Anda di halaman 1dari 44

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman

Desa Wanakaya

BAB III
ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

3.1.

Analisis Kawasan Perencanaan Terhadap Tata Ruang Kabupaten

Indramayu
Berdasarkan pada materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Indramayu tahun 2011, Wilayah Kabupaten Indramayu terbagi menjadi 4 hirarki.
Setiap Hirarki memiliki fungsi kota atau distribusi kegiatan yang berbeda-beda.
Kawasan perencanan, Kota Haurgeulis, termasuk ke dalam hirarki III dengan fungsi
sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa SWPP, pusat sosial dan skala
SWPP, pusat permukiman, serta pusat perhubungan dan komunikasi. SWPP
Haurgeulis, meliputi Kecamatan Haurgeulis, Anjatan dan Sukra dengan pusatnya di
Kota Haurgeulis.
Kota Kecamatan Haurgeulis termasuk ke dalam Sistem Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
perkotaan Kabupaten Indramayu yaitu sebagai pusat pelayanan yang melayani
dalam lingkup beberapa kecamatan dalam kabupaten. PKL Haurgeulis berupa
kawasan perkotaan Haurgeulis yang mencakup Desa Haurgeulis, Desa Cipancuh,
Desa Sukajati, Desa Wanakaya, Desa Wanakaya, Desa Mekarjati dan Desa
Karangtumaritis

dengan

wilayah

layanan

Kecamatan

Haurgeulis,

sebagian

Kecamatan Anjatan yang terdiri dari Desa Bugis, Desa Lempuyang, Desa
Mangunjaya, Desa Salamdarma, Desa Bugistua, Desa Kedungwung dan Desa
Wanguk, sebagian Kecamatan Bongas yang terdiri dari Desa Cipaat, Desa Bongas,

3-1

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Desa Sidamulya, dan Desa Cipedang, serta sebagian Kecamatan Kroya yang terdiri

Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan


baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan

dari Desa Jayamulya, Desa Sukamelang, Desa Temiyang dan Desa Temiyangsari.

rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang

3.1.1.

memadai.
Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim
di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan

Kawasan Peruntukan Permukiman

menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana


Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai

kawasan

bagi

lindung,

baik

berupa

kawasan

perkotaan

maupun

hunian

dan

tempat

kegiatan

yang

mendukung

masyarakat,

dengan

tetap

memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau


lingkungan

pengembangan

dan

Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:


i.
Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-

kesesuaian lahan kawasan peruntukan permukiman yaitu memiliki

1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%),

Perumahan di Perkotaan.
Sistem pembuangan air

perikehidupan

dan

penghidupan.

Karakteristik

lokasi

tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh

ii.

air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi

daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi), drainase baik


tidak

berada

pada

wilayah

intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah.

sempadan

Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun

sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta

tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air

api dan daerah aman penerbangan, tidak berada pada kawasan


lindung,

tidak

terletak

pada

kawasan

budi

hujan mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara

daya

Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan

pertanian/penyangga, menghindari sawah irigasi teknis. Kriteria


dan batasan teknis kawasan peruntukan sebagai berikut :

mempunyai

perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan

air antara 60 L/org/hari 100 liter/org/hari, tidak berada pada


sedang,

yang

kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan

penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai

sampai

hujan

iii.

Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon.


Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas

Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru

sambungan rumah

40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-

sambungan kran umum 30 liter/orang/hari.

kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta


daya dukung lingkungan.

iv.

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

60

liter/orang/hari

dan

Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI


03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah
di Permukiman.

3-2

tangga

minimum

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Penyediaan

kebutuhan

peruntukan

permukiman

sarana
yang

pendidikan
berkaitan

di

kawasan

dengan

jenis

sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas


lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta
lokasi.

Sistem jaringan transportasi darat wilayah Kabupaten Indramayu direncanakan


terdiri dari jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri atas sistem jaringan
jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan jaringan pelayanan lalu
lintas dan angkutan jalan. Sistem jaringan jalan terbagi menjadi sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer

Penyediaan

kebutuhan

peruntukan

permukiman

sarana
yang

kesehatan
berkaitan

di

kawasan

dengan

jenis

sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas


lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta

lokasi.
Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman
yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah
penduduk

pendukung,

luas

lahan

minimal,

radius

pencapaian, dan kriteria lokasi.

merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa

untuk

pengembangan

semua

wilayah

di

tingkat

nasional,

dengan

menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.


Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan. Status sistem jaringan jalan dalam Perkotaan Haurgeulis yaitu lokal
sekunder, status Kabupaten.Ruas jaringan jalan lokal sekunder diantaranya yaitu
ruas jalan Siliwangi dalam, ruas jalan Terusan KH. A. Dahlan, ruas jalan
Manggungan, ruas jalan KH. Dewantara, ruas jalan Sukajadi, ruas jalan Cipancuh

Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di


kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan
jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung,
luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta
lokasi.

Wanakaya, dan ruas jalan Sumur Bandung.


Terdapat beberapa ruas jalan dalam Kota Haurgeulis termasuk ke dalam sistem
jaringan jalan dengan status jalan kolektor primer luar Perkotaan Indramayu, status
Kabupaten. Ruas-ruas jalan tersebut diantaranya yaitu ruas jalan Patrol-Haurgeulis,

Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 031733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan

Haurgeulis-Karangtumaritis,

Haurgeulis-Bantarwaru,

Sanca-Pasirangin, dan Bondan-Kedungdongkal. Selain jalan lokal sekunder dan


kolektor primer, dalam perkotaan Haurgeulis terdapat pula ruas jalan dengan status
jalan lingkungan yang tersebar di setiap kecamatan.

kepada Pemerintah Daerah


3.1.3.
3.1.2.

3-3

Sistem Jaringan Prasarana Utama

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Tulungagung-Ciranggong,

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

A. Sistem Jaringan Telekomunikasi

air. Peningkatan pengelolaan wilayah sungai diarahkan untuk pengembangan


prasarana pengendalia daya rusak air, jaringan irigasi, waduk dalam rangka

Sistem prasarana lain yang direncanakan yaitu sistem jaringan telekomunikasi


terdiri atas jaringan teresterial dan jaringan satelit. Jaringan terseterial berupa
kabel telepon yang tersebar di setiap kecamatan sedangkan jaringan satelit
untuk menjangkau telekomunikasi di kawasan hutan atau kabupaten yang
terpencil. Menara telekomunikasi berupa menara BTS, menara radio udara, dan
menara radio komunikasi udara keberadaannya diperlu ditata dan dikendalikan
keberadaannya. Pertumbuhan menara telekomunikasi yang pesat, tanpa
adanya penataan yang baik akan berdampak pada lingkungan sekitar, seperti

konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air dan rehabilitasi kawasan hutan


dan lahan kritis di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis dan sangat kritis.
Peningkatan pengelolaan wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas provinsi
yaitu Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, wilayah sungai lintas kabupaten
yaitu Wilayah Sungai Citarum, wilayah sungai satu kabupaten yang meliputi 73
aliran sungai kecil, waduk yaitu waduk Cipancuh dan waduk Bojongsari, dan
situ yaitu Situ Brahim, Situ Jangkar, Situ Sindang, Situ Bolang, Situ
Buburgadung, serta Situ Kesambi.

terganggunya fungsi resapan air, berkurangnya nilai estitika pada kawasan


yang memiliki nilai estitika tinggi, dampak sosial, lingkungan dan ekonomi yang

Pengelolaan sistem jaringan irigasi dilakukan dengan cara meningkatkan

dirasakan oleh masyarakat, kawasan perkotaan akan terlihat semrawut oleh

kualitas saluran irigasi, melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air,

menara telekomunikasi. Pemerintah Daerah sebagai regulator harus sigap

melakukan pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air, dan mencegah

dalam menanggapi fenomena tersebut. Rencana pengaturan lokasi dan

terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi. Pemanfaatan sumber daya

struktur, serta dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah menara tersebut.

air untuk kepentingan irigasi dilakukan dengan cara pengaturan dalam bentuk

Tentu saja kebijakan yang dimaksudkan tidak bertentangan dengan kebijakan

kerjasama dengan proporsi yang seimbang, dan pengaturan kebutuhan irigasi

lain yang tingkatannya lebih tinggi, dan juga tidak mengganggu layanan

dan komposisi antar wilayah. Peningkatan pengelolaan sistem jaringan irigasi

telekomunikasi yang semestinya dapat diterima oleh masyarakat luas.

dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas saluran irigasi, melakukan


perlindungan terhadap daerah aliran air, melakukan pembangunan dan

B. Sistem Jaringan Sumberdaya Air

perbaikan pintu-pintu air, dan mencegah terjadinya pendangkalan terhadap


saluran irigasi.

