kalimat dengan aturan tata bahasa yang benar dalam bahasa Inggris, tetapi *Ate the corn the
cow adalah kamliat dengan gramatika yang salah. Tata bahasa dalam pengertian ini terdiri
dari aturan sintaks yang menetapkan bagaimana yang kata dan frase digabungkan untuk
membentuk sebuah kalimat, yang juga menetapkan bagaimana bentuk kata dibangun dalam
sebuah kalimat (misalnya, perbedaan present dan past tense: love, loved; perbedaan jumlah
tunggal dan jamak: word, words) dan aturan-aturan lainnya. Bagi ahli linguistik, tata bahasa
deskriptif dapat lebih dirinci bila dilihat dari bahasanya, tidak hanya termasuk sintaks dan
morfologi tetapi juga fonetik, fonologi, semantik dan leksis (atau disebut kosakata).
Bagi para ahli linguistik terapan, fokus lebih diletakkan pada tata bahasa ilmu
pendidikan, yaitu jenis tata bahasa yang dirancang untuk kebutuhan siswa dan guru penerima
bahasa kedua. Meskipun mengajar tata bahasa pada penerima bahasa kedua melibatkan
beberapa aturan preskriptif dalam beberapa macam standar, tata bahasa ilmu pendidikan
sangat menyerupai tata bahasa deskriptif dari pada preskriptif, terutama dalam kisaran
struktur yang dimiliki. (Odlin, 1994). Sementara fokus tata bahasa linguistik cenderung
terbatas, tata bahasa ilmu pendidikan lebih dapat memilih dari berbagai sumber, termasuk
didalamnya pandangan tata bahasa formal dan fungsional, serta berhubungan dengan corpus
linguistik, analisis wacana dan pragmatik akan dibahas di bagian lain pada bab ini.
Selanjutnya, para ahli linguistik terapan perlu memperhatian bahwa siswa tidak hanya dapat
menghasilkan struktur tata bahasa yang benar sesuai dengan bentuknya tetapi siswa juga
harus dapat memanfaatkannya dengan benar dan tepat sesuai dengan artinya.
Persoalan yang Muncul ketika Membahas Tata Bahasa
Sebuah pendekatan deskriptif pada tata bahasa mungkin terlihat sebagai masalah
sederhana, tetapi dalam praktiknya hal tersebut lebih rumit daripada ketika pertama kali
muncul. Hasil akan berbeda, tergantung pada bagian tata bahasa yang digunakan dan pada
apa yang menjadi fokus dari sebuah penjelasan.
Terdapat persoalan lain yang tergantung pada pandangan tertentu dari arti sebuah tata
bahasa dan pada jenis deskripsi yang sesuai dengan pandangan tersebut. Hal tersebut
mencakup pendekatan formal dan fungsional pada deskripsi gramatikal, pertimbangan tipe
versus token, kalimat versus tata bahasa wacana dan peran bentuk lisan versus tulis. Pilihan
yang berdasar pada persoalan tersebut memiliki implikasi luas, tidak hanya untuk kerangka
tertentu dari tata bahasa itu sendiri tetapi juga untuk penerapan yang mempengaruhi
rancangan tata bahasa ilmu pendidikan, baik dari silabus maupun pendekatan dalam
mengajar.
Bentuk dan Fungsi
Model tata bahasa dibedakan dalam banyak bentuk, tergantung pada apa yang disebut
dengan tata bahasa formal atau fungsional. Tata bahasa formal terkait dengan bentuk itu
sendiri dan bagaimana mengoperasikan semua sistem dari tata bahasa tersebut. Tata bahasa
tradisional, yang menjelaskan struktur kalimat, dimungkinkan menjadi tata bahasa formal
yang paling terkenal. Di antara ahli bahasa, tata bahasa formal yang paling berpengaruh di
paruh abad ke-20 ini adalah tata bahasa teori generatif transformasional (Chomsky, 1957,
1965), prinsip-prinsip umum yang masih bebasis pada Chomsky versi terakhir dari tata
bahasa generatif dalam bentuk prinsip-prinsip dan parameter (Chomsky, 1981) dan program
minimalis (Chomsky , 1995), serta puluhan lain yang dikembangkan dengan beberapa versi
dari kerangka generatif. Fokus utamanya terletak pada sintaks dan morfologi.
