DATA PENGAMATAN
4.1
4.1.1
Gambar 4.1
Sebaran Data Bobot Isi Batuan di Pit A Selatan
41
4.1.1.2 Kuat Tekan Uniaksial (UCS) dan Kekerasan Batuan ( Mohs Hardness)
Kuat tekan uniaksial batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data uji
laboratorium yang dilakukan oleh Departemen Geoteknik PT KPC. Nilai kuat tekan
uniaksial bervariasi untuk tiap tiap batuan. Untuk mudstone, nilai kuat tekan
bervariasi antara 2 MPa 21 MPa. Kuat tekan untuk siltstone bervariasi antara 2.5
MPa 20.5 MPa. Dan sandstone, nilai kuat tekan bervariasi antara 2.4 MPa 23.8
MPa. Bila dibandingkan dengan klasifikasi batuan yang dikeluarkan Bieniawski
(1973), bisa dijelaskan bahwa batuan tersebut termasuk dalam kategori sangat lunak
(lihat tabel 4.2)
Tabel 4.2 Klasifikasi Batuan berdasarkan Kuat Tekan Uniaksial (Bieniawski, 1973)
Klasifikasi
Sangat kuat
250 - 700
Kuat
100 - 250
Kuat - sedang
50 - 100
Lunak
25 50
Sangat lunak
1 25
Kekerasan batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data UCS batuan dengan
menggunakan klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 (lihat sub bab 3.2.1.2). Dari
klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 diperoleh hubungan antara kekerasan dan
UCS batuan seperti pada persamaan 4.1. Grafik yang menunjukkan hubungan nilai
UCS dengan mohs hardness dapat dilihat pada gambar 4.2.
Y
= Kekerasan batuan
= UCS batuan
42
Gambar 4.2
Grafik UCS vs Mohs Hardness
4.1.2
43
Gambar 4.3
Distribusi Data Rock Quality Designation (RQD)
Tabel 4.3 Klasifikasi Massa Batuan (Terzaghi, 1946)
Kondisi batuan
Hard and intact
Hard stratified, or schistose
Massive, moderately jointed
Moderatly blockly and seamy
Very blockly and seamy
Completely crushed but chemically intact
Sand & Gravel
RQD
99 100
95 99
85 95
75 85
30 75
3 30
03
44
JS
= 1/ .......................................................................................................... (4.2)
JS
= Frekuensi kekar/meter
Jarak antar bidang lemah di lokasi penelitian berdasarkan hasil perhitungan
bervariasi antara 0,06 0,67 meter. Distribusi data JPS dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4
Distribusi Data Joint Plane Spacing (JPS)
4.2
4.2.1
Geometri Peledakan
Penentuan geometri peledakan di lokasi penelitian dilakukan berdasarkan
45
Burden
: 7,5 m
Spasi
:9m
Subdrilling
:12m
: 4 22 m
Stemming
:27m
46
Gambar 4.5
Komposisi Bahan Peledak di Lokasi Penelitian
47
Gambar 4.6
Komposisi Blasting Agent Bahan Peledak di Lokasi Penelitian
4.2.3
1.
Detonator
Yaitu bahan peledak yang meledak pertama kali pada suatu peledakan,
ledakan detonator akan memicu booster. Bentuk detonator berupa tabung yang
terbuat dari tembaga atau aluminium.
48
2.
peledak yang terdiri dari campuran bahan kimia PETN (Penta Erithrol Tetra Nitrate)
atau TNT. Pada umumnya memiliki bobot isi lebih besar dari 1,65 gr/cc, memiliki
kecepatan detonasi (VOD) yang sangat tinggi (>7000 m/s). Booster memiliki
ketahanan terhadap air yang baik dan memiliki sensitivitas yang tinggi dibandingkan
dengan bahan peledak curah yang dimasukkan ke dalam lubang tembak seperti
ANFO, heavy ANFO, dan Titan Black. Ledakan booster di dalam lubang tembak
akan menghentak bahan peledak curah.
3.
yang bisa merambatkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan kira kira
2000 m/s. Mampu meledakkan primary explosives atau delay element dalam
detonator. Penyalaan dengan nonel tidak menggunakan sumbu api melainkan dengan
gelombang detonasi.
4.
Delay Connector
Yaitu perlengkapan penyambung ledakan antara sejumlah sumbu ledak
sehingga terjadi ledakan dengan waktu tunda tertentu. In hole delay yang dipakai
adalah 500 ms. In hole delay digunakan untuk memberikan waktu tunda kepada
detonator dan memberi kesempatan kepada waktu tunda di permukaan untuk
meledak terlebih dahulu. Sedangkan waktu tunda di permukaan yang digunakan
adalah 25 ms, 42 ms, 65 ms, dan 100 ms.
49
Titan Black menggunakan slang (hose). Slang dimasukkan ke dalam lubang tembak
sampai ke dasar lubang kemudian sambil mencurah bahan peledak, slang ditarik
keluar perlahan lahan. Tujuannya adalah agar air di dalam lubang tembak terdesak
ke permukaan.
