Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian kanker serviks
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim / serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% kanker serviks berasal
dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal
dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke dalam rahim (Rahayu, 2013).
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Gavin, 2009).
Kanker leher rahim terjadi jika sel-sel yang ada didaerah
tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika
sel-sel tersebut terus membelah. Maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor. Tumor dapat bersifat jinak ataupun
ganas maka keadaannya disebut kanker,seperti kanker leher rahim
(Delia, 2010).
Menurut Rasjidi (2008), stadium yang dipakai adalah stadium
klinik menurut international of gynecology an obstetrics
(FIGO) . Macam macam stadium kanker serviks adalah :

Tabel 2.1 Macam-Macam Stadium Kanker Serviks


No
1.

Stadium
Penjelasan
0
Kanker dibagian ini tak diyakini sebagai kanker invasif karena

I
2.

IA
IB
II

3.

IIA
IIB

III
4.

IIIA
IIIB
IV

5.

IVA
IVB

isinya belum melebihi membrana basalis.


Kanker hanya tumbuh di badan rahim
karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks, hanya dapat
didiagnosa dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat.
karsinoma terbatas diserviks. Secara klinis sudah terlihat atau
lesi mikroskopisnya lebih besar dari pada IA2
Kanker telah menyebar ke leher rahim
menyebar melewati serviks,termasuk 2/3 atas vagina, tetapi
bukan termasuk jaringan disekitar uterus (parametrium).
menyebar melewati serviks, sudah menginasi parametrium,
tetapi belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina
Karsinoma yang telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih
didalam rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih
maupun rektum
menyebar ke 1/3 bawah vagina,tetapi belum mencapai dinding
serviks
menyebar kedinding pelvis hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi
Tumor menyebar sampai kekandung kemih atau rektum, atau
kanker lebih menyebar ke luar rongga panggul.
kanker menyebar kekandung kemih atau rektum
kanker menyebar keorgan yang jauh,misalnya
extrapelvis, ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak.

limfonadi

Gambar 2.1 Tingkatan Stadium Kanker Serviks


2. Etiologi
Peristiwa kanker serviks diawali dari sel seviks normal yang
terinfeksi oleh human papiloma virus (HPV). Infeksi HPV terjadi
setelah wanita melakukan hubungan seksual (Faizah, 2010).
Kanker serviks terjadi pada wanita. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi human paviloma virus (HPV). HPV tipe 16 dan tipe 18
dianggap merupakan resiko kanker yang tertinggi. HPV adalah DNA
virus yang menimbulkan proliferasi pada pembukaan epidermal dan
mukosa. Infeksi virus papiloma sering didapat pada wanita yang aktif
secara seksual (Faizah, 2010).
Menurut Delia (2010), HPV tipe 16 dan 18 merupakan
penyebab tersering kanker serviks yang terjadi diseluruh dunia. HPV
tipe 16 mendominasi infeksi 50 - 60% pada penderita kanker serviks
disusul dengan tipe 18 (10 - 15%). Hingga saat ini infeksi human
papilloma virus merupakan penyebab

99,7% kanker serviks

diseluruh dunia.
Selain disebabkan oleh virus human papilloma virus, sel-sel
abnormal pada serviks juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau
pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup
lama (Rama, 2008).
3. Faktor resiko

Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya


infeksi virus HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker
serviks. Menurut Rama (2008), ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks, yaitu :
1) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang tersebar
luas menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah
diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling utama untuk
kanker serviks. Di antara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis
HPV yang agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan
transformasi sel-sel menjadi ganas di serviks.
2) Melakukan hubungan seksual pada usia muda kurang dari 16
tahun.
3) Wanita dengan aktifitas seksual yang terlalu tinggi dan sering
berganti-ganti pasangan
4) Kebersihan genetalia yang buruk
5) Wanita yang merokok
Wanita yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar
terhadap kanker serviks daripada non-perokok. Bahan-bahan
kimia yang ditemukan dalam rokok setelah terhisap melalui paruparu dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah
Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lender serviks
wanita yang merokok. Peneliti meyakini bahwa bahan-bahan
kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan
berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks.
6) Riwayat penyakit kelamin seperti herpes dan kulit genetalia
7) Defisiensi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan
bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya
displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatka

10

resiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya


rendah beta karoten dan retinol (Vitamin A).
8) Umur
Adalah usia individu yang terhitung mulai saat di lahirkan
atau lama waktu hidup. Berdasarkan pemantauan perjalanan
penyakit, diagnosis displasia sering ditemukan pada usia 20
tahunan. Karsinoma insitu pada usia 25-35 tahun dan kanker
serviks invasif pada usia 40 tahun. Penelitian awal menunjukkan
tingginya kejadian kanker serviks pada perempuan lajang dan
menikah pada usia muda. Terdapat pula peningkatan dua kali
lipat

pada

perempuan

yang

mulai berhubungan seksual

sebelum usia 16 tahun.


