Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1

Karakteristik Massa Batuan di Lokasi Penelitian

4.1.1

Sifat sifat Fisik dan Mekanik Batuan di Lokasi Penelitian

4.1.1.1 Bobot Isi Batuan


Lapisan batuan penutup yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari
mudstone, siltstone, dan sandstone. Bobot isi batuan diperoleh dari data Departemen
Geoteknik PT KPC. Bobot isi batuan di lokasi penelitian bervariasi antara dapat
dilihat pada tabel 4.1. Grafik sebaran data bobot isi batuan dapat dilihat pada gambar
4.1.
Tabel 4.1 Bobot Isi Batuan di Lokasi Penelitian
Jenis Batuan
Mudstone
Siltstone
Sandstone

Bobot Isi (t/m3)


Minimum Maksimum Rata - rata
1,85
2,76
2,37
2,15
2,59
2,42
2,04
2,70
2,30

Gambar 4.1
Sebaran Data Bobot Isi Batuan di Pit A Selatan
41

4.1.1.2 Kuat Tekan Uniaksial (UCS) dan Kekerasan Batuan ( Mohs Hardness)
Kuat tekan uniaksial batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data uji
laboratorium yang dilakukan oleh Departemen Geoteknik PT KPC. Nilai kuat tekan
uniaksial bervariasi untuk tiap tiap batuan. Untuk mudstone, nilai kuat tekan
bervariasi antara 2 MPa 21 MPa. Kuat tekan untuk siltstone bervariasi antara 2.5
MPa 20.5 MPa. Dan sandstone, nilai kuat tekan bervariasi antara 2.4 MPa 23.8
MPa. Bila dibandingkan dengan klasifikasi batuan yang dikeluarkan Bieniawski
(1973), bisa dijelaskan bahwa batuan tersebut termasuk dalam kategori sangat lunak
(lihat tabel 4.2)
Tabel 4.2 Klasifikasi Batuan berdasarkan Kuat Tekan Uniaksial (Bieniawski, 1973)
Klasifikasi

Kuat Tekan Uniaksial (MPa)

Sangat kuat

250 - 700

Kuat

100 - 250

Kuat - sedang

50 - 100

Lunak

25 50

Sangat lunak

1 25

Kekerasan batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data UCS batuan dengan
menggunakan klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 (lihat sub bab 3.2.1.2). Dari
klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 diperoleh hubungan antara kekerasan dan
UCS batuan seperti pada persamaan 4.1. Grafik yang menunjukkan hubungan nilai
UCS dengan mohs hardness dapat dilihat pada gambar 4.2.
Y

= 1,36 ln X 0,84 .......... (4.1)

= Kekerasan batuan

= UCS batuan

42

Gambar 4.2
Grafik UCS vs Mohs Hardness

4.1.2

Sifat sifat Massa Batuan pada Subblok Peledakan

4.1.2.1 Rock Quality Designation (RQD)


Nilai RQD batuan di lokasi penelitian diperoleh dari hasil pengukuran log bor
yang dilakukan oleh Departemen Geoteknik PT KPC. Nilai RQD batuan di lokasi
penelitian bervariasi antara 54% - 99%. Menurut klasifikasi Hobbs ,1975 (lihat tabel
3.3) dapat dijelaskan bahwa kualitas massa batuan semua blok peledakan di lokasi
penelitian termasuk kategori sedang hingga sangat baik. Distribusi data RQD dapat
dilihat pada gambar 4.3
Berdasarkan klassifikasi massa batuan menurut Terzaghi (1946), dapat
dijelaskan bahwa batuan dengan nilai RQD tersebut diatas termasuk dalam kondisi
very blockly and seamy, moderatly blockly and seamy, massive, moderatly jointed,
hard stratified, or schistose. Klassifikasi massa batuan Terzaghi dapat dilihat pada
tabel 4.3.