Sistem prasarana lainnya adalah sistem jaringan sumber daya air yang meliputi

3-4

peningkatan pengelolaan wilayah sungai, cekungan air tanah (CAT), dan sistem

Sistem pengendalian daya rusak air meliputi normalisasi sungai, pembangunan

jaringan irigasi serta pengembangan jaringan air baku untuk air bersih, jaringan

dan pengembangan tembok penahan tanah atau tanggul, mengendalikan

air minum kepada kelompok pengguna serta sistem pengendalian daya rusak

pengambilan air tanah, meningkatkan jumlah imbuhan air tanah untuk

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

menghambat atau mengurangi laju penurunan muka air tanah, pembangunan

pemeliharaan dan pembangunan saluran-saluran primer, sekunder dan tersier,

dan pengembangan pintu air, pembangunan lubang-lubang biopori, penyediaan

mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang dan kecil,

embung pengendali banjir, serta penanaman pohon di sempadan sungai, situ,

mengembangkan sistem drainase yang terintegrasi dengan sistem DAS dan

waduk, dan lahan-lahan kritis. Normalisasi sungai meliputi wilayah sungai lintas

sub DAS untuk kawasan perdesaan, mengembangkan sistem drainase terpadu

provinsi, lintas kabupaten, dan dalam satu kabupaten.

untuk kawasan perkotaan yang rentan banjir, menangani sistem mikro,


menangani sistem makro yang dilakukan melalui perbaikan dan normalisasi
badan air dari endapan lumpur dan sampah, serta pengelolaan drainase yang

C. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

diprioritaskan di sepanjang sisi jalan kolektor dan lokal.


Berdasarkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu Tahun
2010, lokasi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) yang

Sistem jaringan evakuasi bencana direncanakan dalam penyediaan jalur dan

ada di Kabupaten Indramayu terdiri dari TPPAS Pecuk, TPPAS Kebulen,

ruang evakuasi bencana. Jalur dan ruang evakuasi bencana di wilayah

TPPAS Kertawinangun, TPPAS Mekarjati. TPPAS Pecuk terletak di Desa

kabupaten Indramayu meliputi jalur evakuasi rawan bencana banjir dan

Panyindangan Kecamatan Sindang, TPPAS Kebulen terletak di Desa Kebulen

gelombang pasang, serta ruang evakuasi bencana alam. Jalur evakuasi rawan

Kecamatan Jatibarang, TPPAS Kertawinangun terletak di Desa Kertawinangun

bencana banjir dan gelombang pasang diarahkan pada jaringan jalan terdekat

Kandanghaur, TPPAS Mekarjati terletak di Desa Mekarjati Kecamatan

menuju ruang evakuasi bencana meliputi 28 ruas jalan yang tersebar lokasinya.

Haurgeulis.

Ruang evakuasi bencana alam meliputi ruang terbuka yang terkonsentrasi di


suatu wilayah, gedung pemerintah, gedung sekolah, gedung pertemuan,

Sistem jaringan air limbah non domestik dan domestik merupakan sistem

gedung olahraga, dan bangunan lainnya yang memungkinkan sebagai ruang

prasarana lainnya yang direncanakan. Sistem jaringan air limbah non domestik

evakuasi bencana pada daerah rawan bencana. Jalur evakuasi bencana

berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi

dengan daerah rawan bencana Kecamatan Patrol, Anjatan, dan Haurgeulis

Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) pada kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan

terdapat pada ruas jalan Patrol Haurgeulis. Selain itu terdapat pula ruas jalan

restoran yang berada di seluruh wilayah kabupaten. Sistem jaringan air limbah

lainnya yaitu ruas jalan Haurgeulis Gantar yang merupakan jalur evakuasi

domestik berupa pembangunan jamban umum dan mandi cuci kakus (MCK)

bencana banjir dengan daerah rawan bencana Kecamatan Haurgeulis.

pada kawasan permukiman.


Pengembangan sistem jaringan drainase yang direncanakan yaitu berupa
penyediaan saluran-saluran drainase pada kawasan terbangun, melakukan

3-5

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

3.1.4.

Kawasan Lindung Kabupaten Indramayu

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Kawasan lindung Kabupaten Indramayu ditetapkan sebesar 14 persen dari luas

hutan produksi tetap seluas 32.004 Ha yang berlokasi di Kecamatan Haurgeulis,

seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan

Gantar, Terisi, Kroya, Cikedung, dan Tukdana. Salah satu kriteria umum dan kaidah

kawasan lindung di luar kawasan hutan, mempertahankan kawasan hutan minimal

perencanaan kawasan peruntukan hutan produksi yaitu penggunaan untuk

30 persen dari luas DAS, mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan

kepentingan pembangunan di luar kehutanan yang tidak mengubah fungsi pokok

yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air, serta

kawasan, penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan

mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan

pertambangan. Menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka

hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

waktu tertentu serta kelestarian hutan, penggunaan kawasan peruntukan hutan


produksi untuk kepentingan pertambangan terbuka harus dilakukan dengan

Salah satu bentuk dari kawasan lindung yang terdapat dalam perkotaan Haurgeulis
yaitu berupa kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya.
Kawasan tersebut berupa kawasan sekitar waduk dan situ yang terletak pada
kawasan waduk Cipancuh di Kecamatan Haurgeulis. Kondisi kawasan waduk
Cipancuh diarahkan agar daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya
50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. RTH perkotaan Haurgeulis
diarahkan disediakan tersebar disetiap kecamatan. Kriteria penyediaan RTH

ketentuan khusus dan secara selektif. Pemanfaatan kawasan peruntukan hutan


produksi mencakup tentang kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan pemungutan hasil
kayu dan atau bukan kayu. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan
produksi harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) yang diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi
dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL).

disetiap kecamatan tersebut yaitu dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi,
berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu

Pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana

hamparan dan jalur, serta didominasi oleh komunitas tumbuhan.

kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Kementerian Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus

3.1.5.

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang.
Kegiatan pada kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap

Kawasan peruntukan hutan produksi yang terdapat pada wilayah daerah Indramayu

mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai

adalah areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk

akibat erosi dan longsor. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan

menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan konsumsi masyarakat, industri dan

produksi harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang

ekspor. Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Indramayu yaitu berupa

berasal dari masyarakat lokal. Kawasan peruntukan hutan produksi dapat

3-6

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan seperti

kesejahteraan masyarakat perdesaan disekitar hutan. Sasaran lokasi hutan rakyat

pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan

adalah lahan milik rakyat, tanah adat atau lahan di luar kawasan hutan yang

religi, serta kepentingan pertahanan dan keamanan.

memiliki potensi untuk untuk pengembangan hutan rakyatm dapat berupa lahan
tegalan dan lahan pekarangan yang luasnya memenuhi syarat sebagai hutan

Kawasan peruntukan hutan produksi dalam pemanfaatannya wajib memenuhi

rakayat dalam wilayah DAS Prioritas.

kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan
di kawasan peruntukan hutan produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya
bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan
tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan hutan
dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau memiliki luas minimal 30%
dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan
kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah
luas hutannya.

3.1.7.

Kawasan Peruntukan Pertanian

Rencana terkait kawasan peruntukan pertanian difokuskan pada mempertahankan


kawasan pertanian pangan irigasi teknis, mendukung ketahanan pangan provinsi
dan nasional, meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan
pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim, ditunjang
dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin
ketersediaan air, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang
lestari. Pengembangan kawasan pertanian pangan merujuk pada ketentuan
memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian,
terutama berada dalam di lahan beririgasi teknis, dan memiliki kesesuaian lahan

3.1.6.