Periode laten dan fase prainvasif menjadi invasif memakan
waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita usia <35 tahun
menunjukan kanker yang invasif pada

saat

didiagnosa,

sedangkan 35% dari kanker serviks terdapat pada wanita


usia >35 tahun. Umumnya insiden kanker serviks sangat rendah
dibawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat
dan menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan kanker serviks
mulai naik pada umur lebih awal, dan puncaknya pada usia 35-55
tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.
Infeksi HPV paling sering adalah pada usia 18-30
tahun

(30 - 50%)

yaitu beberapa tahun setelah

melakukan

aktivitas seksual, menurun tajam setelah usia 30 tahun. Infeksi


HPV dapat mempengaruhi oleh perilaku seksual seperti aktivitas
seksual usia dini dibawah umur 17 tahun, multipartner seksual,
terinfeksi kuman lain, kutil genitalis, riwayat pap-smear abnormal,

11

dan kanker penis. Infeksi HPV transien pada usia 13-22 tahun
dapat mengalami regresi spontan alamiah yaitu 70% untuk
infeksi HPV risiko tinggi dan 90% untuk infeksi HPV risiko
rendah.Trauma kronis pada serviks seperti persalinan , infeksi
dan iritasi menahun.
Pembagian umur di lihat dari kejadian kanker serviks :
a. Di bawah umur 20 tahun
b. 21-35 tahun
c. 36-55 tahun
d. Di atas > 55 tahun (beresiko kanker serviks)
9) Paritas
Adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu.
Paritas yang aman adalah 2-3 kali, sedangkan untuk paritas tidak
aman adalah persalinan sebanyak lebih dari 3 kali. Green
menemukan penderita kanker serviks 7,9 % adalah multi para
dan 51 % pada nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam
banyak maka kanker serviks cenderung akan timbul. Kanker
serviks banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak
jelas bagaimana hubungan jumlah persalinan dengan kejadian
kanker serviks, karna pada wanita yang tidak melahirkan juga
dapat terjadi kanker serviks.
Menurut Manuaba (2010) paritas adalah wanita yang
pernah melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :
a. Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak 1 kali
b. Multipara yaitu wanita yang pernah melahirkan anak hidup 2
3 kali
c. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan > 3 kali
10) Pekerjaan

12

Menurut Teheru (1998) dan Hidayati (2001) dalam Melva


(2008) dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani dan ibu
rumah tangga memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker
serviks dibandingkan wanita pekerja ringan atau bekerja di kantor
dan swasta. Kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial ekomoni rendah,
mungkin standar kebersihan yang tidak baik pada umumnya faktor
sosial ekomoni rendah cenderung memulai aktifitas seksual pada
usia lebih muda.
Ada 2 pembagian pekerjaan pada wanita yang terkena
kanker serviks :
a. Pekerjaan ringan (bekerja di kantor dan swasta)
b. Pekerja kasar/berat (buruh,petani dan ibu rumah tangga)
4. Tanda dan gejala
Menurut Rama (2008), ada beberapa tanda dan gejala yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks, yaitu :
1) Keputihan yang semakin lama semakin berbau busuk
2) Perdarahan setelah berhubungan seksual, yang lama kelamaan
terjadi perdarahan spontan (walaupun tidak melakukan hubungan
seksual)
3) Berat badan yang terus menurun
4) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
5) Pada masa invasif dapat keluar cairan berwarna kekuningkuningan,berbau dan dapat bercampur dengan darah
6) Anemia (kuang darah) karena perdarahan yang sering timbul
7) Rasa nyeri disekitar genetalia
8) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau diperut bagian bawah apabila
ada radang panggul, bila nyeri terjadi didaerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga
timbul nyeri ditempat-tempat lainnya
9) Pada stadium lanjut badan menjadi kurus kering karen kurang
gizi,edema kaki,timbul iritasi kandung kencing dan poros usus