43

Gambar 4.3
Distribusi Data Rock Quality Designation (RQD)
Tabel 4.3 Klasifikasi Massa Batuan (Terzaghi, 1946)
Kondisi batuan
Hard and intact
Hard stratified, or schistose
Massive, moderately jointed
Moderatly blockly and seamy
Very blockly and seamy
Completely crushed but chemically intact
Sand & Gravel

RQD
99 100
95 99
85 95
75 85
30 75
3 30
03

4.1.2.2 Jarak antar Bidang Lemah


Jarak antar bidang lemah batuan di lokasi penelitian dihitung berdasarkan
nilai RQD yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan persamaan Priest &
Hudson (1976) seperti pada persamaan 3.2. Dari persamaan tersebut akan diperoleh
nilai frekuensi bidang lemah per meter (), selanjutnya jarak antar bidang lemah
dihitung dengan persamaan 4.2.

44

JS

= 1/ .......................................................................................................... (4.2)

JS

= Joint spacing (jarak antar bidang lemah)

= Frekuensi kekar/meter
Jarak antar bidang lemah di lokasi penelitian berdasarkan hasil perhitungan

bervariasi antara 0,06 0,67 meter. Distribusi data JPS dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4
Distribusi Data Joint Plane Spacing (JPS)

4.2

Pengamatan terhadap Rancangan Peledakan

4.2.1

Geometri Peledakan
Penentuan geometri peledakan di lokasi penelitian dilakukan berdasarkan

percobaan percobaan di lapangan dan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik


batuan yang akan diledakkan. Keinginan untuk mendapatkan fragmentasi yang baik
dan biaya peledakan yang seminimal mungkin mengharuskan dilakukannya evaluasi
dan koreksi terhadap pola peledakan yang akan diterapkan.

45

Geometri peledakan yang dimaksud meliputi burden, spasi, kedalaman lubang


tembak, panjang kolom stemming, subdrilling, dan panjang kolom isian bahan
peledak. Geometri peledakan yang diterapkan di lokasi penelitian untuk semua bahan
peledak :

Burden

: 7,5 m

Spasi

:9m

Diameter lubang bor

: 7 7/8 inchi atau 200 mm

Subdrilling

:12m

Kedalaman lubang bor

: 4 22 m

Stemming

:27m

4.2.2 Bahan Peledak


Ada 3 jenis bahan peledak yang digunakan di PT Darma Henwa, BCP yaitu
ANFO, heavy ANFO, dan Titan Black. Seluruh bahan peledak yang digunakan di
lokasi penelitian disediakan oleh PT KPC. Pada saat penelititan ini dilakukan, bahan
peledak yang paling banyak digunakan adalah Titan Black. Penggunaan Titan Black
berkisar 75% - 100% dari total konsumsi bahan peledak. ANFO digunakan sebagai
bahan peledak untuk lubang tembak yang kering. Sementara penggunaan heavy
ANFO hanya ditujukan sebagai pelapis pada lubang tembak yang akan diisi dengan
bahan peledak ANFO pada sleep blasting. Sementara untuk peledakan loading shoot,
bahan peledak ANFO tidak memerlukan bahan peledak heavy ANFO sebagai pelapis
di dasar lubang tembak. Secara umum pemilihan penggunaan bahan peledak ini lebih
didasarkan pada kondisi lubang tembak yang berair.
Bagan untuk komposisi bahan peledak di lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 4.5. Dan bagan untuk komposisi blasting agent bahan peledak beserta
penggunaannya dapat dilihat pada gambar 4.6.

46

Gambar 4.5
Komposisi Bahan Peledak di Lokasi Penelitian

47

Gambar 4.6
Komposisi Blasting Agent Bahan Peledak di Lokasi Penelitian

4.2.3

Aksesoris Bahan Peledak di Lokasi Penelitian


Beberapa perlengkapan peledakan yang digunakan di lokasi penelitian :

1.

Detonator
Yaitu bahan peledak yang meledak pertama kali pada suatu peledakan,

ledakan detonator akan memicu booster. Bentuk detonator berupa tabung yang
terbuat dari tembaga atau aluminium.

48

2.