Proses pencampuran bahan bahan peledak tersebut berlangsung secara
otomatis di dalam MMU. Bahan bahan tersebut diangkut dalam 4 bagian yang
berbeda. Bagian bagian itu dipisahkan sesuai dengan isinya yaitu Ammoniuim
nitrate, emulsi, solar, dan air.
Gambar 4.7
Sistem Pengisian Lubang Tembak dan Aksesoris Peledakan di Pit A Selatan
50
51
4.3
ANFO
kg
56912
51032
88792
108725
261909
108938
151599
176725
57950
%
7,25
6,83
8,71
14,71
25,91
21,14
19,81
13,64
9,57
14,75
Bahan Peledak
H - ANFO
TITAN BLACK
kg
21189
14176
18996
14632
44472
23934
38076
13593
7285
%
2,7
1,9
1,86
1,98
4,4
4,64
4,98
1,05
1,2
2,94
Kg
706560
681819
912202
615602
704509
382551
575539
1105456
540053
Total
Volume
%
(kg)
(m3)
(kg/m3)
90,05 784661 1801844
0,44
91,27 747027 1799816
0,42
89,43 1019990 2553021
0,4
83,31 738959 1945062
0,38
69,69 1010890 2682083
0,38
74,22 515423 1445121
0,36
75,21 765214 2218023
0,34
85,31 1295774 3532557
0,37
89,22 605288 1677870
0,36
83,08
PF
Gambar 4.8
Langkah Kerja Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan
53
Gambar 4.9
Contoh Lokasi Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan
54
Distribusi fragmen batuan dalam bentuk persentase area untuk masing masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Area
Kotak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
rata - rata
30
30
20
40
40
45
35
30
30
35
20
35
35
25
25
45
45
35
40
45
35
45
35
35
45
40
35
15
35
45
35,00
55
30
20
25
15
20
25
20
25
15
10
15
25
20
15
25
25
20
25
25
25
10
20
25
15
20
25
25
20
15
25
20,83
4.3.2
batuan yang lolos dari ayakan dengan ukuran tertentu. Oleh karena itu, hasil
pengamatan pada tabel 4.6 di atas harus dikonversi ke persentase massa agar hasil
perhitungan dari pengamatan langsung dapat dibandingkan dengan model prediksi
Kuz Ram.
Area yang ditutupi fragmen - fragmen dikonversi ke volume dengan
mengasumsikan geometri fragmen batuan adalah bola dengan jari jari (r) 10 cm (<
20 cm), 25 cm (20 50 cm), dan 37,5 cm (> 50 cm). Dengan asumsi bobot isi batuan
sama untuk semua lokasi pengamatan, maka persentase volume akan sama dengan
persentase massa. Untuk satu fragmen dengan ukuran area yang ditutupi (aj),
dikonversi ke dalam volume (volj) dengan persamaan 4.3 (John Franklin & Takis
Katsabanis, 1996).
3
volj
4 aj
. 4.3
=
3
volj
= volume fragmen
aj
masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan proses perhitungan dapat
dilihat pada lampiran B.
56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata - rata
32,97
37,50
25,16
49,69
46,51
47,62
42,17
35,09
40,27
51,47
29,20
39,55
42,17
34,97
30,30
45,69
50,56
39,55
43,72
47,62
48,61
50,56
39,55
45,16
50,56
43,72
39,55
21,13
45,16
47,62
41,45
57
49,45
37,50
47,17
27,95
34,88
39,68
36,14
43,86
30,20
22,06
32,85
42,37
36,14
31,47
45,45
38,07
33,71
42,37
40,98
39,68
20,83
33,71
42,37
29,03
33,71
40,98
42,37
42,25
29,03
39,68
36,87
Distribusi fragmen batuan dalam persentase volume untuk tiap bahan peledak
dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.
Tabel 4.7 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume
dengan Bahan Peledak ANFO
Powder
Factor
Lokasi
kg/m3)
0,26
0,26
0,28
0,27
0,26
Pengamatan lapangan
< 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
21,69
41,45
36,87
20,56
43,24
36,20
24,30
43,72
31,97
20,74
43,48
35,79
22,28
40,49
37,23
21,91
42,48
35,61
Powder
Factor
kg/m3)
0,40
0,43
0,36
0,38
0,37
Pengamatan lapangan
< 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm
%
%
%
22,49
42,50
35,02
27,05
40,84
32,11
23,48
43,08
33,44
24,56
42,46
32,98
23,05
45,76
31,19
24,12
42,93
32,95
4.3.3
1.
orientation (JPO), specific gravity influence (SGI), dan mohs hardness (H). Data
data yang dimasukkan ke dalam simulasi Monte Carlo adalah nilai minimum dan
nilai maksimum dari tiap parameter.
a)
Nilai RQD di lokasi penelitian bervariasi antara 54% - 99%. Simulasi Monte Carlo
akan menghitung nilai RQD secara acak dengan formula :
= RAND()*(99-54)+54
Dengan melihat tabel 4.3 dan tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa bila RQD
batuan hasil perhitungan Simulasi Monte Carlo berada pada selang 0 30 %, maka
batuan tersebut dikategorikan friable dan diberikan bobot 10. Jika RQD batuan
berada pada selang 30 85%, maka batuan tersebut dikategorikan blockly dan
diberikan bobot 20. Dan jika RQD batuan berada pada selang 85 99%, maka batuan
tersebut dikategorikan totally massive dan diberikan bobot 50.