13

besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesiko vaginal


atau rekto vaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis
jauh.
5. Patofisiologi
Menurut Wijaya (2010).Perkembangan dari infeksi HPV
onkogenik menjadi kanker serviks dapat berlangsung apabila terjadi
infeksi yang menetap dari beberapa sel yang terdapat pada serviks
(sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks).
Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat
berkembang menjadi prakanker yang disebut juga sebagai Cervical
Intraepithelial Neoplasia (CIN).
Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi
kanker serviks adalah sebagai berikut :
a. Cervical Intraepithalial Neoplasia I (CIN I) atau

Low Grade

Squamous Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi


perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan
b.

membuat partikel-partikel virus baru.


Cervical Intraepithalial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade
Squamuos Intraepithalial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini, sel-

c.

sel semakin menunjukkan gejala abnormal prakanker.


Cervical Intraepithalial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini,
lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal

d.

dan semakin abnormal.


Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang
menjadi atau menunjukkan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN

I, CIN II, CIN III, dan Carcinoma in situ (CIS).


e. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN
III.
Penyerangan ini dapat terjadi dengan pertumbuhan lansung
pada jaringan yang bersebelahan yang disebut dengan invasi.

14

Penyerangan ini dapat juga dengan migrasi sel-sel ketempat yang


jauh yang disebut dengan metastasis (Sandra, 2010).
Lebih dari 95 % dari kanker serviks disebabkan oleh virus
yang dikenal sebagai Human pavilloma virus (HPV). Umumnya
kanker serviks mulai menyerang dari leher rahim (bagian dari uterus
atau rahim) dan kemudian mencapai vagina. Kanker ini akan
menyebar secara bertahap bila tak terdeteksi secara dini dan
diberikan pengobatan (Wijaya, 2010).
6. Pencegahan
Banyak sekali yang dapat dilakukan untuk pencegahan
sebelum datangnya kanker leher rahim yaitu dengan pencegahan
primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah
sebuah pencegahan awak kanker yang utama. Hal ini untuk
menghindari

faktor

resiko

yang

dapat

dikontrol.

Cara-cara

pencegahan primer adalah sebagai berikut:


a. Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja
b. Batasi jumlah pasangan
c. Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak
pasangan
d. Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital
e. Hubungan seksual yang aman
f. Berhenti merokok.
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan
dengan cara uji pap smear dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan
pada :
a. Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan
seksual.
b. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka
pemeriksaan akan lebih jarang.
c. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.
d. Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji
pap.

15

Menurut Wijaya (2010), ada beberapa cara pencegahan yang


dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Mewaspadai gejala-gejalanya; keputihan atau sedikit darah
setelah melakukan hubungan seksual, adanya cairan kekuningan
yang berbau diarea genital juga bisa menjadi petunjuk terjadinya
infeksi HPV. Jika mengalami gejala tersebut maka segera periksa
diri ke dokter.
2) Mengurangi faktor resiko; hindari seks sebelum menikah atau
usia sangat muda, jangan merokok karena zat yang dikandung
tembakau dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker melalui
nikotin yang masuk kedalam darah
3) Membiasakan pola hidup sehat; sering membersihkan daerah
genetalia, hindari membersihkan vagina menggunakan cairan
antiseptik,kurang konsumsi vitamin C , vitamin E dan asam folat.
4) Melakukan deteksi dini secara teratur;
a) Tes pap smear
Tes pap smear merupakan cara atau metode untuk
mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dan
dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasilnya yang
akurat. Waktu terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20
setelah hari pertama menstruasi (Andrijono, 2012).
Cara pemeriksaan pap smear secara sederhanya
yaitu dilakukan dengan cara memasukkan alat (spekulum) ke
dalam vagina pasien, kemudian akan di ambil sample sel
dengan menggunakan spatula kayu atau plastik. Kemudian
sample sel tersebut akan di periksa di laboratorium.
Seperti telah diterangkan di atas tujuan test pap
smear ini adalah mengetahui atau pun mendeteksi adanya