Booster Power Pentex 400 gr


Digunakan sebagai primer dalam proses peledakan. Booster ini adalah bahan

peledak yang terdiri dari campuran bahan kimia PETN (Penta Erithrol Tetra Nitrate)
atau TNT. Pada umumnya memiliki bobot isi lebih besar dari 1,65 gr/cc, memiliki
kecepatan detonasi (VOD) yang sangat tinggi (>7000 m/s). Booster memiliki
ketahanan terhadap air yang baik dan memiliki sensitivitas yang tinggi dibandingkan
dengan bahan peledak curah yang dimasukkan ke dalam lubang tembak seperti
ANFO, heavy ANFO, dan Titan Black. Ledakan booster di dalam lubang tembak
akan menghentak bahan peledak curah.
3.

Non Elektrik (nonel) Tube


Nonel adalah tube plastik berdiameter kurang lebih 3 mm, berisi bahan reaktif

yang bisa merambatkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan kira kira
2000 m/s. Mampu meledakkan primary explosives atau delay element dalam
detonator. Penyalaan dengan nonel tidak menggunakan sumbu api melainkan dengan
gelombang detonasi.
4.

Delay Connector
Yaitu perlengkapan penyambung ledakan antara sejumlah sumbu ledak

sehingga terjadi ledakan dengan waktu tunda tertentu. In hole delay yang dipakai
adalah 500 ms. In hole delay digunakan untuk memberikan waktu tunda kepada
detonator dan memberi kesempatan kepada waktu tunda di permukaan untuk
meledak terlebih dahulu. Sedangkan waktu tunda di permukaan yang digunakan
adalah 25 ms, 42 ms, 65 ms, dan 100 ms.

4.2.4 Pengisian Bahan Peledak


Pengisian bahan peledak ke dalam lubang tembak di Pit A Selatan, BCP
dilakukan oleh PT Orica dengan menggunakan 2 buah truk MMU (Mobile Mixing
Unit). Pengisian ANFO dan heavy ANFO dari MMU ke lubang tembak
menggunakan auger yang dapat bergerak swing. kecepatan tuangnya sekitar 300
500 kg/menit tergantung dari kondisi mono pump. Cara pengisian bahan peledak

49

Titan Black menggunakan slang (hose). Slang dimasukkan ke dalam lubang tembak
sampai ke dasar lubang kemudian sambil mencurah bahan peledak, slang ditarik
keluar perlahan lahan. Tujuannya adalah agar air di dalam lubang tembak terdesak
ke permukaan.
Proses pencampuran bahan bahan peledak tersebut berlangsung secara
otomatis di dalam MMU. Bahan bahan tersebut diangkut dalam 4 bagian yang
berbeda. Bagian bagian itu dipisahkan sesuai dengan isinya yaitu Ammoniuim
nitrate, emulsi, solar, dan air.

Gambar 4.7
Sistem Pengisian Lubang Tembak dan Aksesoris Peledakan di Pit A Selatan

50

4.2.5 Penyalaan Peledakan


Proses penyalaan peledakan di BCP menggunakan sistem tunda dengan nonel
detonator. Nonel waktu tunda di permukaan terdiri dari control row dan echelon row.
Control row adalah waktu tunda antar lubang dalam satu baris, sementara echelon
row adalah waktu tunda peledakan antar baris. Waktu tunda yang digunakan dilokasi
penelitian antara lain, 25 ms, 42 ms, 67 ms, dan 100 ms

4.2.6 Powder Factor (PF) Peledakan


PF hasil peledakan di lokasi penelitian bervariasi antara 0.34 kg/m3 0,44
kg/m3 (data bulan Januari sampai dengan September 2007). Angka PF hasil
peledakan digunakan sebagai indikator biaya. Semakin tinggi angka PF, maka jumlah
bahan peledak yang digunakan dalam satu proses peledakan semakin banyak dan
demikian sebaliknya. Penggunaan bahan peledak yang banyak membutuhkan biaya
yang besar untuk menyediakan bahan peledak tersebut. Pada kondisi lubang tembak
dengan geometri sama, penggunaan bahan peledak heavy ANFO dan Titan Black
akan menghasilkan angka PF yang lebih besar dari pada penggunaan ANFO sebagai
bahan peledak. Hal ini terjadi karena bobot isi bahan peledak Titan Black lebih besar
dari ANFO dan Heavy ANFO.

