedestrian utama, internal, dan penghubung dalam
kawasan. Pada kawasaan perencanaan belum dilengkapi dengan fasilitas
pedestrian jalan provinsi maupun jalan lingkungan karena jumlah kendaraan
yang melintas hanya kendaraan pribadi dan masih tidak terlalu banyak.
Tanpa
pekerasan
11
(www.fhwa.dot.gov)
Pedestrian atau sirkulasi pejalan kaki koridor pada umumnya terletak diantara
bangunan, disamping jalan, maupun di dalam taman. Dengan adanya sistem
3 - 20
Pada suatu kawasan, ketersediaan area parkir sangat penting dalam suatu
traffic system management, untuk menunjang kelancaran sirkulasi lalu lintas
yang sedang berlangsung, khususnya pada kawasan perencanaan. Parkir
kendaraan bermotor merupakan masalah umum yang dijumpai dalam sistem
transportasi perkotaan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan lahan
parkir yang kurang mencukupi dan tidak tertata dengan sebagaimana mestinya.
Beberapa jenis parkir kendaraan bermotor yang terdapat dalam kawasan
perencanaan antara lain yaitu :
3 - 21
3 - 22
(http://www.reinventingparking.org)
3 - 23
N
o
Unit
Lingkungan
250 jiwa
Taman rt
250
1,0
Di tengah
lingkungan RT
2.500 jiwa
Taman rw
1.250
0,5
Di pusat RW
30.000 jiwa
Taman
kelurahan
9.000
0,3
Dikelompokan
dengan
sekolah/ pusat
kelurahan
120.000 jiwa
Taman
kecamatan
24.000
0,2
Dikelompokan
dengan
sekolah/ pusat
kecamatan
480.000 jiwa
Taman kota
144.000
0,3
Di pusat
wilayah/ kota
Kecamatan
Pemakaman
Disesuaikan
1,2 *)
Tersebar
Bag. Wil.
Kota
Hutan Kota
Disesuaikan
4,0
Di dalam/ di
tepi kota
Bag. Wil.
Kota
Untuk fungsifungsi
tertentu
Disesuaikan
12,5
Disesuaikan
dengan
kebutuhan
terbuka hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang terbuka yaitu sebagai suatu
Tipe RTH
Luas Min/
unit (m2)
Luas Min/
kapita(m2)
sistem tanah umum (system of public land) yang di dalamnya termasuk jalan,
sekolah, taman, ruang-ruang untuk bangunan umum yang tersusun dalam suatu
jaringan kota (Mirsa, 2012). RTH adalah bagian dari ruang-ruang terbuka dalam
suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung
manfaat langsung maupun tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH tersebut
berupa keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah sekitarnya
(Budiman, 2010).
Kebutuhan ruang terbuka hijau dapat diukur berdasarkan pada luas wilayah dan
berdasarkan jumlah penduduknya. Berdasarkan luas wilayahnya, kawasan prioritas
Lokasi
Desa Wanakaya membutuhkan RTH publik seluas 2,6 Ha yaitu 20% dari luas
seluruh wilayah desa dan RTH privat seluas 1,3 Ha yaitu 10% dari luas wilayah
desa. Berdasarkan jumlah penduduk, penyediaan RTH telah diatur dalam Peraturan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per
Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
kapita sesuai peraturan yang berlaku. Dengan jumlah penduduk sebanyak 874 jiwa,
3 - 24
RTH minimal 4 taman / lokasi RTH berupa taman RW atau berupa 1 taman
kelurahan.
KDH=
Sebagai
upaya
pengendalian
pemanfaatan
lahan
privat
dan
3 - 25
Ketentuan besaran KDH secara langsung terkait dengan besaran KDB, karena
dengan adanya ketentuan tentang KDB mempunyai arti bahwa setiap lahan
akan menyisakan ruang terbuka (RT) sebagai sisa luas lahan dikurangi luas
lantai dasar bangunan yang didirikan di atasnya. Dengan menggunakan asumsi
praktis, angka KDH merupakan sisa ruang terbuka pada suatu lahan dibagi rata
untuk keperluan perkerasan dan keperluan penghijauan sehingga didapatkan
angka KDH yaitu sebesar 50 % dari Koefisisen Ruang Terbuka (KRT).
dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari
Sumber : analisis
1000 m dari rumah penduduk. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)
minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran
Pada kawasan perencanaan, dengan koefisien dasar bangunan 40%-60% dari
luas lahan, maka terdapat ruang terbuka sebesar 40%-60% pula. Dengan
besaran KRT tersebut maka dapat diketahui besaran RTH yang dapat
yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini
selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat
minimal 10 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
disediakan yaitu sebesar 20%-30% dari luas euang terbuka pada pekarangan.