16

kanker leher rahim / kanker mulut rahim. Kanker mulut rahim


ini merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita,
juga merupakan penyebab kematian nomor satu dari jenis
kanker yang menyerang wanita. Tetapi kanker leher rahim
stadium dini yang cepat ditangani dapat sembuh 100%.
Artinya, semakin dini penyakit kanker diketahui maka semakin
mudah menanganinya. Waktu yang tepat untuk melakukan tes
Pap Smear adalah setiap saat di luar masa haid secara
teratur. Lalu kapan dan siapa yang perlu pemeriksaan Pap
Smear ini. Yang perlu memeriksakan kesehatan yang
berhubungan dengan Pap Smear ini adalah wanita yang
sudah melakukan hubungan seksual dan berusia lebih dari 18
tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan ini tiap tahun. Atau
bila hasil pemeriksaan normal, boleh dilakukan 2- 3 tahun
sekali sesuai dengan petunjuk dokter.
Rekomendasi USPSTF (US Preventif Service Task
Force), merekomendasikan paps smear dianjurkan 3 tahun
setelah berhubungan seksual pertama, pada usia 21-65 tahun
dianjurkan setiap 3 tahun dan pada perempuan diatas 65
tahun (Andrijono, 2012).
b) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat lansung (dengan mata telanjang) leher
rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam
asetat 3 - 5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan
warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks jika tidak

17

ada perubahan warna, maka dianggap tidak ada infeksi pada


serviks (Andrijono,2012)
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan
yang paling disarankan oleh Departemen Kesehatan, salah
satu pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah
namun pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini.
Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi
lainnya

yang

lebih

lanjut

harus

segera

dilakukan

(Andrijono,2012).
Keunggulan cara skrining ialah cukup sederhana,
murah,cepat ,hasil diketahui dan pelatihan kepada tenaga
kesehatan lebih mudah dilakukan (Andrijono, 2012).
7. Penanganan
Menurut Eni (2009), jika perubahan awal dapat dideteksi se
awal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin.
Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum
diberikan adalah dengan :
a. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser
b. Cone biopsi, yaitu dengan cara sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk

sel

yang

mengalami

perubahan.Tindakan

ini

memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan


adanya sel-sel yang mengalami perubahan.pemeriksaan ini dapat
dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika peralanan penyakit

telah

sampai

pada

tahap

prekanker dan kaker leher rahim telah dapat diindentifikasi, maka


untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1) Operasi yaitu dengan mengambil daerah yang dserang kanker,
biasanya uterus beserta leher rahimnya.
2) Radioterapi yaitu dengan manggunakan sinar X berkekuatan
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

18

Menurut dr.faisal yatim (2008) operasi sebagai


pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila kanker
belum menyebar . bila tumor masih berada didalam jaringan
serviks dan ukurannya masih < 3 mm, maka dilakukan operasi
ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi dengan cara ini
pada penderita tingkat klinik seperti resiko kambuh dan
penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1 %.
Kanker serviks tingkat IA2, IB atau IIA dilakukan
operasi pengangkatan rahim secara total. Berikut kelenjar
getah bening sekitarnya (radikal histerektomi).
Secara umum, pengobatan kanker leher rahim adalah :
1) Penyinaran (radioterapi)
2) Pengobatan dengan zat kimia (khemoterapi)
3) Cara operasi

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan

bagaimana

seorang

peneliti

menyusun

teori

atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting


dalam masalah. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan
Karakteristik
mengidentifikasi wanita berdasarkan karakteristik : umur, paritas dan
Wanita yang
terkenayang
kanker
pekerjaan
mengalami kanker serviks maka kerangka konsep nya :
serviks meliputi :
Umur
Paritas
Pekerjaan

19

Kejadian kanker serviks

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sasaran Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah RSUD Ulin Banjarmasin yang
terletak di jalan A.yani KM.2 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
2. Sasaran penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah semua wanita yang
pernah menderita kanker serviks pada tahun 2015.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

20

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran dan


deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo,
2010). Dengan melihat data yang ada pada rekam medik pada
pasien yang mengalami kanker serviks di RSUD Ulin Banjarmasin
dan melalui buku register pasien kanker serviks di Poliklinik
Kandungan.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2010).
Variabel penelitian ini adalah kejadian kanker serviks pada wanita
di Ruang Poliklinik Kandungan RSUD Ulin Banjarmasin.
22
2. Definisi Operasional
Definisi operasional

adalah

definisi

berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.


Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan
kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional
ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian (Hidayat, 2012).

21

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel

Definisi

Alat ukur

Kejadian

Operasional
Jumlah
yang Dokumentasi

kanker

mengalami

serviks
Pada

kanker

wanita
a. Umur

(catatan

serviks register)

berdasarkan

Hasil ukur
a.
b.
c.
d.
e.