51

Tabel 4.4 Powder Factor (PF) Peledakan di Pit A Selatan


dari Bulan Januari September 2007
Bulan
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Rata - rata

4.3

ANFO
kg
56912
51032
88792
108725
261909
108938
151599
176725
57950

%
7,25
6,83
8,71
14,71
25,91
21,14
19,81
13,64
9,57
14,75

Bahan Peledak
H - ANFO
TITAN BLACK
kg
21189
14176
18996
14632
44472
23934
38076
13593
7285

%
2,7
1,9
1,86
1,98
4,4
4,64
4,98
1,05
1,2
2,94

Kg
706560
681819
912202
615602
704509
382551
575539
1105456
540053

Total

Volume

%
(kg)
(m3)
(kg/m3)
90,05 784661 1801844
0,44
91,27 747027 1799816
0,42
89,43 1019990 2553021
0,4
83,31 738959 1945062
0,38
69,69 1010890 2682083
0,38
74,22 515423 1445121
0,36
75,21 765214 2218023
0,34
85,31 1295774 3532557
0,37
89,22 605288 1677870
0,36
83,08

Perhitungan Distribusi Fragmen Batuan di Lokasi Penelitian

4.3.1 Distribusi Fragmen Batuan pada Pengamatan Lapangan


Pengamatan fragmentasi di lapangan dimulai dengan menentukan selang
ukuran fragmen batuan hasil peledakan. Dalam pengamatan di lapangan digunakan
selang ukuran fragmen batuan : < 20 cm, 20 50 cm, dan > 50 cm. Selanjutnya
membuat kotak pengamatan dengan membatasi material hasil peledakan dengan pita
ukuran 10 meter x 10 meter. Kemudian kotak tersebut dibagi menjadi 10 bagian
dengan selang 1 meter. Tiap kotak dihitung persentase fragmen batuan untuk setiap
selang ukuran yang telah ditetapkan. Kemudian dari 10 kotak yang didapat diambil
rata rata untuk tiap selang ukuran fragmen batuan. Hasil pengamatan terhadap
fragmen batuan di lapangan didistribusikan dalam bentuk persentase area yang
ditutupi oleh batuan dengan selang ukuran tersebut di atas Langkah kerja pengamatan
fragmen batuan dapat dilihat pada gambar 4.8 dan contoh lokasi yang diamati dapat
dilihat pada gambar 4.9.
52

PF

Gambar 4.8
Langkah Kerja Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan

53

Gambar 4.9
Contoh Lokasi Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan

54

Distribusi fragmen batuan dalam bentuk persentase area untuk masing masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Area

Kotak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
rata - rata

Lokasi : ASE 088, Bukit Kadal


Pattern : 7.5 x 9
Distribusi fragmen batuan lapangan
< 20 cm 20 - 50 cm
> 50 cm
persentase area (%)
40
50
55
45
40
30
45
45
55
45
65
40
45
60
50
40
35
40
35
30
55
35
40
50
35
35
40
65
50
30
44,17

30
30
20
40
40
45
35
30
30
35
20
35
35
25
25
45
45
35
40
45
35
45
35
35
45
40
35
15
35
45
35,00

55

30
20
25
15
20
25
20
25
15
10
15
25
20
15
25
25
20
25
25
25
10
20
25
15
20
25
25
20
15
25
20,83