Tata Bahasa Wacana
Studi korpus juga telah memimpin pada semakin meningkatnya minat dalam analisis
mengenai tata bahasa wacana, yang analisisnya terletak pada peran fungsional struktur tata
bahasa dalam wacana. Dalam hal ini digunakan wacana yang berarti organisasi bahasa pada
tingkat di atas kalimat atau percakapan individu yang menghubungkan bahasa pada tingkat
suprasentential. Selain pada konteks wacana, terdapat juga pengaruh bagian teks nonlinguistik pada penempatan sumber tata bahasa pembicara.
Pembicara dan penulis membuat pilihan tata bahasa bergantung pada bagaimana mereka
menafsirkan dan menginginkan untuk dapat diwakilkan dalam sebuah konteks dan bagaimana
mereka hendak memosisikan dirinya dalam konteks tersebut (Larsen-Freeman, 2002).
Misalnya, pembicara menggunakan past perfect tense aspek kombinasi dalam bahasa
Inggris, tidak hanya untuk menunjukkan yang pertama dari dua peristiwa masa lalu, tapi juga
untuk memberikan alasan atau pembenaran atas peristiwa utama dalam narasinya. Peristiwa
ini bukan peristiwa utama mereka sendiri, tetap lebih kepada pentingnya latar belakang dari
apa yang terjadi.
Tata Bahasa Lisan dan Tulisan
Studi korpus juga menunjukkan pentingnya perbedaan antara tata bahasa lisan dan
tulisan. Perbandingan antara yang diucapkan dan yang ditulis telah meningkatkan pertanyaan
dasar merujuk pada pengertian dari tata bahasa, seperti misalnya bagaimana perbedaan jenis
bahasa lisan yang dapat diklasifikasikan, bagaimana ciri-ciri tata bahasa tulis dan lisan yang
dalam aturan secara tertulis berbeda dan apa status bahasa lisan sebagai objek studi dalam
linguistik terapan (McCarthy 1998). Carter dan McCarthy (1995) mempercayai bahwa
perbedaan antara tata bahasa lisan dan tulisan sangat penting untuk tata bahasa ilmu
pendidikan, sejak pendeskripsian yang menyebutkan terletak pada mode tulis atau pada jenis
terbatas dan register bahasa lisan yang kemungkinan besar menghilangkan banyak ciri-ciri
tata bahasa informal yang digunakan sehari hari dan penggunaannya (Carter and McCarthy,
1995:154).
Pembelajaran Tata Bahasa
Dilihat dari sejarah linguistik terapan, perbedaan teori pembelajaran sudah diusulkan
untuk menjelaskan bagaimana tata bahasa dipelajari. Selama pertengahan akhir abad ini,
misalnya, pembelajaran tata bahasa dianggap sudah mendapat temapat melalui sebuah proses
pembentukan kebiasaan secara verbal. Kebiasaan dibentuk melalui pengkondisian stimulusresponse, yang mengakibatkan overlearning dalam mempelajari pola tata bahasa. Dalam
rangka untuk membantu siswa mengatasi kebiasaan menggunakan bahasa ibu mereka dan
menanamkannya pada target bahasa, guru melakukan pola praktek latihan berbentuk drill
seperti misalnya: pengulangan, transformasi, pertanyaan dan jawaban, dan pola lainnya. Guru
memperkenalkan sedikit kosakatabaru sampai pola tata bahasa sudah dirasa secara tepat
diterima siswa. Penggunakan bahasa juga dikontrol sedemikian rupa dengan tujuan untuk
mencegah siswa membuat kesalahan yang dapat menjadikannya sebagai kebiasaan buruk
dalam pembentukan suatu kalimat sehingga sulit untuk dibetulkan kembali.