Besaran RTH pekarangan tersebut merupakan ruang terbuka tanpa pekerasan
Bentuk RTH pada kawasan kelurahan yaitu RTH berbentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal
0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi
taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan. Luas area yang
ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80%-90% dari luas taman,
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
3 - 26
Ruang terbuka hijau berupa Taman Rukun Tetangga (RT) yaitu taman untuk
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman
sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 pohon pelindung dari jenis pohon
kecil atau sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
Pp]enyediaan RTH pada kawasan kecamatan dapat disediakan dalam bentuk
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman
ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal
24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai
tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 pohon pelindung dari jenis
pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 pohon tahunan dari
jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
Dalam
kawasan
lingkungan.
perencanaan
Berdasarkan
Desa
jumlah
Wanakaya,
penduduknya
belum
kawasan
tersedia
RTH
perencanaan
3 - 27
layang. RTH jalur hijau dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
20%-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk
C. Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan
3 - 28
Ruang terbuka hijau dapat pula berupa jalur hijau jalan, Bentuk dari ruang
masih memiliki area hijau yang cukup luas dan tersebar di seluruh kawasan,
terbuka hijau jalur hijau jalan diantarannya yaitu berupa pulau jalan, median
termasuk di sepanjang tepian jalan. RTH tepian jalan yang sudah ada perlu
jalan, jalur pejalan kaki, sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik
dilestarikan dan juga ditata kembali agar memberikan nilai estetis bagi
tegangan tinggi, sempadan sungai, sempadan pantai, dan ruang dibawah jalan
3 - 29
hujan dari drainase ini dapat surut dalam waktu 6-12 jam, bergantung pada
intensitas air hujan yang turun dan jumlah limpasan air hujan pada kawasan
tersebut. Volume limpasan air hujan pada kawasan ini dapat dihitung sebagai
berikut ini :
dimana saluran yang ada terlalu dangkal. Tidak hanya saluran yang dangkal,
permasalahan lainnya yang terdapat pada kawasan ini yaitu saluran drainase yang
Q=C . A . I
Q=1045,2 m3 / jam
3 - 30
Perencanaan sistem drainase terdapat konsep penataan yang disebut dengan ecodrainage, dimana sistem ini merupakan sistem drainase yang berwawasan
Panjang
(m)
Lebar
(m)
450,0
0,7
450,3
0,7
450,3
0,7
Senderan jalan
lingkungan Blok 3
98,0
0,7
Senderan jalan
lingkungan Blok 4
98,0
0,7
Senderan jalan
lingkungan Blok 5
98,0
0,7
Gorong-gorong Blok 4
1,5
Jenis Drainase
Kondisi
Saluran
drainase belum
menggunakan
pekerasan dan
terlalu dangkal
Sudah rusak
dan
partikel-pertikel
terlarut
akan
mengendap.
Struktur
penampungan yang diperlukan lebih besar dari pada struktur penampungan air
hujan untuk pengendalian banjir.
No
Tinggi
(m)
Sistem infiltrasi merupakan sistem drainase dengan cara mengalirkan air hujan
kedalam tanah, sehingga air hujan mengalir secara vertikal ke dalam tanah. Sistem
infiltrasi ini dapat mengatasi persoalan banjir, erosi, kualitas air, meningkatkan
3 - 31
imbuhan air tanah, dan penyediaan air bersih. Pada dasarnya Infiltrasi dapat
diterapkan pada semua permukaan tanah yang ditumbuhi oleh tumbuhan.
Sistem eco-drainage merupakan sistem yang dapat mengurangi limpasan air hujan
Sistem Water harvesting yaitu upaya pengumpulan air hujan dan kemudian
menggunakan air hujan tersebut secara langsung. Secara teknis, air hujan yang
turun
ditampung
dalam
kolam-kolam
penampungan
dan
kemudian
dapat
3 - 32
dan mengungari resiko timbulnya genangan air pada jalan lingkungan dan
permukiman. Tidak hanya mengurangi resiko genangan air, tetapi juga dapat
memberikan solusi dalam penyediaan air selain air untuk minum, makan, dan
mandi.
3 - 33
3.3.7.
Kualitas air bersih yang tersedia pada kawasan perencanaan Desa Wanakaya
sudah cukup baik, tetapi jumlahnya masih terbatas. Permasalahan jumlah air yang
terbatas terjadi di saat musim kemarau, dimana ketersediaan air bersih tidak dapat
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di kawasan prioritas. Arahan penataan
lingkungan terkait dengan sistem jaringan air bersih yaitu dengan pembuatan
sumber air bersih komunal yang dapat menampung air bersih yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Selain itu alternatif penanganan lainnya adalah penyediaan kran-kran
umum yang bersumber dari pengadaan jaringan PDAM.
3.3.8.
Pada kawasan perencanaan permasalahan terkait jaringan air limbah ini terjadi
akibat belum adanya instalasi pembuangan air limbah yang terintegrasi dari setiap
bangunan hunian. Beberapa bangunan hunian memiliki saluran air limbah di
pekarangan belakang rumah, tetapi saluran tersebut terputus dan tidak mengalir
menuju saluran air limbah kota. Permasalahan lainnya timbul pula akibat bentuk dari
saluran air limbah yang berupa saluran terbuka dan tanpa pekerasan, sehingga
memicu timbulnya berbagai penyakit. Selain itu kondisi saluran air limbah tersebut
dapat menimbulkan kerusakan air tanah apabila letaknya yang berdekatan dengan
sumber air bersih.