Kawasan Hutan Rakyat

untuk pengembangan kawasan hortikultura dan memperhatikan aspek penetapan


kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan perundangan. Penetapan kawasan

Kawasan hutan rakyat yang terdapat di Kabupaten Indramayu yaitu kurang lebih
seluas 38.516 Ha berada di setiap kecamatan. Pengembangan kawasan
peruntukan hutan rakyat dapat memanfaatkan kawasan lain berdasarkan daya
dukung lingkungan dan nilai ekonomis. Melalui pembangunan hutan rakyat
berkelanjutan dari tahun ke tahun serta pengelolaannya diarahkan sebagai usaha
kelompok tani secara mandiri, diharapkan akan mempercepat upaya rehabilitasi
lahan, perbaikan lingkungan, pemenuhan kebutuhan kayu sekaligus meningkatkan

3-7

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

peruntukan pertanian ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan


pengembangan kawasan pertanian berbasis agribisnis mulai dari penyediaan
sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan
pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Kawasan peruntukan
pertanian di Kabupaten Indramayu meliputi kawasan tanaman pangan seluas
92.370 Ha berada di setiap kecamatan. Selanjutnya Kawasan tanaman pangan
tersebut akan ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

hortikultura seluas 3.407 Ha berada di setiap kecamatan. Kawasan perkebunan

kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan

seluas 1.155 Ha berada di setiap kecamatan. kawasan peternakan itik, kambing,

baku dan atau kemudahan akses ke pasar.

domba, sapi potong, kerbau, ayam pedaging, kuda, ayam buras pedaging, dan

ayam buras petelur.

Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat


ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut.

3.1.8.

Kawasan Peruntukan Industri

Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.

Kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu pengelola tertentu. Dalam hal
ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu tersebut disebut kawasan
industri. Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain memfasilitasi
kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan
biaya investasi prasarana yang efisien, mendukung upaya penyediaan lapangan
kerja, meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan, serta
mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan. Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan peruntukan industri :

Kriteria teknis kawasan peruntukan industri yaitu harus memperhatikan kelestarian


lingkungan, harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah, harus memperhatikan
suplai air bersih, jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah
lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian
Lingkungan Hidup, pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi
berdekatan sebaiknya dikelola secara terpadu, pembatasan pembangunan
perumahan baru di kawasan peruntukan industri, harus memenuhi syarat AMDAL
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri,

Kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan bagi upaya


mensejahterakan

masyarakat

melalui

peningkatan

nilai

tambah

dan

peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan


proses

aglomerasi,

dengan

tetap

mempertahankan

kelestarian

fungsi

lingkungan hidup.

Jenis kegiatan industri yang dikembangkan harus menciptakan lapangan kerja


dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu
jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang

3-8

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan


berjarak 15-20 Km dari pusat kota, kawasan industri minimal berjarak 5 Km dari
sungai, serta penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan
kaveling industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang.
Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum dan ruang
terbuka hijau.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

dan komponen ruang penunjang. Komponen ruang utama yaitu pemerintahan dan
perkantoran skala regional, koleksi, dan distribusi (sub terminal agrobisnis),
pelayanan umum skala regional. Komponen ruang penunjang meliputi rumah sakit,
fasilitas pendidikan, perumahan kepadatan sedang, komplek perkotaan skala
pelayanan

lingkungan.

Penggunaan

di

wilayah

perencanaan,

Kecamatan

Haurgeulis, didominasi oleh lahan terbangun. Sedangkan sisanya lahan belum


terbangun yang berupa pekarangan, lahan kosong (kebun), dan pertanian. Lahan di
kawasan

perencanaan

dimanfaatkan

sebagai

lahan

dengan

guna

lahan

permukiman, sarana peribadatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan


penggunaan lahan campuran.

3.2.

Analisis Kawasan Perencanaan Terhadap Tata Ruang Kecamatan

Haurgeulis
Desa Wanakaya merupakan wilayah dengan kategori BWK B dan BWK C yang
memiliki fungsi sebagai lahan cadangan, pusat pemerintahan,

dan pelayanan

umum skala SWPP. Rencana pengembangan BWK B dan BWK C yaitu diarahkan
pada pengembangan kawasan pemerintahan dan pelayanan umum skala regional
dan komponen ruang yang akan dikembangkan meliputi komponen ruang utama

3-9

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

konservasi waduk cipancuh. Lahan-lahan yang terdapat dalam kawasan prioritas ini
diperuntukan sebagai lahan konservasi, permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, perumahan kepadatan sedang, dan kawasan pelayanan lingkungan.
Dalam

pemanfaatannya,

sebagian

besar

lahan

Desa

Wanakaya

berupa

permukiman kepadatan sedang, lahan pertanian, lahan perkebunan, dan lahan


kosong. Kawasan ini masih dapat dikembangkan sesuai dengan peruntukannya,
sehingga dapat menunjang kegiatan perkotaan dan kebutuhan masyarakatnya.

Tabel 3.1. Pemanfaatan Lahan Kawasan Perencanaan

No.

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1.

Permukiman

5,66

40,24 %

2.

Fasilitas Umum

0,08

0,56 %

3.

Perdagangan

0,17

1,21 %

4.

Ruang Terbuka Hijau

6,89

48,98 %

5.

Industri Kecil

0,21

1,48 %

6.

Pertanian

1,06

7,53 %

Sumber : Hasil Anaisis

3.3.

Analisis Kawasan Prioritas

3.3.1.

Peruntukan Lahan

Kawasan prioritas Desa Wanakaya Kecamatan Haurgeulis berdasarkan pada RDTR


Kota Haurgeulis diperuntukan sebagai kawasan penyangga atau kawasan

3 - 10

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

3 - 11

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Peta 3.1. Peta Analisis Tata Guna Lahan

Sumber : Kegiatan Pemetaan Swadaya

3 - 12

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

.3.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan


Fungsi Bangunan

Permukiman

Dalam perencanaan pemanfaatan lahan terdapat ketentuan yang diantaranya yaitu

Intensitas : 45%

Perdagangan &

Fasilitas

permukiman

Umum

Intensitas: 16 %

intensitas pemanfaatan lahan mencakup penentuan Koefisien Dasar bangunan

sangat tinggi: lebih besar dari 75 %.

Koefisien dasar bangunan tinggi: 60 % - 70 %.

sedangkan pengaturan KLB dalam penentuannya erat dengan tinggi bangunan

Koefisien dasar bangunan sedang: 30%- 60 %.

yang diijinkan. Penentuan tinggi bangunan dipengaruhi oleh fungsi bangunan, di

Koefisen dasar bangunan rendah: <30 %.

(KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB).
Pengaturan kepadatan bangunan dipengaruhi oleh fungsi yang akan dikembangkan

Desa Wanakaya ketinggian bangunan didominasi oleh bangunan dengan ketinggian

KDB berdasarkan
Standar Kepmen

Standar Intensitas

Pemanfaatan Lahan

rendah. Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luasan lahan

berdasarkan RDTR

bangunan dengan luasan lahan pada setiap persil lahan. Berdasarkan Kepmen

Kec. Haurgeulis
Analisis

Kimpraswil, ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah :

Permukiman 47 %
Perdagangan dan jasa 16,75 %
Fasilitas Pendidikan 11,6 %
Kesahatan 4,5%
Pemerintahan 0,97%
Pada

kawasan

perencanaan

Desa

Wanakaya

intensitas pemanfaatan lahannya yaitu dengan KDB

Koefisien dasar bangunan sangat tinggi: lebih besar dari 75 %.

sedang dan tidak terdapat bangunan yang melebihi


ketentuan

KDB.

Intensitas

bangunan

setiap

pemanfaatan yang ada masih dibawah standar

Koefisien dasar bangunan tinggi: 60 % - 70 %.

intensitas pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam


RDTR

Haurgeulis.

Sehingga

masih

memungkinkan untuk adanya pengembangan. Dengan

Koefisien dasar bangunan sedang: 30%- 60 %.

catatan

Kecamatan

pengembangan

bangunan

hunian

perumahan perlu dikendalikan agar tidak terlalu padat.

Koefisen dasar bangunan rendah: <30 %.