Mengajar Tata Bahasa
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pandangan yang berlaku saat ini menyatakan
bahwa siswa harus memperhatikan pada apa yang sekarang mereka pelajari. Meskipun hal ini
secara tradisional dilakukan oleh presentasi seorang guru, sering kali dalam aturan eksplisit,
berbagai cara yang lebih baik, beberapa diantaranya jauh lebih implisit atau interaktif, adalah
apa yang dilakukan saat ini. Contoh dari sebuah cara implisit untuk memperkenalkan sesuatu
dan menarik perhatian siswa adalah penggunaan beberapa macam dari (input enhancement)
masukan peningkatan (Sharwood Smith, 1993). Hal tersebut mengambil bentuk input
flooding, yang menambah waktu lebih banyak untuk siswa menemukan suatu struktur yang
sudah ditargetkan pada suatu teks. Kemungkinan lain untuk meningkatkan masukan adalah
adanya guru untuk memodifikasi fitur teks dalam beberapa model, seperti mencetak tebal
struktur target untuk membuat siswa lebih memperhatikannya. Contoh lain untuk mendorong
perhatian melalui interaksi dapat dicapai melalui partisipasi yang sudah diatur ( Adair Hauck,
Donato and Cumo-Johanssen, 2000), bukan hanya dengan cara seorang guru yang dengan
hati-hati mengarahkan siswa untuk sadar bahwa mereka belum memiliki hal tersebut
sebelumnya tidak dalam proses induktif maupun deduktif, melainkan guru dan siswa
bekerja sama untuk menghasilkan sebuah pengertian atau penjelasan dari tata bahasa yang
sudah dibentuk. Kesadaran siswa akan hal tersebut dapat ditingkatkan melalui interaksi antar
teman (peer interactions), berdasarkan penelitian Donato (1994) dan Swain and Lapkin
(1998).
Dengan perubahan yang lebih ke arah pendekatan komunikatif untuk mengajar bahasa,
pandangan dalam mengajar tata bahasa sekali lagi mengalami perubahan. Beberapa
menganggap bahwa pembelajaran tata bahasa secara implisit dan paling efektif adalah ketika
perhatian siswa sama sekali tidak berpusan hanya pada grammar. Dengan kata lain, mereka
mengatakan bahwa tata bahasa dapat dipelajari dengan baik secara tidak sadar ketika siswa
yang terlibat dalam memahami arti bahasa yang sudah mereka kenal (Krashen Terrell, 1983).
Sedangkan beberapa yang menganut aliran Chomsky perspektif tata bahasa universal (UG)
merasa masukan bahasa target sendiri atau masukan dengan keterangan negatif (keterangan
yang bentuknya tidak secara gramatikal) telah cukup dimiliki siswa untuk me-reset parameter
prinsip tata bahasa universal dalam rangka menunjukkan perbedaan-perbedaan antara tata
bahasa penutur asli dan tata bahasa target.
Pandangan tata bahasa telah berubah selama bertahun-tahun belakangan. Dengan
kesadaran akan bahasa yang sudah diformulasikan sebagaimana lazimnya, hal tersebut jelas
menjadi sesuatu yang harus lebih dipikirkan dalam hal lexicogrammar, daripada berpikir
semata-mata dilihat dari aspek morfologi dan sintaks. Demikian juga, dengan
mempertimbangkan peneliti penerima bahasa kedua (SLA), kita bisa menghargai fakta bahwa
penerimaan lexicogrammar besar kemungkinan tidak hanya bergantung pada satu jenis
proses belajar. Pada akhirnya, dikarenakan adanya berbagai macam bentuk tata bahasa dan
proses kegiatan belajar mengajar, kita harus menyadari bahwa pembelajaran tata bahasa itu
sendiri merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi, bahkan memerlukan berbagai
pendekatan mengajar. Apa yang sebaiknya tidak diharapkan adalah sederhana, hubungan
sebab-akibat antara apa yang diajarkan dan apa yang dipelajari. Hal tersebut tidak
mengherankan meskipun telah diberi dengan secara alami proses belajaran yang tidak linier,
namun tidak mengurangi sedikitpun kegunaan instruksi tata bahasa.