3 - 34
Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana yang dikemukakan oleh Haug (1998)
diklasifikasikan dalam dua sistem, yaitu sistem setempat (on site system) dan
terpusat (off site system). Sistem setempat merupakan fasilitas pengelolaan air
limbah yang berada di daerah persil pelayanannya. Bentuk sistem setempat antara
lain adalah sistem cubluk dan tangki septik. Sistem terpusat adalah sistem
pengelolaan yang berada di luar persil. Bentuk sistem terpusat merupakan bentuk
sistem penyaluran air limbah yang dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal
site) yang aman dan sehat dengan atau tanpa pengolahan sesuai kriteria.
Penataan jaringan air limbah pada kawasan perencanaan ini yaitu dengan
menggunakan sistem setempat (on site system) dan juga terpusat (off site system).
Sistem setempat ditempatkan pada bangunan hunian yang sudah memiliki sistem
cubluk dan tangki septik sendiri. Penataan yang dilakukan pada sistem setempat
yang sudah ada yaitu penyesuaian kondisi tangki septik dengan standar ketentuan
Gambar 3.13. Sistem Jaringan Air Limbah
Sumber : Plumbing Untuk Air Bersih Dan Air Limbah Di Dalam Bangunan
(http://irwandwirangga.blogspot.com/2014/06/plumbing-untuk-air-bersih-dan-air.html)
penyediaan tangki septik. Sedangkan sistem terpusat dapat disediakan pada lahan
yang memungkinkan untuk menampung limbah, tidak mengganggu air tanah, dan
disetujuji oleh pemiliki tanah serta masyarakat sekitar.
3.3.9.
Sampah yang berasal dari setiap kegiatan pada bangunan rumah di kawasan
perencanaan Desa Wanakaya menimbulkan masalah karena belum adanya sistem
pengelolaan sampah. Masyarakat pada kawasan perencanaan terbiasa mengelola
sampah secara individu, yaitu dengan cara rutin membakar sampah atau pun
menanam sampah di masing-masing pekarangan rumah serta tidak jarang juga
masyarakat membuang sampah pada saluran air hujan / drainase dan tanah
3 - 35
Keuntunga
n
Kerugian
maka timbunan sampah diperkirakan akan mencapai 15.447,5 liter/hari atau 15,45
Selain on site system terdapat pula sistem off site adalah sistem pembuangan yang
berada diluar persil atau mempunyai skala pelayanan komunal, dapat berupa
kawasan maupun lingkungan. Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :
Keuntungan
Kerugian
3 - 36
2015
2014
2016
2017
Jml
Pddk
(Jiwa)
Jml
sampah
(m3)
Jml
Pddk
(Jiwa)
Jml
sampah
(m3)
Jml
Pddk
(Jiwa)
Jml
sampah
(m3)
Jml
Pddk
(Jiwa)
Jml
sampah
(m3)
5.606
14,01
5.791
14,5
5.981
15
6.179
15,45
3 - 37
3 - 38
3 - 39
3.3.10.
3.3.12.
Sistem jaringan evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke
Wanakaya terdapat pada bangunan hunian. Masalah tersebut yaitu belum seluruh
luar, koridor / selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan gedung
rumah memiliki sumber listrik langsung dari PLN, tetapi terdapat beberapa
termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu
bangunan rumah yang dialiri listrik dari bangunan rumah disekitarnya. Arahan
sistem jaringan jalan kota dan perovinsi ketika terjadi bencana. Selain penetapan
jalur evakuasi, diperlukan pula peningkatan kualitas jalur evakuasi dan penyediaan
3.3.11.
3.3.13.
3 - 40
tersebut.
Fasilitas
pendidikan
yang
dibutuhkan
dalan
kawasan
perencanaan ini yaitu berupa bangunan PAUD. Kegiatan PAUD yang terletak diluar
kawasan ini memiliki peserta didik yang cukup banyak, sehingga masyarakat
membutuhkan PAUD di kawasannya. Selain membutuhkan fasilitas gedung
kesehatan dan pendidikan dibutuhkan gedung serbaguna yang dapat memfasilitasi
kegiatan rembug masyarakat kawasan tersebut. Untuk menjaga keamanan
lingkungan permukiman pada kawasan ini dibutuhkan pos kamling sebagai pos
untuk masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.
3 - 41
3 - 42
3.4.
Analisis SWOT
Strenght
Weakness
serta
digunakan
juga
sebagai
dasar
kebijakan
dari
strategi
pengembangan.
Analisis SWOT ini merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam
menginterpretasikan suatu wilayah, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks
dimana faktor eksternal dan faktor internal memegang peranan yang sama
pentingnya. Analisis SWOT yang digunakan ini bertujuan untuk menentukan
arahan-arahan pengembangan yang akan dilakukan dalam Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perencanaan Desa Wanakaya.
Strenght
Weakness
3 - 43
Strenght
Threats
Menjadi percontohan
penataan lingkungan
permukiman yang bersih,
teratur, tertata, dan serasi;
Merupakan kawasan
3 - 44
Weakness
Strenght
Weakness
pengembangan kecamatan
haurgeulis (BWK D dalam
RDTR kecamatan).
Sumber: analisis