Sumber : Hasil Analisis

Selain koefisien dasar bangunan ditetapkan pula koefisien lantai bangunan yang
Tabel 3.2. Analisis Koefisien Dasar Bangunan

Fungsi Bangunan
Kondisi Eksisting

Permukiman
KDB : 45-60%

merupakan perbandingan antara total luas lantai pada bangunan dengan luas lahan

Perdagangan &

Fasilitas

permukiman

Umum

KDB : 55-60%

KDB : 45-50%
Intensitas : 12

3 - 13

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

pada setiap persil lahan. Ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan angka


banding antara besarnya KLB dan KDB, selain itu ketinggian bangunan juga

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

dipengaruhi oleh fungsi bangunan. Berdasarkan RDTR Kec. Haurgeulis 2004-2014

tersebut dapat dikembangkan dengan menambah jumlah lantai sehingga tidak

koefisien lantai bangunan di wilayah perencanaan diarahkan sebagai berikut :

mengurangi besaran KDB. Hal tersebut dapat mengendalikan ketersediaan lahan


tidak terbangun sebagai penyediaan RTH untuk meningkatkan daya dukung

Tabel 3.3. Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Jalan Lokal Sekunder

No

Fungsi Alokasi

KDB
Maksimal

Jumlah lantai

Perdagangan dan jasa (komersil)

75%

13

Perkantoran dan pemerintahan dan

60%

12

pelayanan umum
3

Perumahan kepadatan tinggi

70%

12

Perumahan kepadatan sedang

60%

12

Perumahan kepadatan rendah

30%

Sumber : RDTR Kec. Haurgeulis tahun 2004-2014

Bangunan dengan jumlah lantai sebanyak 1 lantai mendominasi pemanfaatan lahan


pada kawasan perencanaan. Dalam pengembangannya bangunan-bangunan

3 - 14

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

lingkungan.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Peta 3.2. Peta Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan

Sumber : Kegiatan Pemetaan Swadaya

3 - 15

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

.3.3 Tata Bangunan

Orientasi bangunan diatur dalam suatu perencanaan kawasan, dimana orientasi


bangunan ini merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan kepada

Penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, yang meliputi berbagai


aspek termasuk pembentukan citra / karakter fisik lingkungan, besaran, dan
konfigurasi dari elemen-elemen blok, kaveling / petak lahan, bangunan, serta
ketinggian

dan

elevasi

lantai

bangunan,

yang

dapat

menciptakan

dan

mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman


kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Tata
Bangunan

juga

merupakan

sistem

perencanaan

sebagai

bagian

dari

penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan


prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di
perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang
yang berlaku dalam RTRW Kabupaten Indramayu, dan rencana rincinya.
Dalam suatu kawasan terdapat pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan
kaveling serta jalan, dimana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan
konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas bentuk dan ukuran blok,
pengelompokan dan konfigurasi blok, ruang terbuka dan tata hijau. Bentuk dasar
bangunan dapat dipertimbangkan dari berbagai segi, baik segi kebutuhan ruangnya
sendiri ataupun dari ekspresi budaya dan nilai-nilai arsitektur yang ada pada saat
ini. Pola-pola bentuk dasar sebagian besar bangunan di wilayah perencanaan ini
adalah bentuk segi-empat. Kawasan perencanaan pembagian kawasan menjadi
blok dan kaveling berdasarkan kumpulan beberapa bangunan yang menjadi satu
kesatuan lingkungan hunian, dan pertimbangan blok ini sama dengan satu
lingkungan RW dimana tiap lingkungan RT terdiri dari beberapa kaveling.

3 - 16

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

potensi view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan unsur alam atau
merupakan unsur fisik bangunan atau ruang terbuka diperkotaan yang dianggap
penting atau menonjol pada wilayah tersebut. Penataan kavling eksisting di
Wanakaya yang berbentuk grid dan tertata rapi memungkinkan view yang cukup
baik. Setiap rumah yang dilewati jalan poros desa saling berhadapan. Posisi kavling
pemukiman di kawasan ini dapat menjadi view yang cukup bagus dengan jalan
lingkungan menghadap jalan utama dimana di tengahnya

jalan lingkungan ada

jalan penghubung ke semua jalan, sehingga membentuk suatu pola tata masa
bangunan yang kompak dan terpadu dan menghubungkan antar massa bangunan
yang dapat dipadukan dengan sistem penghubung dan berpotensi memperkuat
karakter

kawasan

dan

mendukung

aktivitas

menghidupkan kawasan hunian di dalamnya.

perekonomian

warga

dan

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.1. Pola Tata Bangunan


Sumber : Analisis

Pengaturan penataan bangunan lainnya pada kawasan perencanaan ini yaitu


perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi
bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan
proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian
bangunan pada wilayah perencanaan 12 m dengan jumlah lantai bangunan 2 lantai
pada fungsi jalan kolektor primer, dan 6 m dengan jumlah lantai bangunan 1 lantai
pada fungsi jalan lingkungan.

Gambar 3.2. Pengaturan Ketinggian Bangunan


Sumber : Analisis

3 - 17

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Skyline atau garis langit merupakan garis maya yang terbentuk dari batasan
ketinggian sekelompok bangunan dengan langit. Dengan garis langit tersebut, maka
dalam sederetan bangunan dapat diciptakan suatu bentuk jenjang hirarkis antar
masa bangunan yang satu dengan masa bangunan yang lain. Pada wilayah
perencanaan garis langit atau skyline terkesan datar, sehingga terlihat monoton. Hal
ini disebabkan oleh ketinggian bangunan serta jumlah lantai bangunan yang
seragam. Oleh karena itu, diperlukan penataan skyline bangunan, sehingga dapat
memberikan kesan visual yang khas pada wilayah perencanaan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang ditetapkan untuk memberi batasan
keamanan bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan
bangunan ini antara lain adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan,
Gambar 3.3. Garis Sempadan Bangunan

memberikan ruang bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah dan

Sumber : Garis Sempadan Bangunan (www.imagebali.net)

juga berguna pada keadaan darurat, misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk
kawasan terbangun yang berada di tepi jalan dan sungai yang penentuannya
setengah dari lebar badan jalan. Garis sempadan bangunan ditetapkan berdasarkan

Kondisi GSB pada kawasan perencanaan ini sangat bervariasi dan belum

pada rencana penggunaan dan pengembangan ruang (aktifitas, sistem transportasi,

sepenuhnya teratur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penataan GSB sangat

tata guna lahan, fasilitas dan utilitas).

diperlukan terutama bangunan yang berlokasi di tepi jalan utama yaitu jalan kolektor
sekunder. Untuk Garis Sempadan Muka (GSM) yang berada di jalan kolektor
sebagian besar tidak sesuai dengan aturan yaitu 12 meter dari as jalan, sedangkan
untuk jalan lingkungan sebagian besar memenuhi aturan antara 3-5 meter. Untuk
garis sempadan samping dan belakang bangunan ditetapkan untuk bangunan
tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau minimal 1,5 m, untuk bangunan deret
dapat berimpit.

.3.4 Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

3 - 18

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

A. Sistem Jaringan Jalan


Jaringan jalan pada kawasan perencanaan bervariasi sesuai dengan fungsinya.

Dalam penataan lingkungan kawasan, tidak terkecuali pada kawasan

Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan berpola linier sesuai dengan

perencanaan, perlu dikembangkan suatu sistem penghubung yang akan

perletakan dan konfigurasi bangunan. Pertemuan jaringan jalan di dalam

menghubungkan antar bagian dari kawasan tersebut dengan kawasan lain

kawasan membentuk pola grid. Jaringan jalan yang ada di kawasan

yang berdampingan dengannya. Penataan sistem penghubung tersebut

perencanaan terdiri dari Jalan Kabupaten, jalan desa, jalan lingkungan. Kondisi

merupakan awal dari usaha perwujudan dari kawasan / wilayah yang

jalan kabupaten berupa jalan tanah dan berbatu, jalan desa sebagian besar

diinginkan.

berupa jalan tanah, sedangkan untuk jalan lingkungan sebagian besar sudah

terdiri atas jalan kolektor sekunder dan jalan lokal atau jalan lingkungan. Jalan

diperkeras dengan paving. Pada jalur provinsi terdapat bangunan-bangunan

kolektor sekunder merupakan jalan provinsi yang menghubungkan wilayah

perdagangan dan jasa yang sebagian besar tidak dilengkapi dengan area parkir

Kabupaten Indramayu dengan Kabupaten Subang.