4.3.2

Konversi Distribusi Fragmen Batuan dari Persentase Area ke


Persentase Massa
Prediksi fragmen batuan Kuz Ram menghasilkan persentase massa fragmen

batuan yang lolos dari ayakan dengan ukuran tertentu. Oleh karena itu, hasil
pengamatan pada tabel 4.6 di atas harus dikonversi ke persentase massa agar hasil
perhitungan dari pengamatan langsung dapat dibandingkan dengan model prediksi
Kuz Ram.
Area yang ditutupi fragmen - fragmen dikonversi ke volume dengan
mengasumsikan geometri fragmen batuan adalah bola dengan jari jari (r) 10 cm (<
20 cm), 25 cm (20 50 cm), dan 37,5 cm (> 50 cm). Dengan asumsi bobot isi batuan
sama untuk semua lokasi pengamatan, maka persentase volume akan sama dengan
persentase massa. Untuk satu fragmen dengan ukuran area yang ditutupi (aj),
dikonversi ke dalam volume (volj) dengan persamaan 4.3 (John Franklin & Takis
Katsabanis, 1996).
3

volj

4 aj
. 4.3
=
3

volj

= volume fragmen

aj

= area yang ditutupi fragmen


Distribusi fragmen batuan dalam bentuk persentase volume untuk masing -

masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan proses perhitungan dapat
dilihat pada lampiran B.

56

Tabel 4.6 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume


Lokasi : ASE 088, Bukit Kadal
Pattern : 7,5 x 9
Kotak

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata - rata

Distribusi fragmen batuan lapangan


< 20 cm 20 - 50 cm
> 50 cm
persentase (%) volume
17,58
25,00
27,67
22,36
18,60
12,70
21,69
21,05
29,53
26,47
37,96
18,08
21,69
33,57
24,24
16,24
15,73
18,08
15,30
12,70
30,56
15,73
18,08
25,81
15,73
15,30
18,08
36,62
25,81
12,70
21,69

32,97
37,50
25,16
49,69
46,51
47,62
42,17
35,09
40,27
51,47
29,20
39,55
42,17
34,97
30,30
45,69
50,56
39,55
43,72
47,62
48,61
50,56
39,55
45,16
50,56
43,72
39,55
21,13
45,16
47,62
41,45

57

49,45
37,50
47,17
27,95
34,88
39,68
36,14
43,86
30,20
22,06
32,85
42,37
36,14
31,47
45,45
38,07
33,71
42,37
40,98
39,68
20,83
33,71
42,37
29,03
33,71
40,98
42,37
42,25
29,03
39,68
36,87

Distribusi fragmen batuan dalam persentase volume untuk tiap bahan peledak
dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.
Tabel 4.7 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume
dengan Bahan Peledak ANFO
Powder
Factor

Lokasi

kg/m3)
0,26
0,26
0,28
0,27
0,26

ASE 088, Bukit Kadal


ASE 091, Bukit Kadal
ASE 097, Bukit Kadal
ASE 098, Bukit Kadal
ASDE2 160, Bukit Kadal
Rata rata

Pengamatan lapangan
< 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
21,69
41,45
36,87
20,56
43,24
36,20
24,30
43,72
31,97
20,74
43,48
35,79
22,28
40,49
37,23
21,91
42,48
35,61

Tabel 4.8 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume


dengan Bahan Peledak Titan Black
Lokasi
ASE 084, Bukit Kadal
ASE - 092 EXT (2), Bukit Kadal
ASE 093, Bukit Kadal
ASE - 093 (2), Bukit Beo
ASDE2 161, Bukit Tawon
Rata rata

Powder
Factor
kg/m3)
0,40
0,43
0,36
0,38
0,37

Pengamatan lapangan
< 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
22,49
42,50
35,02
27,05
40,84
32,11
23,48
43,08
33,44
24,56
42,46
32,98
23,05
45,76
31,19
24,12
42,93
32,95

4.3.3

Prediksi Fragmen batuan Hasil Peledakan dengan Model Kuz Ram

1.

Penentuan Faktor Batuan dengan Simulasi Monte Carlo


Ada 5 parameter batuan yang akan ditentukan nilai bobotnya pada

perhitungan menggunakan simulasi Monte Carlo. Parameter parameter tersebut


adalah : rock mass description (RMD), joint plane spacing (JPS), joint plane
58

orientation (JPO), specific gravity influence (SGI), dan mohs hardness (H). Data
data yang dimasukkan ke dalam simulasi Monte Carlo adalah nilai minimum dan
nilai maksimum dari tiap parameter.

a)

Rock Mass Description (RMD)


Pembobotan RMD didasarkan pada nilai RQD batuan di lokasi penelitian.