Tabel 4.9 Pembobotan berdasarkan Deskripsi Massa Batuan (Lily, 1986)
RMD
Friable
Blockly
Totally Massive
10
20
50
Bobot
b)
antara 0,06 0,67 m. Simulasi Monte Carlo akan menghitung nilai bobot jarak antar
bidang lemah dengan formula :
= RAND()*(0,67-0,06)+0,06
59
c)
JS
Intermediate (0,1 1 m)
Wide (>1m)
Bobot
10
20
50
face, strike normal to face, dan dip in to face. Pembobotan orientasi bidang lemah
utama diberikan Lily (1986) seperti pada tabel 4.11 . Sebagai ilustrasi orientasi
bidang lemah utama terhadap arah peledakan dapat dilihat pada gambar 4.10
Tabel 4.11 Pembobotan berdasarkan Orientasi Bidang Lemah Utama (JPO)
terhadap Arah Peledakan (Lily, 1986)
JO
Bobot
Horizontal
10
60
Dip in to face
40
Gambar 4.10
Ilustrasi Orientasi Bidang Lemah Utama terhadap Arah Peledakan
Berdasarkan pengamatan visual dan analisa foto (lihat lampiran I) di lokasi
penelitian, arah umum bidang lemah mengarah ke dalam jenjang (dip in to face)
dengan demikian diberikan bobot 40.
d)
batuan. Bobot isi batuan bervariasi antara 1,85 2,76 t/m3. Simulasi Monte Carlo
akan menghitung nilai bobot isi batuan dengan formula :
= RAND()*(2,76-1,85)+1,85
Hasil perhitungan simulasi Monte Carlo akan digunakan untuk menghitung
SGI batuan. Hubungan antara bobot isi batuan dengan SGI dapat dilihat pada
persamaan 4.4.
SGI
= 25 x BI 50
........................................................................................ (4.4)
61
e)
batuan bervariasi antara 2,0 23,8 MPa. Simulasi Monte Carlo akan menghitung
nilai UCS batuan dengan formula :
= RAND()*(23,8-2,0)+2,0
Nilai UCS batuan yang diperoleh secara acak dari simulasi monte Carlo akan
digunakan untuk menghitung nilai kekerasan batuan. Hubungan antara nilai UCS
dengan kekerasan batuan dapat dilihat pada persamaan 4.1 (sub bab 4.1.1.2).
Dengan menjumlahkan semua bobot minimum dan bobot maksimum untuk
setiap parameter batuan, maka nilai total bobot parameter batuan akan berada di
antara 66,35 132,47 (gambar 4.11). Total bobot parameter batuan yang digunakan
adalah nilai rata rata total bobot. Perhitungan dengan simulasi Monte Carlo
menghasilkan rata rata total bobot parameter batuan 98,59. Maka indeks
kemampuledakan batuan (BI) dihitung dengan persamaan 4.5. Perhitungan
menggunakan simulasi Monte Carlo selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
62
Gambar 4.11
Perhitungan Total Bobot Parameter Batuan pada Simulasi Monte Carlo
BI
BI
= 0,5 x 98,59
BI
= 49,29
= 0,15 x BI (4.6)
RF
= 7,39
2.
Geometri Peledakan
Burden dan spasi yang digunakan adalah tetap yaitu mengikuti pola peledakan
63
3.
jumlah rata rata untuk tiap lokasi peledakan. Hal ini disebabkan oleh panjang kolom
isian bahan peledak untuk tiap lubang tembak dalam satu lokasi peledakan tidak
sama.
Selanjutnya data data faktor batuan, geometri peledakan, dan jumlah bahan
peledak digunakan pada perhitungan model Kuz Ram. Hasil prediksi distribusi
fragmentasi berdasarkan prediksi model Kuz Ram ditampilkan dalam tabel 4.12 dan
tabel 4.13.
Tabel 4.12 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram
dengan Bahan Peledak ANFO
Lokasi
ASE 088, Bukit Kadal
ASE 091, Bukit Kadal
ASE 097, Bukit Kadal
ASE 098, Bukit Kadal
ASDE2 160, Bukit Kadal
Rata rata
Powder
Factor
kg/m3)
0,26
0,26
0,28
0,27
0,26
64
Tabel 4.13 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram
dengan Bahan Peledak Titan Black
Lokasi
ASE 084, Bukit Kadal
ASE 093, Bukit Kadal
ASE - 092 EXT (2), Bukit Kadal
ASE - 093 (2), Bukit Beo
ASDE2 161, Bukit Tawon
Rata rata
Powder
Factor
kg/m3)
0,4
0,36
0,43
0,38
0,37
65