Ketersediaan jalan penghubung dalam kawasan perencanaan

yang memadai sehingga dapat mengganggu sirkulasi kendaraan.


Jalan lingkungan adalah jalan yang berada di dalam kawasan permukiman
dengan lebar 2-3 meter yang menghubungkan antar blok lingkungan dengan
jalan utama atau dengan kawasan lainnya. Selain itu terdapat jalan yang

Perma
Kondisi jalan provinsi yang kurang baik berbanding
salaha
terbalik dengan banyaknya kendaraan bermuatan
nbesar.
Kondisi jalan lingkungan yang tidak memadai
mengurangi kenyamanan dan kebersihan lingkungan
disekitar jalan-jalan lingkungan tersebut.

menghubungkan antar bangunan dengan lebar 1-1,5 meter. Jalan kolektor ini
berfungsi sebagai jalur sirkulasi untuk kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi yang menghubungkan kawasan perencanaan dengan kawasan lainnya
baik masuk maupun keluar kawasan. Sirkulasi kendaraan pada kawasan
perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan umum dan sirkulasi kendaraan
pribadi. Kendaraan yang melalui jalan provinsi dan kawasan didalam

Tidak adanya jalur pejalan kaki dapat membahayakan


para pejalan kaki.

lingkungan permukiman hanya dilayani oleh kendaraan pribadi atau kendaraan


umum informal setempat berupa ojek dan beca. Selain itu, jalan provinsi dilalui

Tidak memadainya area parkir pada bangunan


perdagangan dan jasa menghambat sirkulasi
kendaraan.

3 - 19

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

pula oleh kendaraan besar yang mendistribusikan barang-barang hasil produksi


dari industri maupun bahan pangan.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Tabel 3.4. Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan

No

Jenis Jalan

Kondisi

Panjang
(m)

pedestrian secara tidak langsung akan menurunkan tingkat ketergantungan


Lebar
(m)

penduduk terhadap kendaraan bermotor, meningkatkan kualitas lingkungan,


dan dapat meningkatkan kualitas udara bersih. Dalam suatu sistem pedestrian

Jalan lingkungan Blok 3

Jalan lingkungan Blok 4

Jalan lingkungan Blok 5

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 3-4

Tanah
berbatu

Pekerasan

450,0

4,6

450,0

4,6

510,0

5,0

100,0

1,6

124,0

1,6

98,0

1,6

98,0

1,6

27,0

1,4

99,0

1,4

122,0

1,6

100,0

1,6

sudah rusak

Jalan lingkungan antar

pada tepi jalan dibedakan berdasarkan fungsi yang akan ditentukan untuk jalur
tersebut, misalnya jalur pedestrian utama, internal, dan penghubung dalam
kawasan. Pada kawasaan perencanaan belum dilengkapi dengan fasilitas
pedestrian jalan provinsi maupun jalan lingkungan karena jumlah kendaraan
yang melintas hanya kendaraan pribadi dan masih tidak terlalu banyak.

bangunan Blok 3-4


6

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 3-4

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 3-4

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 4-5

Jalan lingkungan antar

Tanpa
pekerasan

bangunan Blok 4-5


10

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 4-5

11

Jalan lingkungan antar


bangunan Blok 4-5

Sumber : Kegiatan Pemetaan Swadaya

Gambar 3.4. Sirkulasi Pejalan Kaki


Sumber : Neighborhood Design

B. Sirkulasi Pejalan Kaki

(www.fhwa.dot.gov)

Pedestrian atau sirkulasi pejalan kaki koridor pada umumnya terletak diantara
bangunan, disamping jalan, maupun di dalam taman. Dengan adanya sistem

3 - 20

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

C. Sistem Parkir Kendaraan Bermotor

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Pada suatu kawasan, ketersediaan area parkir sangat penting dalam suatu
traffic system management, untuk menunjang kelancaran sirkulasi lalu lintas
yang sedang berlangsung, khususnya pada kawasan perencanaan. Parkir
kendaraan bermotor merupakan masalah umum yang dijumpai dalam sistem
transportasi perkotaan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan lahan
parkir yang kurang mencukupi dan tidak tertata dengan sebagaimana mestinya.
Beberapa jenis parkir kendaraan bermotor yang terdapat dalam kawasan
perencanaan antara lain yaitu :

Gambar 3.5. on street parking


Sumber : Redesign the main streets
(http://www.sf-planning.org/ftp/General_Plan/Balboa_Park_Station.htm)

Parkir Tepi Jalan (On Street)


Perencanaan lahan parkir pada kawasan perencanaan yaitu berupa lahan
parkir yang menggunakan badan jalan karena ruang kiri-kanan jalan masih
kosong. Kondisi parkir on street ini sering dijumpai pada ruas jalan provinsi,
dimana terdapat bangunan perdagangan dan jasa yang tidak dilengkapi
dengan area parkir. Penataan parkir di badan jalan yaitu menggunakan
lahan dipinggir jalan dengan pola memanjang atau sejajar dengan jalan.

Parkir Di Luar Badan Jalan (Off Street)


Sistem parkir kendaraan bermotor berada di luar badan jalan atau biasanya
terdapat pada halaman / pekarangan bangunan merupakan bentuk dari
sistem off street parking. Sistem parkir ini sebagian besar terdapat dalam

3 - 21

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

kawasan perencanaan karena tidak tersedianya lahan untuk parkir. Sistem


ini tidak begitu memicu gangguan pada sistem sirkulasi jalan apabila luas
area parkir dapat menampung jumlah kendaraan yang parkir. Pekarangan
bangunan pada kawasan perencanaan, khususnya bangunan hunian,
luasnya cukup memadai sebagai lahan parkir.

Gambar 3.6. off street parking


Sumber : Reinventing Parking

3 - 22

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

(http://www.reinventingparking.org)

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.3. Peta Analisis Jaringan Jalan

3 - 23

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

.3.5 Sistem Tata Hijau


Dalam perancangan suatu kawasan, ketersediaan ruang terbuka dan tata hijau tidak
hanya sebagai elemen tambahan dalam proses rancang arsitektural, melainkan
juga diciptakan sebagai bagian dari suatu lingkungan yang lebih luas. Ruang

N
o

Unit
Lingkungan

250 jiwa

Taman rt

250

1,0

Di tengah
lingkungan RT

2.500 jiwa

Taman rw

1.250

0,5

Di pusat RW

30.000 jiwa

Taman
kelurahan

9.000

0,3

Dikelompokan
dengan
sekolah/ pusat
kelurahan

120.000 jiwa

Taman
kecamatan

24.000

0,2

Dikelompokan
dengan
sekolah/ pusat
kecamatan

480.000 jiwa

Taman kota

144.000

0,3

Di pusat
wilayah/ kota

Kecamatan

Pemakaman

Disesuaikan

1,2 *)

Tersebar

Bag. Wil.
Kota

Hutan Kota

Disesuaikan

4,0

Di dalam/ di
tepi kota

Bag. Wil.
Kota

Untuk fungsifungsi
tertentu

Disesuaikan

12,5

Disesuaikan
dengan
kebutuhan

terbuka hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang terbuka yaitu sebagai suatu

Tipe RTH

Luas Min/
unit (m2)

Luas Min/
kapita(m2)

sistem tanah umum (system of public land) yang di dalamnya termasuk jalan,
sekolah, taman, ruang-ruang untuk bangunan umum yang tersusun dalam suatu
jaringan kota (Mirsa, 2012). RTH adalah bagian dari ruang-ruang terbuka dalam
suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung
manfaat langsung maupun tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH tersebut
berupa keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah sekitarnya
(Budiman, 2010).
Kebutuhan ruang terbuka hijau dapat diukur berdasarkan pada luas wilayah dan
berdasarkan jumlah penduduknya. Berdasarkan luas wilayahnya, kawasan prioritas

Lokasi

*) Disesuaikan dengan angka kematian setempat dan sistem penyempurnaan


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008

Desa Wanakaya membutuhkan RTH publik seluas 2,6 Ha yaitu 20% dari luas
seluruh wilayah desa dan RTH privat seluas 1,3 Ha yaitu 10% dari luas wilayah

Penentuan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan

desa. Berdasarkan jumlah penduduk, penyediaan RTH telah diatur dalam Peraturan

mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per

Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

kapita sesuai peraturan yang berlaku. Dengan jumlah penduduk sebanyak 874 jiwa,

Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, sebagai berikut :

maka kawasan perencanaan Desa Wanakaya yaitu membutuhkan ketersediaan

Tabel 3.5. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

3 - 24

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

RTH minimal 4 taman / lokasi RTH berupa taman RW atau berupa 1 taman

bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas

kelurahan.

tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai. Menurut Kristian (2013),


KDH adalah rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok peruntukan
dengan luas blok peruntukan atau merupakan suatu hasil pengurangan antara
luas blok peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi dengan luas blok
peruntukan. Batasan KDH dinyatakan dalam persen, dengan perhitungan
sebagai berikut :

A. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan

KDH=

Luas RuangTerbuka Hijau


100
Luas Blok Peruntukan

Pemanfaatannya lahan pekarangan perlu dikendalikan agar dapat berfungsi


sebagai RTH privat yang memiliki fungsi ekologis, soal, dan estetika yang
secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan (Joga,
2011).