B. Kosakata
Satu-satunya pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam studi kosakata adalah apa itu
sebuah kata? dan terdapat banyak jenis yang hanya sebagian saja memiliki jawaban
memuaskan bergantung pada alasan atau latar belakang pertanyaan. Jika ingin menghitung
seberapa panjang sebuah buku atau bagaimana seseorang dapat berbicara dengan cepat atau
membaca per menit, diperlukan menghitung token. Kalimat To be or not to be, that is the
question mengandung 10 token. Meskipun kata be yang sama muncul dua kali, hal tersebut
dihitung setiap kali be muncul. Ketika menghitung token, penting utnuk diperhatikan seperti
ketika menghitung Im atau well dengan dua atau satu token.
Terdapat beberapa kelompok kata, seperti good morning dan at the end of the day yang
terlihat seperti satu bentuk tunggal. Beberapa kelompok kata mungkin bentuk yang tidak
diuraikan satu persatu, bagian per bagian tetapi hanya dipelajari begitu saja, disimpan dan
digunakan sebagai satu unit lengkap. Bentuk lainnya dibentuk dari bagian yang telah
diketahui tetapi terlalu sering digunakan sehingga mereka mengganggapnya sebagai satu unit
tunggal. Pawley dan Syder (1983) berpendapat bahwa penutur asli berbicara dengan tata
bahasa benar dan lancar karena mereka memiliki ingatan baik yang disimpan sebagai bahasa
yang sudah diformulasikan (formulaic languange) yang mereka dapat ketika sebuah
komunikasi dilakukan. Dari sudut pandang pembelajaran, berikut diklasifikasikan menjadi
tiga bagian dari formulaic language:
1. Idiom inti: adalah item yang arti dari sebagian kata tidak memiliki hubungan makna
dengan arti keseluruhannya. Contoh yang sering digunakan dalam bahasa inggris
adalah as well (as), of course, such and such, out of hand, take the piss, dan serve
(someone) right. Secara mengejutkan, hanya terdapat lebih dari 100 item dalam
bahasa inggris.
2. Makna Kiasan: adalah item yang keduanya memiliki makna harfiah dan kiasan. Hal
tersebut terdapat dalam contoh, We have to make sure we are singing from the same
hymn sheet yang memiliki arti harfiah tetapi kalimat tersebut juga menggunakan
makna kiasan yang artinya We have to make sure we are following the same set of
rule. Terdapat ribuan bentuk kalimat seperti itu dalam bahasa inggris dan banyak
yang secara terus menerus menambahkannya dalam penggunaan sehari-hari. Mereka
membuatnya ke dalam kamus idiom. Biasanya makna kiasan dapat mudah terkait
dengan makna harfiah dilihat dari unit gabungan kata. Idiom inti dimungkinkan
memiliki makna kiasan yang sejarahnya telah hilang.
3. Makna Harfiah: Sejauh ini kelompok terbesar dari rangkaian yang telah
diformulasikan adalah makna harfiah, yang artinya terlihat jelas pada keseluruhan
bagian. Beberapa frekuensi tertinggi makna harfiah dalam berbicara bahasa Inggris
adalah you know, I think, thank you, in fact, talk about, dan I suppose dan kebanyakan
dari apa yang disebut kata sanding atau collocations termasuk dalam makna harfiah.
dapat memilih variasi yang banyak, yang demikian biasa disebut dengan pendekatan paling
lengkap untuk kefasihan.