Stadium 0
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadiium IV

stadium
Umur

yang Dokumentasi

a. Umur < 20

dimiliki

oleh (catatan

tahun
b. Umur 21-35

penderita
kanker

register)
serviks

Skala
ukur
Ordinal

Ordinal

tahun
c. Umur 36-55

pada saat itu


b. Paritas

Jumlah

tahun
d. >55 tahun
paritas Dokumentasi a. Primipara

yang

dimiliki (catatan

oleh

penderita register)

kanker serviks

Ordinal

(Paritas 1)
b. Multipara
(Paritas 2-3)
c. Grande
multipara

c. Pekerjaan

(Paritas >3)
Jenis pekerjaan Dokumentasi a. Pekerja
yang

dimiliki (catatan

oleh

penderita register)

kanker serviks

ringan(pekerja
kantor dan
swasta
b. Pekerja
berat/kasar(buru
h,tani dan ibu
rumah tangga)

Nominal

22

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan
diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Riyanto,
2011). Sebagai Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita
yang mengalami kanker serviks di Ruang Poliklinik Kandungan
RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2015 sebanyak 176 kasus
baru penderita kanker serviks.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh merupakan jumlah seluruh populasi. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil sampel keseluruhan wanita yang
menderita kanker serviks di Ruang Poliklinik Kandungan RSUD
Ulin Banjarmasin tahun 2015.
E. Jenis dan sumber data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif, merupakan variabel yang nilainya dapat di
ukur sampai sekecil-kecilnya. Misalnya, nilai Stadium Kanker
serviks orang X= 55,6% dan umur Y = 55 tahun. Data ini
bersifat kuantitatif (Chandra, 2008).
b. Data Kualitatif, merupakan variabel yang nilainya tidak dapat di
ukur hingga sekeci-kecilnya dan merupakan satu kesatuan.

2. Sumber Data
Data

sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari

sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian yaitu


melalui buku register. Sumber data sekunder adalah dengan

23

melalui dokumentasi (catatan rekam medik dan register ruang


poliklinik kandungan) di RSUD Ulin Banjarmasin.
F. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan
data
penelitian
menggunakan

teknik

dokumentasi yang merupakan metode pengumpulan data dengan


cara mengambil dokumen berasal dari yang asli (Hidayat, 2009).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi. Pengambilan data dari rekam medik, register
ruang Poliklinik Kandungan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
kejadian kanker serviks pada wanita di Ruang Poliklinik Kandungan
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015.
G. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2010), setelah semua data yang
diperlukan dalam penelitian kemudian data tersebut diolah. Dalam
pengumpulan data digunakan alat pengumpul data yang disebut
dengan instrumen penelitian. Instrumen ini disusun sedemikian rupa
sehingga menghasilkan data yang mudah diolah. Untuk melakukan
pengolahan data digunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan Data
Penyusunan

data

dimulai

setelah

data

selesai

dikumpulkan, tahap berikutnya adalah pengecekan data, apakah


semua data yang dibutuhkan sudah terekam semuanya, kegiatan
ini biasanya disebut editing, yaitu kegiatan memperbaiki data atau
memeriksa

data

kembali.

Misalnya

seperti

memeriksa

kelengkapan data dan memeriksa kembali keseragaman satuan


data.
2. Klasifikasi Data

24

Klasifikasi data disini dimaksudkan sebagai usaha


menggolongkan, mengelompokkan, dan memilih data berdasarkan
klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti.
3. Pengolahan Data
Menurut Natoadjmojo (2010) Langkah selanjutnya setelah
semua data diklasifikasikan adalah melakukan pengolahan data
untuk menentukan metode analisis data yang akan digunakan.
Adapun metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode analisis data deskriptif karena bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena atau kejadian berdasarkan data yang
telah dikumpulkan, data yang disajikan melalui tabel dan
perhitungan persentase.
4. Interpretasi Hasil Pengolahan Data
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi tabel
dengan mencocokan data kejadian kanker serviks dan kemudian

diberi tanda

(checklist) dan kemudian diklasifikasi lagi

menurut pekerjaan, umur, paritas dan kejadian kanker serviks


yang dialami wanita. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji
statistik karena analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah

analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran kejadian yang terjadi dan tidak untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Anda mungkin juga menyukai