Sebagai

upaya

pengendalian

pemanfaatan

lahan

privat

dan

pengembangan RTH privat maka pemerintah menggunakan parameter untuk


mengukur intensitas ruang, dengan menetapkan angka koefisien dasar
bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan ketinggian bangunan
(KB) pada setiap daerah perencanaan (perpetakan/ persil). Parameterparameter tersebut masih belum dapat menjamin adanya penyediaan RTH
yang mencukupi pada lahan privat yang diperlukan untuk menjaga kualitas
lingkungan. Dalam melengkapi produk hukum demi mencapai kualitas
lingkungan hidup yang lebih baik, pemerintah daerah telah menetapkan
ketentuan tentang koefisien dasar hijau (KDH).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan menjelaskan KDH
yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar

3 - 25

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Ketentuan besaran KDH secara langsung terkait dengan besaran KDB, karena
dengan adanya ketentuan tentang KDB mempunyai arti bahwa setiap lahan
akan menyisakan ruang terbuka (RT) sebagai sisa luas lahan dikurangi luas
lantai dasar bangunan yang didirikan di atasnya. Dengan menggunakan asumsi
praktis, angka KDH merupakan sisa ruang terbuka pada suatu lahan dibagi rata
untuk keperluan perkerasan dan keperluan penghijauan sehingga didapatkan
angka KDH yaitu sebesar 50 % dari Koefisisen Ruang Terbuka (KRT).

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

sosial di lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m 2 per


penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius
kurang dari 300 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang
ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman.
Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat
minimal 3 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
RTH berupa Taman Rukun Warga (RW) dalam penyediaannya yaitu berbentuk
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan
remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m 2 per penduduk RW,
Gambar 3.7. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan

dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari

Sumber : analisis

1000 m dari rumah penduduk. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)
minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran
Pada kawasan perencanaan, dengan koefisien dasar bangunan 40%-60% dari
luas lahan, maka terdapat ruang terbuka sebesar 40%-60% pula. Dengan
besaran KRT tersebut maka dapat diketahui besaran RTH yang dapat

yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini
selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat
minimal 10 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

disediakan yaitu sebesar 20%-30% dari luas euang terbuka pada pekarangan.
Besaran RTH pekarangan tersebut merupakan ruang terbuka tanpa pekerasan

Bentuk RTH pada kawasan kelurahan yaitu RTH berbentuk taman yang

dan ditanami dengan tumbuhan yang dapat memberikan manfaat estetis,

ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal

sosial, dan ekologis.

0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi
taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan. Luas area yang

B. Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan

ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80%-90% dari luas taman,
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan

3 - 26

Ruang terbuka hijau berupa Taman Rukun Tetangga (RT) yaitu taman untuk

berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman

melayani penduduk dalam lingkup 1 RT, khususnya untuk melayani kegiatan

sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 pohon pelindung dari jenis pohon

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

kecil atau sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.
Pp]enyediaan RTH pada kawasan kecamatan dapat disediakan dalam bentuk
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman
ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal
24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari
luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai
tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 pohon pelindung dari jenis
pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 pohon tahunan dari
jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

Gambar 3.8. Ruang Terbuka Hijau Lingkungan


Sumber : Community Effort Innovative: Neighborhood-based design leads
park renovations (http://www.gridphilly.com)

Dalam

kawasan

lingkungan.

perencanaan

Berdasarkan

Desa

jumlah

Wanakaya,

penduduknya

belum
kawasan

tersedia

RTH

perencanaan

membutuhkan RTH lingkungan berupa taman RT. Dengan demikian, kawasan


perencanaan ini perlu adanya penyediaan taman RT yang dapat memberikan
fungsi-fungsi RTH sebagaimana mestinya. Tidak hanya memberikan fungsi
ekologis, dengan adanya tanaman yang di tata dalam taman RT tersebut maka
dapat memberikan nilai estesis bagi lingkungannya. Selain itu, dengan
penyediaan taman RT diharapkan dapat memberikan ruang bermain, olah raga,
dan berkumpul untuk masyarakat setempat.

3 - 27

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

layang. RTH jalur hijau dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
20%-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk
C. Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan

menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 hal, yaitu fungsi


tanaman dan persyaratan penempatannya. Kondisi kawasan sebagian besar

3 - 28

Ruang terbuka hijau dapat pula berupa jalur hijau jalan, Bentuk dari ruang

masih memiliki area hijau yang cukup luas dan tersebar di seluruh kawasan,

terbuka hijau jalur hijau jalan diantarannya yaitu berupa pulau jalan, median

termasuk di sepanjang tepian jalan. RTH tepian jalan yang sudah ada perlu

jalan, jalur pejalan kaki, sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik

dilestarikan dan juga ditata kembali agar memberikan nilai estetis bagi

tegangan tinggi, sempadan sungai, sempadan pantai, dan ruang dibawah jalan

lingkungan kawasan perencanaan.

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.9. Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau


Sumber : Disappearing streets (http://www.gridphilly.com)

Gambar 3.4. Peta Analisis Ruang Terbuka Hijau

3 - 29

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

.3.6 Sistem Jaringan Drainase

hujan dari drainase ini dapat surut dalam waktu 6-12 jam, bergantung pada
intensitas air hujan yang turun dan jumlah limpasan air hujan pada kawasan

Sistem drainase pada kawasan perencanaan Desa Wanakaya sebagian besar


kondisinya tidak terawat dan kapasitas volume saluran yang kurang memadai

tersebut. Volume limpasan air hujan pada kawasan ini dapat dihitung sebagai
berikut ini :

dimana saluran yang ada terlalu dangkal. Tidak hanya saluran yang dangkal,
permasalahan lainnya yang terdapat pada kawasan ini yaitu saluran drainase yang

Q=C . A . I

Q=0,6 . 1300 .1,34

Q=1045,2 m3 / jam

terputus. Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan sering timbulnya luapan air


hujan dari saluran drainase sehingga terdapat genangan-genangan air di sekitar
permukiman, terutama pada jalan, apabila hujan deras turun. Genangan luapan air

3 - 30

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Q : besarnya air hujan yang dikumpulkan (m/jam)


C : koefisien limpasan berdasarkan jenis permukaan (tanpa dimensi)
A : luas permukaan wilayah yang akan dikeringkan(m)

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

I : intensitas hujan (cm/jam)

Perencanaan sistem drainase terdapat konsep penataan yang disebut dengan ecodrainage, dimana sistem ini merupakan sistem drainase yang berwawasan

Sebagian besar kondisi gorong-gorong pada kawasan perencanaan sudah rusak


dan belum ada rencana perbaikan. Kondisi tersebut tentu akan berdampak pada
semakin bertambahnya volume air yang akan meluap ketika debit air hujan sangat
tinggi. Permasalahan genangan air hujan pada jalan lingkungan dan permukiman
akan semakin buruk akibat rusaknya goron-gorong tersebut. Dengan permasalahan
tersebut, maka diperlukan penataan sistem jaringan drainase dengan cara
memperbaiki kondisi saluran drainase dan gorong-gorong yang sudah ada sesuai
dengan ketentuan penyediaan saluran drainase.