Nilai RQD di lokasi penelitian bervariasi antara 54% - 99%. Simulasi Monte Carlo
akan menghitung nilai RQD secara acak dengan formula :
= RAND()*(99-54)+54
Dengan melihat tabel 4.3 dan tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa bila RQD
batuan hasil perhitungan Simulasi Monte Carlo berada pada selang 0 30 %, maka
batuan tersebut dikategorikan friable dan diberikan bobot 10. Jika RQD batuan
berada pada selang 30 85%, maka batuan tersebut dikategorikan blockly dan
diberikan bobot 20. Dan jika RQD batuan berada pada selang 85 99%, maka batuan
tersebut dikategorikan totally massive dan diberikan bobot 50.
Tabel 4.9 Pembobotan berdasarkan Deskripsi Massa Batuan (Lily, 1986)
RMD

Friable

Blockly

Totally Massive

10

20

50

Bobot
b)

Jarak antar Bidang Lemah (Joint Plane Spacing)


Hasil perhitungan jarak antar bidang lemah di lokasi penelitian bervariasi

antara 0,06 0,67 m. Simulasi Monte Carlo akan menghitung nilai bobot jarak antar
bidang lemah dengan formula :
= RAND()*(0,67-0,06)+0,06
59

Dengan melihat pembobotan berdasarkan jarak antar bidang lemah yang


diberikan Lily (1986) dapat dijelaskan bahwa jika jarak antar bidang lemah hasil
perhitungan simulasi Monte Carlo < 0,1 m, maka dikategorikan close dan diberikan
bobot 10 (lihat tabel 4.10). Jika jarak antar bidang lemah batuan berada pada selang
0,1 1 m, maka dikategorikan intermediate dan diberikan bobot 20. Dan jika jarak
antar bidang lemah batuan > 1 m, maka dikategorikan wide dan diberikan bobot 50.
Tabel 4.10 Pembobotan berdasarkan Jarak antar Bidang Lemah (Lilly, 1986)

c)

JS

Close (< 0,1 m)

Intermediate (0,1 1 m)

Wide (>1m)

Bobot

10

20

50

Arah Orientasi Bidang Lemah Utama terhadap Arah Peledakan (Joint


Plane Orientation, JPO)
Pembagian orientasi bidang lemah utama (JPO) meliputi horizontal, dip out of

face, strike normal to face, dan dip in to face. Pembobotan orientasi bidang lemah
utama diberikan Lily (1986) seperti pada tabel 4.11 . Sebagai ilustrasi orientasi
bidang lemah utama terhadap arah peledakan dapat dilihat pada gambar 4.10
Tabel 4.11 Pembobotan berdasarkan Orientasi Bidang Lemah Utama (JPO)
terhadap Arah Peledakan (Lily, 1986)
JO
Bobot

Horizontal
10

Dip out of face


20

Strike normal to face


30

60

Dip in to face
40

Gambar 4.10
Ilustrasi Orientasi Bidang Lemah Utama terhadap Arah Peledakan
Berdasarkan pengamatan visual dan analisa foto (lihat lampiran I) di lokasi
penelitian, arah umum bidang lemah mengarah ke dalam jenjang (dip in to face)
dengan demikian diberikan bobot 40.

d)

Specific Gravity Index (SGI)


Indeks bobot isi atau SGI menurut Lily (1986) dapat diperoleh dari bobot isi

batuan. Bobot isi batuan bervariasi antara 1,85 2,76 t/m3. Simulasi Monte Carlo
akan menghitung nilai bobot isi batuan dengan formula :
= RAND()*(2,76-1,85)+1,85
Hasil perhitungan simulasi Monte Carlo akan digunakan untuk menghitung
SGI batuan. Hubungan antara bobot isi batuan dengan SGI dapat dilihat pada
persamaan 4.4.
SGI

= 25 x BI 50

........................................................................................ (4.4)

61

e)