C. Analisis Wacana
Hidup bagaikan aliran konstan dari wacana atas bahasa yang berfungsi di salah satu
dari banyaknya konteks dan bersama-sama membentuk sebuah budaya. Hal tersebut
menentukan hari seperti biasanya. Selanjutnya, hari dapat dimulai dengan sebuah wacana
(misalnya, salam yang ada di sebuah rumah dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga
lain dan beberapa terdengar di radio, TV, internet atau surat kabar) sebelum seorang individu
pergi bekerja atau sekolah. Hari berlanjut dengan berbagai wacana dalam lembaga ini:
mendiskusikan rencana di sebuah rapat bisnis, menulis esai untuk jurusan psikologi di
perpustakaan Universitas, memesan makan siang di tempat makanan siap saji. Semakin
berjalannya waktu yang mendekatkan pada berakhirnya kegiatan di luar rumah, anggota
keluarga berkumpul bersama lagi dan sangat menungkinkan mereka duduk bersama untuk
makan dan berbincang mengenai apa yang sudah dilakukan hari itu serta membicarakan masa
depan.
Dari penjelasan diatas, analisis wacana tepat dikatakan sebagai ilmu linguistik terapan.
Analis mempelajari teks wacana, apakah berbicara atau tulis, apakah panjang atau pendek,
dan lebih menonjolkan hubungan antar teks dan konteks yang telah dikembangkan dan
dioperasikan. Ahli analisis wacana selalu melihat kenyataan yang ada pada teks dan pada
yang demikian itu berbeda secara signifikan dari pandangan ahli tata bahasa formal (seperti
menentang fungsional) dan ahli filsuf bahasa, sejak banyaknya ahli yang cenderung bekerja
dengan contoh yang sudah ditemukan.
Posisi penting yang melingkupi analisis wacana dalam linguistik terapan telah muncul
dikarenakan oleh memungkinkanya para ahli menerapkan untuk menganalisis dan memahami
data bahasa, misalnya, teks yang ditulis oleh penerima bahasa pertama dan kedua, rekamanrekaman pidato atau percapakan yang diucapkan penerima bahasa kedua, juga dari interaksi
antara guru dan siswa atau di antara mereka sendiri di dalam ruang kelas.
Berbicara dan Menulis
Analisis wacana adalah analisis bahasa dalam suatu konteks. Analisis wacana juga sama
menariknya dengan analisis wacana lisan sebagaimana yang ada dalam analisis wacana tulis.
Ketika fokus dalam linguistik terletak pada dasar bahasa tertulis dan dibatasi dengan studi
10
kalimat tertentu, bahasa lisan dipandang sebagai bahasa tak berbentuk dan dan tidak
gramatikal, sedangkan bahasa tulis terlihat sangat terstruktur dan terorganisir.
Salah satu cara mendekati perbedaan antara berbicara dan menulis adalah menge-plot
teks inividual dalam skala atau dimensi. Gambar 4.1 memetakan berbagai jenis teks lisan
maupun tertulis dalam bentuk skala. Di salah satu ujung skala, terdapat yang paling informal,
konkrit, interaksi dan interaksi serta abstraksi paling formal.
11
dan perbedaan jenis bahasa yang dibutuhkan siswa. dan untuk memilih serta
mengevaluasi wacana terkait, khususnya kebutuhan siswa.
2. Ketika berbagai jenis model menulis (misalnya: academic papaer, surat bisnis),
analisis wacana dapat membantu guru untuk menjelaskan dan mendasari jenis teks
terkait dihubungkan dengan jenis tulisannya.
3. Kedua hal diatas dilakukan dalam program pelatihan guru dan guru sudah di dalam
kelas, terdapat model analisis, seperti IRF, dapat meningkatkan kesadaran mengenai
sifat alami dar interaksi antara guru dan siswa.
Referensi:
Schmitt, Nobert. 2010. An Introduction to Applied Linguistic. Great Britain: Hodder &
Stoughton Ltd