Panjang
(m)

Lebar
(m)

450,0

0,7

450,3

0,7

Drainase jalan lingkungan


Blok 5

450,3

0,7

Senderan jalan
lingkungan Blok 3

98,0

0,7

Senderan jalan
lingkungan Blok 4

98,0

0,7

Senderan jalan
lingkungan Blok 5

98,0

0,7

Gorong-gorong Blok 4

1,5

Jenis Drainase

Kondisi

Drainase jalan lingkungan


Blok 3

Drainase jalan lingkungan


Blok 4

Saluran
drainase belum
menggunakan
pekerasan dan
terlalu dangkal

Sudah rusak

infiltrasi, dan water harvesting (pengumpulan air). Detention bertujuan untuk


memperlambat aliran permukaan, dengan cara menyediakan reservoir atau
penyimpanan air. Penyediaan reservoir ini bertujuan untuk mengendalikan banjir
dan mengurangi erosi dengan cara memperlambat laju aliran. Perluasan detensi
berperan untuk memperbaiki kualitas air apabila air tetap berada pada kolam
penampungan

dan

partikel-pertikel

terlarut

akan

mengendap.

Struktur

penampungan yang diperlukan lebih besar dari pada struktur penampungan air
hujan untuk pengendalian banjir.

Tabel 3.6. Sistem Jaringan Drainase Kawasan Perencanaan

No

lingkungan. Sistem Eco-Drainage terdiri atas sistem detensi, perluasan detensi,

Tinggi
(m)

Gambar 3.10. Sistem Detensi


Sumber : Sistem Drainase Perkotaan (Kementrian PU)

Sistem infiltrasi merupakan sistem drainase dengan cara mengalirkan air hujan

Sumber : Kegiatan Pemetaan Swadaya

kedalam tanah, sehingga air hujan mengalir secara vertikal ke dalam tanah. Sistem
infiltrasi ini dapat mengatasi persoalan banjir, erosi, kualitas air, meningkatkan

3 - 31

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

imbuhan air tanah, dan penyediaan air bersih. Pada dasarnya Infiltrasi dapat
diterapkan pada semua permukaan tanah yang ditumbuhi oleh tumbuhan.

Gambar 3.12. Water Harvesting


Sumber : Rain Water Harvesting (https://www.pinterest.com/pin/491173903080829184/)

Gambar 3.11. Sistem Infiltrasi


Sumber : Sistem Drainase Perkotaan (Kementrian PU)

Sistem eco-drainage merupakan sistem yang dapat mengurangi limpasan air hujan
Sistem Water harvesting yaitu upaya pengumpulan air hujan dan kemudian
menggunakan air hujan tersebut secara langsung. Secara teknis, air hujan yang
turun

ditampung

dalam

kolam-kolam

penampungan

dan

kemudian

dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menggunakan air hujan tersebut


seperti air bilas toilet, menyiram tanaman, cuci kendaraan, dll. Apabila air hujan
yang ditampung sudah melebihi kapasitas kolam, air hujan akan mengalir menuju
saluran drainase melalui saluran yang telah disediakan.

3 - 32

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

dan mengungari resiko timbulnya genangan air pada jalan lingkungan dan
permukiman. Tidak hanya mengurangi resiko genangan air, tetapi juga dapat
memberikan solusi dalam penyediaan air selain air untuk minum, makan, dan
mandi.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.5. Peta Analisis Jaringan Drainase

3 - 33

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

3.3.7.

Sistem Jaringan Air Bersih

Ketersediaan septictank merupakan permasalahan lainnya terkait pengelolaan


limbah cair yaitu. Pada kawasan perencanaan, sebagian besar bangunan hunian

Kualitas air bersih yang tersedia pada kawasan perencanaan Desa Wanakaya
sudah cukup baik, tetapi jumlahnya masih terbatas. Permasalahan jumlah air yang
terbatas terjadi di saat musim kemarau, dimana ketersediaan air bersih tidak dapat
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di kawasan prioritas. Arahan penataan
lingkungan terkait dengan sistem jaringan air bersih yaitu dengan pembuatan
sumber air bersih komunal yang dapat menampung air bersih yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Selain itu alternatif penanganan lainnya adalah penyediaan kran-kran
umum yang bersumber dari pengadaan jaringan PDAM.

3.3.8.

Sistem Jaringan Air Limbah

Pada kawasan perencanaan permasalahan terkait jaringan air limbah ini terjadi
akibat belum adanya instalasi pembuangan air limbah yang terintegrasi dari setiap
bangunan hunian. Beberapa bangunan hunian memiliki saluran air limbah di
pekarangan belakang rumah, tetapi saluran tersebut terputus dan tidak mengalir
menuju saluran air limbah kota. Permasalahan lainnya timbul pula akibat bentuk dari
saluran air limbah yang berupa saluran terbuka dan tanpa pekerasan, sehingga
memicu timbulnya berbagai penyakit. Selain itu kondisi saluran air limbah tersebut
dapat menimbulkan kerusakan air tanah apabila letaknya yang berdekatan dengan
sumber air bersih.

3 - 34

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

belum dilengkapi dengan septictank. Beberapa bangunan hunian memiliki


penampungan air limbah dari kegiatan MCK. Kondisi penampungan tersebut berupa
penampungan terbuka dan tanpa pekerasan. Dengan kondisi seperti itu, maka
keberadaan penampungan limbah MCK tersebut dapat merusak kualitas air tanah,
bercampur dengan air hujan, menimbulkan penyakit, dan mengurangi keindahan
lingkungan.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana yang dikemukakan oleh Haug (1998)
diklasifikasikan dalam dua sistem, yaitu sistem setempat (on site system) dan
terpusat (off site system). Sistem setempat merupakan fasilitas pengelolaan air
limbah yang berada di daerah persil pelayanannya. Bentuk sistem setempat antara
lain adalah sistem cubluk dan tangki septik. Sistem terpusat adalah sistem
pengelolaan yang berada di luar persil. Bentuk sistem terpusat merupakan bentuk
sistem penyaluran air limbah yang dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal
site) yang aman dan sehat dengan atau tanpa pengolahan sesuai kriteria.
Penataan jaringan air limbah pada kawasan perencanaan ini yaitu dengan
menggunakan sistem setempat (on site system) dan juga terpusat (off site system).
Sistem setempat ditempatkan pada bangunan hunian yang sudah memiliki sistem
cubluk dan tangki septik sendiri. Penataan yang dilakukan pada sistem setempat
yang sudah ada yaitu penyesuaian kondisi tangki septik dengan standar ketentuan
Gambar 3.13. Sistem Jaringan Air Limbah
Sumber : Plumbing Untuk Air Bersih Dan Air Limbah Di Dalam Bangunan
(http://irwandwirangga.blogspot.com/2014/06/plumbing-untuk-air-bersih-dan-air.html)

penyediaan tangki septik. Sedangkan sistem terpusat dapat disediakan pada lahan
yang memungkinkan untuk menampung limbah, tidak mengganggu air tanah, dan
disetujuji oleh pemiliki tanah serta masyarakat sekitar.

3.3.9.

Sistem Jaringan Persampahan

Sampah yang berasal dari setiap kegiatan pada bangunan rumah di kawasan
perencanaan Desa Wanakaya menimbulkan masalah karena belum adanya sistem
pengelolaan sampah. Masyarakat pada kawasan perencanaan terbiasa mengelola
sampah secara individu, yaitu dengan cara rutin membakar sampah atau pun
menanam sampah di masing-masing pekarangan rumah serta tidak jarang juga
masyarakat membuang sampah pada saluran air hujan / drainase dan tanah

3 - 35

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

kosong. Pengeloaan sampah secara individu oleh masyarakat ini menimbulkan

permasalahan lainnya yaitu pencemaran udara dari penimbunan sampah dan


pembakaran sampah, timbulnya berbagai penyakit karena lingkungan yang kotor,
mengakibatkan genangan air dan luapan air hujan dari saluran drainase, serta
mengurangi keindahan lingkungan. Sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu on site system dan off site system. Sistem on site adalah
fasilitasi pembuangan sampah yang berada di daerah persil pelayanannya (batas
tanah yang dimiliki) dengan keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.