Kekerasan Berdasarkan Skala Mohs (Hardness)


Kekerasan batuan di lokasi penelitian dihitung dari nilai UCS batuan. UCS

batuan bervariasi antara 2,0 23,8 MPa. Simulasi Monte Carlo akan menghitung
nilai UCS batuan dengan formula :
= RAND()*(23,8-2,0)+2,0
Nilai UCS batuan yang diperoleh secara acak dari simulasi monte Carlo akan
digunakan untuk menghitung nilai kekerasan batuan. Hubungan antara nilai UCS
dengan kekerasan batuan dapat dilihat pada persamaan 4.1 (sub bab 4.1.1.2).
Dengan menjumlahkan semua bobot minimum dan bobot maksimum untuk
setiap parameter batuan, maka nilai total bobot parameter batuan akan berada di
antara 66,35 132,47 (gambar 4.11). Total bobot parameter batuan yang digunakan
adalah nilai rata rata total bobot. Perhitungan dengan simulasi Monte Carlo
menghasilkan rata rata total bobot parameter batuan 98,59. Maka indeks
kemampuledakan batuan (BI) dihitung dengan persamaan 4.5. Perhitungan
menggunakan simulasi Monte Carlo selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

62

Gambar 4.11
Perhitungan Total Bobot Parameter Batuan pada Simulasi Monte Carlo
BI

= 0,5 (RMD + JPS + JPO + SGI + H) ........................................................ (4.5)

BI

= 0,5 x 98,59

BI

= 49,29

Dan faktor batuan (RF) dihitung dengan persamaan 4.6.


RF

= 0,15 x BI (4.6)

RF

= 7,39

2.

Geometri Peledakan
Burden dan spasi yang digunakan adalah tetap yaitu mengikuti pola peledakan

7,5 m x 9 m. Subdrilling yang digunakan adalah tetap yaitu 1 m. Sementara


kedalaman lubang tembak yang bervariasi antara 4 20 m, digunakan rata ratanya.
Demikian pula dengan panjang kolom stemming yang bervariasi antara 2 7 m
digunakan rata ratanya.

63

3.

Jumlah Isian Bahan Peledak


Jumlah bahan peledak yang dimasukkan kedalam prediksi Kuz Ram adalah

jumlah rata rata untuk tiap lokasi peledakan. Hal ini disebabkan oleh panjang kolom
isian bahan peledak untuk tiap lubang tembak dalam satu lokasi peledakan tidak
sama.
Selanjutnya data data faktor batuan, geometri peledakan, dan jumlah bahan
peledak digunakan pada perhitungan model Kuz Ram. Hasil prediksi distribusi
fragmentasi berdasarkan prediksi model Kuz Ram ditampilkan dalam tabel 4.12 dan
tabel 4.13.
Tabel 4.12 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram
dengan Bahan Peledak ANFO
Lokasi
ASE 088, Bukit Kadal
ASE 091, Bukit Kadal
ASE 097, Bukit Kadal
ASE 098, Bukit Kadal
ASDE2 160, Bukit Kadal
Rata rata

Powder
Factor
kg/m3)
0,26
0,26
0,28
0,27
0,26

64

Prediksi Kuz - Ram


20 cm
20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
15,93
26,82
57,25
16,46
26,65
56,89
15,57
29,27
55,16
15,72
27,41
56,87
16,68
27,47
55,85
16,07
27,52
56,40

Tabel 4.13 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram
dengan Bahan Peledak Titan Black
Lokasi
ASE 084, Bukit Kadal
ASE 093, Bukit Kadal
ASE - 092 EXT (2), Bukit Kadal
ASE - 093 (2), Bukit Beo
ASDE2 161, Bukit Tawon
Rata rata

Powder
Factor
kg/m3)
0,4
0,36
0,43
0,38
0,37

65

Prediksi Kuz - Ram


< 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
21,00
29,91
49,09
23,09
26,51
50,41
18,81
32,24
48,94
20,88
28,54
50,58
22,90
27,35
49,75
21,34
28,91
49,75

Anda mungkin juga menyukai