Pada kawasan perencanaan, sistem pengelolaan sampah yang dapat diterapkan


yaitu off site system. Untuk mendukung pelayanan persampahan diperlukan
penyediaan tong sampah dan sarana pengangkutnya berupa motor roda tiga yang
dilengkapi dengan bak penampungan sampah. Penampatan lokasi TPS dapat
memanfaatkan TPS yang sudah disediakan. Berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk kawasan perencanan pada tahun 2017 sejumlah 6.179 jiwa, dan
perkiraan jumlah sampah yang dihasilkan perorang/hari sekitar 2,5 liter/hari/orang

Keuntunga
n

Kerugian

Biaya pembuatan murah


Dibuat oleh swasta ataupun pribadi
Teknologi cukup sederhana
Sistem sangat privasi, karena terletak pada persilnya
Operasi dan pemeliharaan dilakukan secara pribadi

maka timbunan sampah diperkirakan akan mencapai 15.447,5 liter/hari atau 15,45

Tidak selalu cocok di semua daerah


Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan
Bila pemeliharaan tidak sempurna, maka ada kemungkinan

dapat mengurangi pula beban pengangkutan akan semakin berkurang.

m3 dalam tahun tersebut. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah


yang ditimbulkan, maka diupayakan untuk merealisasikan sistem 3R sehingga

Tabel 3.7. Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah

sampah dibuang secara sembarangan.

Selain on site system terdapat pula sistem off site adalah sistem pembuangan yang
berada diluar persil atau mempunyai skala pelayanan komunal, dapat berupa
kawasan maupun lingkungan. Sistem ini memiliki keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :

Keuntungan

Pelayanan lebih nyaman


Menampung semua sampah domestik secara komunal
Pencemaran lingkungan dapat dihindari
Cocok untuk daerah dengan kepadatan tingkat tinggi
Masa atau umur pemakaian relatif lebih lama

Kerugian

Perlu pembiayaan rutin/berkala dari warga.


Memerlukan SDM operasional dan pemeliharaan.

3 - 36

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

2015

2014

2016

2017

Jml
Pddk
(Jiwa)

Jml
sampah
(m3)

Jml
Pddk
(Jiwa)

Jml
sampah
(m3)

Jml
Pddk
(Jiwa)

Jml
sampah
(m3)

Jml
Pddk
(Jiwa)

Jml
sampah
(m3)

5.606

14,01

5.791

14,5

5.981

15

6.179

15,45

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

3 - 37

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.6. Peta Analisis Jaringan Air Bersih

3 - 38

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

Gambar 3.7. Peta Analisis Jaringan Air Limbah

3 - 39

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

3.3.10.

Sistem Jaringan Listrik

3.3.12.

Sistem Jaringan Evakuasi

Permasalahan terkait ketersediaan jaringan listrik pada kawasan prioritas Desa

Sistem jaringan evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke

Wanakaya terdapat pada bangunan hunian. Masalah tersebut yaitu belum seluruh

luar, koridor / selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan gedung

rumah memiliki sumber listrik langsung dari PLN, tetapi terdapat beberapa

termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu

bangunan rumah yang dialiri listrik dari bangunan rumah disekitarnya. Arahan

lingkungan / kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi. Pada kawasan

penataan lingkungan terkait jaringan listrik adalah penyedian paket pemasangan

perencanaan ini diperlukan penetapan jaringan evakuasi yang terintegrasi dengan

listrik untuk masyarakat yang belum terlayani oleh jaringan listrik.

sistem jaringan jalan kota dan perovinsi ketika terjadi bencana. Selain penetapan
jalur evakuasi, diperlukan pula peningkatan kualitas jalur evakuasi dan penyediaan

3.3.11.

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sebagian besar jaringan telekomunikasi pada kawasan prioritas menggunakan

rambu pengarah jalur evakuasi maupun titik simpul.

3.3.13.

Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

jaringan telepon nirkabel. Jaringan telekomunikasi dengan sistem kabel hanya


dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat, bahkan pengguna telepon ini
semakin berkurang jumlahnya. Pengembangan jaringan telekomunikasi kabel untuk
saat ini masyarakat kurang begitu antusias dikarenakan adanya jaringan telepon
nirkabel yang cukup murah dan efisien.

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan yang dibutuhkan pada kawasan


perencanaan antara lain fasiliitas kesehatan dan pendidikan. Fasilitas pendidikan
yang dibutuhkan yaitu berupa bangunan untuk kegiatan posyandu, karena hingga
saat ini kegiatan posyandu rutin dilaksanakan di salah satu rumah masyarakat
kawasan

3 - 40

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

tersebut.

Fasilitas

pendidikan

yang

dibutuhkan

dalan

kawasan

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

perencanaan ini yaitu berupa bangunan PAUD. Kegiatan PAUD yang terletak diluar
kawasan ini memiliki peserta didik yang cukup banyak, sehingga masyarakat
membutuhkan PAUD di kawasannya. Selain membutuhkan fasilitas gedung
kesehatan dan pendidikan dibutuhkan gedung serbaguna yang dapat memfasilitasi
kegiatan rembug masyarakat kawasan tersebut. Untuk menjaga keamanan
lingkungan permukiman pada kawasan ini dibutuhkan pos kamling sebagai pos
untuk masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.

3 - 41

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Gambar 3.8. Peta Analisis Rawan Bencana

3 - 42

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Sumber : Hasil Analisis

3.4.

Analisis SWOT
Strenght

Weakness

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui inventarisasi faktor potensi (Strenght),


Masalah (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) Kawasan
Perencanaan terutama mengenai pengembangan kawasan tersebut. Analisis
SWOT adalah metode analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan
masalah

serta

digunakan

juga

sebagai

dasar

kebijakan

dari

strategi

pengembangan.
Analisis SWOT ini merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam
menginterpretasikan suatu wilayah, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks
dimana faktor eksternal dan faktor internal memegang peranan yang sama
pentingnya. Analisis SWOT yang digunakan ini bertujuan untuk menentukan
arahan-arahan pengembangan yang akan dilakukan dalam Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perencanaan Desa Wanakaya.

Tabel 3.8. MATRIK SWOT

Strenght

Weakness

Opportunitie Lokasi perencanaan berada di Perlu penanganan yang


s
jalur pusat kota Kec.
menyeluruh untuk mengatasi
Haurgeulis;
genangan air;

3 - 43

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Lokasi perencanaan mudah


diakses untuk keperluan
pembangunan

Seluruh lahan berstatus milik


masyarakat.

Kurangnya koordinasi antar


Pola tata bangunan sudah
lembaga dalam upaya
terbentuk dengan baik
mendukung pembangunan
dengan pola linear mengikuti
Keterbatasan SDM masih
jalan lingkungan yang ada
menjadi kendala dalam
Lingkungan pemukiman dapat
memberikan arahan
ditata dengan baik dan tidak
penataan lingkunganyang
memerlukan relokasi
sehat dan nyaman.
apapun atau perombakan
Potensi banjir dan genangan
Koefisian Dasar Bangunan
masih mengingat sistem
masih kecil.
grainase yang belum
terintegrasi secara
Memungkinkan penataan
keseluruhan dan likasi
bangunan secara horizontal
kawasan yang berada di
Ruang terbuka hijau masih
dataran rendah.
tersedia luas walaupun
Pembangunan
berstatus lahan pribadi
(infrastruktur,jaringan
berupa pekarangan
drainase dan persampahan)
yang terintegrasi masih
Penataan dapat dilakukan
belum dapat dipastikan.
memanfaatkan lahan yang
ada seperti sempadan jalan Pelaksanaan program
dan lain lain
membutuhkan waktu yang
panjang untuk penyadaran
kepada masyarakat akan
pentingnya lingkungan
permukiman yang bersih,
teratur, tertata dan serasi
serta berkelanjutan.

Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman


Desa Wanakaya

Strenght

Threats

Menjadi percontohan
penataan lingkungan
permukiman yang bersih,
teratur, tertata, dan serasi;
Merupakan kawasan

3 - 44

Weakness

Perlu waktu panjang untuk


koordinasi dengan berbagai
pihak;
Pelaksanaan pembangunan
membutuhkan waktu yang

PLPBK | Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Strenght

Weakness

pengembangan kecamatan
haurgeulis (BWK D dalam
RDTR kecamatan).

panjang dalam upaya


penyadaran masyarakat
akan pentingnya lingkungan
permukiman yang bersih,
teratur, tertata dan serasi
serta berkelanjutan.

Sumber: analisis

Anda mungkin juga menyukai